Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KENTANG (Solanum tuberosum L )

DI KABUPATEN KARO

TESIS

Oleh

Debora Evlyn Sembiring

097039018/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR KENTANG (Solanum tuberosum L )

DI KABUPATEN KARO

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

Debora Evlyn Sembiring

097039018/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo

Nama : DEBORA EVLYN SEMBIRING

NIM : 097039018

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) Ketua

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Kamis, 19 Januari 2012

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

Anggota : 1. Ir. Yusak Maryunianta, M.Si

2. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum

tuberosum L) di Kabupaten Karo

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, November 2011 Yang membuat pernyataan,

Debora Evlyn Sembiring NIM. 097039018


(6)

Dipersembahkan kepada:

Orang tua dan seluruh keluarga


(7)

Debora Evlyn Sembiring

097039018

NGARUHI

EKSPOR KENTANG (

Solanum tuberosum L

)

UPATEN KARO

Universitas

Sumatera


(8)

ABSTRAK

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua dan Ir. Yusak Maryunianta, M. Si sebagai anggota).

Produksi kentang di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir, sementara permintaan impor mengalami peningkatan khususnya dari Singapura dan Malaysia.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap ekspor kentang dari Kabupaten Karo periode 1995-2010 dengan menggunakan metode analisis regresi (linier berganda) melalui Program SPSS 15.0.

Hasil analisis menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ekspor kentang di Kabupaten Karo adalah produksi kentang di Kabupaten Karo, harga internasional kentang dan konsumsi kentang di Indonesia. Sedangkan variabel harga domestik kentang, nilai tukar, konsumsi kentang di negara pengimpor utama dan Produk Domestik Kentang (PDB) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kentang di Kabupaten Karo.

Kata kunci : Produksi kentang, Harga domestik kentang, Harga internasional kentang, Konsumsi kentang, PDB.


(9)

ABSTRACT

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. The Analysis of the Factors Influencing Potato Export (Solanum Tuberosum L0 in Karo District under The Supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. (Chair) and Ir. Yusak Maryunianta, M.Si (Member)

Potato production in Karo District was fluctuating and tended to decrease during the past years. Meanwhile the import demand is increasing especially from Singapore and Malaysia. For these reasons, a research needs to be done to know the factors influencing the potato export.

This research is aimed to analyze the influence of potato production, domestic potato price, international potato price, selling cost, the potato sonsumption in Indonesia, BDP (Bruto Domestic Product) variables on the potato export from Karo District in the period of 1995-2010. This studi applied multiple linear regression analysis using DPDD 15.0.

The result of this analysis showed that the variables significantly influencing the potato export in Karo District were the potato production in Karo District, international potato price, and the potato consumption in Indonesia. Meanwhile, the variables of domestic potato price, selling cost, the potato consumption in main importing countries, BDP had no significant influence on the potato export in Karo District.

Keywords: potato production, domestic price, international price, potato consumption, Indonesia BDP


(10)

RIWAYAT HIDUP

DEBORA EVLYN SEMBIRING, lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 14 April 1982 dari Bapak Nj. Sembiring dan Ibu R. Sinuhaji. Penulis merupakan anak kesatu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1988 masuk Sekolah Dasar ST. Antonius Medan, tamat tahun 1994. 2. Tahun 1994 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 6 Medan, tamat

tahun 1997.

3. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 2 Medan, tamat tahun 2000.

4. Tahun 2000 diterima di Program Diploma III Pengelola Perkebunan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, tamat tahun 2003.

5. Tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, tamat tahun 2006.

6. Tahun 2009 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pegawai Dinas Pertanian dan Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2011


(12)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.1.1. Botani dan Morfologi Kentang ... 11

2.1.2. Manfaat Kentang ... 12

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1 Perdagangan Internasional ... 10

2.2.2 Teori Permintaan ... 15

2.2.3 Produk Domestik Bruto (PDB) ... 17

2.2.4 Teori Produksi ... 18

2.2.5 Ekspor ... 19

2.2.6 Harga Domestik ... 20

2.2.7 Harga Internasional ... 21

2.2.8 Nilai Tukar Uang ... 22

2.2.9 Konsumsi ... 23

2.2.10 Hubungan Produksi dan Ekspor ... 24

2.3. Kerangka Pemikiran ... 25

2.4. Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 27

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 29


(13)

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35

4.1.1. Letak Geografis ... 35

4.1.2. Iklim ... 36

4.1.3. Kependudukan ... 37

4.1.4. Topografi ... 38

4.1.5. Perekonomian ... 39

4.1.6. Sarana dan Prasarana... 41

4.2. Deskripsi Variabel ... 43

4.2.1. Trend Harga Domestik Kentang ... 43

4.2.2. Trend Harga Internasional Kentang ... 43

4.2.3. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ... 44

4.2.4. Trend Perkembangan Konsumsi Kentang di Malaysia ... 45

4.2.5. Trend Perkembangan Konsumsi Kentang di Indonesia ... 46

4.2.6. Trend Produksi Kentang di Kabupaten Karo ... 46

4.2.7. Trend PDB Malaysia ... 48

4.2.8. Trend Perkembangan Ekspor Kentang di Kabupaten Karo ... 48

4.3. PengaruhVariabel Produksi, Kentang di Kabupaten Karo, Harga Domestik Kentang, Harga Internasional,Nilai Tukar, Konsumsi Kentang Negara Pengimpor Utama, Konsumsi Kentang di Indonesia, dan PDB Malaysia terhadap Ekspor Kentang ... 49

4.3.1. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 50

4.3.2. Hasil Uji Asumsi Autokorelasi ... 51

4.3.3. Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas ... 51

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1. Kesimpulan ... 61

5.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Produksi Kentang di Sumatera Utara ... 3 2. Luas tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Kentang

Per Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009 ... 4 3. Produksi Kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2000-2010 ... 5 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor di Kabupaten Karo

Tahun 2001-2010. ... 6 5. Provinsi Sentra Produksi Kentang di Indonesia Tahun 2004-2008 ... 27 6. Share Produksi Kentang Karo dengan Produksi Kentang

Sumatera Utara 2004-2008 ... 28 7. Produksi Tanaman Kentang dirinci menurut Kecamatan di

Kabupaten Karo Tahun 2010 ... 29 8. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

Tahun 2000-2009 ... 38 9. Distribusi Persentase Pembentukan PDRB Sektor Pertanian

Atas Harga Berlaku di Kabupaten Karo Tahun 2009 ... 41 10. Hasil Pengujian Normalitas ... 50 11. Matrik Korelasi antara Variabel Bebas ... 52 12. Hasil Analisis Pengaruh Produksi Kentang di Kab. Karo,

Harga Domestik Kentang, Harga Internasional Kentang, Nilai Tukar (Kurs), Konsumsi Kentang di Malaysia,


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Grafik Kurva Perdagangan Internasional Antardua Negara ... 14

2. Kurva Permintaan ... 15

3. Pergeseran Kurva Permintaan ... 17

4. Perubahan Permintaan dan Penyediaan Barng pada Kondisi Harga Tetap ... 23

5. Kerangka Pemikiran Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang di Kabupaten Karo ... 26

6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 ... 39

7. Trend Harga Domestik Kentang ... 43

8. Trend Harga Internasional Kentang ... 44

9. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ... 45

10. Trend Konsumsi Kentang di Malaysia ... 45

11. Trend Konsumsi Kentang di Indonesia ... 46

12. Trend Produksi Kentang do Kab. Karo 1995-2010 ... 47

13. Trend Produksi Kentang di Sentra Lain 2001-2009 ... 47

14. PDB Malaysia Tahun 1995-2010 ... 48

15. Trend Perkembangan Ekspor Kentang di Kab. Karo ... 49

16. Grafik Normal PP Plot of Regression Standardized Residual Ekspor Kentang di Kabupaten Karo ... 50


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal 1. Output Regresi X1-X7

2. Data Sekunder Variabel X

Terhadap Y ... 64

1-X7 Terhadap Y Tahun 1995-2010 ... 69

3. Persentase Produksi Kentang di Kabupaten Karo 1995-2010 ... 70


(17)

ABSTRAK

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang (Solanum tuberosum L ) di Kabupaten Karo (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai ketua dan Ir. Yusak Maryunianta, M. Si sebagai anggota).

