b. Bagi Guru
Memberi masukan kepada guru Sekolah Dasar dalam penguasaan kemampuan guru melaksanakan keterampilan bertanya dalam kegiatan proses
pembelajaran, sehingga guru dapat mengembangkan keterampilan bertanya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dilakukan sehingga meningkatkan profesionalitas seorang guru.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap kemampuan guru melaksanakan keterampilan bertanya dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Lembaga
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan masukan bagi sekolah untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih inovatif dan berkualitas dengan
memaksimalkan keterampilan-keterampilan dasar mengajar guru dalam kegiatan proses pembelajaran.
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan referensi untuk penelitian pendidikan yang sejenis dan memberikan sumbangan penelitian
dalam dunia pendidikan.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Sanjaya 2011: 110 belajar adalah proses yang terus-menerus yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Menurut Slavin dalam Rifai 2011: 82 belajar adalah perubahan individu yang disebabkan oleh pengetahuan.
Menurut Moh. Surya dalam Uno 2012: 138 belajar dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dialami oleh seorang individu dengan
adanya pengalaman yang dialami untuk memperoleh sebuah pengetahuan. 2.1.1.2
Teori- Teori Belajar Rifa’i 2011: 105 terdapat beberapa teori belajar diantaranya yaitu
sebagai berikut: a.
Teori belajar Piaget Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget menyatakan bahwa
kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu a sensori motor 0- 2 tahun, b pra-operasional 2- 7 tahun, c ooperasional
konkret 7- 11 tahun, d ope rasional ≥ 11 tahun. Teori belajar Piaget juga
menyatakan bahwa setiap makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi sekitar atau lingkungan. Keadaan ini memberi
petunjuk bahwa orang selalu belajar untuk mencari tahu dan memproleh pengetahuan, dan setiap orang berusaha untuk membangun sendiri pengetahuan
yang diperolehnya. Dalam penelitian ini siswa SD termasuk ke dalam tahap operasional konkret
karena usia siswa SD antar 7- 11 tahun. Dan pada tahap ini siswa SD membutuhkan media yang mendukung dalam proses pembelajaran.
b. Teori Belajar Stimulus- Respon Teori S-R
Dalam teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi
melalui rangsangan stimulus yang menimbulkan hubungan perilaku relatif respons berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus tidak lain adalah
lingkungan belajar anak baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi
fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, kecenderungan perilaku S
– R Stimulus – Respon. Melihat faktor-faktor lingkungan stimulus dan hasil tingkah laku yang ada hubungannya antara respon,
tingkah laku dan pengaruh lingkungan. Dengan memberikan stimulus maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus dan respon ini akan menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi pada dasaranya kelakuan anak
adalah terdiri atas respon-respon tersebut dengan latihan-latihan maka hubungan tersebut semakin kuat.
c. Teori Belajar Konstruktivisme
Pandangan tentang belajar menurut teori konstruktivisme adalah peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya
sendiri. Teori ini memandang peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada
dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memberikan impikasi bahwa pesrta didik harus terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran. d.
Teori belajar John Dewey Menurut Sugihartono dkk 2007: 108 John Dewey mengemukakan bahwa
belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya saling terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai
kaitan satu sama lain. Apabila belajar siswa tergantung pada pengalaman dan minat siswa maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan
hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah, di samping itu kurikulum yang diajarkan harus saling
terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memiliki hasil maksimal. diakses pada
http:justwearenoegayya.blogspot.com201205teori- pembelajaran-john-dewey.html
pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 18.56 WIB
2.1.1.3 Jenis Belajar Menurut Bloom
Menurut Siregar 2014: 8 Benyamin S Bloom adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar
adalah pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Cognitive Domain kawasan kognitif
Perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil keja otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain sebagai berikut:
a. Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
b. Pemahaman, memahami makna materi.
c. Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau teoritis yang prinsip.
d. Analisa, sebuah proses analisa teoritis dengan menggunakan kemampuan akal.
e. Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru.
f. Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi
pengetahuan. Dalam Revised taxonomy, Anderson dan Krathwohl melakukan revisi pada
kawasan kognitif. Menurutnya, terdapat dua kategori, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam
jenjang tujuan belajar, yaitu sebagai berikut: a.
Mengingat: meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
b. Mengerti: mampu membangun arti dari pesan pembelajaran, termasuk
komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
c. Memakai: menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun
memecahkan masalah. d.
Menganalisis: memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain dan
kepada keseluruhan struktur. e.
Menilai: membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. f.
Mencipta: membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur- unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah
ada sebelumnya. 2.
Afective Domain kawasan afektif Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya
untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu.
Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut: a.
Penerimaan receiving: meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian respons responding: meliputi sikap ingin merespons terhadap
sistem, puas dalam memberi respons. c.
Pemberian nilai atau penghargaan valuing: penilaian meliputi penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu. d.
Pengorganisasian organization: meliputi memilah dan menghimpun sistem nilai yang akan digunakan.
e. Karakterisasi characterization: karakteristik meliputi perilaku secara terus
menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya. 3.
Psychomotor Domain kawasan psikomotor Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini
berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari, melompat, melempar, berputar, memukul, menendang. Terdapat lima jenjang diantaranya adalah sebagai
berikut: a.
Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons. b.
Menerapkan: kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
c. Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons
dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal. d.
Merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat. e.
Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal.
2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut para pakar psikologi belajar, seperti B. F. Skinner dan kawan- kawannya dalam Harjanto 2008: 255, hasil penelitian membuktikan bahwa
prinsip-prinsip belajar pada umumnya dibedakan menjadi 10 prinsip yaitu sebagai berikut: a Persiapan belajar, b Motivasi, c Perbedaan individual, d Kondisi
pengajaran, e Partisipasi aktif, f Cara pencapaian yang berhasil, g Latihan, h Hasil yang sudah diperoleh, i Kadar bahan yang diberikan, j Sikap
pengajar.
Prinsip belajar sepanjang hayat sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO dalam Sanjaya 2011: 110 yaitu:
a. Learning to know
Belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
b. Learning to do
Belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir
penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. c.
Learning to be Belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan
kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
d. Learning to live together
Belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara
individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri dari kelompoknya.
Sedangkan prinsip belajar menurut Uno 2012: 34 dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran dan prinsip
belajar sehingga pada waktu proses pembelajaran berlangsung peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang
menunjang tumbuh kembangnya belajar siswa aktif, yaitu: a Stimulus belajar ,
b Perhatian dan motivasi, c Respons yang dipelajari, d Penguatan, e Pemakaian dan pemindahan. Stimulus belajar hendaknya dapat benar-benar
mengomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa. Sedangkan respon siswa terhadap stimulus guru dapat berupa
peratian, proses internal terhadap informasi ataupun tindakan nyata dalam bentuk partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan be;ajar.
