b. Bagi Guru
Memberi  masukan  kepada  guru  Sekolah  Dasar  dalam  penguasaan kemampuan  guru  melaksanakan  keterampilan  bertanya  dalam  kegiatan  proses
pembelajaran,  sehingga  guru  dapat  mengembangkan  keterampilan  bertanya sesuai  dengan  situasi  dan  kondisi  yang  ada  di  kelas  untuk  memperbaiki  proses
pembelajaran  yang  dilakukan  sehingga  meningkatkan  profesionalitas  seorang guru.
c. Bagi Siswa
Penelitian  ini  dapat  bermanfaat  bagi  siswa  untuk  mengetahui  respon  siswa terhadap  kemampuan  guru  melaksanakan  keterampilan  bertanya  dalam  proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat meningkatkan keaktifan dan partisipasi dalam proses pembelajaran.
d. Bagi Lembaga
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan masukan bagi sekolah untuk  melaksanakan  pembelajaran  yang  lebih  inovatif  dan  berkualitas  dengan
memaksimalkan  keterampilan-keterampilan  dasar  mengajar  guru  dalam  kegiatan proses pembelajaran.
e. Bagi Peneliti Lain
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  inspirasi  dan  referensi untuk  penelitian  pendidikan  yang  sejenis  dan  memberikan  sumbangan  penelitian
dalam dunia pendidikan.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Sanjaya 2011: 110 belajar adalah proses yang terus-menerus yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Menurut Slavin dalam Rifai 2011: 82 belajar adalah perubahan individu yang disebabkan oleh pengetahuan.
Menurut  Moh.  Surya  dalam  Uno  2012:  138  belajar  dapat  diartikan sebagai  proses  yang  dilakukan  oleh  individu  untuk  memperoleh  perubahan
perilaku  baru  secara  keseluruhan,  sebagai  hasil  dari  pengalaman  individu  itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan  uraian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar  adalah suatu  proses    perubahan  perilaku  yang  dialami  oleh  seorang  individu    dengan
adanya pengalaman yang dialami untuk memperoleh sebuah pengetahuan. 2.1.1.2
Teori- Teori Belajar Rifa’i  2011:  105  terdapat  beberapa  teori  belajar  diantaranya  yaitu
sebagai berikut: a.
Teori belajar Piaget Teori  perkembangan  intelektual  dari  Jean  Piaget  menyatakan  bahwa
kemampuan  intelektual  anak  berkembang  secara  bertingkat  atau  bertahap,  yaitu a  sensori  motor  0-  2  tahun,  b  pra-operasional  2-  7  tahun,  c  ooperasional
konkret  7-  11  tahun,  d  ope rasional  ≥  11  tahun.  Teori  belajar  Piaget  juga
menyatakan  bahwa  setiap  makhluk  hidup  mempunyai  kemampuan  untuk menyesuaikan  diri  dengan  situasi  sekitar  atau  lingkungan.  Keadaan  ini  memberi
petunjuk  bahwa  orang  selalu  belajar  untuk  mencari  tahu  dan  memproleh pengetahuan,  dan  setiap  orang  berusaha  untuk  membangun  sendiri  pengetahuan
yang diperolehnya. Dalam  penelitian  ini  siswa  SD  termasuk  ke  dalam  tahap  operasional  konkret
karena  usia  siswa  SD  antar  7-  11  tahun.  Dan  pada  tahap  ini  siswa  SD membutuhkan media yang mendukung dalam proses pembelajaran.
b. Teori Belajar Stimulus- Respon Teori S-R
Dalam  teori  belajar  behavioristik  menjelaskan  belajar  adalah  perubahan perilaku  yang  diamati,  diukur  dan  dinilai  secara  konkret.  Perubahan  terjadi
melalui  rangsangan  stimulus  yang  menimbulkan  hubungan  perilaku  relatif respons  berdasarkan  hukum-hukum  mekanistik.  Stimulus  tidak  lain  adalah
lingkungan  belajar  anak  baik  yang  internal  maupun  eksternal  yang  menjadi penyebab  belajar.  Sedangkan  respon  adalah  akibat  atau  dampak  berupa  reaksi
fisik  terhadap  stimulus.  Belajar  berarti  penguatan  ikatan,  asosiasi,  sifat, kecenderungan  perilaku  S
–  R  Stimulus  –  Respon.  Melihat  faktor-faktor lingkungan stimulus dan hasil tingkah laku yang ada hubungannya antara respon,
tingkah laku dan pengaruh lingkungan. Dengan memberikan stimulus maka siswa akan  merespon.  Hubungan  antara  stimulus  dan  respon  ini  akan  menimbulkan
kebiasaan-kebiasaan  otomatis  pada  belajar.  Jadi  pada  dasaranya  kelakuan  anak
adalah  terdiri  atas  respon-respon  tersebut  dengan  latihan-latihan  maka  hubungan tersebut semakin kuat.
c. Teori Belajar Konstruktivisme
Pandangan tentang belajar menurut  teori konstruktivisme adalah peserta  didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya
sendiri.  Teori  ini  memandang  peserta  didik  sebagai  individu  yang  selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada
dan  merevisi  prinsip-prinsip  tersebut  apabila  sudah  dianggap  tidak  dapat digunakan  lagi.  Hal  ini  memberikan  impikasi  bahwa  pesrta  didik  harus  terlibat
aktif dalam kegiatan pembelajaran. d.
Teori belajar John Dewey Menurut  Sugihartono  dkk  2007:  108    John  Dewey  mengemukakan  bahwa
belajar  tergantung  pada  pengalaman  dan  minat  siswa  sendiri  dan  topik  dalam kurikulum  seharusnya  saling  terintegrasi  bukan  terpisah  atau  tidak  mempunyai
kaitan  satu  sama  lain.  Apabila  belajar  siswa  tergantung  pada  pengalaman  dan minat  siswa  maka  suasana  belajar  siswa  akan  menjadi  lebih  menyenangkan  dan
hal  ini  akan  mendorong  siswa  untuk  berfikir  proaktif  dan  mampu  mencari pemecahan  masalah,  di  samping  itu  kurikulum  yang  diajarkan  harus  saling
terintegrasi  agar  pembelajaran  dapat  berjalan  dengan  baik  dan  memiliki  hasil maksimal.  diakses  pada
http:justwearenoegayya.blogspot.com201205teori- pembelajaran-john-dewey.html
pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 18.56 WIB
2.1.1.3 Jenis Belajar Menurut Bloom
Menurut  Siregar  2014:  8  Benyamin  S  Bloom  adalah  ahli  pendidikan yang  terkenal  sebagai  pencetus  konsep  taksonomi  belajar.  Taksonomi  belajar
adalah  pengelompokan  tujuan  belajar  berdasarkan  domain  atau  kawasan  belajar. Menurut Bloom ada tiga domain belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Cognitive Domain kawasan kognitif
Perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil keja otak. Beberapa kemampuan kognitif tersebut, antara lain sebagai berikut:
a. Pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari.
b. Pemahaman, memahami makna materi.
c. Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau teoritis yang prinsip.
d. Analisa, sebuah proses analisa teoritis dengan menggunakan kemampuan akal.
e. Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan konsep baru.
f. Evaluasi,  kemampuan  melakukan  evaluatif  atas  penguasaan  materi
pengetahuan. Dalam  Revised  taxonomy,  Anderson  dan  Krathwohl    melakukan  revisi  pada
kawasan  kognitif.  Menurutnya,  terdapat  dua  kategori,  yaitu  dimensi  proses kognitif  dan  dimensi  pengetahuan.  Pada  dimensi  proses  kognitif,  ada  enam
jenjang tujuan belajar, yaitu sebagai berikut: a.
Mengingat:  meningkatkan  ingatan  atas  materi  yang  disajikan  dalam  bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
b. Mengerti:  mampu  membangun  arti  dari  pesan  pembelajaran,  termasuk
komunikasi lisan, tulisan maupun grafis.
c. Memakai:  menggunakan  prosedur  untuk  mengerjakan  latihan  maupun
memecahkan masalah. d.
Menganalisis:  memecah  bahan-bahan  ke  dalam  unsur-unsur  pokoknya  dan menentukan  bagaimana  bagian-bagian  saling  berhubungan  satu  sama  lain  dan
kepada keseluruhan struktur. e.
Menilai: membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. f.
Mencipta: membuat suatu produk yang baru dengan mengatur kembali unsur- unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola atau struktur yang belum pernah
ada sebelumnya. 2.
Afective Domain kawasan afektif Perilaku  yang  dimunculkan  seseorang  sebagai  pertanda  kecenderungannya
untuk  membuat  pilihan  atau  keputusan  untuk  beraksi  di  dalam  lingkungan tertentu.
Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu sebagai berikut: a.
Penerimaan  receiving:  meliputi  kesadaran  akan  adanya  suatu  sistem  nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian  respons  responding:  meliputi  sikap  ingin  merespons  terhadap
sistem, puas dalam memberi respons. c.
Pemberian  nilai  atau  penghargaan  valuing:  penilaian  meliputi  penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu. d.
Pengorganisasian  organization:  meliputi  memilah  dan  menghimpun  sistem nilai yang akan digunakan.
e. Karakterisasi  characterization:  karakteristik  meliputi  perilaku  secara  terus
menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya. 3.
Psychomotor Domain kawasan psikomotor Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Domain ini
berbentuk  gerakan  tubuh,  antara  lain  seperti  berlari,  melompat,  melempar, berputar, memukul, menendang. Terdapat lima jenjang diantaranya adalah sebagai
berikut: a.
Meniru: kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons. b.
Menerapkan:  kemampuan  mengikuti  pengarahan,  gerakan  pilihan  dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
c. Memantapkan: kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau respons
dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal. d.
Merangkai: koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat. e.
Naturalisasi: gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal.
2.1.1.4 Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut  para  pakar  psikologi  belajar,  seperti  B.  F.  Skinner  dan  kawan- kawannya  dalam  Harjanto  2008:  255,  hasil  penelitian  membuktikan  bahwa
prinsip-prinsip belajar pada umumnya dibedakan menjadi 10 prinsip yaitu sebagai berikut: a Persiapan belajar, b Motivasi, c Perbedaan individual, d Kondisi
pengajaran,  e  Partisipasi  aktif,  f  Cara  pencapaian  yang  berhasil,  g  Latihan, h  Hasil  yang  sudah  diperoleh,  i  Kadar  bahan  yang  diberikan,  j  Sikap
pengajar.
Prinsip  belajar  sepanjang  hayat  sejalan  dengan  empat  pilar  pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO dalam Sanjaya 2011: 110 yaitu:
a. Learning to know
Belajar  itu  pada  dasarnya  tidak  hanya  berorientasi  kepada  produk  atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
b. Learning to do
Belajar  itu  bukan  hanya  sekedar  mendengar  dan  melihat  dengan  tujuan akumulasi  pengetahuan,  tetapi  belajar  untuk  berbuat  dengan  tujuan  akhir
penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. c.
