Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

(1)

PETANI KOPI

(Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Poling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

D I S U S U N OLEH:

FIRMAN JANUARI TAMBUNAN 060905048

Departemen Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Medan

2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMUSOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN

PETANI KOPI

(Variasi Polat Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hokum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 21 Juni 2012


(3)

ABSTRAK

PETANI KOPI, Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi(Firman Januari

Tambunan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 22 daftar pustaka (buku) dan 8 artikel (internet), 12 tabel dan 28 gambar-gambar

penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang variasi pola tanam kopi robusta oleh petani kopi di Desa Polling Anak-anak. Penelitian ini melihat bahwa petani mempertahankan lahan untuk kopi robusta, mengurangi luas lahan kopi robusta dan mengganti sebahagian lahan kopi dengan tanaman lain sehingga tercipta variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak. Selanjutnya tulisan ini juga menelusuri bagaiman sistem pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-ana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif dengan pendekatan kognitif dengan sistem pengklasifikasian (folk taxonomi) secara emic view. Dengan metode tersebut akan dilihat pengetahuan lokal (local knowledge) dari petani dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dengan mengamati segala kegiatan petani di ladang dan bentuk variasi tanam kopi yang terdapat di ladang mereka serta ikut berladang bersama dengan petani kopi. Wawancara yang dilakukan kepada petani kopi robusta khususnya kepada informan kunci mengenai permasahan penelitian. Kemudian peneliti juga menggunakan study literature dalam melengkapi data skunder. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara emic view serta mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah penelitian.

Variasi pola tanam kopi robusta di desa tersebut dibuat petani karena terkandung nilai historis dan nilai ekonomis dari kopi robusta. Sumber- sumber pengetahuan petani dalam membuat variasi pola tanam kopi robusta melalui; informasi dari luar, pengetahuan turun-temurun dan hasil dari coba-coba. Hal ini terlihat dari bentuk pola tanam yang berbeda-beda antara petani terhadap kopi robusta. Dimana bentuk pola tanam secara garis besar dibagi menjadi 2(dua) yaitu; pola tanam kopi robusta tunggal dan pola tanam kopi robusta campur. Pola tanam tunggal dibagi menjadi; tanaman kopi robusta tua dalam satu lahan, kopi robusta tua dengan tanaman pelindung dan tanaman kopi robusta muda dengan tanaman pelindung. Untuk pola tanam campur dapat dibagi lagi menjadi; tanaman kopi robusta dicampur dengan “tanaman tua”, tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman palawija dan tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman holtikultura.

Selain dari pengetahuan petani, terjadinya variasi pola tanam juga dipengaruhi oleh “melambung” dan “merosotnya” harga kopi robusta dimasa lalu dan nilai yang terkandung dalam kopi tersebut yang tetap dipertahankan oleh petani di Desa Polling Anak-anak.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat serta kasih dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “ PETANI KOPI” ( Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi)

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak, di antaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU dan juga sebegai Dosen yang sangat banyak member ilmu pengetahuan pada saat perkuliahan. Kepada Bapak Drs. Agustrisno, M.SP. sebagai Sekertaris Departemen Antropologi FISIP USU, terima kasih atas didikannya selama ini. Terkhusus buat Ibu Dra. Sri Alem Br. Sembiring, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang selalu memberi masukan, saran, pengetahuan baik formal maupun non-formal sehingga skripsi ini bisa selesai. Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan selain ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.Sri Alem Br. Sembiring, M.Si atas bekal ilmu yang sangat berharga yang Ibu berikan kepada saya, semoga apa yang telah Ibu berikan kepada saya akan mendapat balasan yang jauh lebih besar dari TuhanYang Maha Kuasa. Begitu juga Kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc,Sc selaku dosen pembimbing akademik saya yang selalu memberikan saran dan motivasi kepada saya. Kepada seluruh Dosen dan staf pegawai di Antropologi FISIP USU, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas didikan dan bantuannya selama saya mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi FISIS USU.

Kepada kedua orang tua yang kusayangi Bapak M. Tambunan dan Mak Umbow S. Panjaitan yang sangat saya kagumi, maaf harus menunggu lama untuk melihat saya menyelesaikan studi. Terima kasih atas kesabaran, kasih sayang, support dan masukan serta materi. Kepada seluruh abang dan kakak saya yang khususnya untuk Abang Saya David Gordon Tambunan, engkau tidak sekedar abang bagi saya, engkau juga seperti sahabat yang selalu mengajari, mendukung


(5)

dan membantu penyelesaian berbagai masalah kehidupan saya, sekali lagi “Thanks Brother, you are the BEST… “

Kepada sahabat-sahabat saya, Rikky E. Syahputra, Wilfrid Syahputra S, Badai Adra, M. Ziad Ananta, Denny N. Silaen, Elmanuala Pasaribu, Oemar Abdillah, Charles Gultom, Daniely Aroz, Hemalea, Heksanta, Desy Zulfiani, Sri Novika, Erika, Helena, Rebecca, dst..

Kepada Kak Anis Amalia (udah manis cantik pula) dan Kak Julika Ika, kalian berdua sudah menjadi sosok kakak bagi saya. Kepada apparaku Herry Sianturi S.Sos, Maja Barus S.Sos, Ronald Gea S.Sos, Eva Manurung S.Sos, Tuti Naibaho S.Sos, dan tulangku Herry Manurung S.Sos dan Sandrak Manurung S.Sosterima kasih banya untuk semuanya. Kepada seseorang yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan skripsi ini, tetapi akhirnya saya tidak bisa menuliskan namamu, saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Tuhan akan membalas semua kebaikanmu. Kepada adik-adik stambuk 2008 yaitu Kak Maria, Helen Luchen, Harni, Dea Anindita, Putri, Vina, Nelson Perdi (yang sangat membantu) dan yang lainnya.

Kepada Kepala Desa Polling Anak-anak yaitu, Bapak M. Tambun beserta keluarga yang menganggap saya seperti keluarga sendiri dan member tempat tinggal bagi saya ketika sedang melakukan penelitian skripsi di Desa Polling Anak-anak. Begitu juga kepada kel. Bapak E. Tambun yang juga mengizinkan saya tinggal dirumah dan menganggap saya sudah seperti keluarga sendiri. Jasa dan kebaikan dari keluarga Bapak M. Tambun dan E. Tambun semoga mendapat balasan yang lebih besar dari Tuhan Yesus. Begitupun kepada seluruh warga Desa Polling Anak-anak yang sudah menganggap saya seperti warga disitu.

Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua orang yang telah membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini. Saya telah banyak belajar mengenai arti kehidupan dari orang-orang yang telah membantu saya selama ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi yang membacanya, khususnya bagi disiplin ilmu Antropologi FISIP USU.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Firman Januari Tambunan, lahir pada tanggal 1 Januari 1987 di Medan, Sumatera Utara. Beragama Kristen Protestan, anak ke enam dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Marudin Tambunan dan Ibunda Sannur Panjaitan.

Riwayat Pendidikan formal penulis: SD Negeri 060915, Medan (1993-1999); SMP Negeri 9, Medan (1999-2002); SMA Brigjend Katamso, Medan (2002-2005); Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2006-2012).

Riwayat Organisasi: Ketua Inisiasi Antropologi FISIP USU tahun 2008, Sekertaris INSAN ( Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi ) tahun 2008-2009, Wakil Ketua INSAN ( Ikatan Dongan SAbutuha Antropologi ) tahun 2009-2010.

Kegiatan Seminar: Panitia Seminar Internasional “Wacana Hubungan Etnik Budaya Dan Integrasi Antara Malaysia Dan Indonesia” Mei 2010. Panitia Brainstorming / Curah Pendapat Materi Antropologi di Dalam Mata Pelajaran Ilmu-ilmu Sosial tahun 2008. Seminar Penerima Beasiswa Sunlife Finace di Biro Rektor USU tahun 2009.

Kegiatan Penelitian: Fasilitator SIA ( Social Impact Asessment) Kerjasama LP-USU dengan PTPN III di Kebun Rantau Prapat tahun 2010, Kebun Sei Dadap tahun 2010, Kebun Hapesong tahun 2010, Kebun Pijor Koling tahun 2010, Kebun Torgamba tahun 2011, Kebun Aek Raso tahun 2011, Kebun Aek


(7)

Torop 2011. Fasilitator SIA (Social Impact Assesment) Kerjasama LP-USU dengan PTPN IV di Kebun Gunung Bayu tahun 2011 dan Kebun Adolina tahun 2011.

Asisten Peneliti Pembangunan Transmisi Jaringan PLN Brandan-P. Susu kerjasama PUSLIT-USU dengan PLN Persero tahun 2011, Asisten Peneliti pembuatan Dokumen UKL-UPL PT. OTP Geothermal Penyabungan bekerjasama dengan PUSLIT-USU tahun 2011, Asisten Peneliti pembuat Dokumen UKL-UPL kegiatan Pengeboran minyak bumi dan gas alam PT. RENCO Company bekerjasama dengan LPPM-USU tahun 2011, Asisten Lapangan penyusunan dokumen UKL-UPL kegiatan pengeboran semen di Kec. Marike tahun 2011.

Asisten Lapangan Kegiatan penyusunan AMDAL pembangunan GI PLN Nagan Raya- Tapak Tuan Kerjasama dengan LP-USU tahun 2011, Asisten Peneliti kegiatan penyusunan Dokumen AMDAL Pembangunan Jaringan Transmisi PLN RIAU-JAMBI kerjasama Konsultan Swasta dengan pihak PLN Persero tahun 2012, Asisten Peneliti penyusunan Dokumen AMDAL PLTA ASAHAN IV kerjasama dengan LPPM-USU tahun 2012 dan kegiatan penelitian lainnya.


(8)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “PETANI KOPI” ( Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi).

Ketertarikan untuk menulis tentang variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak karena saya melihat adanya variasi yang terjadi di ladang petani terhadap kopi robusta. Dimana tanaman kopi robusta yang dulunya merupakan komuditi utama di desa ini, sekarang luas lahan untuk kopi robusta hanya tinggal 30% dari luas lahan kopi dulunya. Hal lain yang membuat ketertarikan penulis adalah dimana warga yang sekaligus petani kopi tetap mempertahankan tanaman kopi mereka, walaupun luas lahannya berbeda-beda, ada yang menyisahkan sedikit dan adapula menyisahkan lahan kopinya luas.

Dalam skripsi ini, saya menulis apa yang ada di ladang petani, bagaiman awal-mulanya variasi pola tanam mulai terjadi dan bagaimana perjalanan variasi pola tanam tersebut, hingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Dalam melihat pola tanam yang terjadi di desa, saya menggunakan “kaca mata” antropologi untuk melihat bentuk variasi yang ada dan mengklasifikasikannya kedalam beberapa bagian.


(9)

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pertanian kopi khususnya mengenai variasi pola tanan kopi robusta dan membuka wawasan pembaca mengenai permasalahan serupa yang ada di daerah lain.

Akhirnya saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman saya. Sebagai penulis skripsi ini, saya dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangundari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi inn.

