Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in-vitro.

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos

caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus

aureus SECARA IN-VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Theresia Astutiningrum

121434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016


(2)

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos

caudatus Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus

aureus SECARA IN-VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Theresia Astutiningrum

121434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016


(3)

SKR.IPSI

UJI AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

DATiN

KENIKIR

(Cosmos c audatas Ku n th. )

TERIIADAP

PERTUMB

UIL{N

BAKT E

RI

Stap h7, I o c o c c u s

nureus SECARA

IN-WTRO

Yang diajukan cleh :

There sia Astutiningrum 121434039

Telali disefujui oleh:

Yoami Mar M.Si tanggal, 3 November 2016

Pembimbing

4nnl4


(4)

SKRIPSI

UJT

AKTTVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN

KENIKIR

(Cosmos caudatus

Kunth.)

TERTTAIIAP

PERTUMBUHAN BAKTERI

Stop hy lo coccus

$areus SECARA

IN-\IT*.O

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Theresia Astutininsrum t2t434039

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi

JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 14 November 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Srxunan Panitia Penguji Skripsi

]r{ama Lengkap

Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si. Puspita Ratna Susilawati, M.Sc.

Ika Yuli Listyarini, M.Pd.

Tangan 1. Ketua

2.

Sekretaris

3.

Anggota

4.

Anggota

5.

Anggota


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

3

He

 

alone

 

is

 

my

 

rock

 

and

 

my

 

salvation,

 

He

 

is

 

my

 

fortness,

 

I

 

will

 

never

 

be

 

shaken.

  

(Psalm

 

62:

 

3)

 

     

Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus, demi kemuliaanMu yang lebih besar Bunda Maria, demi cinta kasihmu yang tulus Bapak dan Ibu sebagai tanda bakti dan hormatku Kepada adik-adik yang memberikan penghiburan dan semangat Kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dan


(6)

PER}TYATAAN

KEASLIAII KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya

tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya onmg lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 November 2016

#p:

+'-'


(7)

LEMBAR PERI{YATAAN PERSETUJUAI\ PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

T]NTUK

KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan

di

bawah

ini,

saya sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

: Theresia Astutiningrum

NIM

:121434039

Demi

kepentingan pengembangan

ilmu

pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UJI

AKTIVITAS AIYTIBAKTERI EKSTRAK I}AUN

KENIKIR

(CosMoS caudatus

Kunth.) TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI

Staphylococcus

aureus SECARA

IN-WTRO

Dengan

demikian

saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak

untuk

menyimpan,

untuk

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendishibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya

di

internet atau media

lain

untuk

kepentingan akademis tanpa perlu

ijin

dari saya maupun memberikan

royalti

kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan

ini

saya buat dengan sebenarnya: Dibuat

di

: Yogyakarta

Pada tanggal: 14 November akan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai dan memberkati penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KENIKIR

(Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO”

Penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar dan selesai tentunya dengan adanya bantuan dan juga bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah menyetujui dan mengesahkan skripsi ini.

2. Bapak Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang memberi banyak teladan baik.

3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech selaku Wakil Ketua Program Studi yang selalu mengingatkan akan penyelesaian skripsi.

4. Ibu Y.M Lauda Feroniasanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan masukan, saran dan selalu menyemangati hingga skripsi ini bisa selesai.

5. Ibu Maslichah Asyar’i, M.Pd selaku DPA dan Kepala Laboratorium Pendidikan Biologi, yang memberikan kemudahan perijinan dan yang selalu memberikan teladan baik.

6. Pak Agus dan Pak Warsono selaku laboran, yang selalu siap ketika saya membutuhkan bantuan selama bekerja di laboratorium.

7. Mas Arif selaku staf kesekretariatan JPMIPA yang memberi kemudahan terkait surat perijinan.

8. Bapak, Ibuk, dek Lusi dan dek Elis serta segenap keluarga yang selalu memberi dorongan semangat lewat doa-doa.


(9)

9.

Maranty

Boy

Rante

Allo

dan Tresia Jawa

Liwun

sebagai teman satu

perjuangan

di

Lab.

Mikrobiologi

yang

telah

menemani,

saling memberikan masukan dan saling menguatkan hingga penelitian selesai. 10. Teman-temanku

di

Pbio, Nugraheni Dina, Christine Pamardining Utami,

Rinanti Anugraheni, Desi Sasmita Nugrah4 Ridha

Ayu

Damayanti, Rike Pangestika, Gloria Jessica yang selalu memberikan penghiburan dan tak lelah untuk saling menyemangati hingga skripsi

ini

bisa selesai.