Learning to be Belajar adalah membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan
kata  lain,  belajar  untuk  mengaktualisasikan  dirinya  sendiri  sebagai  individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
d. Learning to live together
Belajar  untuk  bekerja  sama.  Hal  ini  sangat  diperlukan  sesuai  dengan tuntutan  kebutuhan  dalam  masyarakat  global  dimana  manusia  baik  secara
individual  maupun  secara  kelompok  tak  mungkin  bisa  hidup  sendiri  atau mengasingkan diri dari kelompoknya.
Sedangkan  prinsip  belajar  menurut  Uno  2012:  34  dalam  pelaksanaan pembelajaran hendaknya diperhatikan beberapa prinsip  pembelajaran dan  prinsip
belajar sehingga pada waktu proses pembelajaran berlangsung peserta didik dapat melakukan  kegiatan  belajar  secara  optimal.  Ada  beberapa  prinsip  belajar  yang
menunjang  tumbuh  kembangnya  belajar  siswa  aktif,  yaitu:  a  Stimulus  belajar  ,
b  Perhatian  dan  motivasi,  c  Respons  yang  dipelajari,  d  Penguatan,  e Pemakaian  dan  pemindahan.  Stimulus  belajar  hendaknya  dapat  benar-benar
mengomunikasikan  informasi  atau  pesan  yang  hendak  disampaikan  oleh  guru kepada  siswa.  Sedangkan  respon  siswa  terhadap  stimulus  guru  dapat  berupa
peratian, proses internal terhadap informasi ataupun tindakan nyata dalam bentuk partisipasi dan minat siswa saat mengikuti kegiatan be;ajar.
Menurut  William  Burton  dalam  Hamalik  2007:  31  menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
b. Proses  itu  melalui  bermacam-macam  ragam  pengalaman  dan  mata  pelajaran-
mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. c.
Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d.
Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri  yang mendorong motivasi yang kontinu.
Sedangkan menurut Gagne dalam Rifai 2011: 95- 96 terdapat tiga prinsip belajar yaitu sebagai berikut:
a. Informasi  verbal.  Informasi  ini  dapat  diperoleh  melalui  tiga  cara  yaitu
dikomunikasikan kepada pembelajar, dipelajari oleh pembelajar sebelum memulai belajar baru, dilacak dan disimpan di dalam memori selama berbulan-bulan.
b. Kemahiran  intelektual.  Pembelajar  harus  memiliki  berbagai  cara  dalam
melakukan  sesuatu,  terutama  yang  berkaitan  dengan  simbol-simbol  bahasa  dan lainnya.
c. Strategi.  Setiap  aktivitas  belajar  memerlukan  pengaktifan  strategi  belajar  dan
mengingat. 2.1.1.5
Belajar dan Mengajar yang Efektif 2.1.1.5.1
Belajar yang Efektif Slameto  2010:  73  terdapat  beberapa  cara  belajar  yang  efektif
diantaranya yakni sebagai berikut: a.
Perlunya Bimbingan Hasil  belajar  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor.  Kecakapan  dan  ketangkasan
belajar berbeda secara individual. b.
Kondisi dan Strategi Belajar Untuk  meningkatkan  cara  belajar  yang  efektif  perlu  memperhatikan  beberapa
hal berikut ini: 1
Kondisi  internal,  yaitu  kondisi  yang  ada  di  dalam  diri  siswa  itu  sendiri misalnya kesehatannya, keamanan, dan sebagainya.
2 Kondisi eksternal, yaitu kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia misalnya
keadaan  lingkungan  fisik  yang  digunakan  untuk  belajar  harus  bersih,  ruangan cukup terang, dan sarana yang diperlukan untuk belajar itu memadai.
3 Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Belajar
yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. c.
Metode Belajar Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan.  Beberapa  kebiasaan  belajar  yang  memengaruhi  belajar  antara  lain:
a  Pembuatan  jadwal  dan  pelaksanaannya,  b  Membaca  dan  membuat  catatan, c Mengulangi bahan pelajaran, d Konsentrasi, e Mengerjakan tugas.
2.1.1.5.2 Mengajar yang Efektif
Menurut Gazali dalam  Daryanto  2013:  160 mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara yang paling singkat
dan  tepat.  Dalam  belajar,  peserta  didik  mengehendaki  hasil  belajar  yang  efektif bagi dirinya. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengajar yang efektif.
Slameto  2010:  92  mengajar  yang  efektif  ialah  mengajar  yang  dapat membawa  belajar  siswa  yang  efektif  pula,  untuk  melaksanakan  mengajar  yang
efektif  diperlukan  syarat-syarat  sebagai  berikut:  a  Belajar  secara  aktif,  baik mental maupun fisik, b Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu
mengajar, c Motivasi sangat berperan pada perkembangan peserta didik selama proses  belajar,  d  Kurikulum  yang  baik  dan  seimbang,  e  Guru  perlu
mempertimbangkan perbedaan individual. Guru  harus  menyusun  perencanaan  pengajaran  remedial  dan
dilaksanakan  bagi  peserta  didik  yang  memerlukan.  Menurut  Yusuf  Hadi  Miarso memandang  pembelajaran  yang  efektif  adalah  pembelajaran  yang  dapat
menghasilkan  belajar  yang  bermanfaat  dan  terfokus  pada  siswa  melalui penggunaan  prosedur  yang  tepat  dalam  Uno,  2012:  173  mengidentifikasi  tujuh
indikator  yang  dapat  menunjukkan  pembelajaran  yang  efektif  yaitu  diantaranya: a  Pengorganisasian  materi  yang  baik,  b  Komunikasi  yang  efektif,  c
Penguasaan  dan  antusiasme  terhadap  materi  pelajaran,  d  Sikap  positif  terhadap
siswa,  e  Pemberian  nilai  yang  adil,  f  Keluwesan  dalam  pendekatan pembelajaran.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran
Rombepajung dalam
Thobroni 2011:18
berpendapat bahwa
pembelajaran  adalah  pemerolehan  suatu  mata  pelajaran  atau  pemerolehan  suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran.
Suyanto dan Asep 2013: 251 pembelajaran merupakan proses interaksi siswa  dengan  lingkungannya  sehingga  terjadi  perubahan  perilaku  ke  arah  yang
lebih baik. Sedangkan  menurut  Suprijanto  2012:  13  menyatakan  bahwa
pembelajaran adalah dialog interaktif dan pembelajaran merupakan proses organik dan  konstruktif.  Pada  pembelajaran  guru  mengajar  diartikan  sebagai  upaya  guru
mengorganisir  lingkungan  terjadinya  pembelajaran.  Dalam  UU  No.  20  Tahun 2003  tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  dijelaskan  mengenai  pengertian
pembelajaran yaitu proses interaksi antara siswa dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sementara  itu  menurut  Gagne  dan  Briggs  dalam  Djamarah  2010:  325 menyatakan  bahwa  pembelajaran  adalah  suatu  sistem  yang  bertujuan  untuk
membantu  proses  belajar  anak  didik,  yang  berisi  serangkaian  peristiwa  yang dirancang,  disusun  sedemikian  rupa  untuk  mempengaruhi  dan  mendukung
terjadinya proses belajar anak didik yang bersifat internal.
Berdasarkan  uraian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran adalah sebuah proses  yang dialami oleh peserta  didik  yang di  dalamnya  terdapat
serangkaian  kegiatan  yang  berguna  untuk  menambah  ilmu  pengetahuan  peserta didik.
2.1.2.2 Pengertian Mengajar
Sanjaya  2011:  96  secara  deskriptif  mengajar  diartikan  sebagai  proses penyampaian  informasi  atau  pengetahuan  dari  guru  kepada  siswa.  Proses
penyampaian  itu  sering  juga  dianggap  sebagai  proses  mentransfer  ilmu.  Sebagai proses  menyampaikan  atau  menanamkan  ilmu  pengetahuan,  maka  mengajar
mempunyai  beberapa  karakteristik  sebagi  berikut:  a  proses  pengajaran berorientasi  pada  guru;  b  siswa  sebagai  objek  belajar;  c  kegiatan  pengajaran
terjadi  pada  tempat  dan  waktu  tertentu;  d  tujuan  utama  pengajaran  adalah penguasaan materi pelajaran.
Mengajar juga
dapat diartikan
sebagai suatu
proses dalam
mengorganisasikan  lingkungan  yang  ada  disekitar  siswa  sehingga  dapat mendorong  siswa  untuk  melakukan  proses  belajar.  Menurut  Alvin  W.  Howard
dalam  Daryanto,  2013:  162  mengajar  adalah  suatu  aktivitas  untuk  mencoba menolong,  membimbing  seseorang  untuk  mendapatkan,  mengubah  atau
mengembangkan  skill,  attitude  ideal  cita-cita,  apprectons  penghargaan  dan knowledge.
Khoiru  dan  Amri  2014:  90  menyatakan  bahwa  pembelajaran  adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan
anak dengan guru. Mursell dalam Slameto, 2010: 33 menggambarkan mengajar
sebagai  mengorganisasikan  belajar  sehingga  dengan  mengorganisasikan  itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.
Sementara  definisi  mengajar  menurut  DeQueliy  dan  Gazali  adalah menanamkan  pengetahuan  pada  seseorang  dengan  cara  paling  singkat  dan  tepat
dalam Slameto, 2010: 30. Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  mengajar  adalah
proses  yang  dilakukan  oleh  guru  dalam  memberikan  sebuah  materi  pelajaran kepada peserta didik dalam waktu tertentu.
2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Uno  2012:  191  beberapa  prinsip  belajar  pada  pembelajaran  efektif adalah sebagai berikut: a Perhatian, b Motivasi, c Keaktifan, d Keterlibatan
Langsung,  e  Pengulangan,  f  Tantangan,  g  Penguatan,  h  Perbedaan Individual.
2.1.2.4 Tujuan Pembelajaran
Yamin 2011: 133 tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa.
Tujuan  pembelajaran  disebut  juga  dengan  tujuan  instruksional.  Tujuan instruksional  menurut  Sardiman  2014:  68  dibagi  menjadi  dua  yaitu  tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus merupakan  hasil  belajar  siswa  setelah  selesai  belajar  dan  dirumuskan  dengan
suatu  pernyataan  yang  bersifat  umum.  Sedangkan  tujuan  unstruksional  umum merupakan  tujuan  instruksional  yang  bersifat  khusus  sebagai  penjabaran  dari
tujuan umum instruksional.
2.1.2.5 Evaluasi Pembelajaran
2.1.2.5.1 Definisi Evaluasi Pembelajaran
Hamalik  2007:  61  sekolah  tradisional  mengukur  hasil  belajar  siswa dengan  menggunakan  pertanyaan-pertanyaan  lisan  atau  tes  dalam  bentuk  esai
untuk  memeriksa  sampai  dimana  penguasaan  pengetahuan  yang  telah diterimanya.
