Kajian Stok Sumber Daya Ikan Selar Kuning Selaroides leptolepis (Cuvier 1833) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN SELAR KUNING
Selaroides leptolepis (Cuvier 1833) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN BANTEN

LARAS SUCIATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Stok
Sumber Daya Ikan Selar Kuning Selaroides Leptolepis (Cuvier 1833) di Perairan
Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten’’ adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Bogor, Mei 2014
Laras Suciati
NIM C24100060

ABSTRAK
LARAS SUCIATI. Kajian Stok Sumber Daya Ikan Selar Kuning Selaroides
leptolepis (Cuvier 1833) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan,
Banten. Dibimbing oleh YONVITNER dan MENNOFATRIA BOER.
Ikan selar kuning merupakan salah satu ikan pelagis yang memiliki nilai
ekonomis penting dan merupakan ikan tangkapan dominan di PPP Labuan.
Populasi ikan selar kuning dikhawatirkan akan menurun akibat penangkapan yang
dilakukan secara terus menerus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji stok
ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) di perairan Selat Sunda yang meliputi
pertumbuhan, mortalitas, dan laju eksploitasi. Penelitian dilakukan di PPP
Labuan pada bulan Juni-Oktober 2013. Ikan contoh yang diamati mencapai 752
ekor dengan kisaran panjang antara 81-168 mm. Ikan selar kuning memliki pola
pertumbuhan allometrik negatif dan ukuran pertama kali matang gonad mencapai
157 mm.
Parameter pertumbuhan yang diduga menggunakan metode Ford

Walford menunjukan pertumbuhan ikan selar kuning betina lebih cepat
dibandingkan ikan jantan dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 0,42
dan 0,36. Laju eksploitasi ikan selar kuning melebihi laju eksploitasi optimum
sehingga ikan selar kuning diperairan Selat Sunda telah mengalami tangkap lebih.
Upaya optimum yang diduga menggunakan metode Schaefer menunjukan nilai
sebesar 1089 trip/tahun dengan hasil tangkapan maksimum lestari 1977 ton/tahun
dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 1423 ton/tahun. Pengelolaan ikan selar
kuning sebaiknya melalui pengaturan upaya penangkapan dan pengaturan ukuran
mata jaring lebih dari 6 cm.
Kata kunci: eksploitasi, hasil tangkapan maksimum lestari, ikan selar kuning, dan
pertumbuhan.

ABSTRACT
LARAS SUCIATI. Fish Stock Assesment of Yellowstripe Scad Selaroides
leptolepis (Cuvier 1833) in Sunda Strait landed on PPP Labuan, Banten.
Supervised by YONVITNER and MENNOFATRIA BOER.
Yellowstripe Scad is one of pelagic fishes has the value of economically
important fish catches and is dominant in PPP Labuan. Population of yellowstripe
scade feared will decline arrest of conducted in continous. The purpose of this
study was to assess the condition of yellowstripe scad in Sunda Strait that include

of growth, mortality and exploitation rate. The study is done at PPP Labuan on
Juny-October 2013. Fish samples observed reach a 752 with length range
between 81-168 mm. Yellowstripe scad have allometric negative growth and a
size of first maturity 157 mm. Parameter growth allegedly used method Ford
Walford showed growth yellowstripe scade female faster than male with growth
rate each of 0,42 and 0,36. The exploitation of yellowstripe scad has exceeded the
optimum exploitation rate that yellowstripe scad in Sunda Strait has over
exploited. Optimum efforts allegedly used Schaefer model showing of 1089
trip/year with maksimum sustainable yield (MSY) of 1977 tonnes/year and total

allowable catch 1423 tonnes/year. Management that can be suggested is setting
fishing effort and mesh size more than 6 cm.
Keywords: exploitation, growth, maksimum sustainable yield (MSY), and
Yellowstripe scad.

