BAB I PENDAHULUAN - Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan diproses

  

  dari biji anaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika.Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf percobaan. Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik dan jenis tanaman kopi yang dibawa adalah

   kopi arabika .

  Merurut wordpress, kopi ada 4 jenis, yaitu kopi arabika (Coffea arabica), kopi robusta (Coffea canephora), kopi liberika (Coffea liberica) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei) hanya saja di Indonesia yang dikenal hanya dua jenis saja yaitu

   jenis arabika dan robusta .

  Di wilayah Sumatera masuknya tanaman kopi di daerah pegunungan

  

  sekitar Aceh Tenggara dan Sidikalang lalu menyebar ke beberapa daerah lain di wilayah Sumatera jenis tanaman kopi. Hasil produksi kopi Belanda yang ada di

  1 2 (http://alinurdin-wongkitogalo.blogspot.com/2009/11/sejarah-perkembangan-tanaman-kopi- 3 di_19.html) 4 (http://bundaeda.wordpress.com/2010/06/10/asal-usul-jenis-kopi/)

. Sidikalang adalah Ibu Kota Kabupaten Dairi, yang merupakan salah satu kabupaten yang berada

di Sumatera Utara dan merupakan produsen kopi Robusta terbesar di Sumatera Utara.

  Indonesiadapat disalurkan ke negara-negara Eropa yang merupakan konsumen

   terbesar kopi .

  Menanam kopi, menjadi pilihan banyak masyarakat di Indonesia, khususnya untuk jenis kopi arabika. Kopi arabika jenis ateng menjadi pilihan banyak petani karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan kopi-kopi lain yaitu proses penanaman hingga panennya hanya membutuhkan waktu ± 2tahun.

  Daerah-daerah yang menjadi penghasil kopi arabika antara lain; Sumatera Utara, Aceh, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur dan lain sebagainya. Indonesia menjadi produsen ke-empat terbesar di dunia untuk penghasil kopi saat ini.

  Seperti kebanyakan wilayah di Sumatera,kopi arabika sudah banyak ditanam di sidikalang.Hal ini dapat dilihat dari kopi robusta sudah mulai banyak ditinggalkan oleh banyak masyarakat dan menggantinya dengan tanaman kopi

  

  ateng .Umumnya untuk tanaman kopi robusta yang dikelola petani kopi adalah tanaman kopi yang sudah cukup tua (usia tanaman kopi robusta > 10 tahun). Akan tetapi, ada juga disebagian daerah yang memilih mempertahankan tanaman kopi robusta daripada menebangnya dan menggantinya dengan tanaman kopi ateng maupuntanaman lain.

  Kabupaten Dairi (khususnya Sidikalang) dahulunya sangat terkenal sebagai penghasil kopi yang berkualitas.Kopi Sidikalang adalah olahan dari kopi robusta yang sampai saat ini masih diproduksi penduduk di Kabupaten Dairi, walaupun hanya tinggal sebagian kecil saja.Oleh sebabitu, kopi Sidikalang tidak

  5 6 . kopi ateng merupakan kopi jenis arabika yang berasal dari Aceh Tenggara. termasuk sebagai salah satu dari tujuh kopi terbaik Indonesia saat ini. Ketujuh kopi terbaik saat iniyaitu ; Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon Aceh Tengah, Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara, Java Coffee dari dataran tinggi Ijen Jawa Timur, Toraja/Kalosi Coffee dari dataran tinggi Tana Toraja Sulawesi Selatan, Bali Coffee dari dataran tinggi Kintamani Bali, Flores Coffee dari dataran tinggi Manggarai Nusa Tenggara Timur, dan Balliem

   Highland Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.

  Saat ini, hanya beberapa desa di beberapa kecamatan Kabupaten Dairi yang penduduknya masih mengelolah pertanian kopi robusta. Adapun beberapa desa yang masih mengelolanya antara lain; Desa Parongil Kecamatan Silima Pungga-pungga, Desa Sinar Pagi Kecamatan Pardomuan, Desa Laumil Kecamatan Tiga Lingga, Desa Polling Anak-anak Kecamatan Silima Pungga- pungga dan beberapa desa lainnya.

  Desa Polling Anak-anak, KecamatanSilima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi merupakan salah satu desa penghasil kopi robusta yang terbesar di Kabupaten Dairi saat ini.Desa ini yang memiliki luas wilayah ±216 ha(Hektar), ±25 hamasih merupakan pertanian kopi robusta serta terdapat ±100 ha tanaman

   tumpang sari yang terdiri dari tanaman kopi, coklat, durian, kemiri dan lainnya .