11. Teman-teman

PBIO

angkatan

2Al2

yang selalu mengobarkan semangat lewat aksi-aksinya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusrman skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. Penulis mengharapkan

kritik

dan saran yang membangun dari para pembaca. Terakhir, semoga skripsi

ini

memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta 14 November 2016


(10)

EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Theresia Astutiningrum Universitas Sanata Dharma

2016

ABSTRAK

Kulit yang terluka rentan mengalami infeksi bakteri bila tidak segera dilakukan pengobatan. Salah satu penyebabnya adalah bakteri Staphyloccocus

aureus. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sudah lama dimanfaatkan

masyarakat untuk dikonsumsi maupun pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir, menguji perbedaan aktivitas antibakteri melalui perbedaan metode ekstraksi daun kenikir dan mengetahui konsentrasi hambat minimum.

Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode Kirby- Bauer. Aktivitas antibakteri ditandai dengan adanya zona bening disekitar kertas cakram yang disebut daya hambat. Metode pengujian konsentrasi hambat minimum dengan dilusi padat. Penelitian menggunakan dua metode ekstraksi, yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk dengan pelarut akuades. Konsentrasi yang digunakan yaitu 30%, 45% dan 60%.

Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir mempunyai daya antibakteri. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua metode ekstraksi. Ekstrak tumbuk daun kenikir memiliki zona hambat terkecil pada konsentrasi 30% sebesar 6,76 mm dan zona hambat terbesar sebesar 7,58 mm pada konsentrasi 60%. Ekstrak etanol daun kenikir konsentrasi 30% memiliki zona hambat sebesar 7,25 mm dan pada konsentrasi 60% sebesar 8,59 mm. Pengujian antibakteri tidak mendapat data Konsentrasi Hambat Minimum. Dengan demikian, ekstrak daun kenikir termasuk bakteriostatik yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri.

Kata kunci : Antibakteri, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).


(11)

THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF KENIKIR LEAVES (Cosmos

caudatus Kunth) EXTRACT TOWARD THE GROWTH OF Staphylococcus aureus BACTERIA IN-VITRO

Theresia Astutiningrum Sanata Dharma University

2016

ABSTRACT

The skin wound caused bacterial infection if not to be treated. One of the cause is (Staphylococcus aureus) bacteria. Kenikir leaves (Cosmos caudatus

Kunth.) has been used by people to be consumed and for traditional medication.

This research aims to know the antibacterial activity extract of Kenikir leaves, to test the difference of antibacterial activity through different extraction method of Kenikir leaves and also to know minimum inhibitory concentration.

The methodology that was used to test antibacterial activity was Kirby-Bauer method. Antibacterial activity was characterized by the presence of clear zone around paper discs which were called an inhibitory zone. Method to test a minimum inhibitory concentration were solid dilution. The research used two methods of extraction, namely maceration with ethanol solvent and mashed with aquades solvent. Extract concentration that were used were 30%, 45%, 60%.

Result showed that Kenikir leaves extracts has antibacterial activity. The results of antibacterial activity of the extracts showed that there was no difference between the two extraction method. Mashed extract of Kenikir leaves had a smallest inhibiton zone in concentration of 30% which were 6,76 mm and the largest was 7,58 mm in concentration of 60%. Ethanol extract of Kenikir leaves at concentration of 30% had an inhibiton zone of 7,25 mm and concentration of 60% had 8,59 mm. Minimum Inhibitory Concentration of antibacterial activity was not obtained. Kenikir leaves extract belongs to bacteriostatic group because of the compound could only inhibit the growth of bacteria.