Sekolah  modern  di  samping  menggunakan  berbagai  bentuk  tes  yang objektif,  tetapi  juga  menilai  keseluruhan  aspek  perkembangan  pribadi  siswa.
Penilaian  bukan  menjadi  tanggung  jawab  satu  orang  guru  melainkan  menjadi tanggung  jawab  bersama.  Selain  itu,  siswa  sendiri  diberi  kesempatan  menilai
kemajuan  belajarnya  sendiri,  diadakan  penelitian  secara  saksama  tentang  minat, kebutuhan  abilitas,  dan  kesiapan  belajar  siswa.  Sistem  pemberian  angka
diperbaiki,  tujuan,  metode,  dan  bahan  pelajaran  juga  dinilai  sejauh  mana  hal-hal itu bermakna bagi pelajaran siswa.
Djamarah  2010:  246  evaluasi  adalah  suatu  tindakan  berdasarkan pertimbangan-pertimbangan  yang  arif  dan  bijaksana  untuk  menentukan  nilai
sesuatu, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Ada  tiga  istilah  penting  dalam  evaluasi,  yaitu  tes  pengukuran,  dan
penilaian  Poerwanti,  2008:  1.  Tes  adalah  seperangkat  tugas  yang  harus dikerjakan  atau    sejumlah  pertanyaanyang  harus  dijawab  oleh  siswa  untuk
mengukur  tingkat  pemahaman  danpenguasaannya  terhadap  cakupan  materi  yang dipersyaratkan dan sesuai dengantujuan pengajaran tertentu.
Pengukuran  dapat  diartikan  sebagai  kegiatan  atau  upaya  yangdilakukan untuk  memberikan  angka-angka  pada  suatu  gejala  atau  peristiwa,  ataubenda,
sehingga  hasil  pengukuran  akan  selalu  berupa  angka.Angka  yang  diperoleh  dari hasil    pengukuran  proses  dan  hasil  pembelajaran  tersebut  bersifat  kuantitatif  dan
belum  dapat  memberikan  makna  apa-apa,  karena  belum  menyatakan  tingkat kualitas dari apa yang diukur.
Penilaian  adalah  proses  pemberian  makna  atau  penetapan  kualitas  hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan
kriteria tertentu. Berdasarkan  uraian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  evaluasi
pembelajaran  adalah  tindakan  yang  dilakukan  oleh  guru  ketika  mengakhiri pembelajaran  yang  dapat  menggunakan  teknik  tes  maupun  non  tes  dan
menghasilkan sebuah nilai yang berupa angka. 2.1.2.5.2
Tujuan Evaluasi Djamarah  2010:  247  menyatakan  bahwa  tujuan  evaluasi  adalah  untuk
memperbaiki  cara  belajar  mengajar,  mengadakan  perbaikan  dan  pengayaan  bagi anak  didik,  serta  menempatkan  anak  didik  pada  situasi  belajar  mengajar  yang
lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Sementara  Khoiru    Amri  2014:  255  mengemukakan  bahwa  tujuan
evaluasi  ada  yang  bersifat  umum  dan  ada  yang  bersifat  khusus.  Secara  umum tujuan  evaluasi  dalam  pembelajaran  dapat  diartikan  sebagai  suatu  usaha  untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran baik  yang menyangkut tujuan,  materi,  metode,  media,  sumber  belajar,  lingkungan  maupun  sistem
penilaian  itu  sendiri.  Sedangkan  tujuan  khusunya  adalah  penyesuaian  evaluasi pembelajaran  dengan  jenis  evaluasi  pembelajaran  itu  sendir,  seperti  evaluasi
perencanaan dan evaluasi pengembangan. 2.1.2.5.3
Jenis Evaluasi Ada lima jenis evaluasi menurut Poerwanti 2008: 1.32 yang meliputi:
1. Evaluasi Formatif
Penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu.
2. Evaluasi Sumatif
Penilaian yang dilaksanakan pada akhir satuan program tertentu semester atau tahun ajaran, tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama
satu program. 3.
Evaluasi Diagnostik Penilaian  yang  dilakukan  untuk  melihat  kelemahan  siswa  dan  faktor-faktor
yang diduga menjadi penyebab, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remedial.
4. Evaluasi Penempatan
Penilaian  yang  dilakukan  untuk  menempatkan  siswa  sesuai  dengan  bakat, minat, dan kemampuannya.
5. Evaluasi Seleksi
Penilaian  yang  ditujukan  untuk  menyaring  atau  memilih  orang  yang  paling tepat  pada  kedudukan  atau  posisi  tertentu.  Evaluasi  ini  dilakukan  kapan  saja
diperlukan.
2.1.2.5.4 Prinsip Evaluasi
Poerwanti  2008:  1.17  terdapat  enam  prinsip  dasar  evaluasi  hasil belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Validitas
Menilai apa  yang seharusnya dinilai dan alat penilaian  yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk
mengukur kompetensi. 2.
Prinsip Reliabilitas Berkaitan  dengan  konsistensi  dalam  hasil  penilaian.  Penilaian  yang  ajeg
memungkinkan  perbandingan  yang  reliable  menjamin  konsistensi  dan keterpercayaan.
3. Terfokus Pada Kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi, bukan pada penguasaan materi.
4. Prinsip Komprehensif
Penilaian  yang  dilakukan  harus  menyeluruh  mencakup  seluruh  domain  yang tertuang  pada  setiap  kompetensi  dasar  dengan  menggunakan  beragam  cara  dan
alat untuk menilai beragam kompetensi. 5.
Prinsip Objektivitas Proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan subjektif dari penilai.
6. Prinsip Mendidik
Penilaian  dilakukan  bukan  untuk  mendiskriminasi  siswa  atau  menghukum siswa tetapi untuk mendiferensiasi siswa sejauh mana siswa mengalami kemajuan
dalam pencapaian kompetensi.
2.1.3 Guru
2.1.3.1 Profil Guru Ideal
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi seorang  guru  harus  memenuhi  persyaratan  yang  berat.  Menurut  Hamalik  2007:
118 beberapa syarat menjadi guru adalah: a Harus memiliki bakat sebagai guru, b Harus memiliki keahlian sebagai guru, c Memiliki kepribadian yang baik dan
terintegrasi,  d  Memiliki  mental  yang  sehat,  e  Berbadan  sehat,  f  Memiliki pengalaman  dan  pengetahuan  yang  luas,  g  Guru  adalah  manusia  berjiwa
pancasila, h Guru adalah seorang warga negara yang baik. Sedangkan  menurut  Prof.  Dr.  Zakiah  Daradjat  dalam  Djamarah,  2010:
32  menjadi  seorang  guru  itu  tidak  sembarangan  dan  harus  memenuhi  beberapa persyaratan diantaranya: a Bertaqwa kepada Tuhan YME, b Berilmu, c Sehat
jasmani, d Berkelakuan baik. 2.1.3.2
Peranan Guru Menurut  Sanjaya  2011:  21    terdapat  beberapa  peran  guru  dalam  proses
pembelajaran, antara lain : a.
Guru sebagai Demonstrator Dengan  peranannya  sebagai  demonstrator  atau  pengajar,  guru  hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya.
b. Guru sebagai pengelola kelas
Sebagai  pengelola,  guru  berperan  dalam  menciptakan  iklim  belajar  yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
c. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai  fasilitator,  guru  hendaknya  memiliki  pengetahuan  dan  pemahaman yang  cukup  tentang  media  pendidikan,  karena  media  pendidikan  merupakan  alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. d.
Guru sebagai Evaluator Dalam  peran  ini,  guru  menyimpulkan  data  atau  informasi  tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. e.
Guru sebagai Motivator Dalam  proses  pembelajaran.  motivasi  merupakan  salah  satu  aspek  dinamis
yang  sangat  penting.  Sering  terjadi  siswa  yang  kurang  berprestasi  bukan disebabkan  kemampuannya  yang  kurang,  tetapi  dikarenakan  tidak  adanya
motivasi untuk belajar. Djamarah 2010: 43 peranan guru diantaranya sebagai berikut:
a. Korektor
Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.
b. Inspirator
Sebagai  inspirator  guru  harus  dapat  memberikan  ilham  yang  baik  bagi kemajuan  belajar  anak  didik  guru  harus  dapat  memberikan  petunjuk  bagaimana
cara belajar yang baik. c.
Informator Sebagai  informator  guru  harus  dapat  memberikan  informasi  perkembangan
ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  selain  sejumlah  bahan  pelajaran  untuk  setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
d. Organisator
Dalam  bidang  ini  guru  memiliki  kegiatan  pengelolaan  kegiatan  akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
e. Motivator
Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
f. Inisiator
Guru  dapat  menjadi  pencetus  ide-ide  kemajuan  dalam  pendidikan  dan pengajaran.
g. Supervisor
Sebagai supervisor guru hendaknya dapat membantu memperbaiki dan  menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
Sedangkan peran guru menurut Abin Syamsuddin  dalam Khoiru  Amri 2014: 120 diantaranaya sebagai berikut:
a. Konservator  pemelihara  sistem  nilai  yang  merupakan  sumber  norma
kedewasaan. b.
Inovator pengembang sistem nilai ilmu pengetahuan. c.
Transmitor penerus sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. d.
Transformator  penterjemah  sistem-sistem  nilai  tersebut  melalui  penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik.
e. Organisator  penyelenggara  terciptanya  proses  edukatif  yang  dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal kepada pihak  yang mengangkat dan menugaskannya  maupun  secara  moral  kepada  sasaran  didik,  serta  Tuhan  yang
menciptakannya. 2.1.3.3
Tugas Guru Sudjana  2013:  15  terdapat  tiga  tugas  guru  yang  pokok  diantaranya
sebagai berikut: a.
Guru sebagai pengajar Guru  sebagai  pengajar  lebih  menekankan  kepada  tugas  dalam  merencanakan
dan melaksanakan pengajaran. b.
Guru sebagai pembimbing Guru  sebagai  pembimbing  memberi  tekanan  kepada  tugas,  memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. c.
Guru sebagai administrator kelas
Tugas  guru  sebagai  administrator  kelas  pada  hakikatnya  merupakan  jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Sedangkan  menurut  Djamarah  2010:  36  tugas  guru  sebagai  suatu profesi  menuntut  kepada  guru  untuk  mengembangkan  profesionalitas  diri  sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Guru dalam mendidik
anak  didik  bertugas  untuk:  a  Menyerahkan  kebudayaan  kepada  anak  didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman, b Membetuk kepribadian anak
yang  harmonis  sesuai  cita-cita  dan  dasar  negara  Pancasila,  c  Sebagai  perantara belajar, d Guru adalah pembimbing.
2.1.3.4 Delapan Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Kompetensi  seorang  guru  di  Indonesia  dikembangkan  pula  oleh  Proyek Pembinaan  Pendidikan  Guru  P3G  Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan.