  Penduduk Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi mayoritas bermatapencarian sebagai petani.Di desa tersebut komoditi utama yang dihasilkan adalah; kopi, coklat, durian, kelapa, jagung,

  7 8 . Data potensi Desa Polling Anak-anak kemiri dan hasil tanaman palawija lainnya. Warga desa ini pada tahun 1980-an hampir semua menanam kopi robusta, akan tetapi saat ini terlihat beberapa pola penanaman kopi robusta yang bervariasi. Beberapa warga tetap mempertahankan tanaman kopi robusta di lahan pertaniannya, beberapa warga lain mengganti sebahagian kecil luas lahan kopi robustanya dan beberapa warga lainnya mengganti relatif lebih luas tanaman kopi robustanya dengan tanaman lain.Fenomena ini menimbulkan beberapa pertanyaan, seperti; mengapa mereka tetap menyisakan lahan untuk tanaman kopi robusta walaupun hanya sebagian kecil dari luas lahan yang mereka punya (<10% luas areal tanah masing-masing warga), apakah tanaman kopi robusta memiliki nilai khusus bagi mereka, atau karenakopi robusta memiliki nilai historis dalam sejarah kehidupan warga di desa ini, apa alasan mereka mempertahankan tanaman kopi robusta dan apa pula alasan mereka mengganti tanaman kopi robusta dengan tanaman lain ?

  Keragaman pola tanam dalam satu lahan pertanian telah menjadi ketertarikan tersendiri di dalam penelitian Antropologi.Salah satu studi Antropologi yang telah meneliti variasi pola tanam yaitu Purwanto (1998:69-82) yang melakukan penelitian terhadap variasi pola tanam pada pertanian padi sawah. Purwanto menjelaskan bahwa terjadinya variasi pola tanam dalam satu areal lahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:- faktor sosial; dimana petani harus menyeragamkan tanaman padi yang ditanamnya dengan yang ditanam oleh kebanyakan petani lainnya, -faktor ekologis; dimana petani harus dapat memilih tanaman padi apa yang cocok untuk kondisi iklim sekarang, misalnya untuk jenis padi lokal tidak membutuhkan jumlah air irigasi terlalu banyak sedangkan untuk padi super membutuhkan jumlah air yang jauh lebih banyak dibandingkan untuk padi lokal, -faktor situasional ; dimana keadaan petani menjadi penentu ketika mereka harus menanam padi jenis apa, karena untuk menanam padi jenis super, petani harus menyediakan pupuk yang cukup banyak agar hasil produksi menjadi maksimal, sedangkan untuk padi lokal, tidak membutuhkan pupuk dan rasanya juga lebih enak.

  Penelitian diatas dapat menjadi acuan dalam penelitian variasi pola tanam kopi karena belum ada penelitian khusus mengenai variasi pola tanaman kopi.

  Mungkin saja faktor penyebab terjadinya variasi pola tanam pada tanaman padi sawah belum tentu sama dengan variasi pola tanam pada tanaman kopi.

  Permasalahan yang muncul pada saat ini menyangkut budidaya tanaman kopi menarik perhatian banyak pihak.Saat ini permasalahan mengenai kopi sudah

  

  mulai dikaji dengan menggunakan Analisis SWOT .Dimana hal yang paling utama dibahas menyangkut meningkatkan produksi kopi di pasar dunia serta membudidayakan kopi yang berkualitas untuk meningkatkan kesejateraan para petani kopi.Keempat aspek dalam Analisis SWOT tersebut sangat penting dikaji, dimana setiap aspek mempunyai potensi dalam meningkatkan produksi kopi,

   khususnya di tanah air .

  Permasalahan lain yang menarik dalam proses budidadaya kopi yaitu melihat karakteristik tanaman kopi dan pengaruh iklim terhadap produksi kopi. 9 Dimana dengan mengetahui karakteristik tanaman kopi tersebut dapat diketahui

  

. SWOT singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities dan Threats atau dalam bahasa

10 Indonesia yang berarti Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.

   usia tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal, serta dengan perubahan iklim yang tidak menentu seperti sekarang ini dapat mengakibatkan produksi kopi jadi terganggu. Untuk itu dibutuhkan upaya dari para petani kopi dalam merawat

   dan menjaga agar hasil panen kopi tetap maksimal .

  Dari permasalahan yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan-permasalahan di atas. Dimana pola-pola tanam dan alasan-alasan petani kopi robusta mempertahankan, mengurangi luas tanaman kopi robustanya dan menggantinya dengan jenis-jenis tanaman lain menjadi fokus kajian ini.

  Penelitian tentang kopi sudah cukup banyak dilakukan, seperti dalam Girsang (2009) membahas tentang kehidupan sosial ekonomi keluarga petani kopi di Kabupaten Simalungun.Dimana aspek yang dikaji oleh Girsang menyangkut pola kehidupan petani kopi, sistem sosial petani kopi dan sistem ekonomi keluarga petani kopi di desa tersebut. Selain itu, Istayah(2001) membahas mengenai proses pengambilan keputusan untuk tetap mempertahankan pengelolaan pertanian kopi di Desa Bandar Alam Lama, Kec. Muara Dua Kisam Kab.DKU Sumatera Selatan.Dimana menurut Istayah, dalam proses pengambilan keputusan, petani dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu; permintaan pasar dan subsistensi, cuaca, pengetahuan, waktu, tenaga kerja, bibit dan modal kredit.