Keyword: Antibacterial, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tanaman Kenikir ... 6

1. Klasifikasi Tanaman Kenikir ... 6

2. Morfologi dan Fisiologi Kenikir ... 6


(13)

4. Senyawa dan Manfaat ... 8

B. Bakteri ... 8

C. Bakteri Staphylococcus aureus ... 14

1. Klasifikasi Staphylococcus aureus ... 14

2. Morfologi dan Identifikasi ... 14

3. Patogentitas ... 15

D. Antibakteri ... 16

E. Ekstraksi ... 22

F. Penelitian yang Relevan ... 25

G. Kerangka Berpikir ... 26

H. Hipotesis ... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 31

C. Batasan Penelitian ... 31

D. Alat dan Bahan ... 32

E. Cara Kerja ... 34

1. Tahap Persiapan ... 34

2. Tahap Pelaksanaan ... 38

3. Tahap Pengumpulan Data ... 40

F. Metode Analisis Data ... 42

G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil ... 44

1. Konfirmasi Daun Kenikir ... 44

2. Pengumpulan dan Pengamatan Bakteri Uji ... 45

3. Pembuatan Ekstrak Daun Kenikir ... 47

4. Hasil Pengujian Antibakteri ... 49

5. Konsentrasi Hambat Minimal ... 52

B. Pembahasan ... 53

1. Aktivitas Antibakteri ... 53

2. Kelemahan dan Kelebihan Masing-masing Ekstrak ... 57

3. Konsentrasi Hambat Minimal ... 60


(14)

BAB V. PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

C. Implementasi dalam Pembelajaran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif ... 11

Tabel 3.1 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak untuk Pengujian Antibakteri ... 39

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat ... 50


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tanaman Kenikir (Cosmos caudatus Kunth) ... 6

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus ... 15

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir ... 28

Gambar 3.1 Peletakan Paper Disc Pada Cawan Petri ... 30

Gambar 4.1 Morfologi Sel Bakteri Staphylococcus aureus ... 45

Gambar 4.2 Pengecatan Gram Bakteri Staphylococcus aureus ... 46

Gambar 4.3 Morfologi Koloni Bakteri Staphylococcus aureus ... 47

Gambar 4.4 Hasil Ekstrak Etanol dan Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir ... 48

Gambar 4.5 Zona Hambat Yang Terlihat Pada Sekitar Cakram Kertas ... 49

Gambar 4.6 Diameter Zona Hambat Perlakuan Ekstrak Dengan Pelarut Etanol Dan Ekstrak Dengan Pelarut Akuades ... 51


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat ... 71

Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik SPSS Two Way Anova ... 72

Lampiran 3. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kenikir ... 74

Lampiran 4. Dokumetasi Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir ... 75

Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Etanol Daun Kenikir ... 76

Lampiran 6. Dokumentasi Hasil Konsentrasi Hambat Minimal Ekstrak Tumbuk Daun Kenikir ... 77

Lampiran 7. Silabus ... 78

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

Lampiran 9. Penilaian Kognitif ... 98

Lampiran 10. Penilaian Afektif ... 103

Lampiran 11. Penilaian Psikomotorik ... 105

Lampiran 12. Penilaian Portofolio ... 107


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh. Sebagai bagian terluar maka

kulit sering bersentuhan dengan benda-benda di sekitar manusia. Benda-benda

yang berada di sekitar manusia tentu tidak lepas dari mikroorganisme yang bisa

berbahaya untuk kulit. Kulit manusia merupakan pertahanan utama dalam

menghadapi serangan dari beberapa mikroorganisme. Struktur stratum korneum

pada bagian epidermis kulit yang utuh melindungi adanya invasi mikroorganisme

(Brown dan Burns, 2005).

Kulit yang tergores akan menimbulkan adanya luka. Luka adalah rusaknya

kulit yang akan menimbulkan pendarahan, kontaminasi bakteri hingga kematian

sel (Anonim, 2007). Luka gores merupakan luka yang terjadi akibat benda tajam.

Apabila luka gores dibiarkan terbuka maka akan menimbulkan infeksi bakteri.

Salah satu bakteri patogen infeksi pada luka yang terbuka adalah bakteri

Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang telah resisten terhadap

berbagai antibiotik. Berita yang dimuat dalam laman Deutsche Welle (2016)

menyebutkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol di negara-negara

berkembang menyebabkan bakteri menjadi resisten. Bakteri S. aureus merupakan

flora normal pada kulit manusia dalam kondisi atau jumlah yang sedikit. Apabila

jumlahnya sudah banyak dan masuk dalam jaringan tubuh maka akan berbahaya


(19)

menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat mengganggu sistem imun yang

merupakan pertahanan paling awal tubuh manusia. Cara bakteri ini dalam

mengganggu sistem imun yakni dengan mengikat antibodi, menyerang membran

sel, dapat menyebabkan hemolisis bahkan leukosis yang dapat mematikan sel

tubuh manusia.