Produksi kentang di Kabupaten Karo mengalami fluktuasi yang cenderung menurun selama lima tahun terakhir, sementara permintaan impor mengalami peningkatan khususnya dari Singapura dan Malaysia.

Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap ekspor kentang dari Kabupaten Karo periode 1995-2010 dengan menggunakan metode analisis regresi (linier berganda) melalui Program SPSS 15.0.

Hasil analisis menunjukkan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ekspor kentang di Kabupaten Karo adalah produksi kentang di Kabupaten Karo, harga internasional kentang dan konsumsi kentang di Indonesia. Sedangkan variabel harga domestik kentang, nilai tukar, konsumsi kentang di negara pengimpor utama dan Produk Domestik Kentang (PDB) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kentang di Kabupaten Karo.

Kata kunci : Produksi kentang, Harga domestik kentang, Harga internasional kentang, Konsumsi kentang, PDB.


(18)

ABSTRACT

DEBORA EVLYN SEMBIRING, 2011. The Analysis of the Factors Influencing Potato Export (Solanum Tuberosum L0 in Karo District under The Supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. (Chair) and Ir. Yusak Maryunianta, M.Si (Member)

Potato production in Karo District was fluctuating and tended to decrease during the past years. Meanwhile the import demand is increasing especially from Singapore and Malaysia. For these reasons, a research needs to be done to know the factors influencing the potato export.

This research is aimed to analyze the influence of potato production, domestic potato price, international potato price, selling cost, the potato sonsumption in Indonesia, BDP (Bruto Domestic Product) variables on the potato export from Karo District in the period of 1995-2010. This studi applied multiple linear regression analysis using DPDD 15.0.

The result of this analysis showed that the variables significantly influencing the potato export in Karo District were the potato production in Karo District, international potato price, and the potato consumption in Indonesia. Meanwhile, the variables of domestic potato price, selling cost, the potato consumption in main importing countries, BDP had no significant influence on the potato export in Karo District.

Keywords: potato production, domestic price, international price, potato consumption, Indonesia BDP


(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan mempunyai beberapa peranan strategis, yaitu: (1) sumber bahan makanan bergizi bagi masyarakat yang kaya akan vitamin dan mineral; (2) sumber pendapatan dan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha; (3) bahan baku agroindustri; dan (4) sebagai komoditas potensial ekspor yang merupakan sumber devisa negara; dan (5) pasar bagi sektor non pertanian, khususnya industri hulu (Soca, jurnal). Komoditas hortikultura sangat strategis dan karenanya perlu memperoleh prioritas pengembangan. Hal ini dilandasi baik dari sisi permintaan baik berupa konsumsi segar maupun olahan meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu dari sisi produksi masih berpotensi untuk terus ditingkatkan, baik melalui perluasan areal (ekstensifikasi secara horisontal), peningkatan intensitas tanam (ekstensifikasi secara vertikal) maupun peningkatan produktivitas melalui intensifikasi usahatani. Dalam meningkatkan produksi pertanian ada tiga komponen dasar yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung. Kebijaksanaan dasar pembangunan pertanian mencakup aspek produksi, faktor-faktor produksi, pemasaran dan kelembagaan.

Pengembangan produksi holtikultura telah ditekankan pada pengembangan sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan lebih lancar sehingga petani yang bersangkutan akan langsung dapat menikmati keuntungan dari hasil usahanya. Hal ini disebabkan adanya peningkatan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan.


(20)

Kentang atau dalam bahasa latinnya Solanum tuberosum L adalah salah satu komoditas sayuran penting di Indonesia. Pentingnya komoditi ini salah satunya karena kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan beras, dan berpotensial menjadi sumber makanan alternatif terdekat untuk jenis makanan cepat saji selain mie instan. (Santoso 2008).

Produksi kentang telah berkembang dengan pesat selama dekade terakhir. sentra produksi kentang terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan kontribusi rata-rata sebesar 33,99 % dari total produksi kentang Indonesia. Kemudian diikuti oleh Jawa Tengah dengan kontribusi 21,07 %, Sulawesi Utara 11,73 %, Sumatera Utara 11,18 % dan Jawa Timur 9.20 %. Sementara provinsi lainnya hanya berkontribusi 12,83 %. Rata-rata pertumbuhan produksi kentang pada tahun 2004-2008 di Jawa Barat dan Sumatera Utara mengalami penurunan yaitu masing-masing turun sebesar 8,42 % dan 0,52 %. Rata-rata pertumbuhan produksi kentang selama lima tahun terakhir di provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Jawa Timur masing-masing mengalami peningkatan sebesar 13,78 %, 18,46 % dan 0,70 % per tahun (Ditjen Hortikultura, 2008).

Produksi kentang di Sumatera Utara cukup besar yaitu 231.816 ton pada tahun 2001, namun dari tahun 2001-2009 cenderung mengalami penurunan (terlihat pada Tabel 1).

Demikian juga halnya dengan luas panen kentang mengalami penurunan. Penurunan produksi sejalan dengan penurunan luas panen kentang. Pada tabel terlihat produksi kentang paling rendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 90.634 ton.


(21)

Tabel 1. Produksi Kentang di Sumatera Utara

Tahun Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

2001 15.071 14.894 231.816 155.64

2002 13.688 13.706 216.289 157.81

2003 12.880 14.301 237.056 165.76

2004 8.283 9.748 160.732 164.89

2005 5.441 6.314 105.209 166,63

2006 5.763 5.792 98.267 169,70

2007 5.337 5.654 90.634 160,30

2008 8.667 8.022 130.296 162,42

2009 8.072 8.013 129.587 161,72

Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, 2001- 2010

Disisi lain, bila dilihat dari jumlah produksi kentang di Sumatera Utara (Tabel 2.), Kabupaten yang memiliki tingkat produksi paling tinggi adalah Simalungun (67.191 Ha) dan Kabupaten Karo (39.917 Ha). Demikian juga halnya dengan luas lahan terbesar didominasi oleh dua kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun (4.063 Ha) dan Kabupaten Karo (2.555 Ha).

Sedangkan produksi dan luas lahan yang paling sedikit di provinsi Sumatera Utara berada di Tapanuli Selatan (4 Ha), Madina (6 Ha) dan Tobasa (9 Ha). Namun tingkat produktivitas yang paling tinggi terletak di Kabupaten Tobasa (172,14 Kw/Ha) dan Kabupaten Samosir (167,85 Kw/Ha).


(22)

Tabel 2. Luas tanam, Panen, Produktivitas dan Produksi Kentang Per Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2009

No. Kabupaten/Kota Tanam

(Ha) Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

1. Medan - - - -

2. Langkat - - - -

3. Deli Serdang - - - -

4. Simalungun 4.063 4.071 165,05 67.191

5. Karo 2.555 2.558 156,05 39.917

6. Asahan - - - -

7. Lab. Batu - - - -

8. Tapanuli Utara 300 276 150,83 4.163

9. Tapanuli Tengah - - - -

10. Tapanuli Selatan 4 3 73,33 22

11. Nias - - - -

12. Dairi 215 254 162,99 4.140

13. Tebing Tinggi - - - -

14. Tanjung Balai - - - -

15. Binjai - - - -

16. Pematang Siantar - - - -

17. Tobasa 9 14 172,14 241

18. Madina 6 12 155,00 186

19. P. Sidempuan - - - -

20. H. Hasundutan 120 105 156,38 1.642

21. Samosir 800 720 167,85 12.085

22. S. Bedagai - - - -

23. Pakpak Barat - - - -

24. Nias Selatan - - - -

25. Batubara - - - -

26 P. Lawas - - - -

27. P. Lawas Utara - - - -

Jumlah 8.072 8.013 161,72 129.587

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2009

Produksi kentang di Kabupaten Karo Sumatera Utara dari tahun 2000-2010 cenderung semakin menurun, dimana pada tahun 2005 jumlah produksi 55.445 ton dan tahun 2006 menjadi 42.201 ton (berkurang sekitar 23,88%) . Pada tahun 2007 produksi tanaman kentang mengalami penurunan produksi yang cukup tajam menjadi 34.126 ton (berkurang sekitar 19,13%). Pada tahun 2008 produksi kentang di Kabupaten Karo tidak mengalami banyak perubahan sampai pada


(23)

tahun 2009 jumlah produksi hanya mencapai 38.819 ton (meningkat sedikit dari tahun 2008 sebesar 13,32%). Namun pada tahun 2010 produksi kentang naik menjadi 53.988 ton.