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN SELAR KUNING
Selaroides leptolepis (Cuvier 1833) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN BANTEN

LARAS SUCIATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Stok Sumber Daya Ikan Selar Kuning Selaroides
leptolepis (Cuvier 1833) di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPP Labuan, Banten
Nama
: Laras Suciati
NIM
: C24100060

Program studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Yonvitner, SPi MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Kajian Stok Sumber Daya

Ikan Selar Kuning Selaroides Leptolepis (Cuvier 1833) di Perairan Selat Sunda
yang didaratkan di PPP Labuan, Banten”.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2. Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang telah memberikan
bantuan dana perkuliahan.
3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak:2013. 089. 521219, Penelitian
Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul
“Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumberdaya Ikan Ekologis
dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang
dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).
4. Dr Yonvitner, SPi MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai
pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
5. Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku penguji tamu dan Dr Majariana

Krisanti, SPi MSi selaku perwakilan komisi pendidikan Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan atas saran dan masukan dalam
penyempurnaan karya ilmiah ini.
6. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi sebagai dosen pembimbing
akademik atas arahan dan masukan selama penulis melaksanakan studi.
7. Orang tua (Mamah dan Ayah), Adik (Muhammad Fadilah Akbar dan
Syafa’a Maulidya), Muhammad Nurfadillah, dan seluruh keluarga atas
segala bantuan moril maupun materil.
8. Staf Tata usaha Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Bapak
Suminta, dan Staf DKP Kabupaten Pandeglang.
9. Teman-teman MSP 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, temanteman tim labuan, Indah Silvariani, Novia Akmaliyah H, Annisa
Primanitasari, Deti Triani, Fitri Sarah Iskandar, Siti Sarah, Annisa
Windita, dan Zeta Fadilah I atas segala bentuk bantuan yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.
Bogor, Mei 2014
Laras Suciati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


vii
vii
vii
1
1
1
2
3
3
8
19
22
22
22
25
35

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6

Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
Proporsi ikan selar kuning jantan dan betina contoh
Parameter pertumbuhan ikan selar kuning contoh
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan selar kuning contoh
Hasil tangkapan (ton) dan upaya penangkapan (trip)
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan selar kuning

3
9
16
17
18
20

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Lokasi pengambilan contoh ikan
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis)
Komposisi hasil tangkapan ikan di PPP Labuan
Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning betina contoh
Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning jantan contoh
Proporsi ikan selar kuning contoh yang telah matang gonad
Hubungan panjang bobot ikan selar kuning total contoh
Hubungan panjang bobot ikan selar kuning betina contoh
Hubungan panjang bobot ikan selar kuning jantan contoh
Pergeseran modus panjang ikan selar kuning total contoh
Pergeseran modus panjang ikan selar kuning betina contoh
Pergeseran modus panjang ikan selar kuning jantan contoh
Pertumbuhan von Bertalanffy ikan selar kuning total contoh
Pertumbuhan von Bertalanffy ikan selar kuning betina contoh
Pertumbuhan von Bertalanffy ikan selar kuning jantan contoh
Pendugaan fMSY dan MSY ikan selar kuning contoh

2
2
9
10
10
11
11
12
12
13
14
15
16
17
17
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses penentuan laju mortalitas total (Z) melalui kurva yang
dilinerakan berdasarkan data panjang
2 Uji Chi square ikan selar kuning contoh
3 Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning contoh
4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan selar kuning contoh
5 Hubungan panjang bobot ikan selar kuning contoh
6 Sebaran frekuensi panjang berdasarkan waktu pengambilan contoh
7 Sebaran kelompok umur ikan contoh
8 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan selar kuning contoh
9 Standarisasi alat tangkap
10 Pendugaan mortalitas ikan selar kuning