Tubuh mempunyai mekanismenya sendiri dalam melindungi kulit. Pada

bagian epidermis yakni pada stratum spinosum terdapat sel-sel Langerhans yang

tersebar. Menurut Brown dan Burns (2005), sel-sel Langerhans ini merupakan

pertahanan imunologis dalam melawan antigen dari luar, selanjutnya antigen

tersebut ditangkap dan diarahkan pada limfosit T, yang kemudian dapat

meningkatkan respon imun. Akan tetapi, tidak setiap saat orang bisa membentuk

sistem pertahanan tubuh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan antibakteri untuk

melawan bakteri atau menekan laju pertumbuhannya.

Masyarakat di Indonesia sudah lama memanfaatkan tanaman herbal untuk

pengobatan. Tanaman herbal banyak digunakan sebagai obat karena sering

dijumpai, sehingga mudah diperoleh. Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)

merupakan salah satu tumbuhan indiegenous. Tumbuhan indiegenous merupakan

tanaman asli atau tanaman introduksi yang telah lama dikenal masyarakat di suatu

daerah tertentu (Listyorini, 2015). Daun kenikir (C. caudatus) merupakan salah

satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain hal itu

daun kenikir juga memiliki manfaat sebagai bahan obat (Listyorini, 2015).


(20)

menunjukkan adanya senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, terpenoid,

alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang berpotensi sebagai antibakteri.

Selama ini tanaman herbal biasa digunakan masyarakat untuk mengobati

luka gores dengan cara menumbuk atau meremas bagian tanaman tertentu

misalnya daun, kemudian dibalurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka.

Cara menumbuk dan meremas ini merupakan cara tradisional agar metabolit

sekunder tanaman yang mengandung khasiat penyembuh keluar dari dalam

tanaman. Tradisi yang telah lama berkembang di masyarakat harus didukung

informasi ilmiah agar senyawa yang terkandung di dalam suatu tanaman bisa

diketahui. Data ilmiah ini bisa diperoleh dengan cara ekstraksi yang lebih modern

dengan menggunakan skala laboratorium sehingga lebih terkontrol. Data senyawa

yang didapat dari suatu ekstrak tanaman nantinya bisa dikembangkan untuk

industri obat.

Menurut Aulia dalam Maryani (2012), antibakteri adalah obat atau

senyawa kimia yang bisa menghambat atau bahkan membunuh bakteri-bakteri

yang bersifat patogen. Hingga saat ini terus dilakukan penelitian tentang

antibakteri secara berkelanjutan karena terancam adanya mikroba yang resisten.

Antibakteri yang berasal dari tanaman juga mulai diteliti, karena banyaknya

tanaman yang dipercaya sebagian masyarakat memiliki khasiat mengobati.

Berdasarkan kandungan senyawa yang ada pada daun kenikir (C.

caudatus), tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri terutama terhadap

bakteri S. aureus penyebab infeksi. Penelitian yang dilakukan yakni uji aktivitas


(21)

ekstraksi. Metode secara tradisional dengan cara ditumbuk dengan pelarut

akuades dan metode yang lebih terkontrol yakni maserasi dengan pelarut etanol.

Peneliti ingin mengetahui aktivitas antibakteri dengan adanya perbedaan metode

ekstraksi daun kenikir.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat adanya latar belakang, maka rumusan masalah yang bisa

diambil adalah:

1. Apakah ekstrak daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococus aureus?

2. Apakah perbedaan metode dalam pembuatan ekstrak memberikan pengaruh

berbeda terhadap aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus?

3. Berapa konsentrasi hambat minimum masing-masing metode ekstraksi yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

C. Tujuan Penelitian

Dari hasil rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menguji adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kenikir (Cosmos

caudatus Kunth.).

2. Menguji adanya perbedaan aktivitas antibakteri dengan metode ekstraksi daun

kenikir yang berbeda.

3. Mengetahui konsentrasi hambat minimum yang dapat menghambat


(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik harus bisa memberikan manfaat bagi penulis maupun

untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Manfaat dari penelitian ini yakni :

1. Untuk peneliti:

Menambah pengetahuan tentang potensi antibakteri dari daun kenikir serta

mengetahui cara ekstraksi tanaman untuk pengujian antibakteri.

2. Untuk masyarakat:

Sebagai informasi dan bukti yang ilmiah tentang potensi daun kenikir (C.

caudatus) sebagai antibakteri.

