Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian , Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

KAJIAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN, KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS TANAH DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI SKRIPSI
OLEH : SYAHPUTRA A S
100301154 AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

KAJIAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN, KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS TANAH DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
OLEH : SYAHPUTRA A S
100301154 AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Agar Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Program Studi Minat

: Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian , Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi
: Syahputra A S : 100301154 : Agroekoteknologi : Ilmu Tanah


Komisi Pembimbing I

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing II

(Ir. Posma Marbun, M.P.) NIP : 196707121993032002

(Dr. Kemala Sari Lubis S.P.,M.P.) NIP : 197008311995102001

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Syahputra A S, “ROBUSTA COFFEE (Coffea robusta Lindl.) STUDIES

AT SOME HEIGHT, SLOPE TOWARD AND SOIL TYPE IN SILIMA PUNGGA-PUNGGA REGENCY OF DAIRI” under supervised by Ir. Posma

Marbun, M.P. and Kemala Sari Lubis S.P.,M.P. The purpose of the study was to


know the location with the highest production of robusta coffee

(Coffea

robusta Lindl.) in Silima Pungga-Pungga regency of Dairi. The study was done

with corelating map of place height, map of slope, map of ground tipe.

After overlaying map of ground tipe, elvation, and slope it was found 18 SPT (set of land) with the scale 1 : 25.000. The population of the research is coffee tree in the study field. Sum of point of sampling for coffee trees are 540 sample points.

The result of data analysis showed the higest sum of ripe seed coffee production at Parongil village as SPL (set of land) 12 and the lowest sum of ripe seed coffee production at Lae Rambong village as SPL 1. The highest weight production of ripe seed coffee production at Parongil village as SPl (set of land) 12 and the lowest weight production of ripe seed coffee production at Lae Rambong Village as SPL 1. The highest weight production of dry seed coffee at Parongil as SPL 12 and the lowest weight production of dry seed coffee at Lae Rambong Village as SPL 1.

Keywords : Height Place, Slope, Coffee Production

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Syahputra A S, “KAJIAN KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN , KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS TANAH DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI” di bawah bimbingan Ir. Posma Marbun, M.P. dan Kemala Sari Lubis S.P.,M.P. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ketinggian tempat dan kemiringan lereng terhadap produksi kopi robusta (Coffea robusta Lindl.) di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi.
Dari hasil overlay peta jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lereng diperoleh 18 SPT (satuan peta tanah) dengan skala 1 : 25.000. Populasi pada penelitian ini adalah tanaman kopi yang terdapat di daerah studi. Jumlah sampel yang diambil adalah 540 tanaman kopi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jumlah biji basah tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi jumlah biji basah terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu satuan peta lahan (SPL) 1. Untuk produksi berat biji basah tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji basah terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu Satuan peta lahan (SPL) 1. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu satuan peta lahan (SPL) 1.
Kata kunci : Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Produksi Kopi
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Syahputra A S dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 18 Agustus 1992. Anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara. Putra dari Syahman Sembiring dan Ketna br Damanik. Riwayat Pendidikan - SD Budi Mulia I Pematangsiantar, lulus pada tahun 2004. - SMP Budi Mulia Pematangsiantar, lulus pada tahun 2007. - SMA Bintang Timur Pematangsiantar, lulus pada tahun 2010. - Tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN di Program Studi Agroekoteknologi, dan memilih minat Ilmu Tanah pada semester VII, Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.
Aktivitas Selama Pendidikan - Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) FP USU - Anggota Paduan Suara Transeamus FP USU - Anggota Putra-Putri Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (Parintal) FP
USU - Kepala Bidang Organisasi dan Komunikasi (ORKOM) Pemerintahan
Mahasiswa FP USU - Mengikuti Festival (PES PARAWI NASIONAL 2014) di Jakarta - Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan. - Anggota Ikatan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK) FP USU.
Universitas Sumatera Utara

- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTPN II Sawit Sebrang pada bulan Juli 2013.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena begitu besar Kasih Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Usulan Penelitian ini adalah “KAJIAN PRODUKSI KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN KETINGGIAN , KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS TANAH DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui lokasi dengan produksi kopi tertinggi di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Posma Marbun, MP selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr. Kemala Sari Lubis S.P.,M.P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Medan, Desember 2015

Universitas Sumatera Utara

Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ....................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian..................................................................................... 2 Kegunaan Penulisan ................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA Kopi Robusta....................................................................................................... 4
Sifat-Sifat Penting Tanaman Kopi Robusta Akar .............................................................................................. 5 Tajuk .............................................................................................. 6 Bunga ............................................................................................. 6 Buah ............................................................................................... 6 Biji ................................................................................................. 7
Deskripsi Morfologi Kopi Robusta..................................................................... 7 Hubungan Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng dengan Produksi Kopi Robusta........................................................................................... 14
Analisis Regresi ..................................................................................................16
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu .............................................................................................. 18
Bahan dan Alat ........................................................................................ 18 Metode Penelitian.................................................................................... 18 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 19
Tahap Persiapan ............................................................................. 19 Tahap Kegiatan di Lapangan ......................................................... 19 Parameter Yang Diamati ......................................................................... 20

