metafora maka dapat diketahui bagaimana kehidupan sehari-hari dan budaya dari suatu masyarakat.
2.2.6 Proses Kognitif dalam Ungkapan Metaforis
Proses kognitif merupakan proses yang terjadi dalam manah sehingga menghasilkan ungkapan metaforis. Proses kognitif dalam ungkapan metaforis
ditunjukkan melalui konseptualisasi yang didasarkan pada pengalaman tubuh, sifat, ciri, fungsi, dan kekuatan yang dimiliki oleh ranah sumber yang
berkorespondensi dengan ranah target Nirmala, 2014:7. Berikut uraian konseptualisasi tersebut.
i Konseptualisasi Berdasarkan Pengalaman yang Dirasakan oleh Tubuh
Konseptualisasi ini mengacu pada apa yang dirasakan oleh tubuh secara keseluruhan dirasakan oleh alat indra untuk menunjukkan korespondensi
antara konsep sumber dan target. ii
Konseptualisasi Berdasarkan Sifat Konseptualisasi ini mengacu pada semua fitur semantis yang dapat
ditunjukkan melalui indikator yang dapat dibuktikan baik secara visual maupun pengalaman tubuh.
iii Konseptualisasi Berdasarkan Ciri
Konseptualisasi ini mengacu pada fitur semantis yang dapat menjadi penanda yang dapat dibuktikan secara visual atau dirasakan oleh indra.
iv Konseptualisasi Berdasarkan Kekuatan
Korespondensi antara konsep sumber dengan konsep target dapat ditunjukkan melalui konseptualisasi terhadap konsep sumber yang didasarkan
pada fitur kekuatan yang dimiliki kedua ranah itu. v
Konseptualisasi Berdasarkan Fungsi Konseptualisasi ini mengacu pada fungsi yang dapat ditunjukkan melalui
kegunaan dari entitas.
2.2.7 Nilai-nilai Budaya dalam Peribahasa Jawa
Sartini 2009 dalam penelitiannya menyatakan tentang model-model budaya yang dapat dimunculkan secara eksplisit melalui ungkapan tradisional
yang mencakup mentalitas, persepsi, sikap, perilaku, etika, dan moral. Model- model budaya yang mencakup hal tersebutlah yang disebut nilai budaya. Sartini
2009 membagi nilai budaya dalam peribahasa Jawa ke dalam lima kategori, sebagai berikut.
i Peribahasa Jawa yang Menggambarkan Sikap dan Pandangan Hidup
Sikap hidup adalah cara seseorang memberi makna terhadap kehidupannya. Sikap hidup ini diperlihatkan untuk diri sendiri, atau untuk
orang lain yang berstatus sosial lebih tinggi seperti pimpinan, atasan, atau orang tua Pranowo, 2003:280 dalam Sartini, 2009:32.
ii Peribahasa Jawa yang Mencerminkan Sikap Buruk
Peribahasa Jawa yang mencerminkan sikap buruk adalah peribahasa yang perlu dihayati tetapi tidak perlu dikembangkan dan diterapkan.
iii Peribahasa Jawa yang Berhubungan dengan Tekad Kuat
Nilai yang berhubungan dengan tekad yang kuat merupakan kearifan lokal yang perlu untuk terus dihayati sebagai semangat bagi masyarakat agar terus
memiliki tekad yang kuat dalam mengusahakan segala sesuatu. iv
Peribahasa Jawa yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan Tuhan Beberapa
konteks yang
melatarbelakangi munculnya
ungkapan tradisionalperibahasa Jawa yang menggambarkan hubungan manusia dengan
Tuhan antara lain a ketidakmampuan manusia menerangkan seluruh gejala alam yang dilihat dan dirasakannya, b keinginan manusia untuk mencari
sandaran hidup yang dapat menuntun karsa, cipta, dan karyanya, c adanya kedekatan hubungan antara orang Jawa dengan Sang Maha Pencipta Pranowo
2003:276 dalam Sartini, 2009:34. v
Peribahasa Jawa yang Menggambarkan Hubungan Manusia dengan Sesama Peribahasa Jawa yang menggambarkan hubungan manusia dengan sesama
ini dimaksudkan untuk menjaga relasi sosial agar tetap terjalin dengan baik, saling menghargai dan penuh dengan toleransi.
2.2.8 Etnolinguistik