3. Untuk pendidikan:

Hasil penelitian bisa dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran untuk


(23)

A. Tana 1. Klas

K sebagai b

Gambar 2 Sumber :

2. Mor K hingga s bercaban empat de man Kenik sifikasi Tan Klasifikasi ta berikut: 2.1 Tanama : Dokument

rfologi dan F Kenikir (C.

atu tahun.K ng banyak. engan alur m

TIN

kir

naman Kenik anaman ken

an Kenikir ( tasi pribadi Fisiologi K caudatus)m Kenikir mem Tinggi tan membujur d BAB I NJAUAN P kir nikir dalam Kingd Divisi Subdiv Classi Ordo Famili Genus Spesie (Cosmos cau

enikir merupakan t

mpunyai bat aman ini m dan berambu II

PUSTAKA

ITIS Catalo

dom : P io :M visio : M is :A

: A

ia : A

s : C es :C

udatus Kun

tanaman he tang yang k mencapai

1-ut.

ogue of Life

Plantae Magnoliophy Magnoliopsi Asteranea Asterales Asteraceae Cosmos Cosmos caud nth.)

erba yang m kokoh, kuat - 2,5 m. Ba

e (2016) ada

yta ida

datus Kunth

mempunyai t, tegak dan atangnya be alah h. umur n juga ersegi


(24)

Posisi daun berhadapan, mempunyai tangkai yang panjang berbentuk seperti talang. Helaian daun yang rendah menyirip rangkap 3-4 atau berbagi menyirip. Panjang dan lebarnya mencapai 15-25 cm. Daun bagian atas berturut-turut bertangkai makin pendek, lebih kecil dan kurang berbagi. Daun pembalut yang terluar berwarna hijau kemudian berujung melengkung kembali. Daun kenikir menimbulkan bau aromatis bila diremas.

Dasar bunga majemuk mempunyai sisik seperti jerami. Bunga bertepi 8, pinggiran memanjang hingga bulat telur terbalik dan ujungnya bergigi 3. Bunga berwarna merah muda. Bunga kenikir memiliki banyak cakram, berkelamin 2, tinggi mahkotanya 1 cm, bertaju 5, berwarna pucat dengan bagian pangkal berwarna kuning. Tabung kepala sari berwarna cokelat kehitaman. Jumlah cabang tangkai putik 2, runcing dan bagian luar berambut panjang. Buah keras berbentuk spul sempit beralur berwarna coklat kehitaman. Mempunyai bagian yang berparuh yang panjangnya sekitar 1-1,5 cm ( Steenis, dkk.,2008).

3. Habitat

Kenikir berasal dari daerah Amerika tropis dan kemudian menyebar ke daerah tropis. Kenikir biasa ditemukan di pembatas sawah, tepi ladang dan juga sebagai pagar. Kenikir kadang juga tumbuh liar di semak belukar.

Kenikir tahan terhadap cuaca yang panas. Tanaman kenikir menyukai tempat tumbuh yang langsung terkena sinar matahari dengan tanah berpasir atau berbatu, berlempung, liat berpasir atau berlempung dengan kelembaban sedang atau lebih (Diperta Jabar, 2010).


(25)

4. Senyawa dan Manfaat

Kandungan kimia yang ada dalam daun kenikir yakni saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol (CCRC Farmasi UGM, 2014). Daun kenikir memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karenamemiliki kemampuan menetralisasikan radikal bebas (Huda,et al., 2009). Daun kenikir sering dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran. Secara tradisional daun ini juga digunakan untuk obat penambah nafsu makan, lemah jantung, penguat tulang dan pengusir serangga.

Pada penelitian Chotiah (2015) ekstrak etanol daun kenikir (C. caudatus) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus epidermis. Penelitian Dwiyanti, dkk. (2014),ekstrak daun Kenikir berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Bacillus cereus. Penelitian Safita, dkk. (2015) juga menunjukkan hasil bahwa daun kenikir memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan ekstrak dari daun kenikir memiliki beberapa kandungan kimia diantaranya yakni flavonoid, tanin, alkaloid, kuinon dan polifenol.