Medan, 26 Maret 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Lokasi Penelitian ... 9

1.6 Tinjauan Pustaka ... 9

1.7 Metode Penelitian ... 15

1.7.1 Observasi ... 15

1.7.2 Wawancara ... 17

1.7.3 Studi Literatur ... 19

1.7.4 Membangun Raport ... 19

1.8 Analisis Data ... 24

BAB II GAMBARAN UMUM DESA POLLING ANAK-ANAK ... 26

2.1 Identifikasi Desa ... 26

2.1.1 Lokasi dan Cara Mencapai Desa Polling Anak-anak ... 26


(11)

2.1.3 Keadaan Penduduk Desa Polling Anak-anak ... 34

2.2 Pola Pemukiman Desa Polling Anak-anak ... 36

2.3 Sampah dan Drainase ... 38

2.4 Sarana dan Prasarana Desa Polling Anak-anak ... 39

2.5 Tata Ruang Pertanian dan Hutan DEsa Polling Anak-anak ... 41

2.5.1 Pertanian ... 41

2.5.2 Hutan ... 42

2.6 Kelembagaan Desa Polling Anak-anak ... 43

2.7 Kegiatan Sosial dan Agama Masyarakat Desa Polling Anak-anak ... 44

2.7.1 Kegiatan Sosial ... 44

2.7.2 Kegiatan Agama ... 45

2.8 Sumber Daya Alam Desa Poling Anak-anak ... 46

BAB III KEGIATAN PERTANIAN DI DESA POLLING ANAK-ANAK.… 48 3.1 Sejarah Pertanian di Desa Polling Anak-anak ... 48

3.1.1 Periodesasi pertanian sebelum tahun 1940-an ... 48

3.1.2 Periodesasi Pertanian Tahun 1940-an ... 51

3.1.3 Periodesasi Pertanian Tahun 1970-an ... 54

3.1.4 Periodesasi Pertanian Tahun 90-an ... 57

3.1.5 Periodesasi Pertanian Tahun 2000-an ... 59

3.3 Dinamika Kejayaan Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak ... 62

3.2.1 Masa Awal Harga Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak ... 62

3.2.2 Masa Keemasan Kopi Robusta ... 63


(12)

3.2.4 Masa Kopi Robusta Saat ini ... 66

3.2 S istem Pertanian Kopi di Desa Polling Anak-anak ... 72

3.3.1 T ahap Persiapan Bibit ... 72

3.3.2 Tahap Persiapan Lahan ... 73

3.3.3 T ahap Perawatan ... 74

3.3.4 T ahap Pemanenan ... 80

BAB IV VARIASI POLA TANAM KOPI ROBUSTA DAN NILAI KOPI ROBUSTA MENURUT WARGA DESA POLLING ANAK-ANAK ... 84

4.1 Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Tunggal ... 85

4.1.1 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dalam Satu Lahan ... 85

4.1.2 Pola Tanam Kopi Robusta Tua dengan Tanaman Pelindung ... 88

4.1.3 Pola Tanam Kopi Robusta Muda dengan tanaman pelindung ... 91

4.2 Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Campur ... 94

4.2.1 Pola Tanam Kopi robusta dengan Tanaman Tua ( Durian, Coklat, Salak, Manggis, Jengkol ) ... 94

4.2.2 Pola Tanam Kopi Robusta dengan Tanaman Palawija ... 99

4.2.3 Pola Tanam kopi Robusta dengan Holtikultura ... 101

4.3 Nilai Kopi Robusta Bagi Warga Desa Polling Anak-anak ... 104

4.3.1 Dalan Hangoluan ... 104

4.3.2 Gabe Mambahen Mamora ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

5.1 Kesimpulan ... 110


(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN:

 Surat Keterangan Melakukan Penelitian dari Desa Polling Anak-anak  Daftar Hadir Kegiatan FGD (Fokus Group Discus)

 Peta Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pugga, Kabupaten Dairi


(14)

DAFTAR TABEL dan GRAFIK

Tabel 2.1 Pergeseran penduduk dari Pak-pak ke Toba di Desa Polling

Anak-anak ... 34

Tabel 3.1 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada pada awal tahun 1940-an ... 50

Tabel 3.2 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1940-1969 54 Tabel 3.3 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1977-1989 57 Tabel 3.4 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 1990-1999 ... 59

Tabel 3.5 Jenis tanaman di Desa Polling Anak-anak pada periode 2000-2011 ... 60

Tabel 3.6 Kegiatan pertanian di Desa Polling Anak-anak ... 61

Tabel 3.7 Dinamika kejayaan kopi robusta ... 71

Tabel 3.8 Kegiatan pertanian kopi di Desa Polling Anak-anak ... 83

Tabel 4.1 Variasi pola tanam kopi di Desa Polling Anak-anak ... 103

Grafik 3.1 Harga kopi per kilogram dalam satuan rupiah dari masa awal sampai sekarang ... 70

Grafik 3.2 Harga kopi per kilogram dalam satuan kilogram beras dari masa awal sampai Sekarang ... 70


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foto transek/ gambaran keadaan Desa Polling Anak-anak ... 37

Gambar 2.2 Foto pemukiman di Dusun I ... 38

Gambar 2.3 Foto pemukiman di Dusun II ... 38

Gambar 2.4 Foto pemukiman di Dusun III ... 38

Gambar 2.5 Foto bentuk hutan yang ada di Desa Polling Anak-anak ... 42

Gamabr 2.6 Diagram Venn( hubungan kelembagaan yang ada di Desa Polling Anak-anak) ... 43

Gambar 2.7 Foto kalender musim pertanian yang ada di Desa Polling Anak-anak ... 46

Gambar 2.8 Foto potensi Desa Polling Anak-anak, dilihat dari segi pertanian, peternakan maupun mata pencaharian ... 47

Gambar 3.1 Foto pohon durian milik Bapak K. Panjaitan yang berumur ±80 tahun ... 52

Gambar 3.2 Foto pohon kopi milik Bapak M. Tambun yang berumur ±80 tahun ... 52

Gambar 3.3 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk akar ... 78

Gambar 3.4 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk batang ... 78

Gambar 3.5 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk ranting ... 79

Gambar 3.6 Foto tanaman kopi yang terkena penyakit busuk ranting ... 79

Gambar 3.7 Foto daun kopi yang terkena penyakit busuk daun ... 80

Gambar 3.8 Foto daun kopi yang terkena penyakit busuk daun ... 80

Gambar 3.9 Foto kopi yang sudah siap panen ... 81

Gambar 4.1 Foto tanaman kopi robusta tua dalam satu areal ... 88

Gambar 4.2 Foto tanaman kopi robusta tua yang dilindungi dadap ... 90

Gambar 4.3 Foto tanaman kopi muda yang dilindunggi dadap ... 93

Gambar 4.4 Pola tanam campur kopi milik Bapak K. Panjaitan ... 97

Gambar 4.5 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan durian dan kemiri ... 99


(16)

Gambar 4.6 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan pinang, manggis

dan coklat ... 99

Gambar 4.7 Pola tanam tanam campur kopi dan jagung milik Bapak M. Tambun ... 100

Gambar 4.8 Foto pola tanam campur kopi robusta dan jagung ... 101

Gambar 4.9 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan ubi kayu ... 101

Gambar 4.10 Foto pola tanam campur kopi robusta dengan pisang ... 102


(17)

ABSTRAK

PETANI KOPI, Variasi Pola Tanam Kopi Robusta di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi(Firman Januari

Tambunan, 2012). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 22 daftar pustaka (buku) dan 8 artikel (internet), 12 tabel dan 28 gambar-gambar

penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang variasi pola tanam kopi robusta oleh petani kopi di Desa Polling Anak-anak. Penelitian ini melihat bahwa petani mempertahankan lahan untuk kopi robusta, mengurangi luas lahan kopi robusta dan mengganti sebahagian lahan kopi dengan tanaman lain sehingga tercipta variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak. Selanjutnya tulisan ini juga menelusuri bagaiman sistem pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-ana.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk kualitatif dengan pendekatan kognitif dengan sistem pengklasifikasian (folk taxonomi) secara emic view. Dengan metode tersebut akan dilihat pengetahuan lokal (local knowledge) dari petani dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi dengan mengamati segala kegiatan petani di ladang dan bentuk variasi tanam kopi yang terdapat di ladang mereka serta ikut berladang bersama dengan petani kopi. Wawancara yang dilakukan kepada petani kopi robusta khususnya kepada informan kunci mengenai permasahan penelitian. Kemudian peneliti juga menggunakan study literature dalam melengkapi data skunder. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara emic view serta mengklasifikasikannya sesuai dengan masalah penelitian.

Variasi pola tanam kopi robusta di desa tersebut dibuat petani karena terkandung nilai historis dan nilai ekonomis dari kopi robusta. Sumber- sumber pengetahuan petani dalam membuat variasi pola tanam kopi robusta melalui; informasi dari luar, pengetahuan turun-temurun dan hasil dari coba-coba. Hal ini terlihat dari bentuk pola tanam yang berbeda-beda antara petani terhadap kopi robusta. Dimana bentuk pola tanam secara garis besar dibagi menjadi 2(dua) yaitu; pola tanam kopi robusta tunggal dan pola tanam kopi robusta campur. Pola tanam tunggal dibagi menjadi; tanaman kopi robusta tua dalam satu lahan, kopi robusta tua dengan tanaman pelindung dan tanaman kopi robusta muda dengan tanaman pelindung. Untuk pola tanam campur dapat dibagi lagi menjadi; tanaman kopi robusta dicampur dengan “tanaman tua”, tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman palawija dan tanaman kopi robusta dicampur dengan tanaman holtikultura.

Selain dari pengetahuan petani, terjadinya variasi pola tanam juga dipengaruhi oleh “melambung” dan “merosotnya” harga kopi robusta dimasa lalu dan nilai yang terkandung dalam kopi tersebut yang tetap dipertahankan oleh petani di Desa Polling Anak-anak.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kopi adalah sejenis

dari biji1.Berdasarkan hasil dari bl

dari benua Afrika.Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan. Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik dan jenis tanaman kopi yang dibawa adalah kopi arabika2

Merurut wordpress, kopi ada 4 jenis, yaitu kopi arabika (Coffea arabica), kopi robusta (Coffea canephora), kopi liberika (Coffea liberica) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei) hanya saja di Indonesia yang dikenal hanya dua jenis saja yaitu jenis arabika dan robusta

.

3

Di wilayah Sumatera masuknya tanaman kopi di daerah pegunungan sekitar Aceh Tenggara dan Sidikalang

.

4

1

lalu menyebar ke beberapa daerah lain di wilayah Sumatera jenis tanaman kopi. Hasil produksi kopi Belanda yang ada di

2

(http://alinurdin-wongkitogalo.blogspot.com/2009/11/sejarah-perkembangan-tanaman-kopi-di_19.html)

3

(http://bundaeda.wordpress.com/2010/06/10/asal-usul-jenis-kopi/) 4

. Sidikalang adalah Ibu Kota Kabupaten Dairi, yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Sumatera Utara dan merupakan produsen kopi Robusta terbesar di Sumatera Utara.


(19)

Indonesiadapat disalurkan ke negara-negara Eropa yang merupakan konsumen terbesar kopi5

Seperti kebanyakan wilayah di Sumatera,kopi arabika sudah banyak ditanam di sidikalang.Hal ini dapat dilihat dari kopi robusta sudah mulai banyak ditinggalkan oleh banyak masyarakat dan menggantinya dengan tanaman kopi ateng

.