Menurut William Burton dalam Hamalik 2007: 31 menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-
mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. c.
Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d.
Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
Sedangkan menurut Gagne dalam Rifai 2011: 95- 96 terdapat tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut:
a. Informasi verbal. Informasi ini dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu
dikomunikasikan kepada pembelajar, dipelajari oleh pembelajar sebelum memulai belajar baru, dilacak dan disimpan di dalam memori selama berbulan-bulan.
b. Kemahiran intelektual. Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam
melakukan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan simbol-simbol bahasa dan lainnya.
c. Strategi. Setiap aktivitas belajar memerlukan pengaktifan strategi belajar dan
mengingat. 2.1.1.5
Belajar dan Mengajar yang Efektif 2.1.1.5.1
Belajar yang Efektif Slameto 2010: 73 terdapat beberapa cara belajar yang efektif
diantaranya yakni sebagai berikut: a.
Perlunya Bimbingan Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kecakapan dan ketangkasan
belajar berbeda secara individual. b.
Kondisi dan Strategi Belajar Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa
hal berikut ini: 1
Kondisi internal, yaitu kondisi yang ada di dalam diri siswa itu sendiri misalnya kesehatannya, keamanan, dan sebagainya.
2 Kondisi eksternal, yaitu kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia misalnya
keadaan lingkungan fisik yang digunakan untuk belajar harus bersih, ruangan cukup terang, dan sarana yang diperlukan untuk belajar itu memadai.
3 Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Belajar
yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. c.
Metode Belajar Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. Beberapa kebiasaan belajar yang memengaruhi belajar antara lain:
a Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, b Membaca dan membuat catatan, c Mengulangi bahan pelajaran, d Konsentrasi, e Mengerjakan tugas.
2.1.1.5.2 Mengajar yang Efektif
Menurut Gazali dalam Daryanto 2013: 160 mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat
dan tepat. Dalam belajar, peserta didik mengehendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengajar yang efektif.
Slameto 2010: 92 mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula, untuk melaksanakan mengajar yang
efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: a Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, b Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu
mengajar, c Motivasi sangat berperan pada perkembangan peserta didik selama proses belajar, d Kurikulum yang baik dan seimbang, e Guru perlu
mempertimbangkan perbedaan individual. Guru harus menyusun perencanaan pengajaran remedial dan
dilaksanakan bagi peserta didik yang memerlukan. Menurut Yusuf Hadi Miarso memandang pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat
menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa melalui penggunaan prosedur yang tepat dalam Uno, 2012: 173 mengidentifikasi tujuh
indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif yaitu diantaranya: a Pengorganisasian materi yang baik, b Komunikasi yang efektif, c
Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, d Sikap positif terhadap
siswa, e Pemberian nilai yang adil, f Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran
Rombepajung dalam
Thobroni 2011:18
berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran.
Suyanto dan Asep 2013: 251 pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Sedangkan menurut Suprijanto 2012: 13 menyatakan bahwa
pembelajaran adalah dialog interaktif dan pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian
pembelajaran yaitu proses interaksi antara siswa dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sementara itu menurut Gagne dan Briggs dalam Djamarah 2010: 325 menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar anak didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang dialami oleh peserta didik yang di dalamnya terdapat
serangkaian kegiatan yang berguna untuk menambah ilmu pengetahuan peserta didik.
2.1.2.2 Pengertian Mengajar
Sanjaya 2011: 96 secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses
penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar
mempunyai beberapa karakteristik sebagi berikut: a proses pengajaran berorientasi pada guru; b siswa sebagai objek belajar; c kegiatan pengajaran
terjadi pada tempat dan waktu tertentu; d tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Mengajar juga
dapat diartikan
sebagai suatu
proses dalam
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk melakukan proses belajar. Menurut Alvin W. Howard
dalam Daryanto, 2013: 162 mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan skill, attitude ideal cita-cita, apprectons penghargaan dan knowledge.
Khoiru dan Amri 2014: 90 menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan
anak dengan guru. Mursell dalam Slameto, 2010: 33 menggambarkan mengajar
sebagai mengorganisasikan belajar sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.
Sementara definisi mengajar menurut DeQueliy dan Gazali adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat
dalam Slameto, 2010: 30. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
proses yang dilakukan oleh guru dalam memberikan sebuah materi pelajaran kepada peserta didik dalam waktu tertentu.
2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Uno 2012: 191 beberapa prinsip belajar pada pembelajaran efektif adalah sebagai berikut: a Perhatian, b Motivasi, c Keaktifan, d Keterlibatan
Langsung, e Pengulangan, f Tantangan, g Penguatan, h Perbedaan Individual.
2.1.2.4 Tujuan Pembelajaran
Yamin 2011: 133 tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa.
Tujuan pembelajaran disebut juga dengan tujuan instruksional. Tujuan instruksional menurut Sardiman 2014: 68 dibagi menjadi dua yaitu tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus merupakan hasil belajar siswa setelah selesai belajar dan dirumuskan dengan
suatu pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan tujuan unstruksional umum merupakan tujuan instruksional yang bersifat khusus sebagai penjabaran dari
tujuan umum instruksional.
2.1.2.5 Evaluasi Pembelajaran
2.1.2.5.1 Definisi Evaluasi Pembelajaran
Hamalik 2007: 61 sekolah tradisional mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan lisan atau tes dalam bentuk esai
untuk memeriksa sampai dimana penguasaan pengetahuan yang telah diterimanya.
Sekolah modern di samping menggunakan berbagai bentuk tes yang objektif, tetapi juga menilai keseluruhan aspek perkembangan pribadi siswa.
Penilaian bukan menjadi tanggung jawab satu orang guru melainkan menjadi tanggung jawab bersama. Selain itu, siswa sendiri diberi kesempatan menilai
kemajuan belajarnya sendiri, diadakan penelitian secara saksama tentang minat, kebutuhan abilitas, dan kesiapan belajar siswa. Sistem pemberian angka
diperbaiki, tujuan, metode, dan bahan pelajaran juga dinilai sejauh mana hal-hal itu bermakna bagi pelajaran siswa.
Djamarah 2010: 246 evaluasi adalah suatu tindakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk menentukan nilai
sesuatu, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Ada tiga istilah penting dalam evaluasi, yaitu tes pengukuran, dan
penilaian Poerwanti, 2008: 1. Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaanyang harus dijawab oleh siswa untuk
mengukur tingkat pemahaman danpenguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengantujuan pengajaran tertentu.
Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yangdilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, ataubenda,
sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.Angka yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan
belum dapat memberikan makna apa-apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur.
Penilaian adalah proses pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan oleh guru ketika mengakhiri pembelajaran yang dapat menggunakan teknik tes maupun non tes dan
menghasilkan sebuah nilai yang berupa angka. 2.1.2.5.2
Tujuan Evaluasi Djamarah 2010: 247 menyatakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk
memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak didik pada situasi belajar mengajar yang
lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Sementara Khoiru Amri 2014: 255 mengemukakan bahwa tujuan
evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Secara umum tujuan evaluasi dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran baik yang menyangkut tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri. Sedangkan tujuan khusunya adalah penyesuaian evaluasi pembelajaran dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendir, seperti evaluasi
perencanaan dan evaluasi pengembangan. 2.1.2.5.3
Jenis Evaluasi Ada lima jenis evaluasi menurut Poerwanti 2008: 1.32 yang meliputi:
1. Evaluasi Formatif
Penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu.
2. Evaluasi Sumatif
Penilaian yang dilaksanakan pada akhir satuan program tertentu semester atau tahun ajaran, tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama
satu program. 3.
Evaluasi Diagnostik Penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor
yang diduga menjadi penyebab, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remedial.
4. Evaluasi Penempatan
Penilaian yang dilakukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
5. Evaluasi Seleksi
Penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini dilakukan kapan saja
diperlukan.
2.1.2.5.4 Prinsip Evaluasi
Poerwanti 2008: 1.17 terdapat enam prinsip dasar evaluasi hasil belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Validitas
Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk
mengukur kompetensi. 2.
Prinsip Reliabilitas Berkaitan dengan konsistensi dalam hasil penilaian. Penilaian yang ajeg
memungkinkan perbandingan yang reliable menjamin konsistensi dan keterpercayaan.
3. Terfokus Pada Kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi, bukan pada penguasaan materi.
4. Prinsip Komprehensif
Penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan beragam cara dan
alat untuk menilai beragam kompetensi. 5.
Prinsip Objektivitas Proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan subjektif dari penilai.
6. Prinsip Mendidik
Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi siswa atau menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa sejauh mana siswa mengalami kemajuan
dalam pencapaian kompetensi.
2.1.3 Guru
2.1.3.1 Profil Guru Ideal
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan yang berat. Menurut Hamalik 2007:
118 beberapa syarat menjadi guru adalah: a Harus memiliki bakat sebagai guru, b Harus memiliki keahlian sebagai guru, c Memiliki kepribadian yang baik dan
terintegrasi, d Memiliki mental yang sehat, e Berbadan sehat, f Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, g Guru adalah manusia berjiwa
pancasila, h Guru adalah seorang warga negara yang baik. Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam Djamarah, 2010:
32 menjadi seorang guru itu tidak sembarangan dan harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya: a Bertaqwa kepada Tuhan YME, b Berilmu, c Sehat
jasmani, d Berkelakuan baik. 2.1.3.2
Peranan Guru Menurut Sanjaya 2011: 21 terdapat beberapa peran guru dalam proses
pembelajaran, antara lain : a.
Guru sebagai Demonstrator Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
c. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. d.
Guru sebagai Evaluator Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. e.
Guru sebagai Motivator Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis
yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya
motivasi untuk belajar. Djamarah 2010: 43 peranan guru diantaranya sebagai berikut:
a. Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.
b. Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana
cara belajar yang baik. c.
Informator Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
d. Organisator
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
e. Motivator
Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
f. Inisiator
Guru dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
g. Supervisor
Sebagai supervisor guru hendaknya dapat membantu memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
Sedangkan peran guru menurut Abin Syamsuddin dalam Khoiru Amri 2014: 120 diantaranaya sebagai berikut:
a. Konservator pemelihara sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan. b.
Inovator pengembang sistem nilai ilmu pengetahuan. c.
Transmitor penerus sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. d.
Transformator penterjemah sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik.
e. Organisator penyelenggara terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya maupun secara moral kepada sasaran didik, serta Tuhan yang
menciptakannya. 2.1.3.3
Tugas Guru Sudjana 2013: 15 terdapat tiga tugas guru yang pokok diantaranya
sebagai berikut: a.
Guru sebagai pengajar Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan
dan melaksanakan pengajaran. b.
Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. c.
Guru sebagai administrator kelas
Tugas guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Sedangkan menurut Djamarah 2010: 36 tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Guru dalam mendidik
anak didik bertugas untuk: a Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman, b Membetuk kepribadian anak
yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara Pancasila, c Sebagai perantara belajar, d Guru adalah pembimbing.
2.1.3.4 Delapan Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Kompetensi seorang guru di Indonesia dikembangkan pula oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada sembilan kompetensi guru menurut P3G dalam Sudjana 2013: 19 yakni: 1 menguasai bahan; 2 mengelola program belajar mengajar; 3 mengelola kelas;
4 menggunakan media atau sumber belajar; 5 menguasai landasan kependidikan; 6 mengelola interaksi belajar mengajar; 7 menilai prestasi
belajar; 8 mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan; dan 9 memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Turney dalam Anitah 2009: 7.2
mengklasifikasikan delapan keterampilan mengajar yang dianggap dapat menentukan keberhasilan pembelajaran sebagai berikut.
a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Hasibuan Moedjiono 2012: 75 mengemukakan bahwa membuka dan menutup pelajaran bukanlah urutan kegiatan yang bersifat rutin dari itu ke itu
saja, melainkan merupakan suatu perbuatan guru yang perlu direncanakan secara sistematis dan rasional.
Mulyasa 2013: 84 membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta
didik secara optimal, agar peserta didik memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Sedangkan menutup pelajaran merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri
kegiatan pembelajaran. Tujuan membuka pelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pelajaran, sedangkan menutup pelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran, disamping untuk memantapkan
penguasaan siswa akan inti pelajaran Anitah, 2009: 8.3. Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: 1 menarik perhatian
dan menimbulkan motivasi; 2 memberi acuan dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. Sedangkan komponen keterampilan menutup pembelajaran meliputi: 1 review hal-hal yang dianggap penting atau
kunci bahan pelajaran yang diberikan; 2 evaluasi terhadap proses interaksi edukatif yang dilakukan Djamarah, 2010: 138.
b. Keterampilan Bertanya
Hasibuan Moedjiono 2012: 62 bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat
berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.
Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan berikutnya. Tujuan bertanya yang
dilakukan oleh guru tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa
dengan siswa Anitah 2009: 7.4. Kegiatan bertanya memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan agar
tujuan bertanya dapat tercapai dengan baik. Menurut Mulyasa 2013: 70 komponen-komponen bertanya dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu: 1
keterampilan bertanya dasar, meliputi: 1 pertanyaan yang jelas dan singkat, 2 memberi acuan, 3 memusatkan perhatian, 4 memberi giliran, 5 menyebarkan
pertanyaan, 6 pemberian kesempatan berpikir, 7 pemberian tuntunan; serta 2 keterampilan bertanya lanjut: 1 pengubahan tuntunan tingkat kognitif, 2
pengaturan urutan pertanyaan, 3 pertanyaan pelacak, dan 4 mendorong terjadinya interaksi.
c. Keterampilan Memberi Penguatan
Djamarah 2010: 118 mengemukakan, pemberian penguatan yang dilakukan berulang-ulang akan membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
kata lain, pengubahan tingkah laku siswa dapat dilakukan dengan pemberian penguatan.
Anitah 2009: 7.25 membagi penguatan menjadi tiga jenis yaitu penguatan verbal, penguatan non verbal, dan penguatan tak penuh. Penguatan verbal
merupakan penguatan yang diberikan berupa bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan. Sementara penguatan non verbal merupakan penguatan
yang dapat ditunjukkan melalui mimik dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta pemberian simbol atau benda.
Sedangkan penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban atau respon siswa yang hanya sebagian benar dan bagian lainnya masih perlu diperbaiki.
Mulyasa 2013: 77 penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut.
Penguatan dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon
yang negatif. d.
Keterampilan Mengadakan Variasi Penggunaan
variasi dalam
kegiatan pembelajaran
ditujukan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui
dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran Anitah, 2009:
7.41. Djamarah 2010: 124 menyebutkan tiga aspek dalam keterampilan
mengadakan variasi yaitu variasi gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Hasibuan Moedjiono 2012: 64 menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi
kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.
e. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah pemberian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah
dialami dan belum dialami, anatara generalisasi dengan konsep, antara konsep dengan data, atau sebaliknya Djamarah, 2010: 131. Komponen-komponen
dalam keterampilan menjelaskan adalah sebagai berikut: 1 kejelasan dalam menyampaikan penjelasan; 2 penggunaan contoh dan ilustrasi; 3 pemberian
tekanan; 4 balikan Anitah 2009: 7.56. Hasibuan Moedjiono 2012: 70 menjelaskan berarti menyajikan informasi
lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan
bukan indoktrinasi. Mulyasa 2013: 80 menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang
sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki
guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan.
f. Keterampilan mengelola kelas
Djamarah 2010: 144 guru menggunakan pengelolaan kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas untuk mencapai tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik dapat belajar. Anitah 2009: 8.36 keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar
yang optimal. Hasibuan Moedjiono 2012: 82 keterampilan mengelola kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan,
baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial. Dua masalah pokok guru dalam kelas menurut Djamarah 2010: 145 yaitu
masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha untuk membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara
langsung, sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi edukatif
dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiagnosis, dan kemampuan dalam memperbaiki suasana kelas. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam interaksi edukatif.
Anitah 2009: 8.37 mengelompokkan komponen keterampilan mengelola kelas menjadi dua yaitu keterampilan yang bersifat preventif dan keterampilan
yang represif. Keterampilan yang bersifat preventif ini mencakup kemampuan guru untuk mencegah terjadinya gangguan sehingga kondisi belajar dapat
diciptakan dan dipelihara. Sementara itu keterampilan yang bersifat represif merupakan keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengatasi gangguan yang muncul secara berkelanjutan sehingga kondisi kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi kondisi yang optimal.
g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya dalam satu kelompok Karwati Priansa,
2014: 85. Empat karateristik diskusi kelompok kecil menurut Djamarah 2010: 157 yaitu melibatkan sekelompok individu, melibatkan peserta dalam interaksi
tatap muka tidak formal, memiliki tujuan dan bekerja sama, serta mengikuti aturan. Diskusi kelompok kecil sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman
bagi anak didik yang terlibat di dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok kecil agar dapat efektif dan efisien adalah guru harus
sering menjalankan fungsinya sebagai pembimbing. Hasibuan Moedjiono 2012: 88 diskusi kelompok kecil adalah suatu proses
yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan masalah.
Mulyasa 2013: 89 hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut 1 memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan
dan topik diskusi, 2 memperluas masalah atau urunan pendapat, 3 menganalisis pandangan peserta didik, 4 meningkatkan partisipasi peserta didik,
5 menyebarkan kesempatan berpartisipasi, 6 menutup diskusi. h.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Pembelajaran perseorangan adalah pembelajaran yang paling humanis untuk
memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Hakikat pembelajaran perseorangan yaitu: 1 terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa, 2 siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing, 3 siswa mendapat bantan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, 4 siswa
dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran Rusman, 2013: 91. Dalam peengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru berperan sebagai organisator
kegiatan pembelajaran, sumber informasi bagi siswa, motivator, penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, mendiagnosi kesulitas siwa dan memberi
bantuan, peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban yang sama dengan peserta lainnya Anitah, 2009: 8.53.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain: 1 menguasai bahan; 2 mengelola
program belajar mengajar; 3 mengelola kelas; 4 menggunakan media atau sumber; 5 menguasai landasan kependidikan; 6 mengelola interaksi belajar
mengajar; 7 menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran; 8 mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan; 9 mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah;dan 10 memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.Selain
kesepuluh kompetensi tersebut guru juga harus menguasai keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus
dimiliki guru agar kegiatan belajar mengajar di kelas dapat dilakukan dengan optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keterampilan guru yang
seharusnya dilaksanakan dalam pembelajaran adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Hasibuan Moedjiono 2012: 77 mengajar kelompok kecil dan perorangan
diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3- 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan.