Dari Tabel 3. luas tanam kentang dari tahun 2000-2009 di Kabupaten Karo terus mengalami penurunan, namun yang paling signifikan terlihat sangat berkurang mulai pada tahun 2005 (36,10% dibanding tahun 2001).

Tabel 3. Produksi kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2000-2010

Tahun Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

2000 7.740 7.810 117.208 150,07

2001 5.117 5.920 78.244 132,17

2002 4.715 4.271 59.077 138,32

2003 4.922 4.861 78.172 160,81

2004 3.637 4.231 61.971 146,47

2005 2.594 3.442 55.445 161,08

2006 2.643 2.532 42.201 166,67

2007 2.317 2.303 34.126 148,18

2008 2.266 2.173 34.255 157,64

2009 2.709 2.478 38.820 156,66

2010 2.814 3.457 53.988 156,17

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010

Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan tanaman biofarmaka) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang


(24)

tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri (ekspor). Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura diantaranya rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien, Kebijakan dan regulasi dibidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional.

Peluang yang ditawarkan pasar dunia dari komoditi kentang Indonesia khususnya di Kabupaten Karo adalah cukup menjanjikan dari sisi ekspor. Artinya, masyarakat luar negeri mengkonsumsi kentang Indonesia khususnya dari Kabupaten Karo dalam volume dan nilai yang cukup besar (dapat dilihat pada Tabel 4.). Singapura dan Malaysia merupakan negara tujuan ekspor kentang segar dari Kabupaten Karo.

Tabel 4. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kentang di Kabupaten Karo Tahun 2001-2010

Tahun Volume ekspor (ton) Nilai ekspor

(US $)

2001 7.470,890 1.150.955

2002 16.529,210 3.227.289

2003 18.182,150 3.550.018

2004 20.373,000 3.834.019

2005 24.447,600 4.600.823

2006 27.120,150 14.383.682

2007 27.882,515 14.788.016

2008 29.276,641 15.379.537

2009 27.227,276 14.302.969

2010 28.316,367 14.875.088


(25)

Dari Tabel 4. secara umum tampak bahwa volume ekspor kentang di Kabupaten Karo dari tahun 2001-2008 cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan volume ekspor yang signifikan terjadi pada tahun 2002 (sebesar 121,24%). Dan kenaikan volume ekspor terus meningkat. Namun pada tahun 2009 volume ekspor mengalami penurunan dibanding tahun 2008. Kemudian pada tahun 2010 volume ekspor mengalami sedikit kenaikan dari tahun 2009 sebesar 3,8%.

Nilai ekspor dari tahun 2001-2010 terus mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor.

1.2. Identifikasi Masalah

Bagaimana pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia terhadap ekspor kentang Kabupaten Karo?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menganalisis apakah ada

pengaruh variabel produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia dan konsumsi kentang di Indonesia terhadap ekspor kentang Kabupaten Karo.


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain :

1.Bagi petani kentang, diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan ekspor kentang.

2.Bagi Instansi terkait, diharapkan dapat menjadi tambahan masukan dalam melengkapi bahan dan sebagai pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan sektor pertanian khususnya pembangunan pertanian komoditi kentang di Kabupaten Karo.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan ekspor.

Samanhudi, 2009 meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan menggunakan model GLS (Generalized Least Square) dimana variabel bebas terdiri dari harga komoditi, GDP riil Amerika, kurs mata uang Indonesia terhadap dollar dan jumlah penduduk Amerika. Hasil dari model GLS menunjukkan bahwa harga produk pertanian Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor produk pertanian Indonesia, cateris paribus. Variabel GDP Amerika Serikat secara statistik mempunyai pengaruh positif terhadap volume ekspor perkebunan, cateris paribus. Variabel kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume ekspor perkebunan Indonesia sedangkan variabel populasi Amerika Serikat mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap volume ekspor produk perkebuanan Indonesia ke Amerika Serikat.

Hanindita, 2008 meneliti tentang Analisis Ekspor Tomat Indonesia dengan menggunakan Regresi Linier Berganda dimana variabel bebas yang terdiri dari pendapatan perka pita negara pengekspor, harga komoditi di negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan, nilai tukar dollar Amerika terhadap negara tujuan, dan pertumbuhan harga memberikan pengaruh nyata terhadap volume permintaan tomat segar negara tujuan dari Indonesia. Peubah jarak antar dua negara dan pertumbuhan populasi tidak berpengaruh nyata.


(28)

Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat (Anggraini, 2006), menggunakan model regresi berganda atau OLS (Ordinary Least Square) dimana variabel independent terdiri atas pendapatan perkapita Amerika, harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi tahun sebelumnya, kurs riil dan populasi. Dari hasil penelitian dengan menggunakan OLS diperoleh bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika adalah variabel harga kopi dnia, harga teh dunia, jumlah penduduk Amerika Serikat dan variabel konsumsi kopi Amerika Serikat satu tahun sebelumnya. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadapap volume ekspor kopi Indonesia dari Amerika Serikat adalah variabel pendapatan penduduk Amerika Serikat dan variabel nilai tukar atau kurs riil uang dollar terhadap rupiah. Variabel harga kopi dunia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ekspor kopi. Sedangkan variabel harga teh dunia, konsumsi kopi Amerika, jumlah penduduk Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia.

Dari penelitian Lubis (2002), dalam Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Keragaan Industri Kopi Indonesia dan Perdagangan Kopi Dunia, dengan menggunakan model ekspektasi adaptif (Adaptive Expectation Model) menyatakan penerapan liberalisasi sepihak baik yang dilakukan eksportir selain Indonesia maupun oleh importir utama kopi dunia akan merugikan perdagangan kopi Indonesia, dimana pada dua kondisi ini penerimaan devisa menurun. Sedangkan penerapan liberalisasi perdagangan sesuai dengan kesepakatan Indonesia dengan AFTA, atau sesuai dengan kesepakatan Indonesia dengan WTO


(29)

akan memberikan manfaat bagi pengembangan industri kopi Indonesia baik dari sisi produksi, maupun perdagangan ditingkat domestik dan pasar dunia.

2.1.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umurnya relatif pendek, hanya 90-180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5-1,2 meter, tergantung varietasnya (Budi Samadi, 2007).

Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah, membesar dan berkembang menjadi buah. Buah berwarna hijau tua sampaikeungu-unguan, berbentuk bulat, berukuran kira-kira 2,5 cm, dan berongga dua. Buah mengandung 500 bakal biji yang nantinya menjadi biji hanya 10-300 biji. Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Kentang varietas genjah berumur 90-120 hari. Varietas medium berumur 120-150 hari dan varietas dalam berumur 150-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Stolon atau bakal umbi terletak pada batang di bawah permukaan tanah. Bentuk umbi umumnya mencirikan varietas kentang yang ditanam. Umbi kentang memiliki mata tunas sebagai bahan perkembangbiakan, yang selanjutnya akan menjadi tanaman baru.


(30)

Kentang merupakan sayuran umbi yang kaya vitamin C dan kalium, selain karbohidrat dan protein. Dengan kandungan gizi yang tinggi kentang cocok dijadikan sebagai bahan sumber pangan selain beras. Kentang sebagai prioritas alternatif yang mampu mensubstitusi kebutuhan pangan pokok masyarakat. Bahkan untuk kalangan tertentu (misalnya penderita diabetes), kentang merupakan makanan pokok untuk diet, karena kandungan kadar gulanya yang rendah sehingga kentang merupakan komoditas yang penting dan mampu berperan untuk memenuhi gizi masyarakat. Kentang dapat dikonsumsi dalam bentuk berbagai macam olahan anatara lain kentang rebus, kentang goreng, aneka snck, perkedel dan berbagai masakan seperti sup, gado-gado, bistik dan sebagainya.