Menanam kopi, menjadi pilihan banyak masyarakat di Indonesia, khususnya untuk jenis kopi arabika. Kopi arabika jenis ateng menjadi pilihan banyak petani karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan kopi-kopi lain yaitu proses penanaman hingga panennya hanya membutuhkan waktu ± 2tahun. Daerah-daerah yang menjadi penghasil kopi arabika antara lain; Sumatera Utara, Aceh, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur dan lain sebagainya. Indonesia menjadi produsen ke-empat terbesar di dunia untuk penghasil kopi saat ini.

6

Kabupaten Dairi (khususnya Sidikalang) dahulunya sangat terkenal sebagai penghasil kopi yang berkualitas.Kopi Sidikalang adalah olahan dari kopi robusta yang sampai saat ini masih diproduksi penduduk di Kabupaten Dairi, walaupun hanya tinggal sebagian kecil saja.Oleh sebabitu, kopi Sidikalang tidak .Umumnya untuk tanaman kopi robusta yang dikelola petani kopi adalah tanaman kopi yang sudah cukup tua (usia tanaman kopi robusta > 10 tahun). Akan tetapi, ada juga disebagian daerah yang memilih mempertahankan tanaman kopi robusta daripada menebangnya dan menggantinya dengan tanaman kopi ateng maupuntanaman lain.


(20)

termasuk sebagai salah satu dari tujuh kopi terbaik Indonesia saat ini. Ketujuh kopi terbaik saat iniyaitu ; Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon Aceh Tengah, Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara, Java Coffee dari dataran tinggi Ijen Jawa Timur, Toraja/Kalosi Coffee dari dataran tinggi Tana Toraja Sulawesi Selatan, Bali Coffee dari dataran tinggi Kintamani Bali, Flores Coffee dari dataran tinggi Manggarai Nusa Tenggara Timur, dan Balliem Highland Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.7

Desa Polling Anak-anak, KecamatanSilima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi merupakan salah satu desa penghasil kopi robusta yang terbesar di Kabupaten Dairi saat ini.Desa ini yang memiliki luas wilayah ±216 ha(Hektar), ±25 hamasih merupakan pertanian kopi robusta serta terdapat ±100 ha tanaman tumpang sari yang terdiri dari tanaman kopi, coklat, durian, kemiri dan lainnya

Saat ini, hanya beberapa desa di beberapa kecamatan Kabupaten Dairi yang penduduknya masih mengelolah pertanian kopi robusta. Adapun beberapa desa yang masih mengelolanya antara lain; Desa Parongil Kecamatan Silima Pungga-pungga, Desa Sinar Pagi Kecamatan Pardomuan, Desa Laumil Kecamatan Tiga Lingga, Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga-pungga dan beberapa desa lainnya.

8

Penduduk Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi mayoritas bermatapencarian sebagai petani.Di desa tersebut komoditi utama yang dihasilkan adalah; kopi, coklat, durian, kelapa, jagung,

.

7

8


(21)

kemiri dan hasil tanaman palawija lainnya. Warga desa ini pada tahun 1980-an hampir semua menanam kopi robusta, akan tetapi saat ini terlihat beberapa pola penanaman kopi robusta yang bervariasi. Beberapa warga tetap mempertahankan tanaman kopi robusta di lahan pertaniannya, beberapa warga lain mengganti sebahagian kecil luas lahan kopi robustanya dan beberapa warga lainnya mengganti relatif lebih luas tanaman kopi robustanya dengan tanaman lain.Fenomena ini menimbulkan beberapa pertanyaan, seperti; mengapa mereka tetap menyisakan lahan untuk tanaman kopi robusta walaupun hanya sebagian kecil dari luas lahan yang mereka punya (<10% luas areal tanah masing-masing warga), apakah tanaman kopi robusta memiliki nilai khusus bagi mereka, atau karenakopi robusta memiliki nilai historis dalam sejarah kehidupan warga di desa ini, apa alasan mereka mempertahankan tanaman kopi robusta dan apa pula alasan mereka mengganti tanaman kopi robusta dengan tanaman lain ?

Keragaman pola tanam dalam satu lahan pertanian telah menjadi ketertarikan tersendiri di dalam penelitian Antropologi.Salah satu studi Antropologi yang telah meneliti variasi pola tanam yaitu Purwanto (1998:69-82) yang melakukan penelitian terhadap variasi pola tanam pada pertanian padi sawah. Purwanto menjelaskan bahwa terjadinya variasi pola tanam dalam satu areal lahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:- faktor sosial; dimana petani harus menyeragamkan tanaman padi yang ditanamnya dengan yang ditanam oleh kebanyakan petani lainnya, -faktor ekologis; dimana petani harus dapat memilih tanaman padi apa yang cocok untuk kondisi iklim sekarang, misalnya untuk jenis padi lokal tidak membutuhkan jumlah air irigasi terlalu banyak sedangkan untuk


(22)

padi super membutuhkan jumlah air yang jauh lebih banyak dibandingkan untuk padi lokal, -faktor situasional

Permasalahan yang muncul pada saat ini menyangkut budidaya tanaman kopi menarik perhatian banyak pihak.Saat ini permasalahan mengenai kopi sudah mulai dikaji dengan menggunakan Analisis SWOT

; dimana keadaan petani menjadi penentu ketika mereka harus menanam padi jenis apa, karena untuk menanam padi jenis super, petani harus menyediakan pupuk yang cukup banyak agar hasil produksi menjadi maksimal, sedangkan untuk padi lokal, tidak membutuhkan pupuk dan rasanya juga lebih enak.

Penelitian diatas dapat menjadi acuan dalam penelitian variasi pola tanam kopi karena belum ada penelitian khusus mengenai variasi pola tanaman kopi. Mungkin saja faktor penyebab terjadinya variasi pola tanam pada tanaman padi sawah belum tentu sama dengan variasi pola tanam pada tanaman kopi.

9

.Dimana hal yang paling utama dibahas menyangkut meningkatkan produksi kopi di pasar dunia serta membudidayakan kopi yang berkualitas untuk meningkatkan kesejateraan para petani kopi.Keempat aspek dalam Analisis SWOT tersebut sangat penting dikaji, dimana setiap aspek mempunyai potensi dalam meningkatkan produksi kopi, khususnya di tanah air10

Permasalahan lain yang menarik dalam proses budidadaya kopi yaitu melihat karakteristik tanaman kopi dan pengaruh iklim terhadap produksi kopi. Dimana dengan mengetahui karakteristik tanaman kopi tersebut dapat diketahui

.

9

. SWOT singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities dan Threats atau dalam bahasa Indonesia yang berarti Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.


(23)

usia tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal, serta dengan perubahan iklim yang tidak menentu seperti sekarang ini dapat mengakibatkan produksi kopi jadi terganggu. Untuk itu dibutuhkan upaya dari para petani kopi dalam merawat dan menjaga agar hasil panen kopi tetap maksimal11

Kedua tulisan di atas menyangkut proses pengelolaan kopi dan bagaimana kehidupan keluarga petani kopi secara sosial ekonomi. Sehingga penelitian yang akan dilakukan menjadi menarik karena ada aspek yang lain yang dapat dilihat

.

Dari permasalahan yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan di atas. Dimana pola-pola tanam dan alasan-alasan petani kopi robusta mempertahankan, mengurangi luas tanaman kopi robustanya dan menggantinya dengan jenis-jenis tanaman lain menjadi fokus kajian ini.

Penelitian tentang kopi sudah cukup banyak dilakukan, seperti dalam Girsang (2009) membahas tentang kehidupan sosial ekonomi keluarga petani kopi di Kabupaten Simalungun.Dimana aspek yang dikaji oleh Girsang menyangkut pola kehidupan petani kopi, sistem sosial petani kopi dan sistem ekonomi keluarga petani kopi di desa tersebut. Selain itu, Istayah(2001) membahas mengenai proses pengambilan keputusan untuk tetap mempertahankan pengelolaan pertanian kopi di Desa Bandar Alam Lama, Kec. Muara Dua Kisam Kab.DKU Sumatera Selatan.Dimana menurut Istayah, dalam proses pengambilan keputusan, petani dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu; permintaan pasar dan subsistensi, cuaca, pengetahuan, waktu, tenaga kerja, bibit dan modal kredit.

11


(24)

pada petani kopi yang ada di Desa Polling Anak-anak yaitu mengapa muncul keragaman pola bertanam kopi robusta di desa tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini yaitu :“Mengapa warga Desa Polling Anak-anak membuat pola tanam yang bervariasi atas tanaman kopi robusta; mempertahankan, mengurangi luas lahan tanaman kopi robusta dan mengganti sebagian lahan pertanian kopi robusta dengan tanaman lain, sehingga terjadi variasi pola tanam pada pada lahan pertanian mereka ?” Untuk menjelaskan masalah utama di atas, peneliti dapat mengacu kepada beberapa pertanyaanpenelitian yaitu :

1. Bagaimana sejarah pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ? 2. Bagaiman kegiatan pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ? 3. Bagaimana variasi pola tanam kopi robusta yang dilakukan oleh warga

Desa Poling Anak-anak ?

4. Apa alasan warga Desa Polling Anak-anak tetap mempertahankan tanaman kopi robusta mereka, walaupun luas areal untuk kopi robusta hanya sedikit ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana aktifitas masyarakat para petani kopi dan mengapa petani kopimelakukan variasi pola tanam dari


(25)

sebelumnya hanya menanan kopi robusta menjadi mencampurnya dengan tanaman lain seperti tanaman coklat, durian dan tanaman palawija oleh para petani kopi robusta di Desa Polling Anak-anak, Kec. Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai suatu proses untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat melalui proses perkuliahan selama ini dan nantinyadapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tulisan ini. Penelitian ini juga diharapkan sebagai referensi serta pengkaryaan studi di Departemen Antropologi dan juga melatih penulis untuk membuat karya ilmiah serta sebagai salah satu bahan kajian yang dapat diperdalam lagi oleh para peneliti lainnya.

Penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi ataupun menambah wawasan petani kopi lainnya yang berbeda sistem pengelolaan lahan pertaniannya dengan petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak.Untuk para petani kopi yang berada di Desa Poling Anak-anak, dengan dilakukannya penelitian ini maka mereka dapat mengetahui pola tanam yang ada di desa serta mereka bisa saling bertukar pengetahuan antara petani yang satu dan yang lainnya. Begitu juga kepada orang lain maupun pihak industri kopi, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan tentang sistem pengolahan pertanian kopi yang berbeda.


(26)

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.Alasan pemilih lokasi tersebut karena di desa tersebut merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dan di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mengelola kopi robusta sebagai sumber mata pencaharian serta melihat adanya keragaman pola penanaman kopi robusta di Desa Polling Anak-anak.

1.6. Tinjauan Pustaka

Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia.Sekalipun di berbagai daerah ekosistem wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat.Menurut Supriyati & Hermanto (1995), sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Bruto(PDB) sekitar 21,55% ( Adimihardja, 1999: 4)

Konsep petani dalam masyarakat pedesaan cukup beragam dan bervariasi tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya.Petani tidak mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja.Artinya, petani adalah orang yang bercocok tanam (melakukan budidaya) di lahan pertaniannya (Scott,1994). Masyarakat petani juga tidak terlepas dari kota-kota sekitarnya, mereka saling berhubungan dan mereka merupakan sampalan dari budaya kota (Kroeber dalam Marzali, 1998: 91 )


(27)

Wolf (1983:9) juga mendukung pendapat di atas, bahwa sekalipun orang-orang pada umumnya sudah sangat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan mereka akan pangan dan barang, mereka harus menyelenggarakan hubungan-hubungan sosial dengan sesama mereka. Karena pada umumnya masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya dan hal ini juga sesuai dengan hakikat manusia sebagai mahluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa ada bantuan dari orang lain.