  Kedua tulisan di atas menyangkut proses pengelolaan kopi dan bagaimana kehidupan keluarga petani kopi secara sosial ekonomi. Sehingga penelitian yang akan dilakukan menjadi menarik karena ada aspek yang lain yang dapat dilihat

  11

. pada petani kopi yang ada di Desa Polling Anak-anak yaitu mengapa muncul keragaman pola bertanam kopi robusta di desa tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini yaitu :“Mengapa warga Desa Polling Anak-anak membuat pola tanam yang bervariasi atas tanaman kopi robusta; mempertahankan, mengurangi luas lahan tanaman kopi robusta dan mengganti sebagian lahan pertanian kopi robusta dengan tanaman lain, sehingga terjadi variasi pola tanam pada pada lahan pertanian mereka ?” Untuk menjelaskan masalah utama di atas, peneliti dapat mengacu kepada beberapa pertanyaanpenelitian yaitu :

1. Bagaimana sejarah pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ? 2.

  Bagaiman kegiatan pertanian kopi robusta di Desa Polling Anak-anak ? 3. Bagaimana variasi pola tanam kopi robusta yang dilakukan oleh warga

  Desa Poling Anak-anak ? 4. Apa alasan warga Desa Polling Anak-anak tetap mempertahankan tanaman kopi robusta mereka, walaupun luas areal untuk kopi robusta hanya sedikit ? 1.3.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana aktifitas masyarakat para petani kopi dan mengapa petani kopimelakukan variasi pola tanam dari sebelumnya hanya menanan kopi robusta menjadi mencampurnya dengan tanaman lain seperti tanaman coklat, durian dan tanaman palawija oleh para petani kopi robusta di Desa Polling Anak-anak, Kec. Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.

1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini bermanfaat sebagai suatu proses untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat melalui proses perkuliahan selama ini dan nantinyadapat diterapkan sebagai bahan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tulisan ini. Penelitian ini juga diharapkan sebagai referensi serta pengkaryaan studi di Departemen Antropologi dan juga melatih penulis untuk membuat karya ilmiah serta sebagai salah satu bahan kajian yang dapat diperdalam lagi oleh para peneliti lainnya.

  Penelitian ini juga bisa menjadi bahan referensi ataupun menambah wawasan petani kopi lainnya yang berbeda sistem pengelolaan lahan pertaniannya dengan petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak.Untuk para petani kopi yang berada di Desa Poling Anak-anak, dengan dilakukannya penelitian ini maka mereka dapat mengetahui pola tanam yang ada di desa serta mereka bisa saling bertukar pengetahuan antara petani yang satu dan yang lainnya. Begitu juga kepada orang lain maupun pihak industri kopi, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan tentang sistem pengolahan pertanian kopi yang berbeda.

  1.5. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Desa Polling Anak-anak, Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kabupaten Dairi.Alasan pemilih lokasi tersebut karena di desa tersebut merupakan daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dan di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mengelola kopi robusta sebagai sumber mata pencaharian serta melihat adanya keragaman pola penanaman kopi robusta di Desa Polling Anak-anak.

  1.6. Tinjauan Pustaka

  Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia.Sekalipun di berbagai daerah ekosistem wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian, namun pertanian masih tetap merupakan andalan utama bagi kehidupan masyarakat.Menurut Supriyati & Hermanto (1995), sumbangan sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Bruto(PDB) sekitar 21,55% ( Adimihardja, 1999: 4)

  Konsep petani dalam masyarakat pedesaan cukup beragam dan bervariasi tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya.Petani tidak mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja.Artinya, petani adalah orang yang bercocok tanam (melakukan budidaya) di lahan pertaniannya (Scott,1994). Masyarakat petani juga tidak terlepas dari kota-kota sekitarnya, mereka saling berhubungan dan mereka merupakan sampalan dari budaya kota (Kroeber dalam Marzali, 1998: 91 )

  Wolf (1983:9) juga mendukung pendapat di atas, bahwa sekalipun orang- orang pada umumnya sudah sangat memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan mereka akan pangan dan barang, mereka harus menyelenggarakan hubungan- hubungan sosial dengan sesama mereka. Karena pada umumnya masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya dan hal ini juga sesuai dengan hakikat manusia sebagai mahluk sosial, yang tidak bisa hidup tanpa ada bantuan dari orang lain.

  Konsep petani yang dimaksud dalam penelitiaan ini yaitu yang sesuai dengan pendapat scott diatas yaitu petani ialah orang yang bercocok tanam di lahan pertaniannya. Alasan menggunakan konsep petani tersebut, karena di Desa Poling Anak-anak mayoritas petani hanya mengolah lahan pertanian milik mereka sendiri.

  Goodenough (dalam Nur Syam, 2007) menjelaskan bahwa dalam meneliti sebuah masyarakat, peneliti harus melihat aktivitas-aktivitas sosial, kelompok sosial juga bahasa yang digunakan dalam oleh masyarakat yang diteliti. Untuk memperoleh semua itu, peneliti harus bisa mengerti bahasa setempat sehingga dapat berkomunikasi dengan para informan untuk “mengorek” isi kepala mereka tentang permasalahan yang sedang diteliti, baik itu tentang konsep masyarakat, pola pikir maupun mitos-mitosnya.