Pola konsumsi masyarakat terhadap makanan terutama di perkotaan, menjadikan kentang sebagai menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi bersama-sama dengan ayam goreng. Restoran fast food dan berbagai jenis panganan juga menggunakan kentang sebagai bahan menu utamanya. Berbagai kenyataan tersebut semakin menegaskan besarnya kebutuhan masyarakat terhadap kentang.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintahsuatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.

Menurut Apridar, banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut :


(31)

1) Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

2) Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara

3) Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi

4) Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut

5) Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi

6) Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang

7) Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain

8) Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.


(32)

Keterangan :

Pf : Harga keseimbangan di pasaran internasional PdA

Pd

: Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

B

OY

: Harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan internasional

1A

OY

: Konsumsi di negara A sebelum adanya perdagangan internasional

1B : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdaganagan internasional

Asumsi pola permintaan kedua negara diketahui maka secara grafis kurva ekspor suatu komoditas yang dilakukan oleh dua negara dapat dilihat di Gambar 1. Pada Gambar dapat ditunjukkan bahwa sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga keseimbangan komoditas Y pada titik C dan pada titik F pada negara B. Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1 dan OY4 pada negara B. Pf adalah harga keseimbangan di pasaran internasional yaitu, di antara harga komoditas di negara A dan negara B. Apabila harga Y naik menjadi Pf di negara A setelah adanya perdagangan internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY2 sedang total penawaran komoditas Y sebesar OY3 atau dititk E. Dengan demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar O-Y atau Y2-Y3. Selain faktor harga yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut ini akan diuraikan secara teoritis beberapa faktor yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

2.2.2. Teori Permintaan

Kurva permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah yang menunjukkan jumlah sesuatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Semakin rendah harga suatu barang maka akan semakin banyak jumlah yang akan diminta dan sebaliknya.


(33)

D0

D0

Harga (Price)

Jumlah yang diminta (quantity)

Gambar 2. Kurva Permintaan

Jumlah yang diminta tidak hanya bergantung pada harga saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lai seperti :

a) Perubahan pendapatan

Apabila pendapatan konsumen meningkat dengan harga yang sama konsumen dapat membeli jumlah yang lebih banyak, apabila faktor-faktor lain dianggap tetap.

b) Selera

Selera konsumen yang meningkat dapat mendorong pembelian yang lebih banyak meskipun harga tidak berubah.

c) Perkiraan (expectation)

Apabila konsumen memperkirakan harga dikemudian hari akan meningkat, maka konsumen akan cenderung membeli lebih banyak saat ini.


(34)

Apabila jumlah penduduk bertambah, maka jumlah yang dibeli semakin besar meskipun harga tidak turun.

e) Harga barang lain

Hubungan satu barang dengan barang lain dapat bersifat saling berganti (subsitute) dan saling melengkapi (komplementer). Apabila harga barang pengganti naik maka konsumen akan membeli lebih banyak barang lain yang merupakan barang yang menjadi kebutuhan awal konsumen.

Secara grafik, perubahan dari faktor-faktor diatas menyebabkan kurva permintaan bergeser ke kanan atas dari DoDo ke D1D1. Perubahan dari titik A ke B merupakan perubahan jumlah yang diminta karena harga turun. Sedangkan pergeseran kurva permintaan dari DoDo ke D1D1 disebut perubahan permintaan karena faktor-faktor lain (selain harga) yang mempengaruhi jumlah yang diminta (cateris paribus) berubah (Nopirin, 2008).

Y Harga

(Rp/Kg) D D

1

A

o

B

D D

1

o

X

Jumlah yang diminta (kg)


(35)

2.2.3. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara). GDP dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda.

Ada dua tipe Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) yaitu:

1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.

2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan


(36)

GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.

Untuk barang normal, kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian barang. Sebaliknya implikasinya untuk barang inferior bahwa peningkatan pendapatan menurunkan kuantitas yang dibeli (Nicholson, 2002).

2.2.4. Teori Produksi

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2010). Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting di antara faktor produksi yang lain. Hubungan anatara faktor produksi (input) dengan produksi (output) biasanya disebut fungsi produksi atau disebut juga factor relationship. Petani dalam melakukan usahatani selalu berupaya bagaimana mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin untuk memperoleh produksi yang maksimum.

Perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sektor produksi di dalam negeri. Kenaikan produktifitas merupakan pengaruh yang dirasakan sangat penting dari perdagangan luar negeri terhadap sektor produksi berupa peningkatan produktifitas dan efesiensi pada umumnya (Apridar, 2009).


(37)

2.2.5. Ekspor

Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri. Ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Untuk memenuhi kenaikan ekspor, produsen harus menambah jumlah produksi dengan cara menambah penggunaan faktor produksi (Nopirin, 2008).

Ekspor akan mendorong kegiatan ekonomi karena orang asing yang membeli barang produksi dalam negeri. Dan suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional terjadi dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain : adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga dapat dijual keluar negeri melalui kebijaksanaan ekspor, adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri, adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada penjualan di dalam negeri karena harga di pasar dunia lebih menguntungkan, adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik, dan adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Harga ekspor negara bersangkutan, harga domestik, produksi, nilai tukar mata uang negara bersangkutan terhadap US dollar, diasumsikan variabel-variabel penting yang mempengaruhi ekspor kentang bagi negara-negara pengekspor kentang.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor. Menurut Darmansyah (1986) dalam Soekartawi (2010), faktor-faktor ini adalah harga


(38)

internasional, nilai tukar uang (exchange rate), kuota ekspor-impor, kuota dan tarif serta nontarif.

2.2.6. Harga Domestik

Harga mempengaruhi secara simultan pada permintaan dan penawaran. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permintaan dan penawaran kentang memberikan pengaruh yang berbeda pada tingkat harga kentang. Sekiranya permintaan kentang meningkat, cateris paribus maka harga kentang akan meningkat (positif), sedangkan jika penawaran kentang meningkat, akan memberikan pengaruh kepada turunnya harga kentang (negatif). Elastisitas harga atas penawaran mengandung efek subsitusi dan efek pendapatan. Dalam efek subsitusi suatu penurunan harga (misalnya harga kentang), mengakibatkan petani mengganti tanaman kentang dengan tanaman lain yang relatif lebih menguntungkan. Sebaliknya kanaikan harga kentang dapat merangsang petani untuk memperluas tanaman kentangnya dan mengurangi tanaman lain. Pada sisi lain, efek pendapatan dari suatu perubahan harga terhadap penawaran dapat bersifat positif maupun negatif.

Jika suatu kenaikan harga kentang misalnya menyebabkan kenaikan pendapatan petani, dan oleh karenanya petani semakin memperhatikan usahatani kentang, maka efek pendapatan adalah positif. Namun jika karena pendapatan yang meningkat tersebut, petani segera merasa puas dan kurang memperhatikan budidaya kentang lagi, maka efek pendapatan adalah negatif. Apabila elastisitas harga silang antara dua komoditi adalah positif maka kedua komoditi tersebut adalah merupakan joint-product, dan jika elastisitasnya negatif maka kedua komoditi tersebut competiting-product.


(39)

2.2.7. Harga Internasional

Harga ekspor secara teoritis akan mampu merangsang kenaikan ekspor, hal ini disebabkan peningkatan harga ekspor dinegara eksportir akan merangsang eksportir memperbesar ekspornya, sehingga kuantitas di pasar domestik menjadi berkurang dan merangsang kenaikan harga domestik. Dengan demikian peningkatan produksi , akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap harga domestik. Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. Naik turunnya harga disebabkan oleh :

a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, di mana dengan tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, dimana harga internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

2.2.8. Nilai Tukar Uang (Exchange rate)

Nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nillai tukar valuta asing merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah


(40)

barang-barang di negara lain adalah lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang-barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar antara lain : perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing, perubahan preferensi masyarakat, perubahan harga barang ekspor dan impor, kenaikan harga umum (inflasi), perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Kebijaksanaan nilai tukar uang adalah dimaksudkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang devisit melalui peningkatan ekspor. Efek dari kebijaksanaan nilai tukar uang adalah berkaitan dengan kebijaksanaan devaluasi (yaitu penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri) terhadap ekspor-impor suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah elastisitas harga untuk ekspor, elastisitas harga untuk impor dan saing komoditas tersebut di pasaran internasional. Apabila elastisitas harga untuk ekspor lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk impor maka devaluasi cenderung menguntungkan.