B. Bakteri

Bakteri merupakan organisme uniseluler yang berarti satu sel bakteri merupakan individu mandiri (Harti, 2015). Bakteri dikelompokkan menjadi beberapa golongan mulai dari ukuran, perbedaan suhu pertumbuhan, pewarnaan Gram, perbedaan pH, dan kebutuhan oksigen. Setiap bakteri mempunyai ukuran yang berbeda. Ukuran bakteri dinyatakan dalam satuan mikron.


(26)

Menurut Irianto (2006) bentuk bakteri dibedakan menjadi 3 macam :

a. Bulat (Kokus)

Merupakan bakteri dengan bentuk bulat. Bakteri dengan bentuk bulat masih bisa dibedakan berdasarkan jumlah bulatan yakni:

- Monokokus, yaitu bakteri berbentuk bulat tunggal.

- Diplokokus, bakteri berbentuk bulat dan bergandengan dua-dua.

- Sarkina, bakteri berbentuk bulat berkelompok empat-empat, hingga menyerupai kubus.

- Streptokokus, bakteri berbentuk bulat berkelompok membentuk rantai. - Stafilokokus, bakteri berbentuk bulat yang bergerombol seperti buah

anggur. b. Batang (Basil)

Bakteri dengan bentuk batang dapat juga dibedakan berdasar jumlah batang. Bentuk basil dapat dibedakan atas :

- Basil tunggal, yakni bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal. - Diplobasil, yakni bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua. - Streptobasil, bakteri bentuk batang yang bergandengan memanjang

membentuk rantai. c. Spiral

Bakteri dengan bentuk spiral atau koma dibedakan menjadi tiga macam yakni :

- Spiral, yakni bakteri dengan bentuk seperti spiral dan sel tubuh umumnya kaku.


(27)

- Vibrio, merupakan bakteri dengan bentuk koma atau spiral tak sempurna. - Spirochaeta, yakni golongan bakteri berbentuk spiral dengan sifat yang

lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

Bakteri juga dibedakan menjadi dua sesuai dengan pewarnaan gram yakni, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Harti (2015) menyebutkan bahwa pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri yakni dengan melihat hasil akhir dari pewarnaan. Pewarnaan gram pertama kali ditemukan oleh Christian Gram tahun 1884.

Teknik dari pewarnaan ini menurut Alexander et.al.(2003), pertama-tama bakteri diletakkan pada gelas benda kemudian difiksasi menggunakan aquades, setelah itu ditetesi dengan kristal violet dan didiamkan beberapa saat. Kedua, gelas benda dibilas dengan air mengalir setelah itu ditetesi menggunakan larutan iodium dan didiamkan beberapa saat. Sampai tingkat pengecatan ini maka semua bakteri akan terwarna ungu. Proses selanjutanya, preparat didekolorisasi menggunakan alkohol, setelah dicuci dengan air maka preparat diwarna kontras yakni safranin.

Pada akhir pengecatan akan terlihat bakteri gram positif yang berwarna ungu sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah. Hal ini terjadi karena bakteri gram positif mampu menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga zat warna yang lain (safranin) tidak terlalu berpengaruh. Bakteri gram negatif pada akhir pewarnaan akan terlihat berwarna merah karena bakteri ini tidak mampu menahan zat warna ungu (kristal violet) sehingga menyerap warna kontras safranin yang berwarna merah (Irianto, 2006).


(28)

Perbedaan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif juga bisa dilihat pada Tabel 2.1 menurut Harti (2015) :

Tabel 2.1 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Keterangan Gram positif Gram negatif

Dinding sel Sederhana Lebih kompleks Struktur dinding sel 1 lapisan pepdoglikan 2 lapisan :

a. Bagian luar berupa lipopolisakarida dan protein.

b. Bagian dalam berupa peptidoglikan. Ketebalan 15-80 nm 10-15 nm

Berat 50% berat kering sel 10% berat kering sel Syarat nutrisi Lebih kompleks Sederhana

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan bakteri yakni :

1. Media Pembiakan/ Nutrisi

Bakteri membutuhkan media yang baik untuk mendukung pertumbuhannya. Media yang tepat akan menghasilkan bakteri yang sesuai dengan standar pengujian. Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum diperlukan sebagian besar mikroorganisme untuk tumbuh. Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah terpenuhinya karbon, nitorgen, sumber garam-garam anorganik, fosfat dan sulfat sebagai anion; potasium, sodium magnesium, kalsium, besi dan mangan sebagai kation. (Harti, 2015 )


(29)