Universitas Sumatera Utara

Analisis Data ........................................................................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................ 21 Pembahasan ............................................................................................. 27 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No 1 Tabel Hasil Regresi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
terhadap Jumlah Biji Basah 2 Tabel Hasil Regresi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
terhadap Berat Biji Basah 3 Tabel Hasil Regresi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
terhadap Berat Biji Kering 4 Tabel Hasil Analisis Pegaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng terhadap Jumlah Biji Basah 5 Tabel Hasil Analisis Pegaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng terhadap Berat Biji Basah 6 Tabel Hasil Analisis Pegaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng terhadap Berat Biji Kering 7 Interpretasi nilai R pada Analisis Korelasi
8 Uji Analisis Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Terhadap Jumlah Biji Basah
9 Uji Analisis Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Terhadap Berat Biji Basah
Universitas Sumatera Utara

10 Uji Analisis Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Terhadap Berat Biji Kering
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Jenis Tanah Kecamatan Silima Pungga-Pungga 2. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Silima Pungga-Pungga 3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Silima Pungga-Pungga 4. Peta SPL (Satuan Peta Lahan) 5. Peta Administrasi Kecamatan Silima Pungga-Pungga 6. Tabel Jumlah Biji Basah Basah (biji/ha) 7. Tabel Berat Biji Basah (kg/ha/SPL) 8. Tabel Berat Biji Kering (kg/ha/SPL) 9. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 1 pada Jenis Tanah Kandiudult 10. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 2 pada Jenis Tanah Kandiudult 11. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 3 pada Jenis Tanah Dsytrudept 12. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 4 pada Jenis Tanah Dsytrudept 13. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 5 pada Jenis Tanah Dsytrudept 14. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 6 pada Jenis Tanah Dsytrudept 15. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 7 pada Jenis Tanah Dsytrudept 16. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 8 pada Jenis Tanah Dsytrudept 17. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 9 pada Jenis Tanah Dsytrudept 18. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 10 pada Jenis Tanah Dsytrudept 19. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 11 pada Jenis Tanah Dsytrudept

Universitas Sumatera Utara

20. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 12 pada Jenis Tanah Hydrudant 21. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 13 pada Jenis Tanah Hydrudant 22. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 14 pada Jenis Tanah Hydrudant 23. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 15 pada Jenis Tanah Hydrudant 24. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 16 pada Jenis Tanah Hydrudant 25. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 17 pada Jenis Tanah Hydrudant 26. Tabel Produksi Kopi Robusta SPL 18 pada Jenis Tanah Hydrudant 27. Tabel Hasil Analisis Regrsi Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng Terhadap Jumlah Biji Basah 28. Tabel Hasil Analisis Regrsi Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng Terhadap Berat Biji Basah 29. Tabel Hasil Analisis Regrsi Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng Terhadap Berat Biji Kering 30. Tabel Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Sminov Test) 31. Tabel Uji Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
Terhadap Jumlah Biji Basah 32. Tabel Uji Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
Terhadap Berat Biji Basah 33. Tabel Uji Korelasi Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng
Terhadap Berat Biji Kering 34. Foto
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Syahputra A S, “ROBUSTA COFFEE (Coffea robusta Lindl.) STUDIES

AT SOME HEIGHT, SLOPE TOWARD AND SOIL TYPE IN SILIMA PUNGGA-PUNGGA REGENCY OF DAIRI” under supervised by Ir. Posma

Marbun, M.P. and Kemala Sari Lubis S.P.,M.P. The purpose of the study was to

know the location with the highest production of robusta coffee


(Coffea

robusta Lindl.) in Silima Pungga-Pungga regency of Dairi. The study was done

with corelating map of place height, map of slope, map of ground tipe.

After overlaying map of ground tipe, elvation, and slope it was found 18 SPT (set of land) with the scale 1 : 25.000. The population of the research is coffee tree in the study field. Sum of point of sampling for coffee trees are 540 sample points.

The result of data analysis showed the higest sum of ripe seed coffee production at Parongil village as SPL (set of land) 12 and the lowest sum of ripe seed coffee production at Lae Rambong village as SPL 1. The highest weight production of ripe seed coffee production at Parongil village as SPl (set of land) 12 and the lowest weight production of ripe seed coffee production at Lae Rambong Village as SPL 1. The highest weight production of dry seed coffee at Parongil as SPL 12 and the lowest weight production of dry seed coffee at Lae Rambong Village as SPL 1.

Keywords : Height Place, Slope, Coffee Production

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Syahputra A S, “KAJIAN KOPI ROBUSTA (Coffea robusta Lindl.) PADA BEBERAPA KETINGGIAN , KEMIRINGAN LERENG DAN JENIS TANAH DI KECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA KABUPATEN DAIRI” di bawah bimbingan Ir. Posma Marbun, M.P. dan Kemala Sari Lubis S.P.,M.P. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ketinggian tempat dan kemiringan lereng terhadap produksi kopi robusta (Coffea robusta Lindl.) di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi.
Dari hasil overlay peta jenis tanah, ketinggian tempat dan kemiringan lereng diperoleh 18 SPT (satuan peta tanah) dengan skala 1 : 25.000. Populasi pada penelitian ini adalah tanaman kopi yang terdapat di daerah studi. Jumlah sampel yang diambil adalah 540 tanaman kopi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jumlah biji basah tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi jumlah biji basah terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu satuan peta lahan (SPL) 1. Untuk produksi berat biji basah tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji basah terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu Satuan peta lahan (SPL) 1. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada desa Parongil yaitu satuan peta lahan (SPL) 12 dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada desa Lae Rambong yaitu satuan peta lahan (SPL) 1.
Kata kunci : Ketinggian Tempat, Kemiringan Lereng, Produksi Kopi