Konsep petani yang dimaksud dalam penelitiaan ini yaitu yang sesuai dengan pendapat scott diatas yaitu petani ialah orang yang bercocok tanam di lahan pertaniannya. Alasan menggunakan konsep petani tersebut, karena di Desa Poling Anak-anak mayoritas petani hanya mengolah lahan pertanian milik mereka sendiri.

Goodenough (dalam Nur Syam, 2007) menjelaskan bahwa dalam meneliti sebuah masyarakat, peneliti harus melihat aktivitas-aktivitas sosial, kelompok sosial juga bahasa yang digunakan dalam oleh masyarakat yang diteliti. Untuk memperoleh semua itu, peneliti harus bisa mengerti bahasa setempat sehingga dapat berkomunikasi dengan para informan untuk “mengorek” isi kepala mereka tentang permasalahan yang sedang diteliti, baik itu tentang konsep masyarakat, pola pikir maupun mitos-mitosnya.

Hal diatas memang sngat penting, khususnya untuk kajian cognitive anthropologyyang menjelaskan bahwa “Kebudayaan bukanlah fenomena material, tidak terdiri atas benda-benda, perilaku dan emosi, melainkan ia lebih merupakan suatu pengaturan hal-hal tersebut. Dimana yang ada dalam pikiran orang adalah


(28)

bentuk benda-benda dan hal-hal, model-model untuk mempersepsi, menghubung-hubungkan dan selebihnya menafsirkan” Goodenough (dalam Spradley,1997)

Konsep kebudayaan menurut Spradley (1997:5) yaitu pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.Kemudian lebihjelasnya lagi Spradley menjelaskannya dalam Kognitif Antropologi yang menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal serupa yang akan dilihat oleh peneliti pada petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak mengenai bagaimana pengetahuan masyarakat tersebut dalam melakukan variasi tanaman dalam satu areal lahan. Selanjutnya, dengan menggunakan metode pengklasifikasian (folk taxonomy) Spradley akan diklasifikasi jenis-jenis tanaman yang ada dalam satu lahan pertanian pada masyarakat desa tersebut.

Spradley(1997)mendefenisikan kebudayaan “sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategiperilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka12

Lebih lanjut Spredley(1997) menjelaskan bahwa kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat. Tugas seorang Antropolog adalah

.

12

Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh James P. Spredley. Dalam pengantar ini, Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.


(29)

’mengorek’ isi pikiran masyarakat untuk menjelaskan konsep mereka tentang bertani kopi robusta dengan cara menggunakan metode folk taxonomy. Dimana, peneliti akan melakukan pengklasifikasian terhadap jenis-jenis tanaman yang bervariasi pada satu areal pertanian. Dengan demikian maka dapat dilihat gambaran yang terjadi pada masyarakat Desa Polling Anak-anak yang hanya mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam mengelola lahan pertanian kopi robustanya. Sehingga dari pengetahuan yang mereka dapat dari sistem pertanian yang turun-temurun, menyebabkan mereka masih mempertahankan kopi robusta, walaupunsaat ini penghasilan dari pertanian kopi robusta bukan menjadi pendapatan utama dari penduduk Desa Polling Anak-anak.

Dengan menggunakan metode klasifikasi (Folk Taksonomi) akan mengklasifikasi pengetahuan masyarakat desa tentang kopi robusta, apa kaitannya dengan nilai-nilai historis, variasi tanam, alternatif tanaman pengganti dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pertanian kopi robusta yang dilakukan oleh masyarakat Desa Polling anak-anak.

Masyarakat Desa Polling Anak-anak yang mayoritas adalah petani mungkin saja mempunyai konsep atau ide tersendiri dalam hal pengelolaan kopi robusta, yang secara tidak langsung menjadi acuan dalam tindakan mereka untuk mengelola pertanian, baik kopi robusta maupun tanaman alternatif pengganti kopi lainnya. Disini peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran apa saja yang dilakukan masyarakat terhadap pertanian saat ini yang berkaitan dengan tujuan-tujuan pertanian mereka. Kemudian melihat apa-apa saja tanaman yang ada


(30)

diladang para petani dan bagaimana masyarakat melakukan variasi pola tanaman campuran.

Pengetahuan masyarakat tentang pertanian sangat berguna untuk mempertahankan hasil panen mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Yunita bahwa pengetahuan lokal (local knowledge) selalu berada didalam proses adaptasi dalam lingkungan dunia yang terus berubah. Perubahan-perubahan ekologi, sosial dan ekonomi merupakan hal yang wajar, bahkan kini berlangsung dalam dinamika yang meningkat secara cepat” selanjutnya Yunita menegaskan , maka dibutuhkan kemampuan para petani untuk dapat beradaptasi sesuai dengan perkembangan dunia maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar (Adimihardja,1999:182).

Masalah variasi pola tanam sudah mulai banyak diteliti oleh para peneliti.Yunita termasuk salah satu yang meneliti variasi pola tanam campur pada pertanian padi sawah.Selain itu ada juga variasi pola tanam campur pada tanaman kentang13

“Sembiring .

Selain Yunita, salah seorang peneliti yang meneliti tentang variasi pola tanam yaitu Sembiring, yang berpendapat:

14

13

Balai Peneliti Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Dalam

(http://www.scribd.com/doc/15249535/Profil-komoditas-kentang) 14

. Seorang Dosen Departemen Antropologi FISIP USU yang melakukan penelitian tentang “Periodesasi Waktu Berdasarkan Pengalaman Petani ; Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Holtikultura di Berastagi Kab. Karo

(2002) menjelaskan bahwa bentuk percampuran tanaman yang sangat beragam seperti yang dilakukan masyarakat Desa Gurusinga, dengan diberengi kemampuan petani dalam mengelola sumber daya alam dan mengembangkan strategi-strategi baru dan percobaan-percobaan dalam bidang percampuran tanaman atau pola tanam.Aumeeruddy menyebutkan bentuk percampuran tanaman yang sangat beragam ini dapat terlihat seperti pada hutan dan kebun”.


(31)

Masyarakat Desa Poling Anak-anak melakukan pola tanam yang bervariasi, untuk jenis tanaman kopi robusta.Variasi yang dilakukan berupa perbedaan luas areal tanam serta variasi campuran tanaman dalam satu areal kebun.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa alasan yang terdapat pada masyarakat Desa Poling Anak-anak.alasan dan pandangan masyarakat desa merupakan hal yang ingin diketahui oleh peneliti.

Sistem pengolahan lahan pertanian kopi dapat dipengaruhi beberapa hal.Sistem klasifikasi mungkin juga dapat mempengaruhi variasi pola tanam yang terjadi pada masyarakat Desa Poling Anak-anak. Hal ini juga dikemukakan oleh Sembiring(2005) bahwa klasifikasi tanaman berdasarkan perawatan tanaman di Desa Gurusing ada tiga yakni; tingkat kerumitan perawatan, modal perawatan, keahlian perawatan tanaman. Hal ini bias saja ditemukan dalam permasalahan yang ada pada masyarakat petani kopi robusta di Desa Poling Anak-anak ataupun akan ada temuan klasifikasi yang lain yang berbeda dengan temuan di Desa Gurusinga.

Melalui pengamatan yang terfokus pada rangkaian peristiwa dalam rentang waktu tertentu dengan perhatian pada hubungan yang saling terkait antar satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, peneliti berharap dapat menjawab masalah penelitian dan memahami bagaimana perubahan dalam fenomena yang diamatiitu berlangsung.


(32)

1.7. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif15

15

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempeljari permasalahan-permasalahan dalam masyarakat, situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Soejono dan Karmila 2007:16)

. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas nantinya. Wawancara yang dilakukan menggambarkan kondisi kehidupan sosial masyarakat petani kopi yang di Sidikalang, serta bagaimana proses pengelolaan lahan pertanian oleh petani kopi. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau menyeluruh.

1.7.1. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek secara langsung maupun tidak langsung. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejalah-gejalah yang diteliti dan dibantu dengan alat dokumentasi gambar yaitu kamera. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi partisipasi, dimana peneliti hanya melihat aktivitas para petani kopi dan tanaman apa saja yang ditanam petani serta variasi yang terjadi pada pola tanam petani kopi tetapi tidak menjadi petani kopi. (Bernard Russell,1994: 137).


(33)

Tujuan penggunaan metode observasi ialah untuk melihat wujud konkrit dari hasil kegiatan masyarakat Desa Poling Anak-anak kususnya dalam hal mengelola pertanian kopi mereka. Selain itu, tujuan utama observasi yang digunakan adalah untuk melihat dan mendeskripsikan variasi pola tanaman kopi oleh masyarakat desa .

Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa bentuk variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak berbeda-beda antara petani.Petani memilih pola variasi sesuai dengan keutuhan dan kemampuannya dalam mengelola lahan pertaniannya.Bentuk-bentuk variasi yang ada terlihat jelas di ladang warga, dimana mereka mencampur beberapa jenis tanaman dalam satu areal lahan.Misalnya, dalam satu lahan terdapat kopi-coklat-durian, kemudian ada juga kopi-cabai-durian dan percampuran lainnya.

Nilai kopi juga bisa dilihat dengan melakukan observasi di ladang-ladang warga, dimana seluruh warga yang ada di Desa Polling Anak-anak masih menyisahkan tanaman kopi robusta di ladangnya.Walaupun luas lahan untuk kopi robusta berbeda-beda, ada yang luas dan ada yang sedikit.Dari pengamatan tersebut dapat dilihat bagaimana peran kopi bagi warga Desa Polling Anak-anak sehinnga mereka masih tatap mempertahankannya.

Data lain yang dapat diperoleh dengan melakukan observasi ketika mengamati pola pemukiman dan pola pertanian waga desa. Dari pola pemukiman kita dapat melihat tata ruang desa, keadaan penduduk dilihat berdasarkan tempat tinggal, kondisi lingkungan sekitar desa dan tata ruang hutan desa.Untuk pola pertanian, dengan melakukan observasi dapat dilihat jenis-jenis tumbuhan yang


(34)

terdapat di desa, baik yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan oleh warga desa.

Observasi juga penting sekali ketika melihat kegiatan pertanian kopi yang dilakukan oleh warga Desa Polling Anak-anak yang meliputi tahap penanaman, perawatan, pemanenan dan pengolahan kopi menjadi biji yang siap untuk dijual. Selain itu, dengan observasi dapat diketahui kondisi pohon kopi yang terkena penyakit maupun terserang hama dan bagaiman cara petani menanggulangi/ membasmi hama tersebut.

1.7.2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan beberapa pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu orang orang yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan (Moleong, 1998: 115). Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam (deep interview), dimana pertanyaan akan berfokus kepada pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang dilakukan secara berulag-ulang untuk menghidari kemungkinan informan berbohong(Russell,1994). Penelitian ini juga akan menggunakan alat bantu yaitu voice record dan catatan untuk mencatat hasil wawancara tersebut.