25
27
27
28
29
29
30
30
31
32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis) merupakan salah satu sumber daya
ikan yang terdapat di Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Ikan
selar kuning di Selat Sunda merupakan ikan yang ditangkap sepanjang tahun
(Yusfiandani 2004). Ikan selar kuning memiliki nilai ekonomis penting di Selat
Sunda dengan permintaan pasar terhadap ikan selar kuning yang cukup tinggi.
Menurut Atmaja et al. (2003) sumberdaya ikan pelagis seperti Sardinella spp.,
Rastrelliger brachysoma, Dusumieria acuta, dan Selar spp. di Laut Jawa dan
Selat Sunda memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar yang tinggi
beresiko pada kegiatan penangkapan yang tinggi sehingga dapat menurunkan
volume produksi ikan selar kuning. Hal ini dibuktikan dengan statistik mengenai
volume produksi hasil tangkapan ikan selar kuning di kabupaten Pandeglang
Banten yang cenderung mengalami penurunan dari tahun 2003-2013 (DKP
Kabupaten Pandeglang 2013).
Ikan selar kuning ditangkap dengan menggunakan beberapa alat tangkap
diantaranya: pukat pantai, payang, dan purse seine. Menurut Irhamni (2009)
penggunaan alat tangkap pukat pantai, payang, dan purse seine di Labuan bersifat
tidak ramah lingkungan atau tidak selektif, karena ukuran mata jaring yang kecil
dapat menyebabkan ikan-ikan berukuran kecil serta ikan yang belum matang
gonad ikut tertangkap pada jaring nelayan. Kegiatan penangkapan ikan selar
kuning yang dilakukan secara terus-menerus serta penggunaan alat tangkap yang
tidak selektif dapat mempengaruhi keberadaan dan mengubah status stok
sumberdaya ikan selar kuning di perairan Selat Sunda. Pertimbangan ini menjadi
dasar perlunya pengkajian stok terhadap ikan selar kuning di perairan Selat Sunda.
Informasi mengenai status stok tersebut dapat digunakan sebagai alternatif
pengelolaan sumberdaya ikan selar kuning demi mewujudkan pemanfaatan
sumberdaya ikan selar kuning yang lestari dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah
Keberadaan ikan selar kuning sebagai salah satu ikan ekonomis penting
menyebabkan kegiatan penangkapan ikan selar kuning meningkat setiap tahunnya.
Kegiatan penangkapan yang semakin meningkat dapat mengakibatkan adanya
upaya tangkap lebih yang dapat menyebabkan penurunan stok ikan selar kuning di
Selat Sunda. Perlu dilakukan kajian dalam rangka pengelolaan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan pada stok sumberdaya ikan selar kuning di Selat
Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji stok ikan selar kuning (Selaroides
leptolepis) di perairan Selat Sunda yang meliputi pertumbuhan, mortalitas, dan
laju eksploitasi.

2

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan,
Provinsi Banten. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai
Oktober 2013 dengan selang waktu pengambilan contoh ± 20 hari. Lokasi
pengambilan contoh disajikan pada Gambar 1. Pengamatan data biologi
dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumber
Daya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat yang digunakan
adalah alat pengukuran dan alat pencatatan, sedangkan bahan yang digunakan
adalah ikan selar kuning (Gambar 2).

Gambar 1 Lokasi pengambilan contoh ikan

Gambar 2 Ikan selar kuning (Selaroides leptolepis)

3
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer meliputi data panjang, bobot, jenis kelamin, dan tingkat
kematangan gonad ikan selar kuning contoh sebanyak 752 ekor. Pengukuran
panjang ikan dimulai dari mulut paling depan sampai ujung ekor (sirip kaudal)
menggunakan penggaris. Bobot ikan yang meliputi bobot tubuh serta air yang
terkandung di tubuh ikan ditimbang menggunakan timbangan digital. Jenis
kelamin dapat diketahui dengan membedah ikan dan penentuan tingkat
kematangan gonad ikan diamati melalui ciri-ciri morfologi kematangan gonad
berdasarkan Cassie (1956) in Effendi (2002) yang disajikan pada Tabel 1.
Pengumpulan data sekunder dilakukan selama penelitian berlangsung dengan
mengumpulkan statistik produksi dan upaya penangkapan ikan selar kuning tahun
2003-2013 dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang,serta
wawancara dengan beberapa nelayan dan masyarakat di sekitar PPP Labuan.

Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
TKG Betina
Jantan
Ovari seperti benang, panjangnya Testes seperti benang,warna jernih,
I
sampai ke depan rongga tubuh, dan ujungnya terlihat di rongga
serta permukaannya licin
tubuh
Ukuran ovari lebih besar. Warna Ukuran
testes
lebih
besar
II
ovari kekuning-kuningan, dan telur pewarnaan seperti susu
belum terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara Permukaan
testes
tampak
III
morfologi telur mulai terlihat
bergerigi, warna makin putih dan
ukuran makin besar
Ovari makin besar, telur berwarna Dalam keadaan diawet mudah
IV
kuning, mudah dipisahkan. Butir putus, testes semakin pejal
minyak tidak tampak, mengisi 1/22/3 rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testes bagian belakang kempis dan
V
telur
sisa
terdapat
didekat dibagian dekat pelepasan masih
pelepasan
berisi

Analisis Data
Nisbah kelamin
Nisbah kelamin adalah perbandingan dari jantan dan betina dalam suatu
populasi. Nilai nisbah kelamin antara jantan dan betina diamati karena adanya
perbedaan tingkah laku berdasarkan kelamin, kondisi lingkungan, dan
penangkapan. Proporsi jantan betina ini dihitung menggunakan rumus (Effendie
1997):
pj = B*100

(1)

4
pj adalah proporsi kelamin (jantan atau betina) (%), A adalah jumlah jenis ikan
tertentu (jantan atau betina) (individu), dan B adalah jumlah total individu ikan
yang ada. Keseimbangan antara jumlah jantan dan betina dalam suatu populasi uji
khi kuadrat (χ2) (Steel dan Torrie 1980):
oi -ei )

χ2 =

(2)

ei

χ2 adalah nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya mengikuti
sebaran khi kuadrat (Chi-square), oi adalah frekuensi ikan jantan dan betina yang
diamati, dan ei adalah frekuensi harapan ikan jantan dan betina.
Hubungan Panjang Bobot
Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan. Pola pertumbuhan ditentukan dengan persamaan berikut
(Effendie 2002):
W = aLb

(3)

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), a adalah konstanta dan b adalah
dugaan pola pertumbuhan ikan (isometrik dan allometrik). Nilai a dan b diduga
dari bentuk linear persamaan 3, yaitu:
log

log a b log L

(4)

Penduga a dan b yang digunakan diperoleh dari analisis regresi dengan log
sebagai ordinat (y) dan log L sebagai absis (x), sehingga didapatkan persamaan:
yi

0

1

i

i

(5)

sebagai model observasi dan
i

b0 b1

i

(6)

sebagai model dugaan.
Konstanta b1 diduga dengan:
b1

1

∑ni 1 i yi - ∑ni 1 i ∑ni 1 yi
n
2
1
∑ni 1 i 2 - (∑ni 1 i )
n

(7)

dan konstanta b0 diduga dengan:
b0 ̅y-b1 ̅

nilai a dan b diperoleh melalui hubungan b = b1 dan a = 10b0 .

(8)

5
Pola hubungan panjang dan bobot diperoleh dari kostanta b yang diduga
berdasarkan b1 yang diuji dengan hipotesis H0: b1 3 versus H1: b1 3
1. Jika b1 = 3, ikan memiliki hubungan isometrik (pertambahan bobot sebanding
dengan pertambahan panjang).
2. Jika b1 3, ikan memiliki hubungan allometrik, yaitu: pertambahan bobot
tidak sebanding dengan pertambahan panjang. Pola pertumbuhan allometrik
terdiri dua macam yaitu allometrik negatif (b1 < 3) mengindikasikan
pertambahan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan
bobotnya dan allometrik positif (b1 > 3) yang mengindikasikan pertambahan
bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji statistika sebagai berikut:
|

-

|

(9)

Sb adalah simpangan baku dugaan a atau b yang dihitung dengan:
s2

s2 b 1

2
1
∑ni 1 i 2 - (∑ni 1 i )
n

(10)

Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Penentuan panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) menggunakan
sebaran frekuensi proporsi gonad yang telah matang (King 1995). Analisis data
sebaran frekuensi tersebut dilakukan dengan cara:
a. Menentukan banyak kelas dan selang kelas panjang yang diperlukan
b. Menentukan lebar selang kelas panjang
c. Menghitung frekuensi ikan secara keseluruhan dan frekuensi TKG III dan IV
pada selang kelas panjang yang sudah ditentukan
d. Menentukan proporsi antara TKG III dan IV terhadap frekuensi total tiap selang
kelas yang sudah ditentukan
e. Memplotkan pada sebuah grafik dengan panjang ikan sebagai sumbu horizontal
dan proporsi gonad matang sebagai sumbu vertikal.
Persamaan tingkat kematangan gonad terhadap panjang ikan adalah:
P=