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi Arabika dan 30% berasal dari spesies kopi Robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Kecamatan Silima Pungga-pungga dengan ibukota Parongil, merupakan satu dari 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi, secara geografis terletak pada bagian Barat Laut dari Sidikalang pada ketinggian 400 – 800 meter diatas permukaan laut dengan suhu udara bekisar 26C - 32C. Luas wilayah 8.340 ha dimana sebahagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang dengan tingkat kemiringan tanah bervariasi antara 0-25 (SKPD Kec. Silima Pungga-pungga, 2010).
Kopi Robusta adalah salah satu komoditas andalan pertanian Kabupaten Dairi. Produk ini sudah menembus hingga ke pasar ekspor. Dimana pada tahun 1975 hingga 1977 harga kopi yang semula Rp. 900 per kilogram melambung
Universitas Sumatera Utara

hingga Rp. 2.500 per kilogram. Hal ini diakibatkan gagal panennya kopi di Negara penghasil kopi terbesar yaitu di Brazilia (Sinaga, 2009).
Enam puluh lima persen produksi kopi Robusta Indonesia masih merupakan kopi dengan mutu rendah, rendahnya mutu produksi kopi Robusta tersebut terutama disebabkan oleh pengelolaan kebun, panen, dan pasca panen yang belum maksimal (Soeseno,2003); akibatnya harga kopi Robusta menjadi sangat rendah sehingga membuat pendapatan yang diperoleh petani tidak sesuai dengan biaya (cost) yang dibutuhkan untuk pengelolaan kopi tersebut. Hal ini mengakibatkan petani mengalami penurunan dalam mengeluarkan biaya (cost) untuk memelihara dan mengembangkan kopi Robusta. Seperti di Kecamatan Silima Pungga-Pungga, terjadi juga penurunan luas lahan perkebunan kopi Robusta di Kecamatan Silima Pungga-Pungga dari 1.565 ha pada tahun 2008 (Disbun Provinsi Sumatera Utara, 2009) menjadi 1.215 ha pada tahun 2012 (Disbun Provinsi Sumatera Utara, 2013). Tingkat produktivitas kopi Robusta di Kecamatan Silima Pungga-Pungga juga masih rendah yaitu sebesar 610,46 kg/ha/tahun. Produksi ini masih jauh dari potensi produksi kopi Robusta yang dapat mencapai 2,30 - 4,0 ton/ha/tahun (Disbun Provinsi Sumatera Utara, 2013).
Saat ini, peningkatan produksi kopi Robusta di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi Robusta yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi kopi Robusta. Hal ini tentunya dapat mengurangi pendapatan Negara yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kopi Robusta yang diekspor. Berdasarkan masalah tersebut perlu diketahui hubungan kondisi lapangan yaitu ketinggian tempat, dan kemiringan lereng terhadap produksi kopi Robusta di beberapa jenis tanah di Kecamatan Silima Pungga-pungga.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara ketinggian
tempat dan kemiringan lereng dengan produksi kopi Robusta di Kecamatan Silima Pungga-Pungga. Kegunaan Penelitian
- Untuk mengetahui hubungan ketinggian tempat dan kemiringan lereng dengan produksi kopi Robusta di Kecamatan Silima Pungga-Pungga.
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA


Kopi Robusta

Kopi Robusta adalah spesies kopi utama yang dibudidayakan, berasal

dari Afrika dan hingga saat ini merupakan jenis kopi yang paling banyak ditanam

di Indonesia. Di pilihnya kopi Robusta sebagai jenis kopi yang paling banyak di

budidayakan di Indonesia selain karena ketahanan terhadap penyakit karat daun

(Hemelia vastatrix) yaitu mudah dalam pembudidayaan di bandingkan dengan

Arabika. Hal ini yang menyebabkan pembudidayaannya dapat dikatakan lebih

mudah dibandingkan dengan Arabika, yaitu karena kopi Robusta dapat di tanam

di dataran rendah. Hal ini juga didukung oleh kondisi geografis Indonesia yang

lebih banyak terdapat dataran rendah dibanding dengan dataran tinggi


(Dirjen Perkebunan, 2006).

Sistematika kopi Robusta adalah sebagai berikut :

Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)


Sub Kelas : Asteridae

Ordo

: Rubiales

Universitas Sumatera Utara

Famili

: Rubiaceae (suku kopi-kopian)

Genus

: Coffea

Spesies

: Coffea robusta Lindl.

(Rahardjo, 2012).

Sifat-Sifat Penting Tanaman Kopi Robusta

Akar

Kopi Robusta mempunyai sistem perakaran tunggang dengan rambut-rambut

akar yang menyebar luas. Kopi Robusta yang berasal dari stek biasanya memiliki

2-3 akar tunggang semu. Bibit kopi yang berasal dari kultur jaringan dengan

teknik emrio genesis juga memiliki akar tunggang seperti pada biji. Kopi Robusta

tergolong memiliki sifat perakaran dangkal, sebagian besar akarnya terletak di

dekat permukaan tanah (0-30 cm).