Ada sembilan kompetensi guru menurut P3G dalam Sudjana 2013: 19 yakni: 1 menguasai  bahan;  2 mengelola program  belajar mengajar; 3 mengelola kelas;
4  menggunakan  media  atau  sumber  belajar;  5  menguasai  landasan kependidikan;  6  mengelola  interaksi  belajar  mengajar;  7  menilai  prestasi
belajar;  8  mengenal  fungsi  dan  layanan  bimbingan  penyuluhan;  dan  9 memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan  yang harus dimiliki  guru  dalam  proses  pembelajaran.  Turney  dalam  Anitah  2009:  7.2
mengklasifikasikan  delapan  keterampilan  mengajar  yang  dianggap  dapat menentukan keberhasilan pembelajaran sebagai berikut.
a. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Hasibuan    Moedjiono  2012:  75  mengemukakan  bahwa  membuka  dan menutup  pelajaran  bukanlah  urutan  kegiatan  yang  bersifat  rutin  dari  itu  ke  itu
saja, melainkan merupakan suatu perbuatan guru yang perlu direncanakan secara sistematis dan rasional.
Mulyasa  2013:  84  membuka  pelajaran  merupakan  suatu  kegiatan  yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta
didik  secara  optimal,  agar  peserta  didik  memusatkan  diri  sepenuhnya  pada pelajaran  yang  akan  disajikan.  Sedangkan  menutup  pelajaran  merupakan  suatu
kegiatan  yang  dilakukan  guru  untuk  mengetahui  pencapaian  tujuan  dan pemahaman peserta didik terhadap materi  yang telah dipelajari, serta mengakhiri
kegiatan pembelajaran. Tujuan  membuka  pelajaran  adalah  mempersiapkan  siswa  untuk  mengikuti
pelajaran,  sedangkan  menutup  pelajaran  bertujuan  untuk  mengetahui  tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran, disamping untuk memantapkan
penguasaan siswa akan inti pelajaran Anitah, 2009: 8.3. Komponen  keterampilan  membuka  pelajaran  meliputi:  1  menarik  perhatian
dan  menimbulkan  motivasi;  2  memberi  acuan  dan  membuat  kaitan  atau hubungan  di  antara  materi-materi  yang  akan  dipelajari  dengan  pengalaman  dan
pengetahuan  yang  telah  dikuasai  anak  didik.  Sedangkan  komponen  keterampilan menutup  pembelajaran  meliputi:  1  review  hal-hal  yang  dianggap  penting  atau
kunci  bahan  pelajaran  yang  diberikan;  2  evaluasi  terhadap  proses  interaksi edukatif yang dilakukan Djamarah, 2010:  138.
b. Keterampilan Bertanya
Hasibuan    Moedjiono  2012:  62  bertanya  merupakan  ucapan  verbal  yang meminta  respon  dari  seseorang  yang  dikenai.  Respons  yang  diberikan  dapat
berupa  pengetahuan  sampai  dengan  hal-hal  yang  merupakan  hasil  pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.
Keterampilan  bertanya  merupakan  keterampilan  yang  bersifat  mendasar  yang dipersyaratkan  bagi  penguasaan  keterampilan  berikutnya.  Tujuan  bertanya  yang
dilakukan  oleh  guru  tidak  hanya  untuk  memperoleh  informasi,  tetapi  juga  untuk meningkatkan  terjadinya  interaksi  antara  guru  dengan  siswa,  dan  antara  siswa
dengan siswa Anitah 2009: 7.4. Kegiatan bertanya memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan agar
tujuan  bertanya  dapat  tercapai  dengan  baik.  Menurut  Mulyasa  2013:  70 komponen-komponen bertanya dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu: 1
keterampilan bertanya  dasar, meliputi: 1 pertanyaan  yang jelas dan singkat,  2 memberi acuan, 3 memusatkan perhatian, 4 memberi giliran, 5 menyebarkan
pertanyaan, 6 pemberian kesempatan berpikir, 7 pemberian tuntunan;  serta 2 keterampilan  bertanya  lanjut:  1  pengubahan  tuntunan  tingkat  kognitif,  2
pengaturan    urutan  pertanyaan,  3  pertanyaan  pelacak,  dan  4  mendorong terjadinya interaksi.
c. Keterampilan Memberi Penguatan
Djamarah  2010:  118  mengemukakan,  pemberian  penguatan  yang  dilakukan berulang-ulang akan membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
kata  lain,  pengubahan  tingkah  laku  siswa  dapat  dilakukan  dengan  pemberian penguatan.
Anitah  2009:  7.25  membagi  penguatan  menjadi  tiga  jenis  yaitu  penguatan verbal,  penguatan  non  verbal,  dan  penguatan  tak  penuh.  Penguatan  verbal
merupakan penguatan yang diberikan berupa bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan. Sementara penguatan non verbal merupakan penguatan
yang  dapat  ditunjukkan  melalui  mimik  dan  gerakan  badan,  gerak  mendekati, sentuhan,  kegiatan  yang  menyenangkan,  serta  pemberian  simbol  atau  benda.
Sedangkan penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban atau respon siswa yang hanya sebagian benar dan bagian lainnya masih perlu diperbaiki.
Mulyasa 2013: 77 penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat  meningkatkan  kemungkinan  terulangnya  kembali  perilaku  tersebut.
Penguatan  dapat  dilakukan  secara  verbal  dan  nonverbal,  dengan  prinsip kehangatan,  keantusiasan,  kebermaknaan,  dan  menghindari  penggunaan  respon
yang negatif. d.
Keterampilan Mengadakan Variasi Penggunaan
variasi dalam
kegiatan pembelajaran
ditujukan untuk
menghilangkan  kebosanan  siswa  dalam  belajar,  meningkatkan  motivasi  siswa dalam  mempelajari  sesuatu,  mengembangkan  keinginan  siswa  untuk  mengetahui
dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran Anitah, 2009:
7.41.  Djamarah  2010:  124  menyebutkan  tiga  aspek  dalam  keterampilan
mengadakan  variasi  yaitu  variasi  gaya  mengajar,  variasi  dalam  menggunakan media, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Hasibuan    Moedjiono  2012:  64  menggunakan  variasi  diartikan  sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar  yang bertujuan mengatasi
kebosanan  siswa,  sehingga  dalam  proses  belajarnya  siswa  senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.
e. Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah pemberian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah
dialami  dan  belum  dialami,  anatara  generalisasi  dengan  konsep,  antara  konsep dengan  data,  atau  sebaliknya  Djamarah,  2010:  131.  Komponen-komponen
dalam  keterampilan  menjelaskan  adalah  sebagai  berikut:  1  kejelasan  dalam menyampaikan  penjelasan;  2  penggunaan  contoh  dan  ilustrasi;  3  pemberian
tekanan; 4 balikan Anitah 2009: 7.56. Hasibuan    Moedjiono  2012:  70  menjelaskan  berarti  menyajikan  informasi
lisan  yang  diorganisasikan  secara  sistematis  dengan  tujuan  menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan
bukan indoktrinasi. Mulyasa  2013:  80  menjelaskan  adalah  mendeskripsikan  secara  lisan  tentang
sesuatu  benda,  keadaan,  fakta,  dan  data  sesuai  dengan  waktu  dan  hukum-hukum yang  berlaku.  Menjelaskan  merupakan  suatu  aspek  penting  yang  harus  dimiliki
guru,  mengingat  sebagian  besar  pembelajaran  menuntut  guru  untuk  memberikan penjelasan.
f. Keterampilan mengelola kelas
Djamarah  2010:  144  guru  menggunakan  pengelolaan  kelas  untuk menciptakan  dan  mempertahankan  kondisi  kelas  untuk  mencapai  tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan anak didik dapat belajar. Anitah  2009:  8.36  keterampilan  mengelola  kelas  adalah  keterampilan
menciptakan  dan  memelihara  kondisi  belajar  yang  optimal,  serta  keterampilan guru untuk mengembalikan kondisi belajar yang terganggu ke arah kondisi belajar
yang optimal. Hasibuan    Moedjiono  2012:  82  keterampilan  mengelola  kelas  merupakan
keterampilan  guru  untuk  menciptakan  dan  memelihara  kondisi  belajar  yang optimal  dan  mengembalikannya  ke  kondisi  yang  optimal  jika  terjadi  gangguan,
baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remidial. Dua  masalah  pokok  guru  dalam  kelas  menurut  Djamarah  2010:  145  yaitu
masalah  pengajaran  dan  masalah  manajemen.  Masalah  pengajaran  adalah  usaha untuk  membantu  anak  didik  dalam  mencapai  tujuan  khusus  pengajaran  secara
langsung,  sedangkan  masalah  manajemen  adalah  usaha  untuk  menciptakan  dan mempertahankan  kondisi  sedemikian  rupa,  sehingga  proses  interaksi  edukatif
dapat  berlangsung  secara  efektif  dan  efisien.  Mengelola  kelas  merupakan keterampilan  yang  harus  dimiliki  guru  dalam  memutuskan,  memahami,
mendiagnosis,  dan  kemampuan  dalam  memperbaiki  suasana  kelas.  Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam interaksi edukatif.
Anitah  2009:  8.37  mengelompokkan  komponen  keterampilan  mengelola kelas  menjadi  dua  yaitu  keterampilan  yang  bersifat  preventif  dan  keterampilan
yang  represif.  Keterampilan  yang  bersifat  preventif  ini  mencakup  kemampuan guru  untuk  mencegah  terjadinya  gangguan  sehingga  kondisi  belajar  dapat
diciptakan  dan  dipelihara.  Sementara  itu  keterampilan  yang  bersifat  represif merupakan  keterampilan  yang  berkaitan  dengan  kemampuan  guru  dalam
mengatasi  gangguan  yang  muncul  secara  berkelanjutan  sehingga  kondisi  kelas yang terganggu dapat dikembalikan menjadi kondisi yang optimal.
g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya dalam satu kelompok Karwati  Priansa,
2014:  85.  Empat  karateristik  diskusi  kelompok  kecil  menurut  Djamarah  2010: 157  yaitu  melibatkan  sekelompok  individu,  melibatkan  peserta  dalam  interaksi
tatap  muka  tidak  formal,  memiliki  tujuan  dan  bekerja  sama,  serta  mengikuti aturan. Diskusi kelompok kecil sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman
bagi  anak  didik  yang  terlibat  di  dalamnya.  Hal  yang  perlu  diperhatikan  guru dalam  diskusi  kelompok  kecil  agar  dapat  efektif  dan  efisien  adalah  guru  harus
sering menjalankan fungsinya sebagai pembimbing. Hasibuan  Moedjiono 2012: 88 diskusi kelompok kecil adalah suatu proses
yang  teratur  dengan  melibatkan  sekelompok  siswa  dalam  interaksi  tatap  muka kooperatif  yang  optimal  dengan  tujuan  berbagi  informasi  atau  pengalaman,
mengambil keputusan atau memecahkan masalah.