1
1

e-r(L-Lm )

100

(11)

P adalah proporsi gonad yang telah matang pada selang kelas tertentu (%), r
adalah kemiringan kurva sigmoid, L adalah panjang rata-rata pada selang kelas
tertentu (mm), dan Lm adalah panjang pertama kali matang gonad (mm). Lm
ditentukan berdasarkan perpotongan kurva persamaan 11 dengan titik proporsi
pada 50%.
Identifikasi Kelompok Umur
Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk menentukan kelompok umur.
Data panjang ikan selar kuning dikelompokan kedalam beberapa kelas panjang
sedemikian sehingga setiap kelas panjang ke-i memiliki frekuensi (fi). Pendugaan
kelompok umur dilakukan dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal

6
separation) dengan bantuan software FISAT II. Menurut Boer (1996), jika fi
adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i (i 1, 2, …, N), µj adalah rata-rata
panjang kelompok umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur
ke-j dan pj adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j 1, 2, …, G),
fungsi objektif yang digunakan untuk menduga ̂ j , σ̂ j ,p̂ j adalah fungsi
kemungkinan maksimum (maximum likelihood function):
G
L ∑N
i 1 fi log ∑j 1 pj qij
1

qij

σj √2

-

e

1
2

i- j
σj

(12)

2

(13)

merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai tengah µ j dan
simpangan baku σ̂ j , xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i. Fungsi objektif L
ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap ̂ j σ̂ j ,
dan p̂ j sehingga diperoleh dugaan ̂ j , σ̂ j , dan p̂ j yang akan digunakan untuk
menduga parameter pertumbuhan.
Penduga parameter pertumbuhan
Pendugaan laju pertumbuhan (K) dan panjang asismtotik (L∞) dilakukan
dengan menggunakan metode Ford-Walford yang diturunkan dari model von
Bertalanffy sebagai berikut (Sparre dan Venema 1999):
Lt L∞ 1-e-

(t-t0 )

(14)

Untuk t sama dengan t+1, persamaan 13 dapat ditulis menjadi:
Lt

1

L∞ 1-e-

(t 1-t0 )

)

(15)

Lt+1 adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah laju pertumbuhan (per
satuan waktu), dan t0 adalah umur pada saat panjang ikan sama dengan nol.
Kedua persamaan terakhir disubstitusikan dan diperoleh persamaan:

atau

Lt 1 -Lt [L∞ -Lt ] 1-eLt+1

L∞ 1-e-K)+e-KLt

(16)

(17)

Persamaan 17 merupakan bentuk persamaan linier dengan L(t+1) sebagai
peubah tak bebas (y) dan Lt sebagai peubah bebas (x) yang memiliki kemiringan
(b) = e- dan intersep (a) = L∞ 1-e- . Dengan demikian nilai K dan L∞ diperoleh
dengan cara:

7
K = -ln (b)
L∞ =

(18)

a

(19)

1-b

Umur ikan pada saat panjang ikan sama dengan nol (t0) diduga dengan
menggunakan persamaan empiris Pauly (Pauly 1984 in Sparre dan Venema 1999):
Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 Log L∞) – 1,038 (Log K)

(20)

Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Menurut Sparre dan Venema 1999 parameter mortalitas meliputi mortalitas
alami (M), mortalitas penangkapan (F), dan mortalitas total (Z). Mortalitas total
(Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data panjang
sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
ln

LI L2)
t L1,L2

= h – Z t(

L1 L2
2

)

(21)

Persamaan (21) diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y=
L L
LI L2)
sebagai ordinat, x= ( 1 2 2 ) sebagai absis, dan Z= b0+b1x, dengan y= ln
t L1,L2

b1 (Lampiran 1).
Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:
M = 0,8 exp (-0,152 – 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T)