2.2.9. Konsumsi

Konsumsi dan permintaan komoditas holtikultura sangat menentukan banyaknya komoditas holtikultura yang dapat digerakkan oleh sistem tataniaga dan memberikan arah bagi produsen merencanakan untuk memproduksi (Saptana, 2005). Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi (Mankiw Gregory, 2007). Keputusan


(41)

konsumsi sangat penting untuk analisis jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat.

Berdasarkan Gambar 4. dapat dijelaskan bahwa untuk memenuhi permintaan dari OQ1, ke OQ2 maka produsen juga harus meningkatkan produksi yang dihasilkan pada jumlah yang sama bila dikehendaki harga di pasaran tetap. Bila tidak terjadi demikian, misalnya jumlah barang yang diminta lebih banyak dari yang disediakan , maka harga akan naik. Begitu juga sebaliknya, bila terjadi kelebihan produksi yang disediakan (over supply), maka harga akan cenderung menurun.

Gambar 4. Perubahan Permintaan dan Penyediaan Barang pada Kondisi Harga Tetap

Permintaan, konsumsi nasional dibatasi atau dipengaruhi oleh jumlah penduduk, pendapatan, selera dan harga output. Parameter-parameter ini merupakan komponen dari fungsi permintaan sehingga membatasi kemampuan perekonomian dalam mengkonsumsi produk-produk pertanian.

Penawaran, produksi nasional dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya (lahan, tenaga kerja dan modal), teknologi, harga input, dan kemampuan

H

O

A

B

S

S1

D D1


(42)

manajemen. Parameter-parameter ini merupakan komponen dari fungsi produksi sehingga membatasi kemampuan perekonomian dalam menghasilkan komoditas pertanian.

Harga dunia untuk yang diperdagangkan secara internasional, baik input maupun output, menentukan dan membatasi peluang untuk proses pembuatan kebijakan yang bersifat nasional. Ada tiga kategori kebijakan didalam ekonomi makro yang mempengaruhi sektor pertanian yaitu kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan nilai tukar, kebijakan harga faktor domestik, sumberdaya alam, dan tataguna lahan.

2.2.10. Hubungan Produksi dan Ekspor

Dari sudut pandang eksternal, pemasaran (ekspor) adalah titik awal untuk analisis suatu kegiatan industri hasil pertanian. Tanpa ada permintaan (demand) terhadap suatu kegiatan, misalnya kegiatan industri hasil pertanian dan konsumsi, maka tidak ada dasar ekonomi (economic basic) untuk melakukan kegiatan ke hilir (produksi, pengolahan dan pasokan bahan baku) dalam Saptana, et.al (2004).

Keadaan konsumsi dan permintaan komoditas holtikultura sangat menentukan banyaknya komoditas hortikultura yang dapat digerakkan oleh sistem tataniaga dan memberikan arah bagi produsen seberapa besar dalam merencanakan produksi dalam Saptana, et.al.(2005). Hal ini menyatakan bahwa keadaan ekspor ditentukan oleh banyaknya produksi yang dihasilkan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Tidak mudah membangun sektor pertanian di Indonesia, mengingat petani yang jumlahnya jutaan dengan luas lahan yang relatif sempit. Faktor produksi


(43)

sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor. Menurut Darmansyah (1986) dalam Soekartawi (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah harga internasional dan nilai tukar uang (exchange rate).

Usahatani kentang merupakan tanaman holtikultura yang mempunyai nilai perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik. Pengembangan usahatani kentang dipengaruhi oleh tingkat produksi kentang. Ekspor kentang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar (kurs), konsumsi kentang di negara pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia, dan konsumsi kentang di Indonesia. Disamping itu, produksi yang semakin menurun akan mempengaruhi ekspor kentang khususnya di Kabupaten Karo. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kentang maka dapat ditemukan masalah-masalah yang menghambat dan mempengaruhi tingkat ekspor kentang di Kabupaten Karo. Dari penemuan masalah tersebut dapat ditemukan alternatif kebijakan yang sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan usahatani kentang. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut.


(44)

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Teoritis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kentang di Kabupaten Karo

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan kerangka teoritis maka dalam penelitian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

Produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama (Malaysia), PDB Malaysia dan konsumsi kentang di Indonesia berpengaruh terhadap ekspor kentang Kabupaten Karo secara parsial maupun agregat.

Konsumsi kentang di Indonesia

(X7)

Produksi Kentang (X1)

Harga Domestik Kentang (X2)

Konsumsi Kentang Negara pengimpor

(X5)

Nilai Tukar (X4)

Harga Internasional Kentang (X3)

PDB Malaysia (X6)

Ekspor Kentang di Kab. Karo


(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan pertimbangan Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang di Sumatera Utara (dapat dilihat pada Tabel 5).

Tabel 5. Provinsi Sentra Produksi Kentang di Indonesia Tahun 2004-2008

No Provinsi Produksi (Ton)

2004 2005 2006 2007 2008 Share

1 Jawa Barat 418.230 359.891 349.158 337.368 292.253 33,99 2 Jawa

Tengah 161.213 172.740 236.695 255.481 263.147 21,07 3 Sulawesi

Utara 86.487 153.269 116.730 110.521 139.018 11,73 4 Sumatera

Utara 153.537 105.209 98.267 90.634 130.296 11,18 5 Jawa

Timur 105.254 86.809 87.928 90.365 105.058 9,20 6 Lainnya 147.067 131.701 123.133 119.364 141.771 12,83 Indonesia 1.071.788 1.009.619 1.001.911 1.003.733 1.071.543 100 Sumber : Ditjen Hortikultura diolah Pusdatin

Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra produksi kentang di Sumatera Utara. Share produksi kentang di Kabupaten Karo dibanding dengan produksi kentang di Sumatera Utara dalam rentang 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 6.


(46)

Tabel 6. Share Produksi Kentang Karo di antara Produksi Kentang Sumatera Utara Tahun 2004-2008

Tahun Produksi kentang di Kab. Karo (ton)

Produksi Kentang di Sumut (ton)

Share (%)

2004 61.971 153.537 40.36

2005 55.445 105.209 52.69

2006 42.201 98.267 42.94

2007 34.126 90.634 37.65

2008 34.255 130.296 26.29

Total 227.998 577.943 39.44

Sumber. Dinas Pertanian Kabupaten Karo (data diolah), 2009

Share produksi kentang di Kabupaten Karo di antara produksi kentang di Sumatera Utara dalam rentang waktu lima tahun (2004-2008) mengalami penurunan. Kontribusi produksi kentang dari Kabupaten Karo terhadap produksi kentang di Sumatera Utara selama kurun waktu lima tahun (2004-2008) rata-rata 39,44 persen. Beberapa kecamatan di Kabupaten Karo yang membudidayakan kentang antara lain Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, Dolat Rakyat, Merek dan Barus Jahe (Tabel 7.).


(47)

Tabel 7. Produksi Tanaman Kentang dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2010

No. Kecamatan Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

1. Merdinding - - -

2. Lau Baleng - - -

3. Tiga Binanga - - -

4. Juhar - - -

5. Munte - - -

6. Kuta Buluh - - -

7. Payung - - -

8. Tiganderket - - -

9. Simpang Empat 337 320 4.996

10. Naman Teran 645 984 15.365

11. Merdeka 279 320 4.998

12. Kabanjahe 329 289 4.512

13. Berastagi 153 257 4.010

14. Tiga Panah 242 423 6.615

15. Dolat Rakyat 177 112 1.749

16. Merek 424 525 8.198

17. Barus Jahe 228 227 3.545

JUMLAH 2.814 3.457 53.988

Sumber. Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 2010

3.2. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian dengan menggunakan data time series. Selain itu, untuk menganalisis pengaruh ekspor, data yang digunakan adalah data series sebanyak 16 tahun terakhir (Tahun 1995-2010) yang meliputi data ekspor kentang, data produksi kentang di Kabupaten Karo, harga domestik kentang, harga internasional kentang, nilai tukar, konsumsi kentang pengimpor utama, PDB Malaysia, konsumsi kentang di Indonesia, dan kebijakan ekspor.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data time series. Dalam penelitian ini digunakan data tahun 1995-2010. Data sekunder tersebut diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait antara lain data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian


(48)

Kabupaten Karo. Data volume ekspor kentang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo. Data mengenai konsumsi kentang di Indonesia dan harga kentang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Sedangkan data konsumsi kentang negara pengimpor utama (Malaysia) diperoleh dari FAO (Food and Agriculture Organization), data PDB Malaysia diperoleh dari world bank dan data kurs dollar diperoleh dari Bank Indonesia.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan formula sebagai berikut.