2.1.3.5 Keterampilan Bertanya Guru
Djamarah 2010: 99 seorang guru harus menguasai keterampilan bertanya yaitu diantaranya sebagai berikut:
a. Keterampilan bertanya dasar
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, dapat mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi. Keterampilan bertanya dasar meliputi:
1 Tujuan
Pertanyaan yang diberikan guru bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap satu topik, memfokuskan perhatian pada suatu
konsep masalah tertentu, mengembangkan belajar secara aktif. 2
Penyusunan kata-kata Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun
dengan kata-kata yang cocok dengan tingkat perkembangan kelompok. Pertanyaan juga harus disusun seekonomis mungkin. Dalam menyusun
pertanyaan dapat diberikan kata-kata kunci untuk menjawabnya. 3
Struktur Selama diskusi berlangsung usahakan guru memberi informasi yang relevan
dengan tugas siswa, baik sesudah maupun sebelum pertanyaan-pertanyaan. 4
Pemusatan Umumnya pertanyaan luas diajukan pada saat diskusi akan dimulai sebagai
alat untuk melibatkan siswa secara maksimal. Pertanyaan yang lebih sempitmemusat diajukan sebagai cadangan untuk memberikan informasi yang
relevan terhadap pertanyaan siswa. 5
Pindah gilir Setelah mengajukan pertanyaan untuk seluruh anggota kelas, kemudian guru
dapat meminta salah seorang siswa untuk menjawabnya, dengan cara memanggil nama pindah gilir verbal, atau dengan menunjuk, mengangguk, atau senyum
pindah gilir nonverbal.
6 Distribusi
Untuk melibatkan
siswa langsung
dalam pelajaran,
disarankan mendistribusikan pertanyaan secara random acak selama proses belajar
mengajar interaksi edukatif berlangsung. Pertanyaan menyebar ke seluruh penjuru ruangan dengan memberi pertanyaan tambahan secara langsung.
7 Pemberian waktu
Tiap siswa berbeda dalam kecepatan merespon pertanyaan dan berbeda pula tingkat kemampuan berbicara secara jelas. Salah satu cara membantu mereka
adalah dengan memberi waktu berpikir dalam beberapa detik setelah pertanyaan diajukan kepada seluruh anggota kelas dan sebelum menunjuk siswa tertentu
untuk menjawabnya. 8
Hangat dan antusias Kehangatan dan antusias yang diperlihatkan guru terhadap jawaban siswa,
punya arti penting dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran. 9
Prompting Prompting adalah cara yang dilakukan guru untuk menuntun siswa
memberikan jawaban dengan baik dan benar atas pertanyaan yang guru ajukan. 10
Pengubahan tuntutan tingkat kognitif Penyusunan pertanyaan dapat yang memiliki tingkat kognitif domain yang
rendah pengetahuan, pemahaman, penerapan dan tingkat kognitif domain yang tinggi analisis, sintesis, evaluasi.
b. Keterampilan bertanya lanjut
Dengan teknik bertanya melacak, guru akan mendapatkan kemanfaatan khusus dalam hubungannya dengan pertanyaan kognitif tingkat tinggi. Keterampilan
bertanya lanjut meliputi: 1
Penggunaan kelas Keterampilan bertanya lanjut bertujuan untuk membantu siswa untuk belajar
mengorganisasikan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun dan mengeluarkan jawaban yang beralasan
terhadap pertanyaan guru, mendorong siswa untuk mengembangkan pikirannya dan cepat mengemukakan pendapat secara timbal balik dengan siswa lain.
2 Variasi taksonomi
Untuk mengklasifikasikan cara berpikir siswa dalam hubungannya dengan pertanyaan lanjut guru, digunakan konsep terminologi dari Bloom: a Recall
mengingat kembali, b Comprehension pemahaman, c Aplikasi, d Analisis, e Sintesis, f Evaluasi, g Sikuen.
3 Pertanyaan melacak
Pertanyaan melacak digunakan untuk membantu siswa dalam menjawab pertanyaan guru secara memadai, dari jawaban yang singkat sederhana menuju ke
jawaban yang lebih tinggijauh. 4
Pemberian waktu Pada keterampilan bertanya lanjut, pemberian waktu memberi arti tambahan
dan makna khusus. Pemberian waktu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
segera setelah guru bertanya dan setelah siswa memberi jawaban dari pertanyaan yang kompleks.
5 Meningkatkan interaksi antara siswa
Guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan saling tukar pendapat antarsiswa. Caranya ialah dengan meminta siswa memberi komentar atau
mengembangkan respon pertama. Sanjaya 2011: 35 terdapat beberapa petunjuk teknis dalam bertanya atau
menerima jawaban yaitu sebagai berikut: a Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan, b Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir, c Atur
lalu lintas bertanya jawab, d Hindari pertanyaan ganda. Marno Idris 2014: 113 dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang
peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pelontaran yang tepat akan:
a. Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu murid terhadap sesuatu masalah
yang sedang dibicarakan. c.
Mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif dari sisiwa, sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang baik akan membantu
murid dalam menentukan jawaban yang baik. e.
Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Wahid 2010: 99 keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya melibatkan menggunakan tanya
jawab. Sanjaya 2011: 36 terdapat beberapa petunjuk teknis dalam meningkatkan
kualitas pertanyaan yaitu sebagai berikut: a.
Berikan pertanyaan secara berjenjang Pengaturan pertanyaan yang dimulai dari pertanyaan tingkat rendah ke
pertanyaan tingkat tinggi. Guru harus menghindari pertanyaan yang bolak-balik. b.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk melacak Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya melacak sangat diperlukan untuk
meningkatkan kualitas bertanya sebagai alat pembelajaran. Marno Idris 2014: 115 teradapat jenis-jenis pertanyaan menurut
maksudnya diantaranya sebagai berikut: a.
Pertanyaan permintaan Pertanyaan yang mengharapkan agar murid mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan. b.
Pertanyaan retoris Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri
oleh guru. Hal itu diucapkan karena merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid.
c. Pertanyaan mengarahkan menuntut
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya.
d. Pertanyaan menggali
Pertanyaan lanjut yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Wahid 2010: 103 terdapat jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom diantaranya sebagai berikut:
a. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari, murid, dalam hal ini murid tidak
diminta pendapatnya atau penilaiannya terhadap suatu persoalan. b.
Pertanyaan pemahaman Pertanyaan ini menuntut murid untuk menjawab pertanyaan dengan jalan
mengorganisir informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri.
c. Pertanyaan penerapan
Pertanyaan yang menuntut murid untuk memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan: pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria yang pernah
diterimanya pada suatu kasus atau kejadian sesungguhnya. d.
Pertanyaan analisis Pertanyaan yang menuntut murid untuk menemukan jawaban dengan cara: a
Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan, b Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi yang
ditampilkan, c Menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada.
e. Pertanyaan sintesa
Ciri dari pertanyaan ini adalah jawaban yang benar tidak tunggal melainkan lebih dari satu dan menghendaki murid untuk mengembangkan potensi serta daya
kreasinya. f.