Tajuk (Cabang dan Daun)

Kopi Robusta mempunyai dua macam cabang yaitu : cabang ortotrof

(tumbuh ke atas, vertical) yang dapat menghasilkan cabang plagiotrof, dan cabang

plagiotrof (tumbuh ke samping, horizontal). Cabang plagiotrof primer (tumbuh

pada batang pokok) hanya tumbuh sekali, jadi kalau sudah mati tidak pernah

tumbuh cabang primer baru di tempat yang sama, Cabang plagiotrof primer dapat

menghasilkan cabang plagiotrof sekunder. Di ketiak daun terdapat seri mata

tunas, satu seri biasanya terdiri atas 3-5 mata tunas, dan tiap mata tunas dapat

menghasilkan 3-5 primordia bunga. Mata tunas dapat berkembang menjadi bunga

atau menjadi cabang tergantung kondisi lingkungan. Daun-daun baru kopi

Robusta terbentuk dalam waktu antara 3-4 minggu sekali.

Bunga

Universitas Sumatera Utara

Bunga kopi tumbuh dari tunas mata seri yang terdapat di ketiak daun. Dalam perkembangannya bunga kopi mengalami fase dormansi (berupa lilin hijau) dan fase aktif (berupa lilin putih, pemekaran bunga, dan terjadinya penyerbukan serta pembuahan). Fase dormansi biasanya terjadi pada saat tanaman mengalami cekaman (stress) air, dan fase ini akan segera berakhir setelah turun hujan atau ada pengairan. Kopi Robusta bersifat menyerbuk sendiri, penyerbukan terjadi mulai dini (waktu fajar) hari sampai sekitar jam 10.00 pagi yang dapat dibantu oleh angin dan serangga. Terjadinya hujan pada pagi hari pada saat bunga mekar akan sangat mengganggu terjadinya proses penyerbukan dan pembuahan. Buah
Kopi Robusta mulai terjadi penyerbukan sampai dengan buah masak memerlukan waktu antara 6-9 bulan, tergantung faktor genetik dan lingkungan tumbuh tanaman.
Kopi Robusta memiliki daging buah (pulp) yang lebih kecil dan sedikit berair serta kulit tanduknya juga kurang tebal jika dibanding dengan kopi Arabika. Biji
Kopi Robusta memiliki biji normal dan biji yang tidak normal. Biji tidak normal pada kopi Robusta ada beberapa macam, yaitu : biji bulat (round bean), biji gajah (elephant bean), biji segitiga (triangle bean), dan biji kosong (empty bean).
Biji normal adalah biji yang memiliki satu keping biji dan satu lembaga (calon tunas). Biji gajah adalah biji yang memiliki beberapa keping biji yang dipisahkan oleh kulit ari. Pada saat penggerbusan keping-keping biji tersebut biasanya lepas dan seringkali pecah. Biji segitiga adalah biji yang bentuknya segitiga, dihasilkan
Universitas Sumatera Utara

dari buah kopi yang memiliki tiga ruas biji. Biji segitiga memiliki satu keping biji dan satu lembaga. Biji kosong adalah biji yang tidak memiliki keping biji. Jadi di dalam kulit tanduk tidak ada isinya (Mawardi, dkk, 2008).
Deskripsi Morfologi Kopi Robusta Beberapa sifat penting kopi Robusta :
 Resisten terhadap penyakit HV  Tumbuh baik pada ketinggian 400 – 700 m dpl tetapi masih toleran terhadap
ketinggian 100 cm

Kemiringan tanah

< 25%

Sumber : Dirjen Perkebunan, 2006

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah-tanah atas karakteristik

yang sama dan memberikan nama tertentu, tanpa referensi penggunaanya. Tujuan

klasifikasi tanah adalah: (1) membuat suatu kerangka hubungan antara tanah dan

lingkungan, (2) menetapkan kelompok-kelompok tanah yang berguna dan

interpretasi yang dapat dibuat, misal: potensi produksi, bahaya erosi. Soil

Taxonomy adalah sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh USA, dengan

lembaga USDA, didasarkan kepada pengamatan horizon dan sebagian sifat

penciri tanah. Proses pembentukan tanah tidak diperhatikan. Prinsip Klasifikasi

terdiri atas beberapa kategori (multi kategori) seperti taksonomi tumbuhan,

Universitas Sumatera Utara

dimulai dari yang bersifat umum hingga yang khusus yaitu: Ordo, Sub Ordo, Great Group, Sub Group, Famili dan Seri (Darmawijaya, 1975).
Ultisol Konsepsi pokok dari Ultisol (ultimus, terakhir) adalah tanah-tanah
berwarna merah kuning, yang sudah mengalami proses hancuran iklim lanjut sehingga merupakan tanah yang berpenampang dalam sampai sangat dalam (> 2 m), menunjukkan adanya kenaikan kandungan liat dengan bertambahnya kedalaman yaitu terbentuknya horizon bawah akumulasi liat (Musa, dkk, 2006).
Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kationkation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi (Subowo et al. 1990).
Nilai kejenuhan Al yang tinggi terdapat pada tanah Ultisol dari bahan sedimen dan granit (> 60%), dan nilai yang rendah pada tanah Ultisol dari bahan volkan andesitik dan gamping (0%). Ultisol dari bahan tufa mempunyai kejenuhan Al yang rendah pada lapisan atas (5−8%), tetapi tinggi pada lapisan bawah (37−78%). Tampaknya kejenuhan Al pada tanah Ultisol berhubungan erat dengan pH tanah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Universitas Sumatera Utara