Selama melakukan wawancara nantinya, peneliti harus dapat menciptakan rapport yang baik antara peneliti dengan informan.Karena dengan adanya rapport yang baik maka informasi/data yang diberikan oleh informan lebih jelas dan dapat dipercaya.Hal ini juga dikatakan oleh Emmerson (1985:284) hubungan


(35)

timbal-balik dan kedekatan antara informan dengan peneliti sangat dibutukan dalam melakukan wawancara.

Kegunaan metode ini adalah untuk mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan yang tidak dapat diperoleh dari melakukan observasi. Dalam hal ini, sesuai dengan masalah penelitian contohnya, ketika peneliti ingin mengetahui nilai-nilai apa saja yang terdapat pada kopi ataupun tanaman kopi bagi masyarakat Desa Polling Anak-anak, peneliti dapat menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan lebih akurat.

Wawancara ini sangat penting dalam penelitian ini, dimana ketika pada awalnya peneliti datang ke desa, haruslah memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke desa tersebut sekaligus meminta izin kepada Kepala Desa.Ketika mewawancari Kepala Desa Polling Anak-anak yaitu Bapak M. Tambun, ternyata adalah petani kopi rousta.Dari wawancara awal dengan Bapak M. Tambun, peneliti mendapat banyak data mengenai pertanian kopi di Desa Polling Anak-anak.Dari wawancara tersebut peneliti menentukan bahwa Bapak M.Tambun adalah informan pangkal dalam penelitian ini.

Wawancara berlanjut kepada warga-warga lain di Desa Polling Anak-anak yang merupakan petani kopi robusta juga. Wawancara yang dilakukan peneliti secara berulang-ulang untuk menghidari adanya kebohongan data yang diberikan informan serta dengan menggunakan teknik snow ball untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan akurat.

Pada awalnya kendala yang dihadapi peneli pada saat wawancara adalah faktor bahasa.Dimana peneliti belum begitu menguasai bahasa daerah yaitu


(36)

Bahasa Toba yang biasa digunakan warga di Desa Polling Anak-anak.Setelah tinggal dan berinteraksi dengan warga selama ±2 (dua) bulan, peneliti sudah bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa toba dengan warga tetapi tidak begitu lancar.Dengan mengetahui bahasa daerah tersebut, meneliti dapat mengetahui local knowledge dengan bahasa lokal oleh warga desa.

1.7.3. Studi Literatur

Dalam penelitian ini, peneliti akan membutuhkan banyak literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu petani kopi, variasi tamaman campur dan yang lainnya yang sesuai dengan masalah penelitian. Karena permasalahan yang peneliti ambil merupakan hasil atau upaya oleh masyarakat petani kopi dari waktu yang lampau sampai sekarang dalam upaya mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka serta hubungan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Studi literatur ini dimaksudkan untuk kepentingan teori-teori yang relevan yang dijadikan landasan berfikir dalam melihat masalah yang akan diteliti, yang akan diperoleh melalui buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, dan skripsi yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu data skunder juga dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian seperti, data Kecamatan Silima Pungga-pungga dan data potensi Desa Polling Anak-anak. 1.7.4. Membangun Rapport

Rapport (hubungan baik) antara peneliti dengan informan sangat diperlukan ketika kita melakukan penelitian khususnya dengan metode kualitatif. Dimana dengan adanya rapport maka data yang diperoleh peneliti akan lebih


(37)

“kaya” dan akurat. Karena dengan terjalinnya rapport maka kemungkinan pemboongan informasi yang diberikan informan kepada peneliti akan lebih kecil. Hal tersebut juga terjalin ketika peneliti melakukan penelitia di Desa Polling Anak-anak.

Pada saat melakukan penelitian tentang variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak, merupakan kali pertama peneliti datang ke Sidikalang. Awalnya peneliti ingin meneliti kopi robusta di Kota Sidikalang, akan tetapi di Kota Sidikalang pohon kopi robusta sudah hampir habis, kalaupun ada hanya sisa-sisa yang dahulu dan hanya beberapa batang saja. Karena warga di Kota Sidikalang sudah mengganti kopi robusta dengan tanaman lain sejak tahun 1990-an. Sekarang ini justru kopi ateng yang menjadi dominan dikelola warga di Kota Sidikalang.

Mengetahui hal tersebut, peneliti pergi ke Kantor Camat Sidikalang dan menanyakan kepada pegawai di kecamatan tersebut dimana daerah yang masih banyak tanaman kopi robusta. Dari pegawai kantor camat tersebut peneliti mendapat 3(tiga) pilihan yaitu Kecamatan Sumbul, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Silima Pungga-pungga. Akhirnya peneliti memilih untuk pergi ke Kecamatan Silima Pungga-pungga untuk mencari desa mana yang akan menjadi lokasi penelitian.

Pertama sampai ke Kantor Camat Silima Pungga-pungga saya langsung bertemu dengan Bapak Sianturi(Camat Silima Pungga-pungga). Peneliti disambut dengan ramah dan peneliti segera menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke kecamatan ini.Setelah menjelaskan maksud dan tujuan si peneliti, Bapak


(38)

Sianturi memberi tahu desa-desa di Kecamatan Silima Pungga-pungga yang masih banyak tanaman kopi robusta. Desa-desa yang disebutkan Bapak Sianturi antara lain; Desa Sirata, Desa Siboras, Desa Bonian dan Desa Polling Anak-anak. Ketika peneliti sedang berbincang dengan Bapak Sianturi, tiba-tiba Bapak M. Tambun(Kepala Desa Polling Anak-anak) datang untuk menyerahkan berkas laporan yang diminta oleh Bapak Sianturi.

Kemudian Bapak Sianturi memperkenalkan saya kepada Bapak M. Tambun tersebut sekaligus menanyakan sesuatu kepada Bapak M.Tambun tersebut dengan menggunakan bahasa Toba ate, godang dope kopi di huta muna ?dan selanjutnya mereka berdua berbincang sejenak dan kemudian Bapak Sianturi mengatakan kepada peneliti untuk melakukan penelitian ke Desa Polling Anak-anak saja, karena kebetulan Kepala Desanya sedang disini. Mendengar hal tersebut, peneliti segera menyetujui hal tersebut dan kemudian peneliti melanjutkan berbincang dengan Bapak M. Tambun.

Setelah mendapatkan desa yang akan menjadi lokasi penelitiannya, peneliti pamit pulang ke Medan kepada Bapak M. Tambun dan Bapak Sianturi. Peneliti juga menyampaikan bahwa 2(dua) minggu kemudian, peneliti akan kembali ke Desa Polling Anak-anak untuk melakukan penelitian. Mendengar hal tersebut, Bapak M. Tambun menyetujui hal tersebut dan sipeneliti pulang ke Medan sore hari dan sampai di Medan malam hari. Pada pemberitahuan terakhir, peneliti akan kembali ke Desa Polling Anak-anak 2(dua) minggu kemudian, akan tetapi karena ada sedikit kendala akhirnya setelah 3(tiga) minggu peneliti kembali


(39)

datang ke Desa Polling Anak-anak dan mulai melakukan penelitian di desa tersebut.

Setelah menempuh perjalanan darat selama 6(enam) jam, sampailah peneliti di Desa Polling Anak-anak.Peneliti segera menuju rumah Bapak M. Tambun selaku Kepala Desa. Ternyata pada saat peneliti sampai di rumah Bapak M. Tambun, kondisi Bapak M. Tambun ternyata sedang demam, sehingga dia tidak pergi ke Kantor Balai Desa maupun ke Kantor Camat. Selanjutnya peneliti berbincang dengan Bapak M. Tambun sampai sore hari. Kemudian Bapak M. Tambun bertanya kepada peneliti “jadi rencana mau nginap dimana selama penelitian?”. Peneliti bigung menjawab apa, dan segera peneliti berkata, “itulah pak yang saya masih belum tahu”. Mendengar jawaban dari si peneliti tersebut, Bapak M. Tambun menawarkan untuk tinggal dirumahnya, tetapi tidak ada kamar yang kosong.Mendengar hal tersebut, penelitipun segera menyetujui tawaran tersebut dan berkata, “tidak apa-apa pak, saya bisa kok tidur di ruang tamu.”

Penelitian berjalan dari hari kehari selama berbulan-bulan dan si peneliti memperoleh banyak pengetahuan dan hal-hal baru yang sangat berguna bagi peneliti.Selain mendapat pengetahuan dan data untuk menyelesaikan penelitian ini, si peneliti juga mendapatkan pengalaman tentang hidup yang sangat berharga.Karena, pengalaman ini tidak dapat diperolehnya dalam kuliah di kampus tetapi disa didapat dari penelitian ini.

Peneliti dianggap seperti saudara bahkan keluarga dekat oleh beberapa warga di Desa Polling Anak-anak.Hal ini mungkin karena interaksi yang begitu rutin antara peneliti dengan warga di desa ini. Terutama kepada keluaraga Bapak


(40)

M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun, kedua keluarga tersebut sudah menganggap saya seperti bagian dari keluarga mereka, kerena si peneliti biasa tinggal dan bermalan kalau tidak dirumah Bapak M. Tambun pasti di rumah Bapak E. Tambun.

Keluarga Bapak M. Tambun memiliki 2(dua) orang anak, yang sulung duduk di Kelas I SMP dan yang bungsu duduk di Kelas II SD. Kedua anak tersebut sangat baik dan mereka menganggap saya sebagai abang kandung mereka.Hampir tiap malam peneliti mengejari kedua anak tersebut belajar, dan terkadang kedua anak tersebut menemani si peneliti tidur di ruang tamu. Begitu juga dengan keluarga Bapak E. Tambun yang memiliki 5(lima) orang anak, mereka juga menganggap si peneliti seperti abang mereka. Rasa kekeluargaan yang diberika kedu keluarga tersebut kepada sipeneliti membuat terjalin ikatan kekeluargaan yang baik antara peneliti dengan informan.

Rapport yang terjalin dengan baik antara peneliti denan informan terlihat jelas dari aktivitas yang dilakukan peneliti ketika mewawancarai informan-informan.Dimana informan member informasi dan data kepada peneliti sebelum peneliti menanyakannya.Wawancara yang berlangsung biasanya santai dan tidak berstruktur, karena topic perbincangan anatara peneliti dan informan tidak hanya seputar masalah penelitian saja, tetapi bisa sampai ke “curhat”.

Begitu banyak pengalaman dan hal-hal yang menarik yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di Desa Polling Anak-anak.Hal tersebut membuat si peneliti ingin kebali ke Desa Polling Anak-anak suatu saat nanti untuk membalas kebaikan yang mereka bagikan kepada peneliti ketika sedang berada


(41)

disana. Karena ketika ingin pulang dari Desa Polling Anak-anak si peneliti ingin memberi sedikit uang(hitung-hitung uang makan selama tinggal di rumah Bapak M. Tambun dan di rumah Bapak E. Tambun) si peneliti malah dimarahi oleh kedua keluarga tersebut. Kedua Babaktersebut berkata “banyak rupanya uangmu ?kalau kau berhasil dan sukses, datang saja lagi ke kampung ini, itu sudah lebih dari cukup buat kami.” Ketika mendengar kata-kata itu, si peneliti begitu terharu dan merasa sangat bahagia karena sudah mendapat tambahan keluarga baru.

Peneliti berjaji dalam hati untuk kembali ke desa itu dan mengcapkan terima kasih kepada seluruh warga di Desa Polling Anak-anak, khususnya kepada keluarga Bapak M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun. Jasa ban kebaikan mereka kepada peneliti selama di Desa Polling Anak-anak tidak ternilai harganya. Serta, penelitian ini bisa selesai karna berkat mereka juga.