Pertanyaan evaluasi Pertanyaan semacam ini menghendaki murid untuk menjawabnya dengan cara
memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issu yang ditampilkan. Marno Idris 2014: 119 terdapat jenis-jenis pertanyaan menurut luas
sempitnya sasaran diantaranya sebagai berikut: a.
Pertanyaan sempit Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup yang biasanya kunci
jawabannya telah tersedia. 1
Pertanyaan sempit informasi langsung Menuntut murid untuk mengingat atau menghafal informasi yang ada.
2 Pertanyaan sempit memusat
Menuntut murid agar mengembangkan ide atau jawabannya dengan cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu.
b. Pertanyaan luas
Ciri dari pertanyaan ini adalah jawabannya mungkin lebih dari satu, sebab pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik, sehingga masih
diharapkan yang terbuka.
1 Pertanyaan luas terbuka
Memberi kesempatan kepada murid untuk mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
c. Pertanyaan luas menilai
Pertanyaan ini meminta murid untuk mengadakan oenilaian terhadap aspek kognitif maupun sikap.
Wahid 2010: 108 terdapat komponen keterampilan bertanya diantaranya sebagai berikut:
1. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan itu jelas maksudnya, serta nampak benar kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lainnya.
2. Kecepatan dan selang waktu
Kecepatan menyampaikan pertanyaan, tergantung pada jenis pertanyaan itu sendiri. Dan berikan waktu sejenak 1-5 detik kepada murid untuk berfikir dalam
rangka menemukan jawabannya. 3.
Arah dan distribusi penunjukan Pertanyaan yang diajukan seharusnya kepada seluruh murid, sehingga seluruh
murid didorong untuk berusaha menentukan jawabannya. Dalam mengajukan pertanyaan pada murid agar diperhatikan sistem distribusinya, yaitu usahakan agar
pertanyaan itu didistribusikan secara merata seluruh kelas.
4. Teknik penguatan
Pemakaian yang tepat dari teknik penguatan ini akan menimbulkan sikap positif bagi murid serta meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. 5.
Teknik menuntun promting Promting questions dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas jawaban murid. Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban yang lebih benar.
6. Teknik menggali probing question
Probing question ialah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari murid guna mengembangkan kualitas jawaban yang
pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan. 7.
Pemusatan Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang ruang lingkupnya
luas, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan yang lebih khusus. 8.
Pindah gilir Teknik pindah gilir digunakan untuk mengundang partisipasi semua anak.
Untuk itu teknik ini dilakukan dengan cara, mengajukan pertanyaan ke seluruh kelas, kemudian memilih siswa tertentu, dan dilanjutkan ke siswa yang lain.
2.1.3.6 Guru Profesional
Rifa’i 2011: 6 guru sebagai penyandang jabatan profesional harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang
berdasarkan standar kompetensi pendidik. Oleh karena itu diperlukan waktu dan
keahlian untuk membekali para lulusannya dengan kompetensi yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi
menerapkannya secara profesional di lapangan. Musfah 2011: 10 peningkatan kemampuan profesional guru dapat
dikelompokkan menjadi dua macam pemb inaan. “Pertama, pembinaan
kemampuan pegawai melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar.
Kedua, pembinaan
komitmen pegawai
melalui pembinaan
kesejahteraannya.” Guru dapat mengembangkan kompetensinya melalui belajar dari
berbagai program pelatihan dari sekolah maupun dari luar sekolah dan dari sarana dan prasarana perpustakaan, laboratorium, internet sekolah, serta program dan
fasilitas pendidikan lainnya yang disediakan di sekolah. Rifa’i 2011: 7 terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang standar nasional dan Undang-Undang Momor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen meyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Kemudian kompetensi pendidik yang dimaksud yaitu
meliputi: a.
Kompetensi Pedagogik Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kemampuan yang berkaitan dalam performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. c.
Kompetensi Profesional Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif, dengan: peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. 2.1.3.7
Ciri Guru Profesional Menurut Rojai dan Risa Maulana 2013: 18 setidaknya ada lima hal
yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi guru profesional, diantaranya sebagai berikut:
1. Guru profesional memiliki komitmen dan tanggung jawab kepada siswa dan
proses belajarnya. 2.
Setiap mata pelajaran yang hendak disampaikan, termasuk teknik penyampaiannya harus benar-benar dikuasai oleh guru.
3. Selalu menyampaikan bahan pelajaran, guru juga memiliki tanggung jawab
untuk melakukan evaluasi terhadap siswa, baik itu perilakunya, maupun tes hasil belajarnya.
4. Semua guru harus memiliki waktu untuk melakukan refleksi dan koreksi
terhadap apapun yang sudah dilakukannya. 5.
Semua guru profesional seyogyanya merupakan bagian dalam masyarakat belajar dalam lingkup profesinya, misalnya PGRI dan organisasi atau lembaga
profesi lainnya.
2.1.4 Kurikulum KTSP
2.1.4.1 Pengertian KTSP
Trianto 2009: 67 KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan.
Sanjaya 2011: 128 Dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat 15, dijelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuan KTSP adalah :
a. Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif skolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
2.1.4.2 Karateristik KTSP
Karateristik KTSP menurut Sanjaya 2011: 121 adalah sebagai berikut: a.
Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari pertama, struktur program KTSP yang memuat
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran. b.
KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Pada KTSP struktur kurikulumnya terdapat komponen pengembangan diri, yakni
komponen kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak
pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian,
maka KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah.
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian di jabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.
2.1.4.3 Prinsip-prinsip KTSP
Prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Trianto 2009: 67 antara lain: a Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya, b Beragam dan terpadu, c Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, d Relevan dengan
kebutuhan kehidupan, e Menyeluruh dan berkesinambungan, f Belajar sepanjang hayat, g Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah
2.1.5 Pembelajaran Tematik
2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Kadir Asrohah 2014: 1 pembelajaran tematik adalah program pembelajaran yang berangkat dari satu tematopik tertentu dan kemudian
dielaborasi dari berbagai aspek atau ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah kelas 1 sampai dengan kelas 3 sekolah
dasar. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topic pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Suryosubroto 2009: 133
menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran, yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan maksud
sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.
Sementara menurut Depdiknas 2006: 5 pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Ujang Sukandi dkk dalam Trianto 2009: 82 menyatakan bahwa pengajaran terpadu atau pembelajaran tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan
mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat
dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan tiap pertemuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah proses pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu
buah tema pembelajaran yang kemudian diajarkan kepada siswa kelas rendah kelas 1, 2, dan 3 ketika proses pembelajaran berlangsung.