  Hal diatas memang sngat penting, khususnya untuk kajian cognitive

  

anthropology yang menjelaskan bahwa “Kebudayaan bukanlah fenomena material,

  tidak terdiri atas benda-benda, perilaku dan emosi, melainkan ia lebih merupakan suatu pengaturan hal-hal tersebut. Dimana yang ada dalam pikiran orang adalah bentuk benda-benda dan hal-hal, model-model untuk mempersepsi, menghubung- hubungkan dan selebihnya menafsirkan” Goodenough (dalam Spradley,1997) Konsep kebudayaan menurut Spradley (1997:5) yaitu pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.Kemudian lebihjelasnya lagi Spradley menjelaskannya dalam Kognitif Antropologi yang menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Hal serupa yang akan dilihat oleh peneliti pada petani kopi yang ada di Desa Poling Anak-anak mengenai bagaimana pengetahuan masyarakat tersebut dalam melakukan variasi tanaman dalam satu areal lahan. Selanjutnya, dengan menggunakan metode pengklasifikasian (folk

  

taxonomy ) Spradley akan diklasifikasi jenis-jenis tanaman yang ada dalam satu

lahan pertanian pada masyarakat desa tersebut.

  Spradley(1997)mendefenisikan kebudayaan “sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun

   strategiperilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka .

  Lebih lanjut Spredley(1997) menjelaskan bahwa kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman- 12 pengalaman individu atau masyarakat. Tugas seorang Antropolog adalah

  Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh James P. Spredley. Dalam pengantar ini, Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.

  ’mengorek’ isi pikiran masyarakat untuk menjelaskan konsep mereka tentang bertani kopi robusta dengan cara menggunakan metode folk taxonomy. Dimana, peneliti akan melakukan pengklasifikasian terhadap jenis-jenis tanaman yang bervariasi pada satu areal pertanian. Dengan demikian maka dapat dilihat gambaran yang terjadi pada masyarakat Desa Polling Anak-anak yang hanya mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam mengelola lahan pertanian kopi robustanya. Sehingga dari pengetahuan yang mereka dapat dari sistem pertanian yang turun-temurun, menyebabkan mereka masih mempertahankan kopi robusta, walaupunsaat ini penghasilan dari pertanian kopi robusta bukan menjadi pendapatan utama dari penduduk Desa Polling Anak-anak.

  Dengan menggunakan metode klasifikasi (Folk Taksonomi) akan mengklasifikasi pengetahuan masyarakat desa tentang kopi robusta, apa kaitannya dengan nilai-nilai historis, variasi tanam, alternatif tanaman pengganti dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan pertanian kopi robusta yang dilakukan oleh masyarakat Desa Polling anak-anak.

  Masyarakat Desa Polling Anak-anak yang mayoritas adalah petani mungkin saja mempunyai konsep atau ide tersendiri dalam hal pengelolaan kopi robusta, yang secara tidak langsung menjadi acuan dalam tindakan mereka untuk mengelola pertanian, baik kopi robusta maupun tanaman alternatif pengganti kopi lainnya. Disini peneliti mengharapkan dapat memperoleh gambaran apa saja yang dilakukan masyarakat terhadap pertanian saat ini yang berkaitan dengan tujuan- tujuan pertanian mereka. Kemudian melihat apa-apa saja tanaman yang ada diladang para petani dan bagaimana masyarakat melakukan variasi pola tanaman campuran.

  Pengetahuan masyarakat tentang pertanian sangat berguna untuk mempertahankan hasil panen mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Yunita bahwa pengetahuan lokal (local knowledge) selalu berada didalam proses adaptasi dalam lingkungan dunia yang terus berubah. Perubahan-perubahan ekologi, sosial dan ekonomi merupakan hal yang wajar, bahkan kini berlangsung dalam dinamika yang meningkat secara cepat” selanjutnya Yunita menegaskan , maka dibutuhkan kemampuan para petani untuk dapat beradaptasi sesuai dengan perkembangan dunia maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar (Adimihardja,1999:182).

  Masalah variasi pola tanam sudah mulai banyak diteliti oleh para peneliti.Yunita termasuk salah satu yang meneliti variasi pola tanam campur pada pertanian padi sawah.Selain itu ada juga variasi pola tanam campur pada tanaman

   kentang .

  Selain Yunita, salah seorang peneliti yang meneliti tentang variasi pola tanam yaitu Sembiring, yang berpendapat:

  

“Sembiring (2002) menjelaskan bahwa bentuk percampuran tanaman

yang sangat beragam seperti yang dilakukan masyarakat Desa Gurusinga,

dengan diberengi kemampuan petani dalam mengelola sumber daya alam

dan mengembangkan strategi-strategi baru dan percobaan-percobaan dalam

bidang percampuran tanaman atau pola tanam.Aumeeruddy menyebutkan

bentuk percampuran tanaman yang sangat beragam ini dapat terlihat seperti

13 pada hutan dan kebun”.