Y = α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5X5 + α6X6 + α7X7 dimana :

+ e

Y = Ekspor kentang di Kabupaten Karo (ton)

α 0

α

= intercep/konstanta

0.α 7= koefisien arah regresi masing-masing variabel bebas X1...X X

7 1

X

= Produksi kentang di Kabupaten Karo (ton)

2 X

= Harga domestik kentang (Rp/kg)

3 X

= Harga internasional kentang (US $/Kg)

4 X

= Nilai tukar (Rp/US$)

5 X

= Konsumsi kentang negara di Malaysia (kg)

6 X

= PDB Malaysia


(49)

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Model yang dihasilkan sebelum digunakan untuk pengujian hipotesis dilakukan pengujian untuk mendapatkan model yang baik. Pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik antara lain: 1) Uji Normalitas (variabel residual berdistribusi normal), 2) Tidak terdapat autokorelasi (adanya hubungan antara masing-masing residual observasi, 3) Tidak terjadi multikolinearitas (adanya hubungan antar variabel bebas), 4) Tidak ada heteroskedastisitas (adanya variance yang tidak konstan dari variaabel pengganggu).

1). Uji Normalitas

Menguji error (residual) berdistribusi normal dimana :

Ho : tidak ada perbedaan distribusi error (residual) dengan distribusi normal (distribusi data = normal)

H1 : ada perbedaan distribusi error (residual) dengan distribusi normal (distribusi data ≠ normal)

Menguji normalitas dengan One sample kolmogorov smirnov dengan kriteria pengambilan keputusan :

- H0 diterima jika sig > 0,05, berarti data berdistribusi normal - H0 ditolak jika sig < 0,05, berarti data tidak berdistribusi normal

2). Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian obervasi yang diurutkan menurut waktu (seperti deret waktu). Untuk mengetahui autokorelasi digunakan uji durbin Watson (DW). Adanya autokorelasi dalam regresi dapat diketahui dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Statistik d Durbin-Watson


(50)

adalah rasio jumlah selisih kuadrat dalam residu berurutan. Uji Durbin-Watson dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Gujarati, 2006):

1. Regresi OLS sehingga mendapat nilai residual

2. Menghitung d (Durbin-Watson statistik) dengan rumus :

d =

Σ

(e

n

– e

n-1

)

Σ

e

2

2

3. Mencari d

n

U dan dL

4. Mengikuti aturan keputusan untuk kemudahan referensi.

kritis dari atbel-tabel Durbin-Watson untuk ukuran sample yang diketahui dan jumlah variabel penjelas yang diketahui

Uji Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dari hasil perhitungan dengan nilai Durbin-Watson tabel. Nilai Durbin-Watson tabel diperoleh dengan melihat pada K variabel dalam persamaan dan jumlah pengamatan.

Beberapa kriteria pengujian Autokorelasi yaitu :

- Bila d < dL : tolak H0 , berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1

- Bila dL ≤ d ≤ dU : kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

- Bila dU ≤ d ≤ 4 - dU : terima H0, artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

- Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 – dL : kita tidak dapat mengambil kesimpulan

- Bila d > 4 - dL : tolak H0, berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1


(51)

3). Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinearitas sempurna (tidak adanya hubungan linier yang benar-benar pasti diantara variabel-variabel penjelas yang tercakup dalam regresi berganda. Indikator yang menunjukkan keberadaan multikolinearitas yaitu R2 tinggi tapi sedikit rasio t signifikan, korelasi berpasangan yang tinggi di antara variabel-variabel penjelas, pengujian korelasi parsial, regresi subsider, atau tambahan dan faktor inflasi varians (variance inflationfactor-VIF).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

1.Produksi

Produksi yang dimaksud adalah produksi kentang panen. Satuan yang digunakan adalah ton.

2.Harga Internasional

Harga internasional yang dimaksud adalah harga ekspor kentang yang berlaku di pasar internasional (harga ekspor kentang yang berlaku pada tahun ini). Satuannya adalah US$/Kg.

3.Harga Domestik

Harga domestik yang dimaksud merupakan harga pasaran kentang yang berlaku di Sumatera Utara. Satuan yang digunakan adalah Rp/Kg

4. Nilai Tukar

Nilai tukar yang dimaksud adalah nilai tukar uang rupiah terhadap dollar. Satuan yang digunakan adalah Rp/US$.


(52)

Jumlah ekspor kentang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dalam satuan ton.

6.Konsumsi kentang

Jumlah kentang yang dikonsumsi suatu negara (ton).

7. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) nominal negara Malaysia.

8. Jenis kentang yang di ekspor dari Kabupaten Karo adalah varietas Granolla.


(53)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang berpotensi sebagai daerah pertanian dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, Sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.

Kabupaten Karo terletak didataran tinggi pegununan Bukit Barisan berada pada ketinggian 120-1600 meter diatas permukaan laut. Dengan luas wilayah 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk 370.619 jiwa pada pertengahan tahun 2009 yang tersebar di 17 Kecamatan, 252 Desa dan 10 Kelurahan.

Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak diantara 2°50’-3°19’ Lintang Utara dan 97°55’-98°38’ Bujur Timur. Suhu udara berkisar antara 15,8°C sampai dengan 23,9°C, dengan kelembaban udara rata-rata 87,38% dan curah hujan sebanyak 170 hari hujan/tahun dan rata-rata kecepatan angin berkisar antara 5,3-14,7 m/detik.

Batas wilayah Kabupaten Karo adalah :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir


(54)

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo.

Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten Karo diduga cukup potensial namum masih memerlukan survei lapangan.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C, dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.


(55)

Pada tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan angin 1,32 M/DT. Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.

Hasil Sensus tahun 2000 Penduduk Kabupaten Karo berjumlah 283.713 jiwa, pada pertengahan tahun 2009 diperkirakan sebesar 370.619 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 Km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2000 – 2009 (keadaan tengah tahun) adalah sebesar 3,01 % per tahun

4.1.3. Kependudukan

Tahun 2009 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Laki-laki berjumlah 182.497 jiwa dan Perempuan berjumlah 188.122 jiwa. Angka sex rasio sebesar 97,00 persen yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki (Tabel 8).


(56)

Tabel 8. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2000-2009

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

2000 141.165 142.548 283.713 99.03

2001 142.852 145.005 287.857 98.52

2002 148.776 150.313 299.149 98.94

2003 155.617 155.395 311.012 100.14

2004 156.262 156.038 312.300 100.14

2005 157.107 159.100 316.207 98.75

2006 170.574 171.981 342.555 99.18

2007 172.862 178.506 351.368 96.84

2008 177.637 183.243 360.880 96.94

2009 182.497 188.122 370.619 97.00

Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2010

Struktur penduduk menurut umur menunjukkan bahwa 32,75 persen atau sebesar 115.063 jiwa penduduk berusia dibawah 15 tahun dan hanya 4,65 persen penduduk berusia 65 tahun atau lebih sedangkan yang berada di usia produktif sekitar 62,60 persen atau sebesar 219.962.

4.1.4. Topografi

Menurut kemiringan lereng, daerah Kabupaten Karo sebagian besar mempunyai kemiringan diatas 40% yang memiliki luas 75.145 Ha atau sebesar 35,52% dari luas kabupaten. Sedangkan sebagian kecil daera ini mempunyai kemiringan lereng (0,2%), dengan luas areal 13.600 Ha atau sebesar 6,39% dari luas Kabupaten Karo.

Dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut: - Datar 2% = 23.900 Ha = 11,24%

- Miring 15-40% = 41.169 Ha = 19,35% - Curam 40% = 72.737 Ha = 34,19% - Landai 2-15% = 74.919 Ha = 35,22%


(57)

Masyarakat Kabupaten Karo pada umumnya bergerak di sektor Pertanian. Jumlah rumahtangga Kabupaten Karo sebanyak 96.715 rumahtangga, terdapat 72,33 persen rumahtangga pertanian atau sebanyak 69.952 rumahtangga (Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2009).

Perekonomian Kabupaten Karo pada umumnya didukung oleh pertanian rakyat, tidak kurang dari 72,33% penduduk Kabupaten Karo bermatapencaharian sebagai petani dengan sumbangan 60,46% terhadap PDRB tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan usaha yang dominan pada masyarakat di Kabupaten Karo adalah lapangan usaha sektor pertanian. Sejak terjadinya krisis ekonomi sektor pertanian tetap eksis karena tetap memegang peranan sebagai penyedia pangan.

Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

[ 1 ], 60.46%

[ 2 ], 12.88%

[ 3 ], 11.97%

[ 4 ], 7.73%

[ 5 ], 3.76%

[ 6 ], 1.74%

[ 7 ], 0.36%

[ 8 ], 0.75%

[ 9 ], 0.36%

[ 1 ] Pertanian [ 2 ] Jasa- jasa

[ 3 ] Perdagangan, Hotel dan Restoran [ 4 ] Pengangkutan dan Komunikasi [ 5 ] Bangunan

[ 6 ] Bank & Lembaga Keuangan [ 7 ] Penggalian

[ 8 ] Industri [ 9 ] Listrik, Gas & Air

Gambar 6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009


(58)

Kontribusi terbesar sektor pertanian pada tahun 2009 disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 2.658.311,31 juta atau 77,90 persen diikuti sub sektor Perkebunan Rakyat sebesar Rp 520.595,73 juta atau 15,25 persen, sub sektor Peternakan sebesar Rp 224.109,47 juta atau 6,56 persen, sub sektor perikanan sebesar Rp 6.513,20 juta atau 0,19 persen dan sub sektor kehutanan sebesar Rp 3.319,37 juta atau 0,10 persen (Tabel 9).

Apabila ditinjau dari kontribusi sub sektor pertanian erhadap pembentukan PDRB Kabupaten Karo atas harga berlaku tahun 2009, kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan sangat signifikan peranannya yaitu sebesar 47,10 persen mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 46,81 persen. Komoditi dalam sub sektor ini yang cukup besar sumbangannya adalah tanaman holtikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran seperti jeruk, cabe, tomat, kentang, kubis dan lain sebagainya. Hasil dari komoditi ini merupakan produk andalan dari Kabupaten Karo, yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal, beberapa komoditi dari daerah ini juga dijual ke daerah lain, bahkan ada yang diekspor ke luar negeri, sehingga Kabupaten Karo menjadi terkenal sebagai produsen utama beberapa komoditi buah-buahan dan sayur-sayuran di Sumatera Utara.


(59)

Tabel 9. Distribusi Persentase Pembentukan PDRB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Karo Tahun 2009

No Sub Sektor Terhadap PDRB

Kabupaten Terhadap Sektor Pertanian 1 2 3 4 5

Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Peternakan Perikanan Kehutanan 47,10 9,22 3,97 0,12 0,06 77,90 15,25 6,56 0,19 0,10 Sektor Pertanian 60,46 100,00

Sumber : Profil Kabupaten Karo, 2010.

Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling berkaitan satu sama lain. Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani dan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang dimaksud adalah teknik-teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan pra usahatani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana produksi yang tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil pertanian diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa penyuluhan. Sektor jasa akan menghu-bungkan aktivitas subsistem yang terkait dalam agribisnis.


(60)

Beberapa faktor penentu atau Critical success factors keberhasilan yang dijalankan dengan baik oleh Pemerinah Kabupaten Karo dalam mendukung pertanian di Kabupaten Karo. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor strategis dari seluruh organisasi pemerintah dilingkungan Pemerinah Kabupaten Karo antara lain sebagai berikut : Tersedianya sarana, prasarana, fasilitas dan tenaga ahli untuk meningkatkan kemampuan SDM karo, Tersedianya teknologi yang tepat guna sehingga mampu meningkatkan daya saing produk pertanian, pariwisata, dan perindustrian kabupaten karo. Di kabupaten Karo tersedia sarana dan prasarana transportasi darat, listrik, telekomunikasi dan air bersih yang mendukung pertanian di Kabupaten Karo, khususnya bagi pertanaman kentang.


(61)

4.2. Deskripsi Variabel

4.2.1. Trend Harga Domestik Kentang

Terlihat pada gambar harga domestik kentang relatif semakin naik dari tahun 1995-2010. Harga kentang yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu Rp 4647/kg. Sedangkan harga kentang yang paling rendah terjadi pada tahun 2000 sebesar Rp 1003/kg bila dibanding dengan tahun sebelumnya harga domestik kentang turun 28.59 % (dapat dilihat pada lampiran ).

Kenaikan harga domestik kentang secara signifikan terjadi pada tahun 1998 (sebesar 89.93 %). Hal ini terjadi karena diikuti oleh terjadinya krisis moneter yaitu naiknya nilai mata uang rupiah terhadap dollar.

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 3500.00 4000.00 4500.00 5000.00

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun H ar g a d o m est ik K en tan g (Rp /Kg )

Harga domestik kentang (Rp/Kg)

Gambar 7. Trend Harga Domestik Kentang di Sumatera Utara

4.2.2. Trend Harga Internasional Kentang

Pada Gambar 8, terlihat harga kentang di dunia internasional juga berfluktuatif. Namun harga kentang internasional paling tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 186 US $ / ton. Ada peningkatan 12 % dari tahun sebelumnya. Namun selama kurun waktu 15 tahun harga internasional kentang yang paling rendah terjadi pada


(62)

tahun 1996 yaitu sebesar 108 US$ / ton. Hal ini disebabkan pengaruh krisis ekonomi global.

Gambar 8. Trend Harga Internasional Kentang

4.2.3. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Nilai tukar rupiah terhadap dollar (kurs) dari tahun 1995-2010 cenderung semakin meningkat. Pada gambar dapat dilihat nilai kurs meningkat secara drastis pada tahun 1998 yaitu senilai Rp 7564.67 (sebesar 191.20%) dari tahun sebelumnya Rp 2597.67. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis moneter di Indonesia. Nilai kurs yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 10345.88.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun

U

S

$ /

T

o


(63)

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun Nila i K ur s ( $/R p)

Gambar 9. Trend Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

4.2.4. Trend Perkembangan Konsumsi Kentang di Negara Pengimpor Utama (Malaysia)

Konsumsi kentang di negara pengimpor utama (Malaysia) cenderung semakin meningkat (Gambar 10). Hal ini terjadi karena adanya pola perubahan makan di Malaysia khususnya. Peningkatan tidak terlalu signifikan, namun seiring dengan waktu dalam kurun dari tahun 1995-2010 terus mengalami kenaikan. Rata-rata konsumsi kentang per kapita per tahun sebesar 5-6 kg/kapita/tahun. Konsumsi kentang di Malaysia paling tinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 208177,91047 ton. 0.00 50000000.00 100000000.00 150000000.00 200000000.00 250000000.00

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun K o n su m si ken t an g d i M al aysi a (k g )

Konsumsi Kentang di Negara Pengimpor Utama (Malaysia) (Kg)

Gambar 10. Trend Konsumsi Kentang di Negara Pengimpor Utama (Malaysia)


(1)

Variables Entered/Removed

b

GDP

Malays ia,

Nilai Tukar

(Rp/US $),

Konsumsi

Kentang di

Indonesia

(ton),

Harga

Internasio

nal

Kentang

(US $/ton),

Harga

Domes tik

Kentang

(Rp/ton),

Produksi

Kentang di

Kab. Karo

(ton),

Konsumsi

Kentang di

Malays ia

(ton)

a

.

Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Eks por Kentang di Kab. Karo (ton)

b.

Model Summaryb

.952a .906 .824 10693.70717 .906 10.999 7 8 .002 2.457

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics

Durbin-Watson Predictors: (Constant), GDP Malaysia, Nilai Tukar (Rp/US $), Konsumsi Kentang di Indonesia (ton), Harga Internasional Kentang (US $/ton), Harga Domestik Kentang (Rp/ton), Produksi Kentang di Kab. Karo (ton), Konsumsi Kentang di Malaysia (ton)

a.