1.8. Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk mengatur dan mengkategorikan data-data yang didapat dilapangan (field note). Hasil data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, atau lebih jelasnya lagi dengan menggunakan metode kognitif yang menganalisis data secara folk taxonomi atau pengklasifikasian.Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang berisi hasil wawancara dan observasi. Setelah proses tersebut, langkah selanjutnya adalah membuat laporan yang berisikan inti atau rangkuman dari hasil penelitian.


(42)

Data yang telah dirangkum kemudian dibuat suatu pengkategorian-pengkategorian data yang telah dikumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan referensi ataupun teori yang kita gunakan. Pengkategorian ini akan memudahkan peneliti dalam menganalisa data dan penulisan laporan penelitian. Bentuk laporan ini merupakan hasil akhir penelitian.


(43)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Identifkasi Desa

2.1.1 Lokasi dan Cara Mencapai Desa Polling Anak-anak

Desa Polling Anak-anak yang menjadi lokasi penelitian saya merupakan salah satu dari 16(enam belas) desa yang berada di Kecamatan Silima Pungga-pungga16. Desa Polling Anak-anak terdiri dari 3(tiga) dusun yaitu; Dusun Polling, Dusun Impres dan Dusun Huta Ginjang. Desa Polling Anak-anak memiliki luas wilayah ±220 Ha atau 2,2 Km2

Berdasarkan Data Potensi Desa Polling Anak-anak tahun 2009, bentang wilayah desa ini umumnya berbukit, dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl dan ketinggian wilayah desa tidak begitu merata di ketiga dusun yang ada. Oleh karena wilayah yang berbukit, sehingga ada wilayah yang tinggi namun juga ada yang rendah namun tidak terlalu jauh perbedaan ketinggiannya,serta suhu udara yang ada di ketiga dusun desa ini sama, yaitu sekitar 28

. Batas desa ini yaitu; Sebelah Utara dengan Kecamatan Siempat Nempu, Sebelah Selatan dengan Desa Longkotan, Sebelah Timur dengan Kecamatan Lae Parira, dan Sebelah Barat dengan Kelurahan Parongil.

0

C,kedalaman tanah jenis ini berkisar antara 60 hingga 80 meter17

16

. Kecamatan Silima Pungga terdiri dari 16 desa yaitu; Lae Rambong, Lae Ambat, Lae Panginuman, Sumbari, Bakal Gajah, Uruk Belin, Siboras, Bonian, Bongkaras, Tungtung Batu, Longkotan, Parongil, Siratah, Polling Anak-anak, Palipi dan Lae Pangaroan.

17

. Data Potensi Desa Polling Anak-anak 2009

. Jenis tanah yang terdapat di wilayah Desa Polling Anak-anak umumnya berwarna abu-abu hingga coklat dan merata di


(44)

ketiga dusun yang termasuk dalam wilayah desa ini.Menurut warga desa tanah jenis ini umumnya cocok sebagai lahan pertanian, hal ini terlihat jelas dari sumber mata pencaharian masyarakat yang mayoritas merupakan petani. Tanah jenis ini umumnya layak digunakan untuk menanam tanaman pangan seperti jagung dan padi ladang namun penduduk hanya menanam jagung dan padi ladang dengan luas lahan yang sangat kecil, karena jenis tanaman yang tetap menjadi pilihan utama para penduduk desa sampai saat ini adalah tanamantua seperti; durian, cokelat (kakao), salak, dan kopi robusta.

Kecamatan Silima Pungga-pungga berada di Provinsi Sumatera Utara.Kecamatan tersebut merupakan salah satu dari 8(delapan) kecamatan yang terdapat di Kabupaten Dairi. Kecamatan ini memiliki luas kurang lebih 83,40 km2 dan berada pada ketinggian berkisar antara 700 - 1.100 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lahan daerahnya berkisar antara 0 -25 . Batas wilayah Kecamatan Silima Pungga-Pungga yaitu; sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Siempat Nempuh, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lae Parira, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Kata “Silima Pungga-pungga” berasal dari Bahasa Pakpak, yaitu “Mpung” yang artinya lima marga. Dulunya yang menempati wilayah Silima Pungga-pungga ada 5(lima) marga yaitu; Marga Angkat, Marga Saing, Marga Padang, Marga Saraan dan Marga Sambo. Sejalan dengan perkembangan jaman, dimana para pendatang dari daerah Tapanuli dari tahun ke tahun semakin banyak, dan


(45)

percampuran etnis dan bahasa (toba) tersebut, maka terjadilah perobahan penyebutan dari “Silima Mpung-Epung” menjadi “Silima Pungga-pungga” dan berlaku sampai sekarang18

Jika terlambat untuk menaiki angkutan langsung diatas, dapat menggunakan alternatif jalur kedua, yaitu dengan menaiki ketiga angkutan diatas tetapi yang rutenya hanya sampai Sidikalang saja. Kemudian, dari Sidikalang melanjutkan perjalanan lagi dengan mengunakan angkutan umum nomor 21 yang stasiunnya berada di pasar sidikkalang(tepatnya lewat galon pertamina yang berada di jalan Sidikalang-Parongil). Untuk biaya dengan menggunakan jalur yang kedua ini, dari Medan-Sidikalang ongkosnya Rp.30.000, kemudian dari Sidikalang ke Desa Polling Anak-anak ongkosnya Rp. 10.000.Angkutan umum

.

Cara mencapai Desa Polling anak-anak dapat ditempuh dengan tiga alternatif cara, yaitu; pertama dengan menggunakan angkutan umum dari medan langsung menuju Desa Polling Anak-anak dengan menaiki mobil angkutan datra, Sampri dan PAS. Ketiga stasiun angkutan tersebut berada di jalan padang bulan (didepan Citra Garden) hanya saja, untuk rute yang langsung tersebut memilii waktu-waktu tertentu, yaitu pagi antara pukul 08.00-09.00 WIB dan siang antara pukul 13.00-14.00 WIB. Ketiga mobil angkutan tersebut bentuknya hampir sama hanya warna yang berbeda, untuk jenis mobi ketiga angkutan tersebut adalah jenis L-300. Biaya yang keluarkan dari medan menuju Desa Polling Anak-anak yaitu untuk Datra dan PAS adalah Rp.35.000 sedangkan untuk Sampri Rp.30.000.

18


(46)

dari Sidikalang menuju Desa Polling Anak-anak dalam sehari hanya ada tiga, tetapi ketika ada pekan di Sidikalang bisa hingga 5 kali sehari.Apabila kita sampai di Sidikalang dan angkutan umum menuju Desa Polling Anak-anak sudah tidak ada lagi, dapat menggunakan jasa angkutan becak motor dengan biaya antara Rp.35.000 – Rp.50.000 tergantung negosiasi harga antara tukang becak motor dengan penumpang.

Untuk jalur ketiga dapat menggunakan kendaraan pribadi dari medan menuju Desa Polling Anak-anak dengan rute yang sama dengan angkutan umum yang menuju Desa Polling Anak-anak. Adapun ketiga rute jalur diatas harus melalui Medan-Sibolangit-Berastagi-Kaban Jahe- Merek- Sumbul- Sidikalang-Kecamatan Lae parira-Desa Polling Anak-anak. Jalur yang dapat digunakan untuk sampai ke Desa Polling Anak-anak hanya menggunakan jalan darat saja, karena tidak ada alternatif jalur laut maupun jalur udara.Dari Medan menuju Desa Polling Anak-anak membutuhkan waktu kisaran 5-6 jam, tergantung apakah jalanan macet atau lancar serta kondisi jalan yang tidak menentu19

2.1.2 Sejarah Desa Polling Anak-anak

.

Sebelum menjadi Desa Polling Anak-anak, sebelum tahun 1940, daerah ini disebut dengan Pamotongan20

19

Saat ini, ada beberapa titik jalan dari Medan menuju Desa Polling Anak-anak yang rusak dan dapat menghambat jalur trasportai, seperti di Kec. Tiga Panah, Kec, Merek, Kec. Sumbul dan di Kec. Lae Parira.

20

. Pamotongan dalam bahasa indonesia disebut Pemotongan.

dan saat itu daerah ini belum dihuni banyak penduduk, hanya ada 2 warga Pak-pak yaitu marga Sambo. Ada 2 versi tentang asal-usul nama wilayah ini. Pertama, ada sebagian warga yang menyatakan bahwa


(47)

nama pamotongan dipakai karena daerah ini dahulu merupakan jalan potong yang menghubungkan Longkotan dan Sirata. Versi lain mengatakan bahwa nama pamotongan sendiri dipakai karena berdasarkan cerita masyarakat, di wilayah ini dahulu pernah menjadi tempat pembunuhan dan korbannya dipotong-potong dan dibuang di ke tombak21

Untuk membuang kesan menyeramkan dari wilayah tersebut, maka warga bersama Camat dan Bupati berinisiatif untuk merubah nama desa ini agar warga tidak menjadi takut untuk lewat. Maka pada sekitar tahun 1958, nama desa ini diganti oleh Camat dan Bupati menjadi Desa Huta Ginjang, dan kemudian diangkat kepala desa pertama yaitu Kostan Panjaitan. Nama Huta Ginjang sendiri

yang ada di desa ini. Karena itu nama pamotongandipakai untuk menandai sebagai wilayah yang menyeramkan. Dikarenakan nama yang seram itu, wilayah ini takut untuk dilewati warga sekitar.

Tanah desa ini awalnya merupakan tanah orang Pak-pak, namun lama kelamaan suku Batak Toba menguasai seluruh wilayah desa ini dan pada sekitar tahun 1947, warga Pakpak yang terakhir pindah dari desa ini ke wilayah Sopo Komil / Longkotan. Warga Batak Toba menguasai seluruh tanah ini sesuai dengan perumpamaan yang mereka pegang teguh, yaitu siat mamiding, naeng mamolak yang artinya pertama-tama menyesuaikan diri dengan yang sempit tetapi lama-kelamaan kemudian berusaha memperluas. Satu perumpamaan lain lagi adalah siat jari-jari, siat botohon yang artinya pertama-tama hanya seukuran jari, tetapi lama kelamaan berusaha mendapatkan seukuran lengan.

21


(48)

dalam bahasa Batak Toba memiliki arti kampung yang tinggi, karena desa ini merupakan desa yang lebih tinggi dibanding Lae Parira maupun Parongil. Dengan penggantian nama tersebut, kesan menyeramkan dari wilayah desa tersebut mulai menghilang dan warga mulai banyak menempati atau tinggal di desa tersebut dan desa tersebut pun mulai berkembang22

Nama Desa Polling Anak-anak berdasarkan cerita dari Bapak Togar Sitorus, berasal dari sebuah tanaman semak yang jika tanaman itu tersentuh oleh anak-anak, maka anak-anak itu akan menderita gatal-gatal. Sedangkan jika terkena orang dewasa, maka tidak akan apa-apa. Bersama Bapak Togar Sitorus, peneliti juga mencari kata Polding dalam kamus Bahasa Batak Toba, namun tidak ditemukan artinya, sehingga warga desa berpendapat bahwa kata tersebut merupakan bahasa Pak-pak. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak Cibro, nama Polling Anak-anak ini juga berasal dari bahasa Pakpak yaitu “Polding” yaitu kumpulan. Dulunya desa ini merupakan daerah tujuan pendatang orang-orang dari wilayah Tapanuli. Sehingga nama Polding Anak-anak diartikan sebagai tempat berkumpulnya anak-anak perantau dari daerah lain. Oleh karena mayoritas anak perantau dari Tapanuli sehingga nama polding lama . Nama Huta Ginjang tetap bertahan hingga T. Butar-butar menjadi kepala desa. Saat itu, nama desa dirubah menjadi Polling Anak-anak karena warga Pak-pak kurang setuju dengan nama desa sebelumnya, alasannya karena wilayah desa itu merupakan tanah orang Pak-pak.