  Balai Peneliti Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Dalam 14 (http://www.scribd.com/doc/15249535/Profil-komoditas-kentang) . Seorang Dosen Departemen Antropologi FISIP USU yang melakukan penelitian tentang “Periodesasi Waktu Berdasarkan Pengalaman Petani ; Kajian Antropologi Mengenai Periode Perkembangan Budidaya Holtikultura di Berastagi Kab. Karo

  Masyarakat Desa Poling Anak-anak melakukan pola tanam yang bervariasi, untuk jenis tanaman kopi robusta.Variasi yang dilakukan berupa perbedaan luas areal tanam serta variasi campuran tanaman dalam satu areal kebun.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa alasan yang terdapat pada masyarakat Desa Poling Anak-anak.alasan dan pandangan masyarakat desa merupakan hal yang ingin diketahui oleh peneliti.

  Sistem pengolahan lahan pertanian kopi dapat dipengaruhi beberapa hal.Sistem klasifikasi mungkin juga dapat mempengaruhi variasi pola tanam yang terjadi pada masyarakat Desa Poling Anak-anak. Hal ini juga dikemukakan oleh Sembiring(2005) bahwa klasifikasi tanaman berdasarkan perawatan tanaman di Desa Gurusing ada tiga yakni; tingkat kerumitan perawatan, modal perawatan, keahlian perawatan tanaman. Hal ini bias saja ditemukan dalam permasalahan yang ada pada masyarakat petani kopi robusta di Desa Poling Anak-anak ataupun akan ada temuan klasifikasi yang lain yang berbeda dengan temuan di Desa Gurusinga.

  Melalui pengamatan yang terfokus pada rangkaian peristiwa dalam rentang waktu tertentu dengan perhatian pada hubungan yang saling terkait antar satu peristiwa dengan peristiwa lainnya, peneliti berharap dapat menjawab masalah penelitian dan memahami bagaimana perubahan dalam fenomena yang diamatiitu berlangsung.

1.7. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

  

  kualitatif yang sifatnya deskriptif . Penelitian ini berusaha mendeskripsikan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas nantinya. Wawancara yang dilakukan menggambarkan kondisi kehidupan sosial masyarakat petani kopi yang di Sidikalang, serta bagaimana proses pengelolaan lahan pertanian oleh petani kopi. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dimana pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik atau menyeluruh.

1.7.1. Observasi

  Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek secara langsung maupun tidak langsung. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejalah-gejalah yang diteliti dan dibantu dengan alat dokumentasi gambar yaitu kamera. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi partisipasi, dimana peneliti hanya melihat aktivitas para petani kopi dan tanaman apa saja yang ditanam petani serta variasi yang terjadi pada pola tanam petani kopi tetapi tidak menjadi petani kopi. (Bernard Russell,1994: 137).

15 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempeljari permasalahan-permasalahan dalam

  masyarakat, situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Soejono dan Karmila 2007:16)

  Tujuan penggunaan metode observasi ialah untuk melihat wujud konkrit dari hasil kegiatan masyarakat Desa Poling Anak-anak kususnya dalam hal mengelola pertanian kopi mereka. Selain itu, tujuan utama observasi yang digunakan adalah untuk melihat dan mendeskripsikan variasi pola tanaman kopi oleh masyarakat desa .

  Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa bentuk variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak berbeda-beda antara petani.Petani memilih pola variasi sesuai dengan keutuhan dan kemampuannya dalam mengelola lahan pertaniannya.Bentuk-bentuk variasi yang ada terlihat jelas di ladang warga, dimana mereka mencampur beberapa jenis tanaman dalam satu areal lahan.Misalnya, dalam satu lahan terdapat kopi-coklat-durian, kemudian ada juga kopi-cabai-durian dan percampuran lainnya.

  Nilai kopi juga bisa dilihat dengan melakukan observasi di ladang-ladang warga, dimana seluruh warga yang ada di Desa Polling Anak-anak masih menyisahkan tanaman kopi robusta di ladangnya.Walaupun luas lahan untuk kopi robusta berbeda-beda, ada yang luas dan ada yang sedikit.Dari pengamatan tersebut dapat dilihat bagaimana peran kopi bagi warga Desa Polling Anak-anak sehinnga mereka masih tatap mempertahankannya.

  Data lain yang dapat diperoleh dengan melakukan observasi ketika mengamati pola pemukiman dan pola pertanian waga desa. Dari pola pemukiman kita dapat melihat tata ruang desa, keadaan penduduk dilihat berdasarkan tempat tinggal, kondisi lingkungan sekitar desa dan tata ruang hutan desa.Untuk pola pertanian, dengan melakukan observasi dapat dilihat jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di desa, baik yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan oleh warga desa.