Tanah Ultisol mempunyai horizon argilik, dengan reaksi agak masam sampai masam dengan kandungan basa-basa rendah yang diukur dengan kejenuhan basa pH 7 < 50 % pada kedalaman 125 cm dibawah atas horizon argilik/kandik atau 180 cm dari permukaan tanah (USDA, 2006).
Inceptisol Inceptisol adalah tanah yang belum basah (immature) dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah basah, dan masih banyak menyerupai sifat bahn induknya. Penggunaan Inceptisol untuk pertanian atau non pertanian beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng curam atau hutan, yang berdrainase buruk hanyadapat dipergunakan untuk tanaman pertanian setelah drainase diperbaiki (Hardjowigeno, 1993).
Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, Dalam hal ini dapat tergantung dari tingkat kelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya solumnya tebal, sedangkan pada daerah berlereng curam solummya tipis. Pada tanah berlereng cocok bagi tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).
Sebagian besar Inceptisol menunjukkan kelas tekstur berliat dengan kandungan liat cukup tinggi (35 – 78%), tetapi sebagian termasuk berlempung halus dengan kandungan liat lebih rendah (18 – 35%). Reaksi tanah masam
Universitas Sumatera Utara

sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 – 10) sampai sedang (10 – 18). Kandungan P Potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi daripada K potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah.
Jumlah basa – basa dapat tukar di seluruh lapisan tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif lebih rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik, dkk, 2010).
Humitropepts adalah Tropepts (sub ordo Inceptisol) yang kaya akan humus yang relatif dingin dan terdapat pada daerah dataran tinggi yang lembab. Rezim kelembaban tanah sebagian besar udik, dan rezim suhu sebagian besar isoterm atau isomesik. Kejenuhan basa biasanya rendah atau sangat rendah. Tanah ini memiliki epipedon umbrik ataupun ochrik dan sebagian besar memiliki horison bawah penciri kambik. Sub ordo ini sebagian besar ditumbuhi hutan cemara berdaun lebar, tetapi banyak yang digunakan untuk perladangan berpindah (Soil Survey Staff, 1975).
Humitropepts adalah Tropopepts yang (1) memiliki 12 kg atau lebih karbon organik yang berasal dari serasah permukaan di tanah per meter persegi
Universitas Sumatera Utara

hingga kedalaman 1 meter, (2) memiliki kejenuhan basa < 50 persen (NH4OAc) pada beberapa subhorizon antara kedalaman 25 cm dan 1 meter dan (3) tidak memiliki horison sombric (Soil Survey Staff, 1975).
Andisol Tanah Andisol adalah tanah yang memiliki bahan andik dengan ketebalan
sebesar 60% atau lebih bila : 1) terdapat dalam 60 cm dari permukaan mineral atau pada permukaan bahan organik dengan sifat andik yang lebih dangkal, jika tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, horizon duripan atau horizon petrokalsik pada kedalaman tersebut, atau 2) diantara permukaan tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat andik, yang lebih dangkal dan kontak densik, litik, atau paralitik, horizon duripan atau horizon petroklasik (Soil Survey Staff , 2010).
Suatu tanah memiliki sifat andik bila : 1) mengandung bahan organik < 25 % (berdasarkan berat) karbon organik, dan memenuhi satu atau kedua syarat berikut, 2) memenuhi semua syarat berikut a) bulk densiti, ditetapkan pada retensi air 33 kPa yaitu < 0.90 g/cm3, b) retensi fosfat > 85 %, dan c) jumlah persentase Al + ½ Fe (ekstrak ammonium oksalat) > 2.0 %, atau 3) memenuhi syarat berikut : a) mengandung > 30 % fraksi tanah yang berukuran 0.02 – 2.00 mm, b) retensi fosfat > 25 %, c) jumlah persentase Al + ½ Fe (ekstrak ammonium oksalat) > 0.4 %, d) mengandung volcanic glass > 5 %, dan e) [(% Al + ½ Fe) × (15.625)] + [% volcanic glass] > 36.25 (Soil Survey Staff, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Penamaan tanah Andisol memiliki sejarah yang panjang. Pada tahun 1947, Ando soil merupakan nama dari bahasa Jepang dari kata Anshokudo yang berarti gelap (An), warna (Shoku) dan tanah (Do). Banyak nama yang diberikan kepada tanah ini. Diantaranya Trumao Soils (Amerika Selatan), Andosol, Tanah Debu Hitam, Tanah Pegunungan (Indonesia), Kuroboku, Black Volcanic Soils, Kurotsuchi, Andosols, Humic Allophane Soils, atau brown Forest Soils (jepang), Brown Loam Soils (New Zaland), Talpetate Soils (Nikaragua), Andept atau Hydrol Humic Latosols (USA) (Mukhlis, dkk, 2011).
Pada tahun 1964, Dudal melihat banyak perbedaan dan persamaan penamaan Andosol. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka sejak tahun itulah tanah ini resmi digunakan dengan nama Andosol. Nama Andosol pun kian kuat karena juga dipakai dalam peta tanah dunia FAO-Unesco. Namun dalam Soil Taksonomi 1979, digunakan nama Andept sebagai sub ordo Inseptisol. Tahun 1978, Smith mengusulkan Andept sebagai satu ordo baru, yaitu Andisol. Nama ini resmi digunakan dalam Soil Taksonomi 1990 hingga sekarang (Mukhlis, dkk, 2011).
Andisol terbentuk dari debu volkanik. Debu vulkanik kaya dengan mineral liat amorf atau alofan yang mengandung banyak Al dan Fe. Logam-logam ini akan dibebaskan oleh proses hancuran iklim. Khelasi antar asam humik dan Al dan Fe tersebut, membentuk khelat logam-humik, yang juga akan meningkatkan retensi humus terhadap dekomposisi mikrobiologis (Tan, 1998).
Penyebaran tanah Andisol dominan di wilayah dekat dengan pusat-pusat erupsi gunung api. Jenis tanah banyak tersebar di Chile, Peru, Ecuador, Colombia, Amerika Tengah, USA, Kamchatka, Jepang, Filipina, Indonesia, New Zealand,
Universitas Sumatera Utara

