2.3. Penggunaan suara oleh beberapa spesies ikan dan invertebrata
Laut adalah lingkungan perairan yang sangat berisik. Suara bawah laut berasal dari berbagai macam sumber dari alam, yaitu proses fisik di
perairan, seperti ombak, hujan, gempa bawah laut dan lain sebagainya. Suara juga bersumber dari kegiatan antropogenik, seperti kapal, sonar yang
digunakan untuk kepentingan militer, survei seismik, kegiatan industri lepas pantai, dan berbagai penelitian akustik kelautan. Banyak spesies biota laut,
seperti ikan, invertebrata benthik dan mamalia laut juga memproduksi suara untuk berbagai tujuan. Berikut ini adalah beberapa contoh biota laut, selain
lumba-lumba dan paus yang juga dapat memproduksi suara.
2.3.1. Snapping shrimp Alpheus heterochaelis
Snapping shrimp adalah spesies Crustacea yang ditemukan di perairan tropis dan sub-tropis, dengan warna hijau lumut dan panjang hingga 5 cm.
Ciri khas dari udang ini adalah salah satu capitnya yang jauh lebih besar dari capit lainnya dan bisa tumbuh hingga setengah dari panjang total tubuhnya.
Spesies udang ini memproduksi suara yang keras untuk melumpuhkan mangsanya, untuk menghidar dari predator dan untuk berkomunikasi dengan
sesamanya. Suara diproduksi karena meletusnya gelembung udara yang terbentuk saat capit terbuka dan tertutup secara cepat. Peneliti juga
menyebutkan bahwa pada saat suara diproduksi, cahaya juga terbentuk karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam gelembung udara
www.dosits.org.
2.3.2. Ikan
Ikan memproduksi suara dengan mekanisme yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda pula. Suara tersebut diproduksi secara sengaja dan
ditujukan untuk menghindari predator, untuk menarik perhatian pasangan atau sebagai respon dari rasa takut. Suara yang diproduksi secara sengaja ini
biasa disebut sebagai vokalisasi, dan telah diketahui bahwa banyak spesies ikan yang vokal. Suara lain diproduksi secara tidak sengaja, sepeti suara
yang tebentuk saat kegiatan makan dan berenang. Tiga cara utama dari mekanisme produksi suara pada ikan adalah
dengan menggerakkan atau menggemertakkan bagian-bagian tubuh stridulatory; dengan menggunakan sonic muscle yang terletak di dekat
gelembung renang drumming; dan dengan merubah arah dan kecepatan renang secara cepat hidrodinamik.
Kisaran frekuensi stridulatory adalah antara 100 Hz hingga 8000 Hz, dengan frekuensi dominan pada 1000-4000 Hz. Sebagian besar suara yang
diproduksi pada sonic muscle memiliki kisaran frekuensi antara 45-60 Hz pada goliath grouper dan black drum hingga 250-300 Hz pada toadfish dan
silver perch www.dosits.org. Suara hidrodinamik memiliki frekuensi yang sangat rendah dan tidak harmonis, mencapai kisaran suara subsonic. Suara
tersebut hanya merupakan hasil sampingan dari kegiatan renang dan tidak memiliki informasi yang digunakan untuk komunikasi.
Wirawanto 2002 melakukan penelitian mengenai suara stridulatory pada tingkah laku makan ikan Kerapu Tikus Cromileptes altivelis. Ledakan
sinyal suara stridulatory Ikan Kerapu Tikus terjadi pada band frekuensi yang sangat lebar hingga mencapai 2751 Hz.
Beberapa spesies dari famili Pomadasyidae memiliki gelembung renang yang berfungsi sebagai resonator untuk memperkuat suara stridulatory. Kuda
laut Hippocampus hudsonius juga dapat memproduksi suara stridulatory. Suara diproduksi pada tulang pada tengkorak, yang menghasilkan suara snap
dan click yang kemungkinan diperkuat oleh gelembung renang. Beberapa spesies ikan dari famili Pomacentridae damselfish memiliki
sifat teritorial dan menggunakan suara untuk mempertahankan teritori, termasuk sarang mereka Popper dan Platt, 1993.
Rountree et al. 2001 menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat 51
spesies ikan yang dapat memproduksi suara di perairan New England Lampiran 15. Beberapa famili ikan bahkan dapat memproduksi suara
dengan intensitas yang kuat, diantaranya famili Gadidae, Ophidiidae, Batrachoididae, Dactyopteridae, Trigiidae, Carangidae, Haemulidae, dan
Sciaenidae. Sebagian besar spesies ikan dari famili Sciaenidae dapat memproduksi
suara yang dihasilkan di bagian sonic muscle. Pada famili ini, suara biasanya dikaitkan dengan tingkah laku kawin dan peneliti sering menggunakan suara
ini untuk mencari lokasi spawning dari Sciaenidae. Penelitian skala laboratotium yang dilakukan oleh Connaughton
2007, menyebutkan bahwa Atlantic croaker Micropogon undulatus menggunakan suara pada dua tingkah laku berbeda, yaitu saat kawin dan
sebagai respon dari rasa takut. Connaughton juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan rataan ulangan pulsa pada suara yang digunakan untuk
dua tingkah laku yang berbeda tersebut.
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai dari persiapan untuk ke lapangan sampai tahap penulisan. Pengambilan data di lapangan dilakukan di
Perairan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur yang dilaksanakan pada tanggal 27-30 Desember 2005. Penelitian ini merupakan bagian dari riset
„Inventarisasi Mamalia Air‟ yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap, Balai Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan
Perikanan.
Sumber: Peta dasar digital PRPT-BRKP 2006 Gambar 8. Peta lokasi penelitian di Perairan Laut Sawu, NTT
Penelitian ini menitikberatkan pada daerah perairan Laut Sawu bagian timur dan sekitarnya, antara lain bagian selatan Pulau Alor dan Pulau Pantar,
Pulau Pura, Selat Pantar, Selat Ombai serta Pulau Timor bagian barat Gambar 8.
18