  Observasi juga penting sekali ketika melihat kegiatan pertanian kopi yang dilakukan oleh warga Desa Polling Anak-anak yang meliputi tahap penanaman, perawatan, pemanenan dan pengolahan kopi menjadi biji yang siap untuk dijual. Selain itu, dengan observasi dapat diketahui kondisi pohon kopi yang terkena penyakit maupun terserang hama dan bagaiman cara petani menanggulangi/ membasmi hama tersebut.

1.7.2. Wawancara

  Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan beberapa pertanyaan dan yang diwawancarai yaitu orang orang yang memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan (Moleong, 1998: 115). Wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam (deep interview), dimana pertanyaan akan berfokus kepada pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang dilakukan secara berulag-ulang untuk menghidari kemungkinan informan berbohong(Russell,1994). Penelitian ini juga akan menggunakan alat bantu yaitu

  voice record dan catatan untuk mencatat hasil wawancara tersebut.

  Selama melakukan wawancara nantinya, peneliti harus dapat menciptakan rapport yang baik antara peneliti dengan informan.Karena dengan adanya rapport yang baik maka informasi/data yang diberikan oleh informan lebih jelas dan dapat dipercaya.Hal ini juga dikatakan oleh Emmerson (1985:284) hubungan timbal- balik dan kedekatan antara informan dengan peneliti sangat dibutukan dalam melakukan wawancara.

  Kegunaan metode ini adalah untuk mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan yang tidak dapat diperoleh dari melakukan observasi. Dalam hal ini, sesuai dengan masalah penelitian contohnya, ketika peneliti ingin mengetahui nilai-nilai apa saja yang terdapat pada kopi ataupun tanaman kopi bagi masyarakat Desa Polling Anak-anak, peneliti dapat menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan lebih akurat.

  Wawancara ini sangat penting dalam penelitian ini, dimana ketika pada awalnya peneliti datang ke desa, haruslah memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan ke desa tersebut sekaligus meminta izin kepada Kepala Desa.Ketika mewawancari Kepala Desa Polling Anak-anak yaitu Bapak M. Tambun, ternyata adalah petani kopi rousta.Dari wawancara awal dengan Bapak M. Tambun, peneliti mendapat banyak data mengenai pertanian kopi di Desa Polling Anak-anak.Dari wawancara tersebut peneliti menentukan bahwa Bapak M.Tambun adalah informan pangkal dalam penelitian ini.

  Wawancara berlanjut kepada warga-warga lain di Desa Polling Anak-anak yang merupakan petani kopi robusta juga. Wawancara yang dilakukan peneliti secara berulang-ulang untuk menghidari adanya kebohongan data yang diberikan informan serta dengan menggunakan teknik snow ball untuk mendapatkan data yang lebih dalam dan akurat.

  Pada awalnya kendala yang dihadapi peneli pada saat wawancara adalah faktor bahasa.Dimana peneliti belum begitu menguasai bahasa daerah yaitu Bahasa Toba yang biasa digunakan warga di Desa Polling Anak-anak.Setelah tinggal dan berinteraksi dengan warga selama ±2 (dua) bulan, peneliti sudah bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa toba dengan warga tetapi tidak begitu lancar.Dengan mengetahui bahasa daerah tersebut, meneliti dapat mengetahui local knowledge dengan bahasa lokal oleh warga desa.

1.7.3. Studi Literatur

  Dalam penelitian ini, peneliti akan membutuhkan banyak literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian yaitu petani kopi, variasi tamaman campur dan yang lainnya yang sesuai dengan masalah penelitian. Karena permasalahan yang peneliti ambil merupakan hasil atau upaya oleh masyarakat petani kopi dari waktu yang lampau sampai sekarang dalam upaya mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka serta hubungan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

  Studi literatur ini dimaksudkan untuk kepentingan teori-teori yang relevan yang dijadikan landasan berfikir dalam melihat masalah yang akan diteliti, yang akan diperoleh melalui buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, dan skripsi yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu data skunder juga dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian seperti, data Kecamatan Silima Pungga-pungga dan data potensi Desa Polling Anak-anak.

  1.7.4. Membangun Rapport Rapport (hubungan baik) antara peneliti dengan informan sangat

  diperlukan ketika kita melakukan penelitian khususnya dengan metode kualitatif. Dimana dengan adanya rapport maka data yang diperoleh peneliti akan lebih

  “kaya” dan akurat. Karena dengan terjalinnya rapport maka kemungkinan pemboongan informasi yang diberikan informan kepada peneliti akan lebih kecil.

  Hal tersebut juga terjalin ketika peneliti melakukan penelitia di Desa Polling Anak-anak.

  Pada saat melakukan penelitian tentang variasi pola tanam kopi robusta di Desa Polling Anak-anak, merupakan kali pertama peneliti datang ke Sidikalang.

  Awalnya peneliti ingin meneliti kopi robusta di Kota Sidikalang, akan tetapi di Kota Sidikalang pohon kopi robusta sudah hampir habis, kalaupun ada hanya sisa- sisa yang dahulu dan hanya beberapa batang saja. Karena warga di Kota Sidikalang sudah mengganti kopi robusta dengan tanaman lain sejak tahun 1990- an. Sekarang ini justru kopi ateng yang menjadi dominan dikelola warga di Kota Sidikalang.