Mulyasa  2013:  89  hal-hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  membimbing diskusi adalah sebagai berikut 1 memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan
dan  topik  diskusi,  2  memperluas  masalah  atau  urunan  pendapat,  3 menganalisis pandangan peserta didik, 4 meningkatkan partisipasi peserta didik,
5 menyebarkan kesempatan berpartisipasi, 6 menutup diskusi. h.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Pembelajaran  perseorangan  adalah  pembelajaran  yang  paling  humanis  untuk
memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Hakikat pembelajaran perseorangan yaitu: 1 terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa, 2 siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing, 3  siswa  mendapat  bantan  dari  guru  sesuai  dengan  kebutuhannya,  4  siswa
dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran Rusman, 2013: 91. Dalam peengajaran  kelompok  kecil  dan  perorangan,  guru  berperan  sebagai  organisator
kegiatan  pembelajaran,  sumber  informasi  bagi  siswa,  motivator,  penyedia  materi dan  kesempatan  belajar  bagi  siswa,  mendiagnosi  kesulitas  siwa  dan  memberi
bantuan,    peserta  kegiatan  yang  punya  hak  dan  kewajiban  yang  sama  dengan peserta lainnya Anitah, 2009: 8.53.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain: 1 menguasai bahan; 2 mengelola
program  belajar  mengajar;  3  mengelola  kelas;  4  menggunakan  media  atau sumber;  5  menguasai  landasan  kependidikan;  6  mengelola  interaksi  belajar
mengajar; 7 menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran; 8 mengenal fungsi  dan  program  layanan  bimbingan  dan  penyuluhan;  9  mengenal  dan
menyelenggarakan  administrasi  sekolah;dan  10  memahami  prinsip-prinsip  dan menafsirkan  hasil  penelitian  pendidikan  guna  keperluan  pengajaran.Selain
kesepuluh  kompetensi  tersebut  guru  juga  harus  menguasai  keterampilan  dasar mengajar.  Keterampilan  dasar  mengajar  adalah  keterampilan  yang  mutlak  harus
dimiliki  guru  agar  kegiatan  belajar  mengajar  di  kelas  dapat  dilakukan  dengan optimal  sehingga  tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai.  Keterampilan  guru  yang
seharusnya dilaksanakan dalam pembelajaran  adalah keterampilan membuka dan menutup  pelajaran,  keterampilan  bertanya,  keterampilan  memberi  penguatan,
keterampilan  mengadakan  variasi,  keterampilan  menjelaskan,  keterampilan membimbing  diskusi  kelompok  kecil,  keterampilan  mengelola  kelas,  dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Hasibuan    Moedjiono  2012:  77  mengajar  kelompok  kecil  dan  perorangan
diartikan  sebagai  perbuatan  guru  dalam  konteks  belajar  mengajar  yang  hanya melayani 3- 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan.
2.1.3.5 Keterampilan Bertanya Guru
Djamarah  2010:  99  seorang  guru  harus  menguasai  keterampilan bertanya yaitu diantaranya sebagai berikut:
a. Keterampilan bertanya dasar
Dengan  bertanya  akan  membantu  siswa  belajar  dengan  kawannya,  membantu siswa  lebih  sempurna  dalam  menerima  informasi,  dapat  mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi. Keterampilan bertanya dasar meliputi:
1 Tujuan
Pertanyaan yang diberikan guru bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan rasa  ingin  tahu  siswa  terhadap  satu  topik,  memfokuskan  perhatian  pada  suatu
konsep masalah tertentu, mengembangkan belajar secara aktif. 2
Penyusunan kata-kata Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun
dengan  kata-kata  yang  cocok  dengan  tingkat  perkembangan  kelompok. Pertanyaan  juga  harus  disusun  seekonomis  mungkin.  Dalam  menyusun
pertanyaan dapat diberikan kata-kata kunci untuk menjawabnya. 3
Struktur Selama  diskusi  berlangsung  usahakan  guru  memberi  informasi  yang  relevan
dengan tugas siswa, baik sesudah maupun sebelum pertanyaan-pertanyaan. 4
Pemusatan Umumnya  pertanyaan  luas  diajukan  pada  saat  diskusi  akan  dimulai  sebagai
alat  untuk  melibatkan  siswa  secara  maksimal.  Pertanyaan  yang  lebih sempitmemusat  diajukan  sebagai  cadangan  untuk  memberikan  informasi  yang
relevan terhadap pertanyaan siswa. 5
Pindah gilir Setelah mengajukan pertanyaan untuk seluruh anggota kelas, kemudian guru
dapat meminta salah seorang siswa untuk menjawabnya, dengan cara memanggil nama  pindah  gilir  verbal,  atau  dengan  menunjuk,  mengangguk,  atau  senyum
pindah gilir nonverbal.
6 Distribusi
Untuk melibatkan
siswa langsung
dalam pelajaran,
disarankan mendistribusikan  pertanyaan  secara  random  acak  selama  proses  belajar
mengajar  interaksi  edukatif  berlangsung.  Pertanyaan  menyebar  ke  seluruh penjuru ruangan dengan memberi pertanyaan tambahan secara langsung.
7 Pemberian waktu
Tiap siswa berbeda dalam  kecepatan merespon pertanyaan dan berbeda pula tingkat  kemampuan  berbicara  secara  jelas.  Salah  satu  cara  membantu  mereka
adalah  dengan  memberi  waktu  berpikir  dalam  beberapa  detik  setelah  pertanyaan diajukan  kepada  seluruh  anggota  kelas  dan  sebelum  menunjuk  siswa  tertentu
untuk menjawabnya. 8
Hangat dan antusias Kehangatan  dan  antusias  yang  diperlihatkan  guru  terhadap  jawaban  siswa,
punya arti penting dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran. 9
Prompting Prompting  adalah  cara  yang  dilakukan  guru  untuk  menuntun  siswa
memberikan jawaban dengan baik dan benar atas pertanyaan yang guru ajukan. 10
Pengubahan tuntutan tingkat kognitif Penyusunan  pertanyaan  dapat  yang  memiliki  tingkat  kognitif  domain  yang
rendah  pengetahuan,  pemahaman,  penerapan  dan  tingkat  kognitif  domain  yang tinggi analisis, sintesis, evaluasi.
b. Keterampilan bertanya lanjut
Dengan teknik bertanya melacak, guru akan mendapatkan kemanfaatan khusus dalam  hubungannya  dengan  pertanyaan  kognitif  tingkat  tinggi.  Keterampilan
bertanya lanjut meliputi: 1
Penggunaan kelas Keterampilan  bertanya  lanjut  bertujuan  untuk  membantu  siswa  untuk  belajar
mengorganisasikan  dan  mengevaluasi  informasi  yang  diperoleh,  meningkatkan kemampuan  siswa  dalam  menyusun  dan  mengeluarkan  jawaban  yang  beralasan
terhadap  pertanyaan  guru,  mendorong  siswa  untuk  mengembangkan  pikirannya dan cepat mengemukakan pendapat secara timbal balik dengan siswa lain.
2 Variasi taksonomi
Untuk  mengklasifikasikan  cara  berpikir  siswa  dalam  hubungannya  dengan pertanyaan  lanjut  guru,  digunakan  konsep  terminologi  dari  Bloom:  a  Recall
mengingat kembali, b Comprehension pemahaman, c Aplikasi, d Analisis, e Sintesis, f Evaluasi, g Sikuen.
3 Pertanyaan melacak
Pertanyaan  melacak  digunakan  untuk  membantu  siswa  dalam  menjawab pertanyaan guru secara memadai, dari jawaban yang singkat sederhana menuju ke
jawaban yang lebih tinggijauh. 4
Pemberian waktu Pada  keterampilan  bertanya  lanjut,  pemberian  waktu  memberi  arti  tambahan
dan  makna  khusus.  Pemberian  waktu  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu
segera setelah guru bertanya dan setelah siswa memberi jawaban dari pertanyaan yang kompleks.
5 Meningkatkan interaksi antara siswa
Guru  memiliki  peranan  penting  dalam  meningkatkan  saling  tukar  pendapat antarsiswa.  Caranya  ialah  dengan  meminta  siswa  memberi  komentar  atau
mengembangkan respon pertama. Sanjaya  2011:  35  terdapat  beberapa  petunjuk  teknis  dalam  bertanya  atau
menerima  jawaban  yaitu    sebagai  berikut:  a  Tunjukkan  keantusiasan  dan kehangatan, b Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir, c Atur
lalu lintas bertanya jawab, d Hindari pertanyaan ganda. Marno  Idris 2014: 113 dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang
peranan  penting,  sebab  pertanyaan  yang  tersusun  baik  dengan  teknik  pelontaran yang tepat akan:
a. Meningkatkan partisipasi murid dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Membangkitkan  minat  dan  rasa  ingin  tahu  murid  terhadap  sesuatu  masalah
yang sedang dibicarakan. c.
Mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif dari sisiwa, sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d. Menuntun proses berpikir murid, sebab pertanyaan yang baik akan membantu
murid dalam menentukan jawaban yang baik. e.
Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Wahid  2010:  99  keterampilan  bertanya  adalah  suatu  pengajaran  itu  sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya melibatkan menggunakan tanya
jawab. Sanjaya  2011:  36  terdapat  beberapa  petunjuk  teknis  dalam  meningkatkan
kualitas pertanyaan yaitu sebagai berikut: a.
Berikan pertanyaan secara berjenjang Pengaturan  pertanyaan  yang  dimulai  dari  pertanyaan  tingkat  rendah  ke
pertanyaan tingkat tinggi. Guru harus menghindari pertanyaan yang bolak-balik. b.
Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk melacak Pertanyaan-pertanyaan  yang  sifatnya  melacak  sangat  diperlukan  untuk
meningkatkan kualitas bertanya sebagai alat pembelajaran. Marno    Idris  2014:  115  teradapat  jenis-jenis  pertanyaan  menurut
maksudnya diantaranya sebagai berikut: a.
Pertanyaan permintaan Pertanyaan yang mengharapkan agar murid mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan. b.
Pertanyaan retoris Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab sendiri
oleh  guru.  Hal  itu  diucapkan  karena  merupakan  teknik  penyampaian  informasi kepada murid.
c. Pertanyaan  mengarahkan menuntut
Pertanyaan  yang  diajukan  untuk  memberi  arah  kepada  murid  dalam  proses berfikirnya.
d. Pertanyaan menggali
Pertanyaan lanjut yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Wahid 2010: 103 terdapat jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom diantaranya sebagai berikut:
a. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan  yang  hanya  mengharapkan  jawaban  yang  sifatnya  hafalan  atau ingatan  terhadap  apa  yang  telah  dipelajari,  murid,  dalam  hal  ini  murid  tidak
diminta pendapatnya atau penilaiannya terhadap suatu persoalan. b.
Pertanyaan pemahaman Pertanyaan  ini  menuntut  murid  untuk  menjawab  pertanyaan  dengan  jalan
mengorganisir  informasi-informasi  yang  pernah  diterimanya  dengan  kata-kata sendiri.
c. Pertanyaan penerapan
Pertanyaan  yang  menuntut  murid  untuk  memberikan  jawaban  tunggal  dengan cara  menerapkan:  pengetahuan,  informasi,  aturan-aturan,  kriteria  yang  pernah
diterimanya pada suatu kasus atau kejadian sesungguhnya. d.