(22)

M adalah mortalitas alami (per satuan waktu), dan T adalah suhu rata-rata perairan
(0C).
Setelah mortalitas total dan mortalitas alami diketahui, maka mortalitas
penangkapan dapat ditentukan melalui hubungan:
F=Z–M

(23)

Selanjutnya (Pauly 1984) menyatakan laju eksploitasi dapat ditentukan
dengan membandingkan F dengan Z sebagai berikut:
E

F

(24)

F adalah mortalitas penangkapan (per satuan waktu), Z adalah mortalitas total (per
satuan waktu), dan E adalah tingkat eksploitasi.
Model Produksi Surplus
Model produksi surplus digunakan untuk menduga upaya yang dapat
menghasilkan tangkapan maksimum yang lestari (Sparre dan Venema (1999).
Model yang digunakan dipilih antara model Schaefer dan Fox yang memiliki
koefisien determinasi (R2) tertinggi. Persamaan model Schaefer dan Fox masingmasing dapat ditulis sebagai (Sparre dan Venema 1999):

8
t
ft

= a-bft

(25)

dan
ln

t
ft

= a-bft

(26)

Hubungan linear pada persamaan (26) dan (27) digunakan untuk menghitung
dugaan Maximum Sustainable Yield (MSY) melalui penentuan turunan pertama
sedemikian sehingga diperoleh dugaan fMSY dan MSY untuk model Schaefer:
a

fMS = 2b

(27)

dan
MS =

a

(28)

4b

serta dugaan fMSY dan MSY model Fox:
1

fMSY = - b

(29)

dan
1

MSY = - b ea-1

(30)

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC)
dihitung berdasarkan nilai potensi lestari yang sama dengan 90% dari nilai MSY,
sedangkan TAC dihitung dengan 80% dari potensi lestari (Gulland 1971).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) di PPP Labuan, Banten
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan terletak di Desa Teluk,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. PPP Labuan merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang cukup berkembang di Kabupaten
Pandeglang. Sumber daya Ikan yang didaratkan di PPP Labuan terdiri dari ikan
selar, tongkol, kembung, tembang, biji nangka, bambangan, layang, julung-julung,
lemuru, tenggiri, dan ikan lainnya yang disajikan pada Gambar 3 (DKP
Kabupaten Pandeglang 2013).

9
Kembung
12%
Tenggiri
Lemuru 6%
3% Teri
4%
Julung-julung
3%
Layang
8%
Bambangan Biji Nangka
4%
10%

Tembang
25%

Tongkol
18%

Selar kuning
7%

Gambar 3 Komposisi hasil tangkapan ikan di PPP Labuan

Persentase hasil tangkapan ikan selar kuning mencapai 7% dari total hasil
tangkapan ikan yang didaratkan di PPP Labuan. Ikan selar kuning merupakan
ikan yang cenderung didaratkan setiap hari di Labuan dengan harga jual berkisar
antara Rp 8.000-17.000/kg.
Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan betina pada suatu
populasi. Nisbah kelamin ikan selar kuning pada setiap pengambilan contoh
disajikan pada Tabel 2. Ikan selar kuning contoh mencapai 752 ekor dengan
komposisi ikan betina 221 ekor, ikan jantan 274 ekor dan 257 ekor tidak di
identifikasi jenis kelaminnya.
Pada pengambilan contoh ke-3, 4, dan 6 proporsi ikan selar kuning betina
selalu lebih sedikit dibandingkan proporsi ikan jantan, dan sebaliknya. Setelah
diuji dapat disimpulkan bahwa perbandingan ikan selar kuning jantan dan betina
dalam keadaan tidak seimbang (Lampiran 2).
Tabel 2 Proporsi ikan selar kuning jantan dan betina contoh
Nisbah
Rasio
Tanggal pengamatan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
18-Jun-13
0,51
0,49
1,00
0,98
07-Jul-13
0,56
0,44
1,00
0,80
27-Jul-13
0,04
0,96
0,04
1,00
16-Agust-13
0,35
0,65
0,53
1,00
06-Sep-13
0,55
0,45
1,00
0,83
26-Sep-13
0,45
0,55
1,00
1,22
13-Okt-13
0,59
0,41
1,00
0,69