2.1.5.2 Prinsip Pembelajaran Tematik
Suyanto dan Asep 2013: 257 mengemukakan terdapat beberapa prinsip pembelajaran tematik diantaranya sebagai berikut:
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa.
b. Bentuk proses dan kegiatan belajar harus dirancang sedemikian rupa agar siswa
bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan konsep dan pengalaman di balik tema pembelajaran.
c. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dari segi waktu, beban materi, metode, dan penggunaan sumber belajar yang otentik, sehingga dapat
mencapai ketuntasan kompetensi secara cepat. Trianto 2009: 85 menyatakan bahwa secara umum prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran
tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian
tema tersebut hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan antara lain: 1
Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2 Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. 3
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. 4
Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak. 5
Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
b. Prinsip pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mamu menenmpatkan diri
sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat bertindak sebagai berikut:
1 Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar. 2
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3 Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan. c.
Prinsip evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu
kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik diperlukan
beberapa langkah-langkah positif antara lain: 1 memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya: 2 guru
perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d. Prinsip reaksi
Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu guru dituntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
2.1.5.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas dalam Trianto 2009: 91 pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain: 1 pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2 kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari minat dan kebutuhan siswa; 3 kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa.
Kadir Asrohah 2014: 22 pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut: a Anak didik sebagai pusat pembelajaran, b Memberikan
pengalaman langsung, c Menghilangkan batas pemisahan antar mata pelajaran, d Fleksibel luwes, e Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak didik, f Menggunakan prinsip PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
Suyanto dan Asep 2013: 254 pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Berpusat pada siswa, b Memberikan pengalaman langsung,
c Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, d Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, e Bersifat fleksibel, f Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, g
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 2.1.5.4
Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik Menurut Kunandar 2007: 313 dalam pembelajaran tematik terdapat
rambu-rambu yang harus diperhatikan. a.
Tidak semua pelajaran harus dipadukan. b.
Dimungkinkan terjadi penggabungan kopentensi dasar linats semester. c.
Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak boleh dipaksakan untuk dipadukan, melainkan disajikan secara tersendiri.
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan
dengan cara melalui tema lain atau secara tersendiri. e.
Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan penanaman nilai-nilai moral.
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan,
dan daerah setempat. Kadir Asrohah 2014: 24 terdapat rambu-rambu pembelajaran tematik
yaitu sebagai berikut: a.
Pembelajaran tematik berdasar pada satu tema tertentu. b.
Sehubungan dengan pembelajaran tematik berangkat dari satu tema dengan pandangan dari berbagai perspektif, maka dimungkinkan terjadi penggabungan
kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam silabus baik dari segi konten, atau segi waktu.
c. Pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran tertentu dalam suatu
pembelajaran tematik tidak harus dicapai semuanya. d.
Pembelajaran tematik yang biasanya dilaksanakan pada kelas awal, titik tolaknya adalah pencapaian kompetensi membaca, menulis, dan berhitung serta
penanaman nilai-nilai moral. e.
Sesuai dengan prinsip pembelajaran tematik yang menekankan pada pengalaman,
maka setiap
pelaksanaan pembelajaran
tematik selalu
mempergunakan sumber belajar yang konkret. 2.1.5.5
Keunggulan Pembelajaran Tematik Suyanto dan Asep 2013: 268 kelebihan pembelajaran tematik
diantaranya sebagai berikut: a.
Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema tertentu b.
Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam satu tema yang sama
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam, terintegrasi, dan
berkesan d.
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas dan lebih bermakna
Kadir Asrohah 2014: 26 terdapat beberapa keunggulan pembelajaran tematik yaitu sebagi berikut:
a. Dapat mengurangi overlapping antara berbagai mata pelajaran, karena mata
pelajaran disajikan dalam satu unit. b.
Menghemat pelaksanaan pembelajaran terutama dari segi waktu, karena pembelajaran tematik dilaksanakan secara terpadu antara beberapa mata pelajaran.
c. Anak didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab
isimateri pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir. d.
Pembelajaran menjadi holistik dan menyeluruh akumulasi pengetahuan dan pengaman anak didik tidak tersegmentasi pada disiplin ilmu atau mata pelajaran
tertentu, sehingga anak didik akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang saling berkaitan antara satu sama lain.
e. Keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan lainnya akan menguatkan
konsep yang telah dikuasai anak didik, karena didukung dengan pandangan dari berbagai perspektif.
Kunandar 2007: 315 model pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni: a Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
peserta didik, b Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, c Hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna, d Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan
yang dihadapi, e Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
2.1.5.6 Kelemahan Pembelajaran Tematik
Kadir Asrohah 2014: 26-27 terdapat beberapa kelemahan pembelajaran tematik yaitu diantaranya:
a. Pembelajaran menjadi lebih kompleks dan menuntut guru untuk guru untuk
mempersiapkan diri sedemikian rupa supaya ia dapat melaksanakannya dengan baik.
b. Persiapan yang harus dilakukan oleh guru pun lebih lama. Guru harus
merancang pembelajaran tematik dengan memerhatikan keterkaitan antara berbagai pokok materi tersebar di beberapa mata pelajaran.
c. Menuntut penyediaan alat, bahan, sarana, dan prasarana untuk berbagai mata
pelajaran yang dipadukan secara serentak. Suyanto dan Asep 2013: 268 pembelajaran tematik terdapat beberapa
kelemahan diantaranya sebagai berikut: a.
Bahan ajar yang banyak tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema
b. Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang
sesuai dengan kondisi lingkungan di tempat siswa belajar c.
Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga guru mengalami kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di
kelas awal d.
Jadwal yang menggunakan mata pelajaran menyulitkan guru dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes
2.1.5.7 Implikasi Pembelajaran Tematik
Kadir Asrohah 2014: 27 terdapat beberapa implikasi dari pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan kecekatan guru pengampu kelas untuk melakukan perencanaan pembelajaran tematik. Dalam pembelajaran tematik ini
beban guru menjadi lebih berat dan lebih banyak dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran non tematik.
b. Implikasi bagi siswa
Anak didik harus mampu bekerja secara individual, berpasangan atau berkelompok sesuai dengan tuntutan skenario pembelajaran.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
Konsekuensi pembelajaran tematik adalah semua alat yang diperlukan untuk semua mata pelajaran itu harus tersedia, minimal untuk masing-masing alat untuk
satu mata pelajaran dapat dipergunakan secara bersama. 2.1.5.8
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Suryosubroto 2009: 137 menyatakan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan yang diuraikan sebagai berikut: 1.