Pertanyaan analisis Pertanyaan yang menuntut murid untuk menemukan jawaban dengan cara: a
Mengidentifikasi  motif  masalah  yang  ditampilkan,  b  Mencari  bukti-bukti  atau kejadian-kejadian  yang  menunjang  suatu  kesimpulan  atau  generalisasi  yang
ditampilkan, c Menarik kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada.
e. Pertanyaan sintesa
Ciri  dari  pertanyaan  ini  adalah  jawaban  yang  benar  tidak  tunggal  melainkan lebih dari satu dan menghendaki murid untuk mengembangkan potensi serta daya
kreasinya. f.
Pertanyaan evaluasi Pertanyaan semacam ini menghendaki murid untuk menjawabnya dengan cara
memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issu yang ditampilkan. Marno    Idris  2014:  119  terdapat  jenis-jenis  pertanyaan  menurut  luas
sempitnya sasaran diantaranya sebagai berikut: a.
Pertanyaan sempit Pertanyaan  ini  membutuhkan  jawaban  yang  tertutup  yang  biasanya  kunci
jawabannya telah tersedia. 1
Pertanyaan sempit informasi langsung Menuntut murid untuk mengingat atau menghafal informasi yang ada.
2 Pertanyaan sempit memusat
Menuntut  murid  agar  mengembangkan  ide  atau  jawabannya  dengan  cara menuntunnya melalui petunjuk tertentu.
b. Pertanyaan luas
Ciri  dari  pertanyaan  ini  adalah  jawabannya  mungkin  lebih  dari  satu,  sebab pertanyaan  ini  belum  mempunyai  jawaban  yang  spesifik,  sehingga  masih
diharapkan yang terbuka.
1 Pertanyaan luas terbuka
Memberi  kesempatan  kepada  murid  untuk  mencari  jawabannya  menurut  cara dan gayanya masing-masing.
c. Pertanyaan luas menilai
Pertanyaan  ini  meminta  murid  untuk  mengadakan  oenilaian  terhadap  aspek kognitif maupun sikap.
Wahid  2010:  108  terdapat  komponen  keterampilan  bertanya  diantaranya sebagai berikut:
1. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Pertanyaan  yang  dikemukakan  itu  jelas  maksudnya,  serta  nampak  benar kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lainnya.
2. Kecepatan dan selang waktu
Kecepatan  menyampaikan  pertanyaan,  tergantung  pada  jenis  pertanyaan  itu sendiri. Dan berikan waktu sejenak 1-5 detik kepada murid untuk berfikir dalam
rangka menemukan jawabannya. 3.
Arah dan distribusi penunjukan Pertanyaan  yang diajukan seharusnya kepada seluruh murid, sehingga seluruh
murid  didorong  untuk  berusaha  menentukan  jawabannya.  Dalam  mengajukan pertanyaan pada murid agar diperhatikan sistem distribusinya, yaitu usahakan agar
pertanyaan itu didistribusikan secara merata seluruh kelas.
4. Teknik penguatan
Pemakaian  yang  tepat  dari  teknik  penguatan  ini  akan  menimbulkan  sikap positif  bagi  murid  serta  meningkatkan  partisipasi  murid  dalam  kegiatan  belajar
mengajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. 5.
Teknik menuntun promting Promting  questions  dapat  digunakan  sebagai  teknik  untuk  meningkatkan
kualitas dan kuantitas jawaban murid. Pertanyaan ini bermaksud untuk menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban yang lebih benar.
6. Teknik menggali probing question
Probing question ialah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban  lebih  lanjut  dari  murid  guna  mengembangkan  kualitas  jawaban  yang
pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan. 7.
Pemusatan Teknik  ini  dilakukan  dengan  mengajukan  pertanyaan  yang  ruang  lingkupnya
luas, kemudian dilanjutkan ke pertanyaan yang lebih khusus. 8.
Pindah gilir Teknik  pindah  gilir  digunakan  untuk  mengundang  partisipasi  semua  anak.
Untuk  itu  teknik  ini  dilakukan  dengan  cara,  mengajukan  pertanyaan  ke  seluruh kelas, kemudian memilih siswa tertentu, dan dilanjutkan ke siswa yang lain.
2.1.3.6 Guru Profesional
Rifa’i  2011:  6  guru  sebagai  penyandang  jabatan  profesional  harus disiapkan  melalui  program  pendidikan  yang  relatif  panjang  dan  dirancang
berdasarkan  standar  kompetensi  pendidik.  Oleh  karena  itu  diperlukan  waktu  dan
keahlian untuk  membekali para lulusannya dengan kompetensi  yaitu penguasaan bidang  studi,  landasan  keilmuan  dari  kegiatan  mendidik,  maupun  strategi
menerapkannya secara profesional di  lapangan. Musfah  2011:  10  peningkatan  kemampuan  profesional  guru  dapat
dikelompokkan  menjadi  dua  macam  pemb inaan.  “Pertama,  pembinaan
kemampuan pegawai melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar.
Kedua, pembinaan
komitmen pegawai
melalui pembinaan
kesejahteraannya.” Guru  dapat  mengembangkan  kompetensinya  melalui  belajar  dari
berbagai program pelatihan dari sekolah maupun dari luar sekolah dan dari sarana dan  prasarana  perpustakaan,  laboratorium,  internet  sekolah,  serta  program  dan
fasilitas pendidikan lainnya yang disediakan di sekolah. Rifa’i  2011:  7  terdapat  Peraturan  Pemerintah  Nomor  19  Tahun  2005
tentang  standar  nasional  dan  Undang-Undang  Momor  14  Tahun  2005  tentang Guru dan Dosen meyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi,  sertifikat  pendidik,  pendidik,  sehat    jasmani  dan  rohani,  serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik  tersebut  diperoleh  melalui  pendidikan  tinggi  program  sarjana  atau program  diploma  empat.  Kemudian  kompetensi  pendidik  yang  dimaksud  yaitu
meliputi: a.
Kompetensi Pedagogik Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar,  dan  pengembangan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasikan  berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Kemampuan  yang  berkaitan  dalam  performans  pribadi  seorang  pendidik, seperti  berpribadi  mantap,  stabil,  dewasa,  arif,  berwibawa,  menjadi  teladan  bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. c.
Kompetensi Profesional Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan  mendalam yang
memungkinkan  membimbing  peserta  didik  memenuhi  standar  kompetensi  yang ditetapkan dalam standar nasional.
d. Kompetensi Sosial
Kemampuan berkomunikasi  dan bergaul  secara  efektif, dengan:  peserta  didik, sesama  pendidik,  tenaga  kependidikan,  orang  tua  wali  peserta  didik,  dan
masyarakat sekitar. 2.1.3.7
Ciri Guru Profesional Menurut  Rojai  dan  Risa  Maulana  2013:  18  setidaknya  ada  lima  hal
yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi guru profesional, diantaranya sebagai berikut:
1. Guru  profesional  memiliki  komitmen  dan  tanggung  jawab  kepada  siswa  dan
proses belajarnya. 2.
Setiap  mata  pelajaran  yang  hendak  disampaikan,  termasuk  teknik penyampaiannya harus benar-benar dikuasai oleh guru.
3. Selalu  menyampaikan  bahan  pelajaran,  guru  juga  memiliki  tanggung  jawab
untuk melakukan evaluasi terhadap siswa, baik itu perilakunya, maupun tes hasil belajarnya.
4. Semua  guru  harus  memiliki  waktu  untuk  melakukan  refleksi  dan  koreksi
terhadap apapun yang sudah dilakukannya. 5.
Semua  guru  profesional  seyogyanya  merupakan  bagian  dalam  masyarakat belajar  dalam  lingkup  profesinya,  misalnya  PGRI  dan  organisasi  atau  lembaga
profesi lainnya.
2.1.4 Kurikulum KTSP
2.1.4.1 Pengertian KTSP
Trianto  2009:  67  KTSP  merupakan  strategi  pengembangan  kurikulum untuk  mewujudkan  sekolah  yang  efektif,  produktif,  dan  berprestasi.  KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan.
Sanjaya  2011:  128  Dalam  Standar  Nasional  Pendidikan  Pasal  1  Ayat 15,  dijelaskan  bahwa  KTSP  adalah  kurikulum  operasional  yang  disusun  dan
dilaksanakan  oleh  masing-masing  satuan  pendidikan.  Secara  umum  tujuan diterapkannya  KTSP  adalah  untuk  memandirikan  dan  memberdayakan  satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan kepada lembaga pendidikan.  Dengan demikian,  melalui  KTSP  diharapkan  dapat  mendorong  sekolah  untuk  melakukan
pengambilan  keputusan  secara  partisipatif  dalam  pengembangan  kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuan KTSP adalah :
a. Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif skolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan  kepedulian  warga  sekolah  dan  masyarakat  dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c.
Meningkatkan  kompetisi  yang  sehat  antarsatuan  pendidikan  tentang  kualitas pendidikan yang akan dicapai.
2.1.4.2 Karateristik KTSP
Karateristik KTSP menurut Sanjaya 2011: 121 adalah sebagai berikut: a.
Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  pertama,  struktur  program  KTSP  yang  memuat
sejumlah mata pelajaran  yang harus ditempuh  oleh peserta didik.  Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran. b.
KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Pada KTSP  struktur  kurikulumnya  terdapat  komponen  pengembangan  diri,  yakni
komponen  kurikulum  yang  menekankan  kepada  aspek  pengembangan  minat  dan bakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini tampak
pada  salah  satu  prinsip  KTSP,  yakni  berpusat  pada  potensi,  perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian,
maka KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah.
d. KTSP  merupakan  kurikulum  teknologis.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar  yang kemudian di jabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan penilaian.
2.1.4.3 Prinsip-prinsip KTSP
Prinsip-prinsip  pengembangan  KTSP  menurut  Trianto  2009:  67 antara lain: a Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya, b Beragam dan terpadu, c Tanggap terhadap perkembangan  ilmu  pengetahuan,  teknologi  dan  seni,  d  Relevan  dengan
kebutuhan  kehidupan,  e  Menyeluruh  dan  berkesinambungan,  f  Belajar sepanjang  hayat,  g  Seimbang  antara  kepentingan  nasional  dan  kepentingan
daerah
2.1.5 Pembelajaran Tematik
2.1.5.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
Kadir    Asrohah  2014:  1  pembelajaran  tematik  adalah  program pembelajaran  yang  berangkat  dari  satu  tematopik  tertentu  dan  kemudian
dielaborasi  dari  berbagai  aspek  atau  ditinjau  dari  berbagai  perspektif  mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah kelas 1 sampai dengan kelas 3 sekolah
dasar. Pembelajaran  tematik  dapat  diartikan  suatu  kegiatan  pembelajaran
dengan  mengintegrasikan  materi  beberapa  mata  pelajaran  dalam  satu  tema  atau topic pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik dalam Suryosubroto 2009: 133
menyatakan  bahwa  pembelajaran  tematik  merupakan  satu  usaha  untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta
pemikiran,  yang  kreatif  dengan  menggunakan  tema.  Dari  pernyataan  tersebut dapat  ditegaskan  bahwa  pembelajaran  tematik  dapat  dilakukan  dengan  maksud
sebagai  upaya  untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan  kualitas  pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.