10

100%
80%
60%
TKG IV

40%

TKG III

20%

TKG II

0%

TKG I

81-85
86-90
91-95
96-100
101-105
106-110
111-115
116-120
121-125
126-130
131-135
136-140
141-145
146-150
151-155
156-160
161-165
166-170

Frekuensi relatif (%)

Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad merupakan tahap-tahap tertentu perkembangan
gonad ikan sebelum dan sesudah memijah. Kajian tingkat kematangan gonad
bertujuan untuk menentukan perbandingan antara ikan yang sudah dan belum
matang gonad dari stok di perairan, dan ukuran ikan saat matang gonad. Gambar
4 dan 5 menyajikan grafik sebaran tingkat kematangan gonad ikan selar kuning
betina dan jantan.

Selang kelas (mm)

100%
80%
60%
TKG IV

40%

TKG III

20%

TKG II

0%
81-85
86-90
91-95
96-100
101-105
106-110
111-115
116-120
121-125
126-130
131-135
136-140
141-145
146-150
151-155
156-160
161-165
166-170

Frekuensi relatif (%)

Gambar 4 Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning betina contoh

TKG I

Selang kelas (mm)
Gambar 5 Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning jantan contoh

Tingkat kematangan gonad ikan selar kuning betina pada Gambar 4
menunjukan TKG I terdapat pada selang kelas 96-170 mm, TKG II terdapat pada
selang kelas 106-170 mm, TKG III terdapat pada selang kelas 116-165 mm, dan
TKG IV terdapat pada selang kelas 121-170 mm. Tingkat kematangan gonad ikan
selar kuning jantan pada Gambar 5 menunjukan TKG I terdapat pada selang kelas
81-170 mm, TKG II terdapat pada selang kelas 101-170 mm, TKG III terdapat

11

Proporsi matang gonad (%)

pada selang kelas 101-165 mm, dan TKG IV terdapat pada selang kelas 131-160
mm.
Panjang pertama kali ikan selar kuning matang gonad terjadi pada saat
proporsi ikan contoh mencapai 50% yaitu pada panjang 157 mm (Lampiran 4).
Hal ini berarti pada saat panjang ikan 157 mm ikan telah mengalami pemijahan
minimal satu kali. Proporsi ikan selar kuning contoh yang telah matang gonad
disajikan pada Gambar 6.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
80

90

100

110

120 130 140
Panjang (mm)

150

160

170

Gambar 6 Proporsi ikan selar kuning contoh yang telah matang gonad

Hubungan panjang bobot
Analisis hubungan panjang bobot digunakan untuk mengetahui pola
pertumbuhan ikan. Gambar 7, 8, dan 9 menyajikan hubungan panjang bobot ikan
selar kuning.
60
W = 0,00001L2,89
R² = 87,94%
n = 221

Bobot (gram)

50
40
30
20
10
0
0

20

40

60

80
100 120
Panjang (mm)

140

160

Gambar 7 Hubungan panjang bobot ikan selar kuning total contoh

180

12
60

W = 0,0001L2,50
R² = 82,52%
n = 752

Bobot (gram)

50
40
30
20
10
0

0

20

40

60

80
100 120
Panjang (mm)

140

160

180

Gambar 8 Hubungan panjang bobot ikan selar kuning betina contoh

60
W= 0,00009L2,58
R² = 92,80%
n = 274

Bobot (gram)

50
40
30
20
10
0
0

20

40

60

80
100 120
Panjang (mm)

140

160

180

Gambar 9 Hubungan panjang bobot ikan selar kuning jantan contoh

Hubungan panjang bobot ikan selar kuning total mengikuti persamaan
W=0,0001L2,50. Ikan selar kuning betina mengikuti persamaan W=0,00001L2,89
dan ikan selar kuning jantan mengikuti persamaan W=0,000092,58. Setelah di uji
dapat disimpulkan ikan selar kuning total, betina dan jantan memiliki pola
pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertambahan bobot lebih lambat dibanding
pertambahan panjangnya (p