22

. Berdasarkan cerita dari beberapa tokoh masyarakat saat dilakukan FGD (Focus Group Discussion).


(49)

kelamaandiubah menjadi Polling dan nama Desa Polling Anak-anak terus digunakan sampai saat ini23

1. K.K. Panjaitan (sekitar tahun 1958-1963) .

Sejarah jabatan Kepala Desa :

2. T. Butarbutar (mulai sekitar tahun 1963) 3. Bistok Sitorus (masa jabatan 8 tahun) 4. Charles Panjaitan (masa jabatan 5 tahun) 5. Manahan Sinurat (masa jabatan 1 tahun) 6. Marles Tambun (2010-sekarang)

Penduduk awal yang menempati wilayah desa ini adalah Suku Pakpak bermarga Sambo. Mereka menetap di wilayah ini sejak lama karena wilayah Kabupaten Dairi sebenarnya merupakan wilayah orang Pakpak. Sekitar tahun 1940-an mulai datang suku Batak Toba dari daerah Kabupaten Tapanuli Utara, seperti dari wilayah Porsea yang bekerja sebagai pemborong untuk pembangunan jalan. Orang Batak Toba yang bekerja sebagi pemborong tersebut melihat, bahwa lahan di daerah ini bisa dikelola, sehingga ketika dia pulang ke Porsea dia mengajak teman dan keluarganya yang lain untuk merantau ke Desa Polling Anak-anak ini. Pertambahan penduduk di desa inipun semakin meningkat dan tidak hanya orang dari daerah Tapanuli saja yang datang ke desa ini, ada juga

23

. Berdasarkan penyampaian dari bapak Cibro, yang merupakan salah seorang warga yang mengetahui sejarah Desa Polling Anak-anak.


(50)

yang datang dari Kecaman yang lain di Kabupaten Dairi ini, misalnya dari Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Siempat Nemphu.

Orang Toba, sebagai warga perantau dari daerah lain umumnya merupakan tipe orang yang pekerja keras dan berkat usaha keras, mereka dapat berkembang di desa ini. Orang Batak Toba yang datang ke desa ini meminta lahan kepada orang Pakpak yang ada di desa ini sebelumnya sebidang tanah untuk dikelola. Kesepakatan pemakaian lahan secara adat pada waktu itu adalah orang batak harus menyediakan 4 lembar Ulos, 2 ekor ayam, 3 ekor babi, dan 1 cangkul dan memberikannya kepada orang Pakpak sebagai izin penggunaan tanah tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang Batak Toba yang datang dan semakin banyak juga lahan yang dikelola orang Batak Toba. Tanah yang awalnya hanya dipinjamkan oleh orang Pakpak kepada orang Batak yang tidak memiliki batas waktu, lama kelamaan menjadi hak milik orang batak yang telah lama mengelola tanah tersebut. Hal ini dipertegas oleh Bapak M. Tambun ( Kepala Desa Polling Anak-anak) yang mengatakan sampai saat ini sudah hampir 70% tanah yang ada di desa ini sudah memiliki sertifikat hak milik warga-warga yang ada disini. Akhirnya, orang Batak Toba memenuhi wilayah desa ini dan hidup mengolah lahan yang ada di desa ini. Untuk lebih jelas, pergeseran penduduk mayoritas dari pakpak menjadi batak toba dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:


(51)

Tabel 2.1: Pergeseran penduduk dari Pak-pak ke Toba di Desa Polling Anak-anak

Sumber : Hasil wawancara dengan Kepala Desa dan Sekdes Polling Anak-anak Keterangan: KK : jumlah kepala keluarga

P : orang Pakpak T : orang Toba

2.1.3 Keadaan Penduduk Desa Polling Anak-anak

a. Kependudukan

Dari data tahun 2010, tercatat jumlah penduduk Desa Polling Anak-anak sebanyak 822 jiwa dan terdiri dari 204 kepala keluarga. Dari 822 jiwa warga terdapat 386 jiwa laki-laki dan 436 jiwa perempuan serta kepadatan penduduk di desa ini adalah 373,63 jiwa/Km. Selain itu pembagian penduduk tiap dusun adalah sebagai berikut; dusun I(Polling) terdapat 388 jiwa, dusun II(Huta Ginjang) terdapat 228 jiwa dan dusun III(Impres) terdapat 206 jiwa.

Tahun 1940-an Tahun 1958-an Tahun 1968-an Tahun 1978-an

KK Etnik KK Etnik KK Etnik KK Etnik

P T P T P T P T

5 2 3 28 - 26 47 1 46 76 1 75

Tahun 1988-an Tahun 1998-an Tahun 2008-an Sekarang

KK Etnik KK Etnik KK Etnik KK Etnik

P T P p T P T


(52)

b. Mata Pencaharian

Desa Polling Anak-anak adalah merupakan desa pertanian, hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian warga terbesar adalah dari sektor pertanian. Dari jumlah 204 KK, ada lebih kurang 195 KK (95,58%) adalah petani. Selebihnya ada 9(sembilan) KK terdiri dari PNS, pensiunan PNS dan pedagang24

Penjualan hasil-hasil bumi umumnya tidak dilakukan warga desa ini, mereka hanya fokus pada pertanian saja. Salah satu contoh adalah durian, dimana saat panen durian para toke dari luar yang datang dan membeli kemudian membawanya ke Medan atau di luar wilayah desa. Ada juga warga yang bekerja

. Selanjutnya dilihat dari kepemikikan lahan, terdapat kurang lebih 169 KK memiliki lahan pertanian rata-rata 0,5 Ha.

Selain itu, warga juga mempunyai mata pencaharian tambahan yaitu dengan hewan peliharaan. Hewan-hewan peliharaan warga antara lain adalah babi, ayam, dan anjing. Peternakan ini dimaksudkan warga sebagai kebutuhan subsisten saja, yaitu untuk kebutuhan rumah tangga saja. Warga juga membibitkan ikan yang dilepaskan masing-masing warga di sawahnya. Saat ikan tersebut sudah besar, baru kemudian sawah dikeringkan dan ikannya diambil. Meskipun ikan dibiarkan hidup di sawah, namun tidak diperbolehkan sembarangan mengambil tanpa izin pemilik ikan atau sawah. Ada aturan yang melarang yang disebut “patik” yang mengatur aktifitas warga. Jika ketahuan mencuri ikan, maka yang tertangkap akan dikenakan ganti rugi.

24


(53)

sebagai pengumpul durian dari warga-warga sekitar dan kemudian baru menjualnya ke toke. Namun jenis pekerjaan ini umumnya hanya dilakukan saat musim panen durian saja.

c. Suku dan Agama

Secara garis besar Desa Polling Anak terdiri dari Suku Batak Toba, Pakpak dan Simalungun.Tetapi persentasi terbanyak yaitu Suku Batak Toba yang mencapai ± 94% dari seluruh jumlah penduduk yang ada di desa. Dari segi agama, mayoritas penduduk adalah beragama Kristen Protestan = 806 jiwa, Katolik = 8 jiwa dan Islam = 8 jiwa.

Desa Polling Anak-anak yang penduduknya mayoritas beragama Kristen dan bersuku batak, merka banyak melakukan aktivitas keagamaan secara bersamaan. Kegiatan agama selain dari kebaktian di gereja, mereka juga melakukan kebaktian antara marga-maga yang dalam bahasa setempat disebut “partamiangan” yang dilakukan di rumah warga setiapa bulannya secara berganti-gantian. Ada banyak partangiangan marga di Desa Polling Anak-anak antara lain; partanmiangan silahi sabungan, partamiangan tuan dibangarna, partamiangan tambunan, partamiangan manurung, partamiangan siraja sonang dan ada beberapa partangiangan marga-marga lainnya.

2.2 Pola Pemukiman Desa Polling Anak-anak

Pola pemukiman warga di desa ini tergolong tidak padat, rumah-rumah penduduk tidak terlalu padat dan tidak berdempetan. Satu rumah dengan rumah


(54)

yang lain tidak teratur letaknya dan cukup berjauhan. Keteraturan rumah hanya terdapat di sepanjang jalan utama desa dan saling berhadapan dengan dipisahkan oleh jalan. Sepanjang jalan desa di sisi kiri dan kanan rumah-rumah warga berjejer rapi. Namun pada bagian belakang, jarak dengan rumah warga yang lain cukup berjauhan. Lampu jalan yang ada hanya di sepanjang jalan utama saja, sehingga jika menuju rumah warga di belakang biasanya warga menggunakan senter maupun mengandalkan lampu dari sepeda motor jika menggunakan sepeda motor.

Ditinjau dari segi kesehatan, desa ini juga cukup baik karena rumah penduduk yang tidak padat sehingga udara bisa mengalir lancar. Selain itu juga karena masih hijaunya wilayah ini sebagai lahan pertanian. Permasalahan sampah tidak ada di daerah ini, karena masing-masing rumah masih memiliki pekarangan yang luas dan membakar sampahnya sendiri-sendiri. Kondisi jenis bangunan rumah di desa ini sudah cukup baik di bagian sisi jalan utama. Bangunan rumah warga di sepanjang jalan ini terdiri dari bangunan permanen dan semi-permanen. Sedangkan di bagian belakang, rumah-rumah warga permanen, semi-permanen dan non-permanen.

Gambar 2.1: Foto transek / gambaran keadaan Desa Polling Anak-anak


(55)

Tingkat ekonomi yang warga yang berbeda membuat fasilitas masing-masing rumah berbeda-beda. Di sepanjang pinggir jalan utama boleh dikatakan lebih maju daripada wilayah di belakang, karena kondisi bangunan yang sudah rapi. Hampir semua warga memiliki parabola untuk menangkap sinyal televisi, dan tentunya juga televisi dan juga kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Sehingga warga desa ini dapat dikatakan sudah cukup maju, meskipun ada juga warga yang tergolong kaya dan memiliki mobil. Meskipun ada warga yang tergolong kaya di desa ini, namun rumahnya tidak bertingkat dan cenderung sama dengan bangunan rumah warga lain, tetapi bangunan rumahnya sudah dibuat permanen dari batu.

Gambar 2.2: Foto pemukiman di Dusun I.

Gambar 2.3: Foto pemukiman di Dusun II

Gambar 2.4: Foto pemukiman di Dusun III

2.3 Sampah dan Drainase

Masalah kebersihan di Desa Polling Anak-anak cukur terjaga. Dimana setiap warga mempunyai tempat pembuangan sampah masing-masing, baik di halaman depan maupun halaman belakang rumah. Biasanya warga mengumpulkan sampah di halaman lalu ketika sore mereka membakar sampah tersebut agar tidak ada tidak ada sampah yang menumpuk.Hal ini umumnya


(56)

dilakukan seluruh warga di desa ini, karena samapi saat ini belum ada mobil pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan yang lewat dari desa ini.