Sementara  menurut  Depdiknas  2006:  5  pembelajaran  tematik  pada dasarnya  adalah  model  pembelajaran  terpadu  yang  menggunakan  tema  untuk
mengaitkan  beberapa  mata  pelajaran  sehingga  dapat  memberikan  pengalaman bermakna kepada siswa.
Ujang Sukandi dkk dalam Trianto 2009: 82 menyatakan bahwa pengajaran terpadu  atau  pembelajaran  tematik  pada  dasarnya  dimaksudkan  sebagai  kegiatan
mengajar  dengan  memadukan  materi  beberapa  mata  pelajaran  dalam  satu  tema. Dengan  demikian,  pelaksanaan  kegiatan  belajar  mengajar  dengan  cara  ini  dapat
dilakukan  dengan  mengajarkan  beberapa  materi  pelajaran  yang  disajikan  tiap pertemuan.
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran  tematik adalah proses pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu
buah  tema  pembelajaran  yang  kemudian  diajarkan  kepada  siswa  kelas  rendah kelas 1, 2, dan 3 ketika proses pembelajaran berlangsung.
2.1.5.2 Prinsip Pembelajaran Tematik
Suyanto dan Asep 2013: 257 mengemukakan terdapat beberapa prinsip pembelajaran tematik diantaranya sebagai berikut:
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan
Pembelajaran  yang  dilakukan  perlu  dikemas  dalam  suatu  format  keterkaitan, pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa.
b. Bentuk proses dan kegiatan belajar harus dirancang sedemikian rupa agar siswa
bekerja  secara  sungguh-sungguh  untuk  menemukan  konsep  dan  pengalaman  di balik tema pembelajaran.
c. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dari segi waktu, beban materi,  metode,  dan  penggunaan  sumber  belajar  yang  otentik,  sehingga  dapat
mencapai ketuntasan kompetensi secara cepat. Trianto  2009:  85  menyatakan  bahwa  secara  umum  prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a.
Prinsip penggalian tema Prinsip  penggalian  tema  merupakan  prinsip  utama  dalam  pembelajaran
tematik.  Artinya  tema-tema  yang  saling  tumpang  tindih  dan  ada  keterkaitan menjadi  target  utama  dalam  pembelajaran.  Dengan  demikian  dalam  penggalian
tema tersebut hendaklah memerhatikan beberapa persyaratan antara lain: 1
Tema  hendaknya  tidak  terlalu  luas,  namun  dengan  mudah  dapat  digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2 Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. 3
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. 4
Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak. 5
Tema  yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar
b. Prinsip pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan  pembelajaran  dapat  optimal  apabila  guru  mampu  menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mamu menenmpatkan diri
sebagai  fasilitator  dan  mediator  dalam  pembelajaran.  Dalam  pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat bertindak sebagai berikut:
1 Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar. 2
Pemberian  tanggung  jawab  individu  dan  kelompok  harus  jelas  dalam  setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
3 Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan. c.
Prinsip evaluasi Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu
kerja  dapat  diketahui  hasilnya  apabila  tidak  dilakukan  evaluasi.  Dalam  hal  ini maka  dalam  melaksanakan  evaluasi  dalam  pembelajaran  tematik  diperlukan
beberapa  langkah-langkah  positif  antara  lain:  1  memberi  kesempatan  kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya: 2 guru
perlu  mengajak  para  siswa  untuk  mengevaluasi  perolehan  belajar  yang  telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d. Prinsip reaksi
Dampak  pengiring  yang  penting  bagi  perilaku  secara  sadar  belum  tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu guru dituntut agar mampu
merencanakan  dan  melaksanakan  pembelajaran  sehingga  tercapai  secara  tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
2.1.5.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut  Depdiknas  dalam  Trianto  2009:  91  pembelajaran  tematik memiliki  beberapa  ciri  khas  antara  lain:  1  pengalaman  dan  kegiatan  belajar
sangat  relevan  dengan  tingkat  perkembangan  dan  kebutuhan  anak  usia  sekolah dasar; 2 kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak
dari  minat  dan  kebutuhan  siswa;  3  kegiatan  belajar  akan  lebih  bermakna  dan berkesan bagi siswa.
Kadir  Asrohah 2014: 22 pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai  berikut:  a  Anak  didik  sebagai  pusat  pembelajaran,  b  Memberikan
pengalaman  langsung,  c  Menghilangkan  batas  pemisahan  antar  mata  pelajaran, d  Fleksibel  luwes,  e  Hasil  pembelajaran  sesuai  dengan  minat  dan  kebutuhan
anak  didik,  f  Menggunakan  prinsip  PAKEM  Pembelajaran  Aktif,  Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
Suyanto  dan  Asep  2013:  254  pembelajaran  tematik  memiliki  ciri-ciri sebagai berikut: a Berpusat pada siswa, b Memberikan pengalaman langsung,
c  Pemisahan  mata  pelajaran  tidak  begitu  jelas,  d  Menyajikan  konsep  dari
berbagai  mata  pelajaran  dalam  suatu  proses  pembelajaran,  e  Bersifat  fleksibel, f  Hasil  pembelajaran  sesuai  dengan  minat  dan  kebutuhan  siswa,  g
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. 2.1.5.4
Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik Menurut  Kunandar  2007:  313  dalam  pembelajaran  tematik  terdapat
rambu-rambu yang harus diperhatikan. a.
Tidak semua pelajaran harus dipadukan. b.
Dimungkinkan terjadi penggabungan kopentensi dasar linats semester. c.
Kompetensi  dasar  yang  tidak dapat  dipadukan, tidak boleh dipaksakan untuk dipadukan, melainkan disajikan secara tersendiri.
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan
dengan cara melalui tema lain atau secara tersendiri. e.
Kegiatan  pembelajaran  ditekankan  pada  kemampuan  membaca,  menulis, berhitung, dan penanaman nilai-nilai moral.
f. Tema-tema  yang  dipilih  disesuaikan  dengan  karakteristik  siswa,  lingkungan,
dan daerah setempat. Kadir  Asrohah 2014: 24 terdapat rambu-rambu pembelajaran tematik
yaitu sebagai berikut: a.
Pembelajaran tematik berdasar pada satu tema tertentu. b.
Sehubungan  dengan  pembelajaran  tematik  berangkat  dari  satu  tema  dengan pandangan  dari  berbagai  perspektif,  maka  dimungkinkan  terjadi  penggabungan
kompetensi dasar dari berbagai kompetensi yang ada dalam silabus baik dari segi konten, atau segi waktu.
c. Pencapaian  kompetensi  dasar  mata  pelajaran  tertentu  dalam  suatu
pembelajaran tematik tidak harus dicapai semuanya. d.
Pembelajaran  tematik  yang  biasanya  dilaksanakan  pada  kelas  awal,  titik tolaknya  adalah  pencapaian  kompetensi  membaca,  menulis,  dan  berhitung  serta
penanaman nilai-nilai moral. e.
Sesuai  dengan  prinsip  pembelajaran  tematik  yang  menekankan  pada pengalaman,
maka setiap
pelaksanaan pembelajaran
tematik selalu
mempergunakan sumber belajar yang konkret. 2.1.5.5
Keunggulan Pembelajaran Tematik Suyanto  dan  Asep  2013:  268  kelebihan  pembelajaran  tematik
diantaranya sebagai berikut: a.
Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema tertentu b.
Siswa  mampu  mempelajari  pengetahuan  dan  mengembangkan  berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam satu tema yang sama
c. Pemahaman  terhadap  materi  pelajaran  lebih  mendalam,  terintegrasi,  dan
berkesan d.
Kompetensi  dasar  dapat  dikembangkan  lebih  baik  dengan  mengaitkan  mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
e. Siswa  mampu  lebih  merasakan  manfaat  dan  makna  belajar  karena  materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas dan lebih bermakna
Kadir  Asrohah 2014: 26 terdapat beberapa keunggulan pembelajaran tematik yaitu sebagi berikut:
a. Dapat  mengurangi  overlapping  antara  berbagai  mata  pelajaran,  karena  mata
pelajaran disajikan dalam satu unit. b.
Menghemat  pelaksanaan  pembelajaran  terutama  dari  segi  waktu,  karena pembelajaran tematik dilaksanakan secara terpadu antara beberapa mata pelajaran.
c. Anak  didik  mampu  melihat  hubungan-hubungan  yang  bermakna  sebab
isimateri pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir. d.
Pembelajaran  menjadi  holistik  dan  menyeluruh  akumulasi  pengetahuan  dan pengaman  anak  didik  tidak  tersegmentasi  pada  disiplin  ilmu  atau  mata  pelajaran
tertentu,  sehingga  anak  didik  akan  mendapat  pengertian  mengenai  proses  dan materi yang saling berkaitan antara satu sama lain.
e. Keterkaitan  antara  satu  mata  pelajaran  dengan  lainnya  akan  menguatkan
konsep  yang  telah  dikuasai  anak  didik,  karena  didukung  dengan  pandangan  dari berbagai perspektif.
Kunandar 2007: 315 model pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan  yakni:  a  Menyenangkan  karena  berangkat  dari  minat  dan  kebutuhan
peserta  didik,  b  Memberikan  pengalaman  dan  kegiatan  belajar  mengajar  yang relevan  dengan  tingkat  perkembangan  dan  kebutuhan  peserta  didik,  c  Hasil
belajar  dapat  bertahan  lama  karena  lebih  berkesan  dan  bermakna,  d Mengembangkan  keterampilan  berpikir  peserta  didiksesuai  dengan  persoalan
yang dihadapi, e Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
2.1.5.6 Kelemahan Pembelajaran Tematik
Kadir    Asrohah  2014:  26-27  terdapat  beberapa  kelemahan pembelajaran tematik yaitu diantaranya:
a. Pembelajaran  menjadi  lebih  kompleks  dan  menuntut  guru  untuk  guru  untuk
mempersiapkan  diri  sedemikian  rupa  supaya  ia  dapat  melaksanakannya  dengan baik.
b. Persiapan  yang  harus  dilakukan  oleh  guru  pun  lebih  lama.  Guru  harus
merancang  pembelajaran  tematik  dengan  memerhatikan  keterkaitan  antara berbagai pokok materi tersebar di beberapa mata pelajaran.
c. Menuntut penyediaan alat, bahan, sarana, dan  prasarana untuk berbagai  mata
pelajaran yang dipadukan secara serentak. Suyanto  dan  Asep  2013:  268  pembelajaran  tematik  terdapat  beberapa
kelemahan diantaranya sebagai berikut: a.