dan Negara bagian kepulauan Selatan-Barat Pasifik. Di Indonesia, luas penyebaran Andisol 3,4 % luas daratan Indonesia yang diperkirakan seluas 6.491.000 ha. Andisol paling banyak tersebar di Sumatera Utara dengan luas area 1.875.000 ha, Jawa Timur 0,73 juta Ha, Jawa Barat 0,50 juta Ha, Jawa Tengah 0,45 juta Ha, dan Maluku 0,32 juta Ha (Munir, 1996).
Tanah Andisol banyak tersebar di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan berbagai jenis vegetasi. Andisol tersebar di wilayah dataran tinggi sekitar 700 m dpl atau lebih. Umumnya digunakan untuk pertanian pangan lahan kering seperti jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, umbi-umbian. Untuk tanaman hortikultura sayuran dataran tinggi seperti kentang, wortel, kubis dan kacangkacangan sedangkan untuk budidaya bunga-bungaan serta tanaman perkebunan seperti kopi dan teh (Subagyo, dkk, 2000). Korelasi Ketinggian Tempat Dan Kemiringan Lereng dengan Produksi Kopi Robusta
Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Dalam penelitian Asmac (2008) tanaman kopi dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5. DHL yang umumnya rendah menunjukkan bahwa kebun kopi tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara

memiliki masalah terhadap kadar garam total, karena apabila kadar garam total yang semakin tinggi justru dapat berbahaya bagi tanah (pemadatan tanah) dan tanaman (plasmolisis). Kadar kalium (K) yang tinggi, berarti tidak diperlukan pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur K (misalnya pupuk KCl). Faktor pembatas yang dapat membatasi pertumbuhan dan hasil kopi adalah bahan oranik tanah, Nitrogen, dan Fosfor. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan pemupukan seperti dengan pupuk kandang, Urea, dan SP-36.
Ketinggian tempat akan mempengaruhi kondisi iklim sekitarnya. Tanaman kopi Robusta akan tumbuh baik dengan ketinggian tempat 400-800 m dpl, Suhu udara rata‐rata 30-33 oC. Tempat yang semakin tinggi tentunya mempunyai suhu yang lebih rendah atau lebih dingin. Pada kondisi dingin, suhu yang relatif tinggi pada musim panas dan awal musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi bunga. Fungsi suhu di sini adalah mematahkan dormansi kuncup. Hal ini akan mempengaruhi terhadap produksi akhir yang dihasilkan. Dengan banyaknya jumlah bunga yang dihasilkan maka produksi kopi akan semakin banyak. Hasil penelitian Karim (1993) menunjukkan, ketinggian tempat di atas permukaan laut dan lereng ber-pengaruh sangat nyata, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produksi. Besarnya pengaruh langsung tersebut adalah 36,85% dan 40,45%, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung adalah 0,10% dan 5,77%.
Kemiringan lereng 25% akan menyebabkan erosi dan mempercepat aliran permukaan, sehingga kekuatan aliran permukaan untuk mengangkut meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir
Universitas Sumatera Utara

menjadi semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan aliran menjadi empat kali lebih besar, akibatnya maka besar /berat benda yang dapat diangkut juga berlipat ganda. Hal ini akan mengangkut bahan organik maupun serasah yang ada di permukaan tanah yang diperlukan oleh tanaman kopi. Sementara bahan organik turut serta dalam menyumbang unsur hara tanaman kopi. Hal ini tentunya akan mengurangi produksi kopi (Kustantini, 2014). Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan analisis hubungan antara satu atau lebih variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel respon. Analisis regresi terbagi menjadi regresi linear dan non linear. Disebut regresi linear apabila antara variabel bebas dan variabel respon berhubungan secara linear sedangkan pada regresi non linear maka antara variabel bebas dengan variabel respon berhubungan secara nonlinear. Untuk regresi linear secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana terjadi apabila dalam model regresi hanya memuat satu variabel bebas sedangkan pada regresi berganda memuat paling sedikit dua variabel bebas (Pramesti, 2009).
Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Besarnya R Square berkisar antara 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah. Sebaliknya jika R Square semakin mendekati 1, maka hubungan kedua variabel semakin kuat (Sarwono, 2012).
Model regresi linear untuk analisis regresi linear berganda secara umum, yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dengan Y adalah variabel respon ke X, a, b1,
Universitas Sumatera Utara

b2, b3 merupakan parameter regresi dan X merupakan variabel bebas (Pramesti, 2009).

Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien regresi

bernilai positif, maka pengaruh X1 dan X2 mempunyai kecendrungan positif

terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa

> Sig.X1 maka pengaruh

koefisien X1 signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda (Pramesti, 2013).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Silima Pungga-pungga
Kabupaten Dairi (2015’ -3000’ LU dan 98000’ – 98030’ LS) dengan ketinggian tempat 400 meter sampai dengan 800 meter dpl yang dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 sampai dengan selesai. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: biji basah kopi Robusta Silima Pungga-Pungga, serta bahan-bahan yang pendukung lainnya yang akan digunakan.
Peralatan yang akan digunakan adalah: Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Silima Pungga-Pungga skala 1 : 25.000, peta yang dihasilkan dari overlay antara peta jenis tanah skala 1 : 25.000, peta kemiringan lereng skala 1 : 25.000, dan peta ketinggian tempat skala 1 : 25.000,GPS, timbangan, kantong plastik, kertas label, spidol,peralatan tulis serta peralatan pendukung lainnya yang digunakan. Metode Penelitian
Universitas Sumatera Utara

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian ini adalah metode survei yang di uji korelasi dengan mengindentifikasi hubungan antara variabel dengan produksi kopi Robusta.
Pengambilan data primer yaitu produksi kopi Robusta di lapangan dilakukan menggunakan data sekunder dari petani dengan metoda angket. Setiap Satuan Peta Lahan (SPL) yang akan dijadikan objek penelitian diperoleh dari hasil tumpang tindih antara peta ketinggian tempat, peta kemiringan lereng dan peta jenis tanah. Peta-peta tersebut disesuaikan dengan peta lokasi, sehingga dapat diperoleh catatan data produksi kopi masing-masing SPL.
Semua titik pengamatan (SPL) dilakukan pada kebun kopi rakyat di Kecamatan Silima Pungga-Pungga dengan umur dan pengelolaan yang relatif yang sama, sehingga yang membedakannya variabel ketinggian tempat dan kemiringan lereng.
Setelah data produksi kopi setiap SPL diperoleh, maka data tersebut dikorelasikan dengan ketinggian tempat dan kemiringan lereng untuk diketahui hubungannya dengan produksi kopi Robusta Silima Pungga-Pungga. Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tahap Kegiatan di Lapangan
Universitas Sumatera Utara

Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan berdasarkan pada kemiringan lereng dan ketinggian tempat yang sama.
- Kebun petani yang ditetapkan sebagai daerah pengamatan adalah mewakili seluruh areal kopi di Kecamatan Silima Pungga-Pungga pada setiap SPL.
- Daerah pengamatan ditetapkan di kebun kopi milik petani untuk melihat hubungan antara karakteristik lahan dan produksi kopi.
- Daerah pengamatan unit kopi rakyat diplot titik koordinatnya dengan menggunakan GPS.
- Umur tanaman kopi Robusta adalah tanaman yang berumur 10-15 tahun. Parameter yang Diamati
1. Jumlah Biji Basah 2. Berat Biji Basah 3. Berat Biji Kering Analisis Data
Data dianalisis dengan rancangan multivariat dengan menggunakan SPSS. Jumlah pengambilan sampel Biji basah sebanyak 540 sampel. Model yang diasumsikan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 Dengan:
Y = variabel respon a = intersep dari garis sumbu Y b = koefisien regresi linear X = variabel bebas (ketinggian tempat dan kemiringan lereng).
Universitas Sumatera Utara

Jumlah produksi merupakan variabel respon dalam persamaan multivariat dengan menggunakan SPSS dengan kata lain (Y), ketinggian tempat merupakan variabel bebas dengan kata lain (X1), kemiringan lereng merupakan variabel bebas (X2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik data di lapangan menunjukkan bahwa produksi jumlah biji
basah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi jumlah biji basah terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong. Untuk produksi berat biji basah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi berat biji basah terendah terdapat pada Satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong.
Jumlah biji basah dihitung dalam populasi tanaman sehingga diperoleh jumlah biji basah per hektar pada tiap-tiap satuan peta lahan. Berat biji basah dihitung dalam jumlah biji basah satu kilogram pada tiap-tiap satuan peta lahan dengan jumlah biji basah per hektar pada tiap satuan peta lahan. Berat biji kering diperoleh dari jumlah biji basah hektar per satuan peta lahan dengan jumlah biji
Universitas Sumatera Utara

Jumlah produksi merupakan variabel respon dalam persamaan multivariat dengan menggunakan SPSS dengan kata lain (Y), ketinggian tempat merupakan variabel bebas dengan kata lain (X1), kemiringan lereng merupakan variabel bebas (X2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik data di lapangan menunjukkan bahwa produksi jumlah biji
basah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi jumlah biji basah terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong. Untuk produksi berat biji basah tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi berat biji basah terendah terdapat pada Satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong. Untuk produksi berat biji kering tertinggi terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 12 yang terdapat di desa Parongil dan produksi berat biji kering terendah terdapat pada satuan peta lahan (SPL) 1 yang terdapat di desa Lae Rambong.
Jumlah biji basah dihitung dalam populasi tanaman sehingga diperoleh jumlah biji basah per hektar pada tiap-tiap satuan peta lahan. Berat biji basah dihitung dalam jumlah biji basah satu kilogram pada tiap-tiap satuan peta lahan dengan jumlah biji basah per hektar pada tiap satuan peta lahan. Berat biji kering diperoleh dari jumlah biji basah hektar per satuan peta lahan dengan jumlah biji
Universitas Sumatera Utara

basah satu kilogram per satuan peta lahan serta dengan berat biji kering dari satu kilogram biji basah per satuan peta lahan. Jumlah biji basah, berat biji basah, dan berat biji basah dihitung dengan memperhatikan great group antara Kandiudults, Dystrudepts dan Hydrudans pada kemiringan lereng dan ketinggian diatas permukaan laut yang berbeda. Data jumlah biji basah, berat biji basah dan berat biji kering untuk tiap-tiap great group dapat dilihat pada beberapa tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Biji Basah, Berat Biji Basah, dan Berat Biji Kering pada