  Mengetahui hal tersebut, peneliti pergi ke Kantor Camat Sidikalang dan menanyakan kepada pegawai di kecamatan tersebut dimana daerah yang masih banyak tanaman kopi robusta. Dari pegawai kantor camat tersebut peneliti mendapat 3(tiga) pilihan yaitu Kecamatan Sumbul, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Silima Pungga-pungga. Akhirnya peneliti memilih untuk pergi ke Kecamatan Silima Pungga-pungga untuk mencari desa mana yang akan menjadi lokasi penelitian.

  Pertama sampai ke Kantor Camat Silima Pungga-pungga saya langsung bertemu dengan Bapak Sianturi(Camat Silima Pungga-pungga). Peneliti disambut dengan ramah dan peneliti segera menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke kecamatan ini.Setelah menjelaskan maksud dan tujuan si peneliti, Bapak Sianturi memberi tahu desa-desa di Kecamatan Silima Pungga-pungga yang masih banyak tanaman kopi robusta. Desa-desa yang disebutkan Bapak Sianturi antara lain; Desa Sirata, Desa Siboras, Desa Bonian dan Desa Polling Anak-anak. Ketika peneliti sedang berbincang dengan Bapak Sianturi, tiba-tiba Bapak M.

  Tambun(Kepala Desa Polling Anak-anak) datang untuk menyerahkan berkas laporan yang diminta oleh Bapak Sianturi.

  Kemudian Bapak Sianturi memperkenalkan saya kepada Bapak M. Tambun tersebut sekaligus menanyakan sesuatu kepada Bapak M.Tambun tersebut dengan menggunakan bahasa Toba ate, godang dope kopi di huta muna

  

? dan selanjutnya mereka berdua berbincang sejenak dan kemudian Bapak Sianturi

  mengatakan kepada peneliti untuk melakukan penelitian ke Desa Polling Anak- anak saja, karena kebetulan Kepala Desanya sedang disini. Mendengar hal tersebut, peneliti segera menyetujui hal tersebut dan kemudian peneliti melanjutkan berbincang dengan Bapak M. Tambun.

  Setelah mendapatkan desa yang akan menjadi lokasi penelitiannya, peneliti pamit pulang ke Medan kepada Bapak M. Tambun dan Bapak Sianturi.

  Peneliti juga menyampaikan bahwa 2(dua) minggu kemudian, peneliti akan kembali ke Desa Polling Anak-anak untuk melakukan penelitian. Mendengar hal tersebut, Bapak M. Tambun menyetujui hal tersebut dan sipeneliti pulang ke Medan sore hari dan sampai di Medan malam hari. Pada pemberitahuan terakhir, peneliti akan kembali ke Desa Polling Anak-anak 2(dua) minggu kemudian, akan tetapi karena ada sedikit kendala akhirnya setelah 3(tiga) minggu peneliti kembali datang ke Desa Polling Anak-anak dan mulai melakukan penelitian di desa tersebut.

  Setelah menempuh perjalanan darat selama 6(enam) jam, sampailah peneliti di Desa Polling Anak-anak.Peneliti segera menuju rumah Bapak M.

  Tambun selaku Kepala Desa. Ternyata pada saat peneliti sampai di rumah Bapak M. Tambun, kondisi Bapak M. Tambun ternyata sedang demam, sehingga dia tidak pergi ke Kantor Balai Desa maupun ke Kantor Camat. Selanjutnya peneliti berbincang dengan Bapak M. Tambun sampai sore hari. Kemudian Bapak M. Tambun bertanya kepada peneliti “jadi rencana mau nginap dimana selama penelitian?”. Peneliti bigung menjawab apa, dan segera peneliti berkata, “itulah pak yang saya masih belum tahu”. Mendengar jawaban dari si peneliti tersebut, Bapak M. Tambun menawarkan untuk tinggal dirumahnya, tetapi tidak ada kamar yang kosong.Mendengar hal tersebut, penelitipun segera menyetujui tawaran tersebut dan berkata, “tidak apa-apa pak, saya bisa kok tidur di ruang tamu.”

  Penelitian berjalan dari hari kehari selama berbulan-bulan dan si peneliti memperoleh banyak pengetahuan dan hal-hal baru yang sangat berguna bagi peneliti.Selain mendapat pengetahuan dan data untuk menyelesaikan penelitian ini, si peneliti juga mendapatkan pengalaman tentang hidup yang sangat berharga.Karena, pengalaman ini tidak dapat diperolehnya dalam kuliah di kampus tetapi disa didapat dari penelitian ini.