2. Suhu

Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu pertumbuhan minimum merupakan suhu terendah bakteri dapat hidup. Suhu optimum merupakan suhu yang diperlukan bakteri untuk dapat tumbuh secara cepat. Suhu pertumbuhan maksimum adalah suhu tertinggi yang memungkinkan bakteri dapat hidup. Perbedaan suhu untuk pertumbuhan pada bakteri membuat adanya penggolongan bakteri sesuai dengan suhu pertumbuhannya. Berikut penggolongan jenis bakteri sesuai dengan suhu optimum pertumbuhannya : a. Psikrofil,bakteri yang mampu tumbuh pada suhu 0°C. Diambil dari kata

psychros = dingin dan philic = menyukai, maka bakteri ini hanya akan tumbuh pada kondisi dingin. Pada umumnya bakteri golongan psikrofil akan mati bila ditempatkan pada suhu 30°C (Irianto, 2006).

b. Mesofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 10-47°C dengan suhu optimum untuk pertumbuhan 30-45°C. Bakteri yang ada pada golongan ini biasa hidup dalam tanah, air dan tubuh vertebrata (Irianto, 2006).

c. Termofil, bakteri yang dapat tumbuh pada suhu diatas 45°C(Irianto, 2006). 3. Tekanan Osmotik

Bakteri membutuhkan kondisi dengan tekanan osmosis yang seimbang antara isi sel dengan keadaan lingkungan yang disebut kondisi isotonik. Apabila kondisi cairan di lingkungan lebih tinggi (hipertonis) maka sel bakteri akan lisis. Akan tetapi apabila kondisi cairan di lingkungan lebih rendah (hipotonis) maka sel bakteri akan kisut(Irianto, 2006).


(30)

4. Kondisi pH

Kondisi asam-basa suatu medium juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri tumbuh pada pH yang netral yakni pH 6,5-7,5. Namun ada bakteri yang mampu hidup dengan kondisi asam yang mampu tumbuh pada pH 2,0 disebut bakteri Asidofil. Ada pula bakteri yang hanya mampu tumbuh pada kondisi basa pada pH 9,0 disebut bakteri Alkalofil(Brooks, dkk., 2008).

5. Oksigen

Oksigen berperan sebagai akseptor hidrogen pada bakteri. Bakteri yang lain menggunakan zat lain sebagai akseptor hidrogen. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen maka bakteri dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bakteri aerob, yakni bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.

b. Bakteri aerob fakultatif, yakni kelompok bakteri yang bisa hidup dengan oksigen atau tidak adanya oksigen.

c. Bakteri anaerob, merupakan bakteri yang tidak memerlukkan oksigen dalam pertumbuhannya.

d. Bakteri mikroaerofilik, yakni bakteri yang memerlukan oksigen dalam jumlah yang sedikit dalam pertumbuhannya(Brooks, dkk., 2008).


(31)

C. Bakteri Staphylococcus aureus 1. Klasifikasi Staphylococcus aureus

Bakteri S. aureus merupakan salah satu spesies bakteri dari 30 spesies lainnya dalam genus Staphylococcus. Bakteri yang ada dalam genus ini biasanya berupa bakteri patogen. Menurut Rosenbach (1884) dalam ITIS Catalogue of Life (2016) klasifikasi bakteri S. aureus adalah sebagai berikut:

Domain : Bacteria Kingdom : Eubacteria Filum : Firmicutes Classis : Bacilli Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus

2. Morfologi dan Identifikasi

Staphylococcus aureus adalah bakteri yang berbentuk bulat bergerombol seperti anggur, termasuk bakteri gram-positif. Pada biakan yang masih muda akan terlihat coccus berwarna keunguan yang menunjukkan bahwa bakteri termasuk dalam gram-positif, akan tetapi pada biakan yang sudah tua banyak sel menjadi negatif. Perubahan sel bakteri yang telah tua menjadi gram-negatif disebabkan sel yang sudah tua tidak mampu lagi menahan warna ungu, sehingga warna merah dari safranin masuk kedalam dinding sel dan


