Hasil Optimal PT CWM didalam melakukan perencanaan produksi dibatasi oleh

Tabel 10. Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004. Nama Bulan Variabel Kendala Hari Kerja Jam Kerja Per hari Jumlah Pekerja Ketersediaan Per Bulan January C11 30 8 34 8160 February C11 28 8 34 7616 Maret C11 31 8 34 8432 Apr il C11 30 8 34 8160 Mei C11 31 8 34 8432 Juni C11 30 8 34 8160 Juli C11 30 8 34 8160 Agustus C11 30 8 34 8160 September C11 30 8 34 8160 Oktober C11 31 8 34 8432 November C11 27 8 34 7344 Desember C11 30 8 34 8160 Total 97376 Berdasarkan ura ian di atas maka fungsi kendala jam kerja tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut : C11 10XB1 + 6.939XP1 = 97376

6.2. Hasil Optimal PT CWM didalam melakukan perencanaan produksi dibatasi oleh

kendala bahan baku, kendala jam kerja mesin dan kendala jam tenaga kerja langsung. Melalui hasil olahan data dengan menggunakan program LINDO dapat terlihat hasil optimal yang dapat dicapai oleh perusahaan. Hasil olahan data tersebut dapat memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status sumberdaya dan analisis sensitivitas. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 1.

6.2.1. Tingkat Produksi Optimal

Di dalam penelitian ini, variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Tabel 11 menunjukkan kondisi produksi cocoa butter dan cocoa powder pada kondisi actual dan optimal. Tabel 11. Produksi Cacao Butter Dan Cacao Powder Pada Kondisi Aktual dan Optimal Di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004. Jenis Produk Variabel Produksi Aktual Ton Produksi Optimal Ton Cacao Butter XB 4954 5100 Cacao Powder XP 7139 6683 Berdasarkan Tabe l 11 dapat diketahui bahwa jumlah produksi aktual cocoa butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton. Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk cocoa powder. Dengan asumsi bahwa penjualan setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder dalam satu tahun sama dengan jumlah produksi serta seluruh produk terjual pada tingkat keuntungan per unit seperti pada Tabel 7, maka keuntungan perusahaan pada kondisi optimal adalah sebesar Rp. 79.747.884.961,-. Sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp. 77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut jika dibandingkan maka terjadi perbedaan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,-.Sehingga jika perusahaan ingin meningkatkan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- sebaiknya perusahaan berproduksi sesuai dengan produksi pada kondisi optimal. 6.2.2. Biaya Pengurangan Reduced Cost Hasil olahan optimal dengan program linear selain menampilkan tingkat produksi optimal juga menampilkan biaya pengurangan reduced cost dari masing-masing produk. Reduced cost menggambarkan penurunan biaya per unit sumberdaya yang digunakan agar tetap menghasilkan keuntungan. Suatu produk akan menguntungkan untuk dilaksanakan jika mempunyai reduced cost sama dengan nol, yang berarti pengembalian per unit melebihi harga bayangan Shadow Price dari sumberdaya yang digunakan atau hal tersebut bisa dikatakan juga bahwa keuntungan per unit melebihi bia yanya. Apabila suatu produk memiliki niali reduced cost yang lebih besar dari nol, maka kegiatan atau produk tersebut tidak menguntungkan. Artinya, jika kegiatan memproduksi tersebut tetap dilaksanakan maka akan menimbulkan kerugian sebesar nilai reduced costnya. Dari hasil pengolahan program linear, kegiatan yang dilakukan atau produk yang dihasilkan oleh PT CWM memiliki nilai reduced cost sama dengan nol baik untuk cocoa butter maupun cocoa powder. Hal tersebut menandai bahwa produk cocoa butter maupun cocoa powder yang dihasilkan perusahaan layak untuk diproduksi dilaksanakan, karena dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