  Peneliti dianggap seperti saudara bahkan keluarga dekat oleh beberapa warga di Desa Polling Anak-anak.Hal ini mungkin karena interaksi yang begitu rutin antara peneliti dengan warga di desa ini. Terutama kepada keluaraga Bapak M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun, kedua keluarga tersebut sudah menganggap saya seperti bagian dari keluarga mereka, kerena si peneliti biasa tinggal dan bermalan kalau tidak dirumah Bapak M. Tambun pasti di rumah Bapak E. Tambun.

  Keluarga Bapak M. Tambun memiliki 2(dua) orang anak, yang sulung duduk di Kelas I SMP dan yang bungsu duduk di Kelas II SD. Kedua anak tersebut sangat baik dan mereka menganggap saya sebagai abang kandung mereka.Hampir tiap malam peneliti mengejari kedua anak tersebut belajar, dan terkadang kedua anak tersebut menemani si peneliti tidur di ruang tamu. Begitu juga dengan keluarga Bapak E. Tambun yang memiliki 5(lima) orang anak, mereka juga menganggap si peneliti seperti abang mereka. Rasa kekeluargaan yang diberika kedu keluarga tersebut kepada sipeneliti membuat terjalin ikatan kekeluargaan yang baik antara peneliti dengan informan.

  Rapport yang terjalin dengan baik antara peneliti denan informan terlihat

  jelas dari aktivitas yang dilakukan peneliti ketika mewawancarai informan- informan.Dimana informan member informasi dan data kepada peneliti sebelum peneliti menanyakannya.Wawancara yang berlangsung biasanya santai dan tidak berstruktur, karena topic perbincangan anatara peneliti dan informan tidak hanya seputar masalah penelitian saja, tetapi bisa sampai ke “curhat”.

  Begitu banyak pengalaman dan hal-hal yang menarik yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di Desa Polling Anak-anak.Hal tersebut membuat si peneliti ingin kebali ke Desa Polling Anak-anak suatu saat nanti untuk membalas kebaikan yang mereka bagikan kepada peneliti ketika sedang berada disana. Karena ketika ingin pulang dari Desa Polling Anak-anak si peneliti ingin memberi sedikit uang(hitung-hitung uang makan selama tinggal di rumah Bapak M. Tambun dan di rumah Bapak E. Tambun) si peneliti malah dimarahi oleh kedua keluarga tersebut. Kedua Babaktersebut berkata “banyak rupanya uangmu ?kalau kau berhasil dan sukses, datang saja lagi ke kampung ini, itu sudah lebih dari cukup buat kami.” Ketika mendengar kata-kata itu, si peneliti begitu terharu dan merasa sangat bahagia karena sudah mendapat tambahan keluarga baru.

  Peneliti berjaji dalam hati untuk kembali ke desa itu dan mengcapkan terima kasih kepada seluruh warga di Desa Polling Anak-anak, khususnya kepada keluarga Bapak M. Tambun dan Keluarga Bapak E. Tambun. Jasa ban kebaikan mereka kepada peneliti selama di Desa Polling Anak-anak tidak ternilai harganya.

  Serta, penelitian ini bisa selesai karna berkat mereka juga.

1.8. Analisis Data

  Analisis data merupakan proses untuk mengatur dan mengkategorikan data-data yang didapat dilapangan (field note). Hasil data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dan dianalisis secara kualitatif, atau lebih jelasnya lagi dengan menggunakan metode kognitif yang menganalisis data secara folk

  

taxonomi atau pengklasifikasian.Proses analisis data dimulai dengan menelaah

  data yang berisi hasil wawancara dan observasi. Setelah proses tersebut, langkah selanjutnya adalah membuat laporan yang berisikan inti atau rangkuman dari hasil penelitian.

  Data yang telah dirangkum kemudian dibuat suatu pengkategorian- pengkategorian data yang telah dikumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan referensi ataupun teori yang kita gunakan. Pengkategorian ini akan memudahkan peneliti dalam menganalisa data dan penulisan laporan penelitian.

  Bentuk laporan ini merupakan hasil akhir penelitian.

Dokumen yang terkait

Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Desa Silantom Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

5 113 66

Analisis Produktivitas Dan Umur Tanaman Terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika ( Studi Kasus: Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi)

16 75 101

Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

3 62 134

Pola Makan Dan Penyapihan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Batita Di Desa Palip Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi Tahun 2008

0 27 95

Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Petani Kopi Robusta di Kabupaten Dairi (Studi Kasus: Desa Bintang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi).

0 36 87

Perbedaan Karakteristik Sosial-Ekonomi, Sumber Informasi Dan Pendapatan Petani Kopi Arabika Dengan Petani Kopi Robusta (Studi Kasus : Kelurahan Sidiangkat Dan Kelurahan Bintang Hulu, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi)

0 27 77

Kajian Produksi Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) Pada Beberapa Ketinggian , Kemiringan Lereng dan Jenis Tanah di Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

0 50 89

BAB I PENDAHULUAN - Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Desa Silantom Julu Kecamatan Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara

0 1 6

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Jaringan Agribisnis Kopi Arabika Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

0 0 7

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN - Petani Kopi (Variasi Pola Tanam Kopi Robusta Di Desa Poling Anak-Anak Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi)

0 0 22