Bahan  ajar  yang  banyak  tersedia  masih  menggunakan  pendekatan  mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema
b. Bahan  ajar  tematik  masih  bersifat  nasional  sehingga  beberapa  materi  kurang
sesuai dengan kondisi lingkungan di tempat siswa belajar c.
Sekolah yang kekurangan jumlah guru menerapkan model pembelajaran kelas rangkap, sehingga guru mengalami kesulitan menerapkan pembelajaran tematik di
kelas awal d.
Jadwal  yang  menggunakan  mata  pelajaran  menyulitkan  guru  dalam memadukan berbagai mata pelajaran secara luwes
2.1.5.7 Implikasi Pembelajaran Tematik
Kadir    Asrohah  2014:  27  terdapat  beberapa  implikasi  dari pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:
a. Implikasi bagi guru
Pembelajaran  tematik  memerlukan  kecekatan  guru  pengampu  kelas  untuk melakukan  perencanaan  pembelajaran  tematik.  Dalam  pembelajaran  tematik  ini
beban  guru  menjadi  lebih  berat  dan  lebih  banyak  dibandingkan  dengan pelaksanaan pembelajaran non tematik.
b. Implikasi bagi siswa
Anak  didik  harus  mampu  bekerja  secara  individual,  berpasangan  atau berkelompok sesuai dengan tuntutan skenario pembelajaran.
c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media
Konsekuensi  pembelajaran  tematik  adalah  semua  alat  yang  diperlukan  untuk semua mata pelajaran itu harus tersedia, minimal untuk masing-masing alat untuk
satu mata pelajaran dapat dipergunakan secara bersama. 2.1.5.8
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Suryosubroto  2009:  137  menyatakan  bahwa  pembelajaran  tematik
dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan yang diuraikan sebagai berikut: 1.
Perencanaan Ada  beberapa  langkah  yang  perlu  dilakukan  dalam  merancang  pembelajaran
tematik,  yaitu:  1 pelajari kompetensi  dasar pada kelas dan semester  yang sama dari  setiap  mata  pelajaran;  2  pilihlah  tema  yang  dapat  mempersatukan
kompetensi-kompetensi  untuk  setiap  kelas  dan  semester;  3  buatlah  matriks
hubungan  kompetensi  dasar  dengan  yang  lama;  4  buatlah  pemetaan pembelajaran tematik; 5 susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan
matriks atau jaringan topik pembelajaran topik. 2.
Penerapan  pembelajaran  tematik.  Pada  tahap  ini  intinya  guru  melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
3. Evaluasi pembelajaran tematik
Evaluasi  pembelajaran  tematik  difokuskan  pada  evaluasi  proses  dan  hasil. Evaluasi  proses  diarahkan  pada  tingkat  keterlibatan,  minat,  dan  semangat  siswa
dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil tidak diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi.
2.1.6 Siswa
2.1.6.1 Karakteristik Siswa
Uno  2012:  262  menyatakan  beberapa  karakteristik  anak  sekolah  dasar yaitu antara lain:
a. Perbedaan Individual Anak Usia SD
Seorang  guru  dapat  mengetahui  perbedaan  individual  dengan  mengamati  ciri fisik,  seperti  tinggi  atau  bentuk  badan.  Ciri  lain  yang  adalah  dari  tingkah  laku
masing-masing siswa. b.
Perbedaan pada Perkembangan Intelektual Seorang  anak  umumnya  memasuki  jenjang  pendidikan  SD  pada  usia  6  tahun,
dimana  diperkirakan  sudah  siap  menerima  pelajaran  dan  dapat  mengalami kemajuan  belajar  secara  teratur  dalam  tugas  sekolah.  Walaupun  demikian  ada
siswa yang pada usia tersebut belum mampu mengikuti pelajaran  yang diberikan
secara  teratur  dan  kadang-kadang  ketidakmampuan  siswa  yang  keluar  dalam bentuk  tidak  bisa  mengerjakan  tugas  sekolah  dianggap  guru  sebagai  suatu
kemalasan.  Semestinya  hal  tersebut  dipandang  sebagai  suatu  perbedaan  dalam kemampuan intelektualnya.
c. Perbedaan pada Perkembangan Moral
Perbedaan  yang  dapat  terjadi  pada  aspek  perkembangan  moral  pada  individu tergantung  dari  lingkungan  bukan  bawaan  lahir.  Lingkungan  keluarga,  teman
sebaya dan sekolah dan guru membuat perbedaan pada perkembangan moral anak. d.
Perbedaan Kemampuan Setiap  anak  SD  mempunyai  kemampuan  berkomunikasi,  bersosialisasi,  atau
kemampuan  kognitif  yang  berbeda-beda.  Kemampuan  berbahasa  sangat dipengaruhi  oleh  oleh  faktor  intelektual  dan  lingkungan,  selain  faktor  fisik  juga
organ berbicara seseorang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakeristik anak sekolah
dasar  dipengaruhi  oleh  keadaan  fisik  dan  tingkah  laku,  kemampuan  intelektual, dan lingkungan yang ada disekitarnya.  Pada umumnya karakteristik anak sekolah
dasar kelas rendah yaitu suka meremehkan segala sesuatu sedangkan karakteristik anak sekolah dasar kelas tinggi  yaitu memiliki rasa  ingin tahu, ingin belajar, dan
realistis serta timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. 2.1.6.2
Respon Siswa dalam Pembelajaran Tematik Terwujudnya  respon  siswa  dalam  pembelajaran  tematik  berbasis  KTSP
menurut Panduan KTSP 2007 dalam Kadir dan Asrohah 2014: 7 diantaranya: a.
Siswa mampu memusatkan perhatian pada saat pembelajaran
b. Siswa  mampu  mempelajari  pengetahuan  dan  mengembangkan  berbagai
kompetensi dasar antar isi mata pelajaran c.
Siswa  mampu  memahami  materi  mata  pelajaran  secara  lebih  mendalam  dan berkesan
d. Siswa mampu mengetahui hubungan antara pengalaman dan pengetahuan yang
sudah dimiliki dengan apa yang akan dipelajari e.
Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar f.
Siswa menjadi lebih bergairah dalam belajar 2.1.6.3
Perbedaan Individual Anak Didik Djamarah  2010:  55  persoalan  perbedaan  individual  anak  didik  perlu
mendapat perhatian guru, sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat berjalan secara kondusif. Perbedaan individual pada anak dibedakan menjadi tiga
diantaranya: a.
Perbedaan biologis Di  dunia  ini  tidak  ada  seorang  pun  yang  memiliki  jasmani  yang  persis  sama,
meskipun dalam satu keturunan. b.
Perbedaan intelektual Intelektual  merupakan  salah  satu  aspek  yang  selalu  aktual  untuk  dibicarakan
dalam dunia pendidikan keaktualan ini dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
c. Perbedaan psikologis
Di  sekolah  perbedaan  aspek  psikologis  ini  tak  dapat  dihindari,  disebabkan pembawaan  dan  lingkungan  anak  didik  yang  berlainan  antara  yang  satu  dengan
yang lainnya.
2.2 Kajian Empiris
Beberapa hasil penelitian terdahulu  yang relevan tentang studi kasus dalam penguasaan  keterampilan  bertanya  guru.  Adapun  hasil  penelitian  tersebut  antara
lain sebagai berikut : Penelitian  pertama  adalah  penelitian  dari  Martianty  Nalole.  2010.
Kemampuan  Guru  Menerapkan  Ketrampilan  Bertanya  Pada  Pembelajaran Matematika  Di  Kelas  IV  SDN  No.  64  Kota  Timur  Kota  Gorontalo.  Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan bertanya  pada  mata  pelajaran  Matematika  di  kelas  IV  SDN  No.  64  Kecamatan
Kota Timur Kota Gorontalo sudah dilaksanakan akan tetapi masih ada komponen- komponen  yang belum dilaksanakan antara lain penyebaran, pemberian tuntunan
dan penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai  teknik. Untuk keberhasilan dalam  proses  belajar  mengajar  disarankan  agar  guru  seharusnya  dapat
memahami  komponen-komponen  yang  ada  dalam  keterampilan  bertanya, sehingga dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jurnal Universitas
Gorontalo Penelitian  kedua  adalah  penelitian  dari  Ramdhani  Taufik.  2013.
Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Bertanya Pada Pelajaran Sosiologi Di  Kelas  IX  SMA  Islamiyah  Pontianak.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa
kemampuan  guru  dalam  menerapkan  keterampilan  bertanya  pada  pelajaran sosiologi  di  kelas  XI  SMA  Islamiyah  Pontianak  sebagian  besar  sudah
dilaksanakan  oleh  guru  pelajaran  sosiologi,  akan  tetapi  ada  sebagian  komponen keterampilan  bertanya  dasar  yang  tidak  dilaksanakan  yaitu  pemusatan  dan
pemberian  tuntutan.  Serta  kemampuan  guru  menerapkan  keterampilan  bertanya lanjutan  sudah  terlaksana,  namun  masih  ada  beberapa  komponen  yang  masih
belum  terlaksana  dengan  baik.  Adapun  komponen  yang  perlu  dilatih  dan diperdalam  lagi  oleh  guru  adalah  klasifikasi  pertanyaan,  meminta  siswa
memberikan  jawaban  yang  lebih  relevan  dan  meminta  jawaban  yang  lebih kompleks. Jurnal Universitas Tanjung Pura Pontianak
Penelitian  ketiga  adalah  penelitian  dari  Hilda  Husni  Hidayanti.  2013. Penggunaan  Keterampilan  Bertanya  Dasar  Dalam  Pembelajaran  IPS  Di
SD.Penelitian  Deskriptif  di  kelas  IV  SDN  Sirnagalih  Kecamatan  Sariwangi Kabupaten  Tasikmalaya.  Hasil  penelitian  ini  yaitu  penggunaan  keterampilan
bertanya  dasar  dalam  pembelajaran  IPS  berpedoman  pada  tujuan  pembelajaran, tujuan,  prosedur,  dan  prinsip  penggunaan  keterampilan  bertanya  dasar.
Ketercapaian  komponen  tujuan,  prosedur  dan  prinsip  penggunaan  keterampilan bertanya  dasar  mempunyai  kecenderungan  baik  karena  melebihi  dari  setengah
komponen  ketercapaian  keterampilan  tersebut.  Hambatan  dalam  penggunaan keterampilan  bertanya  dasar  adalah  belum  terpenuhinya  semua  tujuan,  prosedur,
dan prinsip penggunaan keterampilan bertanya dasar yang meliputi , belum semua siswa  terlibat  aktif  dalam  pembelajaran,  belum  tercapainya  pemindahan  dan
penyebaran giliran menjawab, terkadang guru mengajukan pertanyaan ganda, dan
menjawab  pertanyaan  yang  di  ajukan  sendiri.  Jurnal  Universitas  Pendidikan Indonesia
2.3 Kerangka Berpikir