Dependent Variable: Ekspor Kentang di Kab. Karo (ton) b.

ANOVA

b

8.8E+009

7

1257770943

10.999

.002

a

9.1E+008

8

114355373.1

9.7E+009

15

Regres sion

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Predictors: (Constant), GDP Malaysia, Nilai Tukar (Rp/US $), Konsumsi Kentang di

Indonesia (ton), Harga Internasional Kentang (US $/ton), Harga Domestik Kentang

(Rp/ton), Produksi Kentang di Kab. Karo (ton), Kons ums i Kentang di Malaysia (ton)

a.

Dependent Variable: Eks por Kentang di Kab. Karo (ton)

b.


(2)

Coeffi cientsa

-188990 65087. 196 -2. 904 .020

.761 .214 1.520 3.558 .007 .064 15.509

.073 6.631 .004 .011 .991 .108 9.257

472.135 217.418 .434 2.172 .062 .295 3.394

2.656 3.327 .294 .798 .448 .087 11.537

.055 .310 .084 .177 .864 .052 19.326

.168 .051 .551 3.270 .011 .414 2.416

-21.241 190.202 -.042 -.112 .914 .084 11.904 (Const ant)

Produk si K entang di Kab. K aro (ton) Harga Domest ik Kentang (Rp/ton) Harga Internas ional Kentang (US $/ton) Nilai Tukar (Rp/US $) Konsumsi Kentang di Malaysia (ton) Konsumsi Kentang di Indonesia (ton) GDP Malaysia Model

1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ient s

Beta St andardiz ed

Coeffic ient s

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Ek spor Kentang di Kab. Karo (ton) a.

Collinearity Diagnosticsa

7.299 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

.565 3.593 .00 .02 .01 .00 .00 .00 .00 .00

.078 9.693 .00 .00 .04 .00 .07 .00 .02 .02

.035 14.535 .00 .07 .33 .00 .00 .00 .24 .01

.013 23.761 .00 .01 .29 .08 .02 .01 .60 .21

.006 34.749 .00 .04 .17 .71 .14 .00 .00 .43

.003 46.445 .02 .04 .01 .15 .34 .65 .00 .29

.001 76.310 .98 .82 .14 .05 .44 .33 .13 .03

Dimension 1 2 3 4 5 6 7 8 Model 1 Eigenvalue Condition Index (Constant) Produksi Kentang di Kab. Karo (ton) Harga Domes tik Kentang (Rp/ton) Harga Internasional Kentang (US $/ton) Nilai Tukar (Rp/US $) Konsumsi Kentang di Malays ia (ton)

Konsumsi Kentang di Indonesia

(ton) GDP Malays ia Variance Proportions

Dependent Variable: Eks por Kentang di Kab. Karo (ton) a.

Re siduals Sta tistics

a

7854.6353

96845. 55

30402. 74

24227. 25270

16

-.931

2.742

.000

1.000

16

4628.931

9399.661

7427.249

1465.571

16

-17849.8

78589. 31

29377. 93

26192. 45407

16

-15183.3

14512. 36

.00000

7809.57952

16

-1. 420

1.357

.000

.730

16

-2. 270

1.868

.026

1.131

16

-38804.4

38222. 85

1024.811

19781. 53835

16

-3. 559

2.328

-.005

1.408

16

1.873

10.652

6.562

2.711

16

.000

1.234

.252

.370

16

.125

.710

.438

.181

16

Predic ted V alue

St d. P redic ted Value

St andard E rror of

Predic ted V alue

Adjust ed P redicted Value

Residual

St d. Residual

St ud. Residual

Deleted Residual

St ud. Deleted Residual

Mahal. Dis tanc e

Cook's Dis tanc e

Centered Leverage Value

Minimum

Maximum

Mean

St d. Deviat ion

N

Dependent Variable: Ek spor Kentang di Kab. Karo (ton)

a.


(3)

Regression Standardized Residual

1.5 1.0

0.5 0.0

-0.5 -1.0

-1.5

Frequency

5

4

3

2

1

0 Histogram Dependent Variable: Ekspor Kentang di Kab. Karo (ton)

Mean =-3.19E-16฀

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Ekspor Kentang di Kab. Karo (ton)


(4)

Regression Studentized Deleted (Press) Residual

2 0

-2 -4

R

egressi

on

S

tandardi

z

ed

R

esi

dual

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0

-1.5

Scatterplot

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

16

.0000000

7809.579521

.103

.103

-.084

.413

.996

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters

a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Res idual

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.


(5)

Lampiran 2. Data Sekunder Variabel X1-X7 Terhadap Y Tahun 1995-2010

Tahun X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 Y

1995 188548.00 392.90 149.00 2054.45 85876779.84 84.29 188548.00

102,882

1996 187348.00 473.03 108.00 2184.20 94431691.26 92.55 187348.00 79665.88

1997 136727.00 538.11 124.00 2597.67 103363395.75 95.87 136727.00 27466.75

1998 118182.00 1022.04 123.00 7564.67 112859286.60 82.40 118182.00 36691.74

1999 107690.00 1405.23 127.00 6503.71 118093514.31 82.61 107690.00 13076.34

2000 117208.00 1003.41 112.00 8161.74 120790061.85 92.72 117208.00 8771.06

2001 78244.00 1505.85 154.00 9353.69 127890002.88 85.65 78244.00 7470.89

2002 59077.00 1873.86 147.00 9261.17 149864721.90 88.33 59077.00 16529.21

2003 78172.00 1953.65 130.00 8571.17 146557910.08 93.21 78172.00 18182.15

2004 61971.00 2213.85 125.00 8985.42 127379417.88 109.66 61971.00 20373.00

2005 55445.00 2204.95 155.00 9751.34 166360636.20 125.42 55445.00 15512.00

2006 42021.00 2196.08 161.00 9187.54 185011720.78 145.07 42021.00 27120.15

2007 34126.00 2791.67 166.00 9173.48 185358464.92 176.77 34126.00 27882.52

2008 34255.00 3122.09 186.00 9737.40 187479498.78 193.33 34255.00 29276.64

2009 38820.00 4332.91 168.74 10345.88 198191008.51 182.23 38820.00 27227.28

2010 53.988 4,647.64 173 9,078.25 208177910.47 217.38 53988.00 28316.37

X1 : Produksi Kentang di Kabupaten Karo (ton)

X2 : Harga Domestik Kentang (Rp/Kg)

X3 : Harga Internasional Kentang (US$/ton)

X4 : Nilai Tukar (Rp/US $)

X5 : Konsumsi Kentang di Malaysia (Kg)

X6 : GDP Malaysia

X7 : Konsumsi Kentang di Indonesia (Kg)

Y : Ekspor Kentang di Kabupaten Karo (ton)


(6)

Lampiran 3. Persentase Produksi Kentang di Kab. Karo 1995-2010

Tahun

Produksi Kentang

(Ton)

Trend per tahun (%)

1995

188.548

1996

187.348

-0.64

1997

136.727

-27.02

1998

118.182

-13.56

1999

107.690

-8.87

2000

117.208

8.84

2001

78.244

-33.24

2002

59.077

-24.49

2003

78.172

32.32

2004

61.971

-20.72

2005

55.445

-10.53

2006

42.021

-24.21

2007

34.126

-18.79

2008

34.255

0.38

2009

38.820

13.32

2010

53.988

39.07

Sumber. Dinas Pertanian Kabupaten Karo, 1995-2010 (

data diolah

)

Lampiran 4. Persentase Trend Harga Domestik Kentang Tahun 1995-2010

Tahun

Harga Kentang

(Rp)

Trend per tahun

1995

392.90

1996

473.03

20.39

1997

538.11

13.75

1998

1022.04

89.93

1999

1405.23

37.49

2000

1003.41

-28.59

2001

1505.85

50.07

2002

1873.86

24.43

2003

1953.65

4.25

2004

2213.85

13.31

2005

2204.95

-0.40

2006

2196.08

-0.40

2007

2791.67

27.12

2008

3122.09

11.83

2009

4332.91

38.78

2010

4647.64

7.26