Ketinggian Tempat (400-500m dpl dan 700-800m dpl) dan Kemiringan

Lereng pada Great Group Kandiudults

Ketinggian (mdpl)/Kemiringan (%)

Great Group

(400-500)/(8-16)

(700-800)/(0-4)

No Sampel Jumlah Berat Berat Jumlah Berat Berat

Biji Biji Biji Biji Biji Biji

Basah Basah Kering Basah Basah Kering

S1P1;S2P1 74 79,23 13,2 107 105,21 20,2

S1P3;S2P3 69 73,88 13,1 134 131,76 20,1

S1P4;S2P4 78 83,51 13,2 124 121,93 19,9

S1P6;S2P7 60 64,24 12,3 113 111,11 19,3

S1P18;S2P10 54

Kandiudults S1P21;S2P11

74

57,82 12,9 79,23 14,2

126 123,89 22,3 132 129,79 19,5

S1P22;S2P13 66 70,66 14,1 123 120,94 20,3

S1P24;S2P14 62 66,38 13,2 110 108,16 23,4

S1P27;S2P15 65 69,59 13,4 100 98,33 22,4

S1P29;S2P166 63 67,45 14,3 111 109,14 21,5

Rata-rata

66,5 71,20 13,39 118 116,03 20,89

Pada tabel 1 bahwa rata-rata produksi jumlah biji basah, berat biji basah

dan berat biji kering pada ketinggian tempat (400-500) mdpl dengan kemiringan

lereng (8-16) % lebih kecil dibandingankan rata-rata produksi jumlah biji basah,

berat biji basah dan berat biji kering pada ketinggian tempat (700-800) mdpl

dengan kemiringan lereng (0-4) %.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Jumlah Biji Basah, Berat Biji Basah, dan Berat Biji Kering pada

Ketinggian Tempat (400-500m dpl dan 500-600m dpl) dan Kemiringan

Lereng pada Great Group Dystrudepts

Ketinggian (mdpl)/Kemiringan (%)

Great Group

No Sampel

(400-500)/(0-4)

(500-600)/(8-16)

Jumlah Berat Berat Jumlah Berat Berat

Biji Biji Biji Biji Biji Biji

Basah Basah Kering Basah Basah Kering

S3P3;S6P1 117 112,5 27,7 125 129,94 25,4

S3P6;S6P2 180 173,08 27,6 119 123,7 25,4

S3P7;S6P3 162 155,77 27,4 135 140,33 25,8

S3P8;S6P4 159 152,88 28,9 124 128,9 26,9

S3P9;S6P6 Dystrudepts
S3P10;S6P8

121 116,35 30,6 152 146,15 28,5

107 111,23 25,4 106 110,19 26,2

S3P12;S6P11 123 118,27 28,1 125 129,94 26,2

S3P13;S6P12 143 137,5 28,5 110 114,35 27,1

S3P14;S6P13 133 127,88 29,5 116 120,58 25,2

S3P20;S6P14 131 125,96 28,4 123 127,86 26,1

Rata-rata

142,1 136,63 28,52 119 123,7 25,97

Pada tabel 2 bahwa rata-rata produksi jumlah biji basah, berat biji basah

dan berat biji kering pada ketinggian tempat (400-500) mdpl dengan kemiringan

lereng (0-4) % lebih besar dibandingankan rata-rata produksi jumlah biji basah,

berat biji basah dan berat biji kering pada ketinggian tempat (500-600) mdpl

dengan kemiringan lereng (8-16) %.

Tabel 3. Jumlah Biji Basah, Berat Biji Basah, dan Berat Biji Kering pada

Ketinggian Tempat (600-700m dpl dan 700-800m dpl) dan Kemiringan

Lereng pada Great Group Dystrudepts

Ketinggian (mdpl)/Kemiringan (%)

Great Group

No Sampel

(600-700)/(0-4)

(700-800)/(16-30)

Jumlah Berat Berat Jumlah Berat Berat

Biji Biji Biji Biji Biji Biji

Basah Basah Kering Basah Basah Kering

S8P1;S11P1 125 121,83 26,2 110 108,48 13,1

S8P2;S11P2 Dystrudepts
S8P3;S11P5

133 129,63 25,3 135 138 134,5 21,4 119

133,14 14,6 117,36 16,8

S8P4;S11P6 196 191,03 29,5 128 126,23 18,90

Universitas Sumatera Utara

S8P5;S11P8 192 187,13 27,4 109 107,5 14,8

S8P10;S11P12 161

Dokumen yang terkait

Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

3 62 134

Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian , Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 2 89

Evaluasi Kesesuaian Lahan Kabupaten Dairi untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.)

0 17 90

Cover Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian emiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 12

Chapter I Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian emiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 17

Chapter II Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian emiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 4

Reference Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian emiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 3

Appendix Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian emiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima PunggaPungga Kabupaten Dairi

0 0 41

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN - Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

0 0 25