Untuk masalah drainase, Desa Polling Anak-anak memiliki saluran parit jalan yang cukup baik pada saat ini.Untuk parit jalan utama sudah sangat memadai, hal ini disebabkan adanya bangtuan perbaikan jalan perbaikan parit jalan yang dilakukan oleh pihak DPM (Dairi Prima Mineral) pada tahun 2009. Karena Desa Polling Anak-anak merupakan salah satu desa yang harus dilalui oleh pihak DPM dalam aktivitas keluar masuk kantor pertabangan.

Berbeda halnya dengan parit jalan utama, parit pembuangan rumah tangga di desa kurang lancar, karena saluran pembuangan limbah rumah tangga biasanya disalurkan ke halaman belakang rumah. Begitu juga untuk masalah parit gang, kondisinya hamper tertutup sehingga apabila hujan deras maka jalan gang akan menjadi berlumpur. Padahal cukup banyak warga yang harus melalui jalan gang tersebut.

2.4 Sarana dan Prasarana Desa Polling Anak-anak

Desa Polling Anak-anak memiliki satu balai desa sekaligus kantor kepala desa, satu sekolah dasar, dua bangunan gereja, satu Pustu (Puskesmas Pembantu) dan terdapat satu pancuran(mata air) yang dimanfaatkan oleh warga sebagai kamar mandi umum yang berada di Dusun Huta Ginjang. Akan tetapi, untuk menuju pancuran ini warga harus menempuh jarak sekitar 1 km untuk mandi maupun mengambil air untuk dimasak menjadi air minum.Masalah sarana jalan di desa ini sudah cukup memadai karena jalan utama desa sudah di aspal.


(57)

Sarana air bersih di Desa Polling Anak-anak cudah cukup memadai karena perusahaan air bersih sudah masuk di desa, walaupun ada sebagian warga desa yaitu yang berada di dusun Inpres masih belum mendapatkan pasokan air bersih. Akan tetapi, belakangan ini penyaluran air bersih agak terhambat, karena air terkadang hanya jalan 1-2 hari dalam 1 minggu.Untuk itu, hampir seluruh warga membuat bak penampungan air yang cukup besar untuk menampung air pada saat air hidup untuk persediaan air bersih.

Untuk mengatasi kurangnya air, warga membuat talang air sebagai penampung air hujan dan dialirkan ke bak penampungan air tersebut. Akan tetapi, hal ini juga bergantung kepada hujan, sedangkan di daerah ini hujan sangat jarang terjadi. Jika hujan terjadi, juga biasanya tidak terlalu deras dan tidak terlalu lama waktunya, sehingga tidak terlalu mencukupi. Di beberapa tempat juga dibuat bak penampungan air bersama yang dapat dipakai semua warga untuk mengambil air. Namun karena keterbatasan penyaluran air, bak ini juga tidak terisi air sehingga ditinggalkan warga dan hanya dipakai sekali-sekali saja.

Untuk sarana penerangan, seluruh warga di Desa Polling Anak-anak telah menggunakan pasokan listrik dari PLN. Sehingga untuk masalah listrik ataupun penerangan tidak terjadi di desa ini.Hanya saja, terkadang listrik masih sering mati, tetapi hanya sebentar saja.

2.5 Tata Ruang Pertanian dan Hutan Desa Polling Anak-anak


(1)

artinya apabila harga kopi tidak ada lagi, jangan semua ditebang, harus ada yang disisahkan, biar ada untuk kita minum.Pesan tersebut yang diingat petani sampai saat ini, makanya mereka tetap mempertahankan kopi mereka sampai saat ini.

Masuknya berbagai jenis tanaman baru di Desa Polling Anak-anak, membuat popularitas kopi robusta menjadi hilang, saat ini komoditi unggulan di desa adalah durian dan coklat.Petani lebih mengandalkan kedua jenis tanaman tersebut untuk menopang kebutuhan ekonomi mereka.Meskipun saat ini harga kopi sudah semakn meningkat, tetapi warga tetap saja belum mau menanam ulang kopi robusta.Mereka lebih yakin kepada coklat karena harga coklat di pasaran sudah memiliki standar yaitu selalu diatas Rp. 11.000 dan saat ini harga coklat sudah mencapai Rp.14.000-15.000 / kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini sudah mencapai harga Rp.20.000 / kg, tetapi hal itu belum menjamin harga kopi akan tetap ataupun meningkat karena belum ada standarisasi harga untuk kopi robusta, karena bisa saja suatu saat harga kopi anjlok kembali ke level terendah seperti pada tahun 1987.

5.2 SARAN

Peran petani sangat besar bagi pengadaan sumber bahan pangan bagi masyarakat, begitu juga dengan petani kopi yang ada Desa Polling Anak-anak. Satu yang menjadi saran dari para petani kopi yang ada di Desa Polling Anak-anak, yang menginginkan adanya standarisasi harga kopi robusta, apabila sudah ada standarisasi tersebut dengan harga yang cukup menjajikan, petani tidak akan segan untuk kembali menanam ulang kopi robusta dan merawatnya dengan baik.


(2)

Sehingga kejayaan kopi robusta yang telah hilang dapat kembali di daerah Kabupaten Dairi, khususnya Desa Polling Anak-anak.

Hal diatas merupakan saran dari petani kopi robusta yang ada di Desa Polling Anak-anak kepada Pemerintah agar kejayaan kopi Sidikalang bisa kembali. Sebagai saran dari peneliti kepada petani kopi robusta yang ada di Desa Polling Anak-anak, apabila petani mengelola pertanian kopi mereka dengan sebaik-baiknya maka tanpa adanya standarisasi harga kopi robustapun harga kopi akan tetap tinggi. Karena melihat animo masyarakat perkotaan saat ini, untuk Kota Medan saja sudah sangat banyak warung ataupun café yang khusus menjual kopi sidikalang.Hal ini sangat membantu para petani, didalam pendistribusian hasil pertanian kopi mereka. Sebagai contoh, di jl. Dr. Mansur Medan saja ada sedikitnya 3(tiga) kafe yang menyediakan kopi jenis robusta (kopi sidikalang). Ketiga kafe tersebut yaitu: Kopi Cangkir, Kopi Tiam Ong dan Kedai Kopi Kita. Ketiga kedai kopi tersebut tampak cukup laris dan konsumen utamanya adalah mahasiswa dan mayoritas mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Semakin banyak peminat kopi, maka akan semakin banyak variasi rasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen.Hal tersebut terlihat pada iklan maupun acara di media masa yang banyak menunjukkan bahwa, konsumen berani membayar mahal untuk mendapatkan segelas kopi yang memiliki cita rasa yang nikmat. Sehingga untuk kopi Sidikalang yang memiliki rasa yang khas akan menjadi daya tarik bagi konsumen.

Saran peneliti kepada pihak Pemerintah khususnya dinas petanian dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang kopi seperti Rein Forest Coofee


(3)

datang ke desa-desa yang merupakan penghasil kopi untuk memberi penyuluhan kepada petani kopi di desa. Agar petani kopi dapat memaksimalkan hasil produksi kopi mereka. Selain itu dengan adanya sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan kopi yang ada di Indonesia, akan memberi wawasan dan pengetahuan untuk para petani dalam mengelola lahan pertanian kopinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adimirhardja, Kusnaka, dkk

1999. PETANI (Merajut Tradisi Era Globalisasi). Humaniora Utama PRESS. Bandung

Aumeeruddy, Yildiz

1995 ”Phytopractices: Indigenous horticultural Approaches to Plan Cultivation and Improvement in Tropical Regions”. Dalam The Cultural Dimension of Developement, D. Michael Warren, L. Jan Slikkerveer,dkk. Editor.Great Britain. Hal 308-332.

Bernard H. Russell

1994 Research Methods Antropology. Sage

Publication. London -New Delhi. Girsang, Sri Ulina

2009 Kopi Sigarar Utang. Departemen

Antropologi FISIP USU. (Skripsi tidak diterbitkan)

Istayah

2001 Proses Pengambilan Keputusan untuk Tetap Mempertahankan Pengelolaan Pertanian Kopi di Desa Bandar Alam Lama, Kec. Muara Dua Kisam Kab. DKU Sumatera Selatan. Departemen Antropologi FISIP USU (Skripsi tidak diterbitkan)

Karo, Karmila

2007 Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat. Departemen Antropologi FISIP USU (Skripsi didak diterbitkan)

Koentjaraningrat

1980 Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta.

Koentjaraningrat, dkk

1985 Aspek Manusia Dalam Penelitian

Masyarakat.PT. Gramedia. Jakarta Koentjaraningrat

2007 Sejarah Teori Antropologi I. UI-PRESS. Jakarta.


(5)

Marzali, Amri

1998 ”Konsep Peisan dan Kajian Masyarakat Pedesaan di Indonesia”. dalam Antropologi Indonesia, 54, XII, 1998. FISIP UI. Hal 85-95.

Moleong, Lexy. J.

2006 Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Purwanto, Semiarto Aji

1991 “Menanam Padi: Kajian Pengambilan

Keputusan Petani dalam Menentukan Varietas Padi”. dalam Jurnal Antropologi Indonesia 55, XXII, 1998. FISIP UI. Hal 69-82.

Saifuddin, Achmad

2006 Antropologi Kontemporer. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Scott, James. C

1994 Moral Ekonomi Petani. LP3ES. Jakarta. Sembiring, Sri Alem

2005 ”Pengetahuan Petani dan Stabilitas

Ekosistem Ladang”. dalam Jurnal Antropologi Sosial Budaya. ETNOVISI. Vol. I. Departemen Atropologi FISIP USU. Spradlay, James

1997 Metode Etnografi. PT. Tiara Wacana

Yogya.Yogyakarta. Sunarto, Kamanto

2000 Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi. Jakarta.

Syam, Nur

2007 Madzhab-Madzhab Antropologi. LKiS.

Yogyakarta. Winarto, Y.T

1999 ”Pendekatan Prosesual: Menjawab

Tantangan dalam Mengkaji Dinamika Budaya”, dalam Jurnal Antropologi Indonesia, XXIII, 60, Hal 25-35.

Winarto, Y.T

1999 ”Dari Paket Teknologi ke Prinsip Ekologi, Perubahan Pengetahuan Petani Tentang Pengendalian Hama”. dalam PETANI, Merajut Tradisi Era Globalisasi, Kusnaka Adimihardja, Humaniora Utama PRESS. Bandung. Hal :181-202.


(6)

Wolf, Erick

1983 Petani Suatu Tinjauan Antropologis. CV. Rajawali. Jakarta.

BPS

2009 Data Potensi Desa Polling Anak-anak. Sidikalang.

Sumber-sumber Internet:

 (diakses pada

16/08/2010 pukul 21.00 WIB).

pukul 19.30 WIB).

 http://alinurdin-wongkitogalo.blogspot.com/2009/11/sejarah-perkembangan-tanaman-kopi-di_19.html (diakses pada 12/05/2011 pukul 08.46 WIB).

 http://bundaeda.wordpress.com/2010/06/10/asal-usul-jenis-kopi/ (diakses pada 12/05/2011 pukul 09.01).

 http://www.scribd.com/doc/15249535/Profil-komoditas-kentang (diakses pada 21/05/2011 pukul 20.15 WIB)