6.2.3. Penggunaan Bahan Baku Biji Kakao

Berdasarkan hasil olahan data dengan program linear menunjukkan bahwa persediaan bahan baku biji kakao pada kondisi aktual masih berlebih. Hal ini terlihat dari nilai slack atau surplus yang terdapat pada hasil pengolahan dengan program linear, kondisi tersebut disebabkan mengingat bahwa bahan baku biji kakao terkadang sulit diperoleh perusahaan karena pengadaaannya sangat berfluktuatif baik kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu, perusahaan sering kali membeli biji kakao dalam jumlah yang lebih banyak sebagai stock persediaan untuk menjamin kontinuitas proses produksi selanjutnya sehingga bila terjadi kelangkaan bahan baku maka dapat diantisipasi. Pada kondisi optimal ketersediaan bahan baku biji kakao memiliki nilai sisa artinya ketersediaan biji kakao selalu lebih besar dari jumlah biji kakao yang diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder pada tingkat kombinasi yang optimal. Hal ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan penggunaan biji kakao antara kondisi aktual sebesar 15.000 sedangkan pada kondisi optimal hanya sebesar 11.783,4 yang menunjukkan bahwa biji kakao mempunyai nilai sisa atau slack sebesar 3216.6 Ton. Dimana nilai sisa atau slack tersebut diperoleh dari selisih antara penggunaan biji kakao pada kondisi aktual dan pada kondisi optimal. Ketersediaan bahan baku biji kakao yang berlebih tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan sehingga nantinya tidak akan menimbulkan biaya tambahan karena adanya penyimpanan dan pengawasan terhadap bahan baku biji kakao untuk menjaga kualitas bahan baku biji kakao yang diproduksi. Oleh sebab itu perusahaan harus memiliki kerjasama yang baik dengan perusahaan pemasok bahan baki biji kakao agar dapat menjamin kontinuitas pengiriman bahan baku biji kakao agar nantinya dapat menjamin kontinuitas proses produksi bagi perusahaan.

6.2.4. Penggunaan Mesin

Berdasarkan total produksi cocoa butter maupun cocoa powder yang dihasilkan pada tahun 2004 ternyata semua mesin belum terpakai secara optimal karena adanya jumlah jam kerja mesin yang menganggur. Hal ini dapat dilihat dari nilai slack atau nilai sisanya yaitu sebesar 21605.879 jam pada mesin cleaner, 8831.976 jam pada mesin free dryer, 36695.586 jam pada mesin winower, 20767.143 jam pada mesin roaster, 10743.142 jam pada mesin Map, 34607.977 jam pada mesin FBH, 37641.516 jam pada mesin Press, 24909.631 jam pada mesin penyaring dan 21097.631 jam pada mesin pulverizer. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin Pada PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004. Jenis Mesin Variabel Ketersediaan Jam Optimal Penggunaan Nilai Sisa Slack Cleaner Free Dryer Winower Roaster Map FBH Press Penyaring C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 25776 17184 42960 25776 15752 42960 51552 25776 4170.121 8352.024 6264.414 5008.857 5008.858 8352.023 13910.48 866.369 21605.879 8831.976 36695.586 20767.143 10743.142 3467.977 37641.516 24909.631 Pulverizer C10 25776 4678.369 21097.631 Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada kondisi optimal masih banyak jam kerja mesin yang menganggur. Oleh karena itu perusahaan tidak perlu menambah ketersediaan mesin, karena akan merupakan suatu pemborosan yang dapat merugikan perusahaan. Namun hal yang seharusnya dapat perusahaan lakukan untuk memanfaatkan jam kerja mesin yang menganggur adalah dengan cara menambah produksi biji kakao untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder sehingga dapat menekan kelebihan jam kerja mesin yang menganggur dan pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

6.2.5. Penggunaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung

Jumlah jam tenaga kerja langsung yang tersedia pada PT CWM selama tahun 2004 adalah sebesar 97.376. Sedangkan berdasarkan hasil olahan optimal penggunaan jam tenaga kerja langsung untuk proses produksi cocoa butter dan cocoa powder telah dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada nilai sisa atau slacknya. Dimana nilai sisa atau slacknya pada jam tenaga kerja langsung memiliki nilai sebesar nol, yang artinya bahwa jam tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder telah digunakan seoptimal mungkin. Nilai sisa atau slacknya nol hal ini berarti bahwa jam tenaga kerja langsung produksi telah habis digunakan dalam produksi.

6.3. Analisis Dual