Perencanaan Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran
tematik, yaitu: 1 pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran; 2 pilihlah tema yang dapat mempersatukan
kompetensi-kompetensi untuk setiap kelas dan semester; 3 buatlah matriks
hubungan kompetensi dasar dengan yang lama; 4 buatlah pemetaan pembelajaran tematik; 5 susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks atau jaringan topik pembelajaran topik. 2.
Penerapan pembelajaran tematik. Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
3. Evaluasi pembelajaran tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat, dan semangat siswa
dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil tidak diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi.
2.1.6 Siswa
2.1.6.1 Karakteristik Siswa
Uno 2012: 262 menyatakan beberapa karakteristik anak sekolah dasar yaitu antara lain:
a. Perbedaan Individual Anak Usia SD
Seorang guru dapat mengetahui perbedaan individual dengan mengamati ciri fisik, seperti tinggi atau bentuk badan. Ciri lain yang adalah dari tingkah laku
masing-masing siswa. b.
Perbedaan pada Perkembangan Intelektual Seorang anak umumnya memasuki jenjang pendidikan SD pada usia 6 tahun,
dimana diperkirakan sudah siap menerima pelajaran dan dapat mengalami kemajuan belajar secara teratur dalam tugas sekolah. Walaupun demikian ada
siswa yang pada usia tersebut belum mampu mengikuti pelajaran yang diberikan
secara teratur dan kadang-kadang ketidakmampuan siswa yang keluar dalam bentuk tidak bisa mengerjakan tugas sekolah dianggap guru sebagai suatu
kemalasan. Semestinya hal tersebut dipandang sebagai suatu perbedaan dalam kemampuan intelektualnya.
c. Perbedaan pada Perkembangan Moral
Perbedaan yang dapat terjadi pada aspek perkembangan moral pada individu tergantung dari lingkungan bukan bawaan lahir. Lingkungan keluarga, teman
sebaya dan sekolah dan guru membuat perbedaan pada perkembangan moral anak. d.
Perbedaan Kemampuan Setiap anak SD mempunyai kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, atau
kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh oleh faktor intelektual dan lingkungan, selain faktor fisik juga
organ berbicara seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakeristik anak sekolah
dasar dipengaruhi oleh keadaan fisik dan tingkah laku, kemampuan intelektual, dan lingkungan yang ada disekitarnya. Pada umumnya karakteristik anak sekolah
dasar kelas rendah yaitu suka meremehkan segala sesuatu sedangkan karakteristik anak sekolah dasar kelas tinggi yaitu memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, dan
realistis serta timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. 2.1.6.2
Respon Siswa dalam Pembelajaran Tematik Terwujudnya respon siswa dalam pembelajaran tematik berbasis KTSP
menurut Panduan KTSP 2007 dalam Kadir dan Asrohah 2014: 7 diantaranya: a.
Siswa mampu memusatkan perhatian pada saat pembelajaran
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran c.
Siswa mampu memahami materi mata pelajaran secara lebih mendalam dan berkesan
d. Siswa mampu mengetahui hubungan antara pengalaman dan pengetahuan yang
sudah dimiliki dengan apa yang akan dipelajari e.
Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar f.
Siswa menjadi lebih bergairah dalam belajar 2.1.6.3
Perbedaan Individual Anak Didik Djamarah 2010: 55 persoalan perbedaan individual anak didik perlu
mendapat perhatian guru, sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara kondusif. Perbedaan individual pada anak dibedakan menjadi tiga
diantaranya: a.
Perbedaan biologis Di dunia ini tidak ada seorang pun yang memiliki jasmani yang persis sama,
meskipun dalam satu keturunan. b.
Perbedaan intelektual Intelektual merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan
dalam dunia pendidikan keaktualan ini dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
c. Perbedaan psikologis
Di sekolah perbedaan aspek psikologis ini tak dapat dihindari, disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan antara yang satu dengan
yang lainnya.
2.2 Kajian Empiris
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang studi kasus dalam penguasaan keterampilan bertanya guru. Adapun hasil penelitian tersebut antara
lain sebagai berikut : Penelitian pertama adalah penelitian dari Martianty Nalole. 2010.
Kemampuan Guru Menerapkan Ketrampilan Bertanya Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas IV SDN No. 64 Kota Timur Kota Gorontalo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN No. 64 Kecamatan
Kota Timur Kota Gorontalo sudah dilaksanakan akan tetapi masih ada komponen- komponen yang belum dilaksanakan antara lain penyebaran, pemberian tuntunan
dan penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik. Untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar disarankan agar guru seharusnya dapat
memahami komponen-komponen yang ada dalam keterampilan bertanya, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jurnal Universitas
Gorontalo Penelitian kedua adalah penelitian dari Ramdhani Taufik. 2013.
Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pelajaran Sosiologi Di Kelas IX SMA Islamiyah Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya pada pelajaran sosiologi di kelas XI SMA Islamiyah Pontianak sebagian besar sudah
dilaksanakan oleh guru pelajaran sosiologi, akan tetapi ada sebagian komponen keterampilan bertanya dasar yang tidak dilaksanakan yaitu pemusatan dan
pemberian tuntutan. Serta kemampuan guru menerapkan keterampilan bertanya lanjutan sudah terlaksana, namun masih ada beberapa komponen yang masih
belum terlaksana dengan baik. Adapun komponen yang perlu dilatih dan diperdalam lagi oleh guru adalah klasifikasi pertanyaan, meminta siswa
memberikan jawaban yang lebih relevan dan meminta jawaban yang lebih kompleks. Jurnal Universitas Tanjung Pura Pontianak
Penelitian ketiga adalah penelitian dari Hilda Husni Hidayanti. 2013. Penggunaan Keterampilan Bertanya Dasar Dalam Pembelajaran IPS Di
SD.Penelitian Deskriptif di kelas IV SDN Sirnagalih Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini yaitu penggunaan keterampilan
bertanya dasar dalam pembelajaran IPS berpedoman pada tujuan pembelajaran, tujuan, prosedur, dan prinsip penggunaan keterampilan bertanya dasar.
Ketercapaian komponen tujuan, prosedur dan prinsip penggunaan keterampilan bertanya dasar mempunyai kecenderungan baik karena melebihi dari setengah
komponen ketercapaian keterampilan tersebut. Hambatan dalam penggunaan keterampilan bertanya dasar adalah belum terpenuhinya semua tujuan, prosedur,
dan prinsip penggunaan keterampilan bertanya dasar yang meliputi , belum semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, belum tercapainya pemindahan dan
penyebaran giliran menjawab, terkadang guru mengajukan pertanyaan ganda, dan
menjawab pertanyaan yang di ajukan sendiri. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia
2.3 Kerangka Berpikir