(32)

menyeba 24 jam s akan tam

B bisa jug fakultatif ataupun

3. Pato B pada ma adanya p steroid a inang. diantaran penyakit

abkan perub setelah dibia mpak bulat, h

Bakteri S. a ga dalam s

f, yang ber tanpa oksig

ogenitas Bakteri S. a anusia. Infek

perubahan h atau obat lai Infeksi S.au nya bisul, je t yang diseb

bahan pewa akkan.Bila

halus, meno

Gambar 2

aureus mam suhu kamar rarti bahwa gen (Brooks

aureus meru ksi serius ak hormon, ada in yang me ureus dihub erawat, pne babkan oleh

arnaan gram ditumbuhka onjol dan be

2.2 Bakteri Sumber : Sc mpu tumbuh r yakni 20 a bakteri S s, dkk., 2008

upakan bak kan terjadi anya penyak empengaruh bungkan d eumonia, me

h bakteri in

m. Pengujia an dalam m erkilau-kilau

Staphyloco cience libra h secara op 0-25°C. Ba S. aureus b

8).

kteri yang s ketika kead kit, luka, at hi imunitas dengan beb

eningitis, da ni memprod

an bakteri y media padat u(Brooks, d

occus aureus ary.

ptimal pada akteri ini b bisa hidup ering meny daan inang tau perlakua sehingga te berapa ko an arthritits duksi nanah

yang baik a maka bakte dkk., 2008). s suhu 37°C bersifat an dengan ok yebabkan in melemah k an menggun erjadi pelem ondisi pato s. Sebagian

, oleh karen adalah eri ini C, tapi aerob ksigen nfeksi karena nakan mahan ologi, besar na itu


(33)

bakteri ini disebut piogenik (Madigan,et.al., 2015). Infeksi yang lain terjadi akibat kontaminasi pada luka yang terbuka (Brooks, dkk., 2008)

Bakteri ini menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, (Madigan,et.al., 2015). S. aureus menghasilkan

koagulase, protein mirip enzim yang menggumpal plasma dan mengandung oksalat. Koagulase dihubungkan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin terkumpul di sekitar bakteri sehingga imun dari inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat (Brooks, dkk., 2008).

D. Antibakteri

Antibakteri merupakan suatu zat yang dapat menghambat atau bahkan membunuh pertumbuhan bakteri dan relatif aman digunakan oleh manusia (Tjay dan Rahardja, 2007). Pemakaian bahan antibakteri merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengendalikan bakteri yang merugikan. Tujuan utama dari pengendalian adalah mencegah terjadinya infeksi, membasmi bakteri pada inang yang telah terinfeksi serta mencegah terjadinya kerusakan yang disebabkan pembusukan mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Madigan, et.al (2015), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, senyawa antibakteri mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan bakteri yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan


(34)

antibakteri pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap.

2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur bakteri yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antibakteri. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antibakteri pada kultur bakteri yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antibakteri pada fase logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.

Daya antibakteri diukur secara in vitro agar dapat ditentukan kemampuan suatu zat antibakteri (Brooks, dkk., 2008). Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Uji difusi cakram dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak (Hermawan, 2007).

Metode difusi merupakan merode yang sering dilakukan. Ada tiga cara metode difusi, yakni dengan metode difusi silinder, metode sumuran dan metode cakram kertas. Metode cakram kertas diakukan dengan cara merendam cakram kertas dalam suatu larutan antibakteri dalam waktu tertentu kemudian meletakkan


(35)

cakram kertas dalam media yang sebelumnya sudah terdapat inokulum bakteri dan diinkubasi dalam suhu pertumbuhan bakteri (25-37°C) dalam waktu 18-24 jam. Syarat jumlah bakteri untuk pengujian yakni sesuai dengan standar 10-5 - 10-8 cfu/ml (Vandepitte dkk., 2011). Diameter zona bening disekitar kertas cakram menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri.

Dalam Vandepitte,dkk.(2011), ada beberapa faktor teknis yang bisa mempengaruhi ukuran zona hambat :

1. Kepekatan bakteri

Pengenceran bakteri yang terlalu encer akan menyebabkan zona hambatan menjadi lebih lebar, akan tetapi bila pengencerannya terlalu pekat maka ukuran zona hambatnya akan menjadi lebih sempit.

2. Waktu peletakkan kertas cakram

Peletakkan kertas cakram yang telah direndam dengan zat antibakteri yang terlalu lama dari waktu penanaman bakteri pada media agar yang menyebabkan zona diameter mengecil.

3. Suhu inkubasi

Suhu optimal untuk pertumbuhan bakteri dan untuk standar baku inkubasi penelitian aktivitas antibakteri adalah 35°C. Apabila suhu lebih rendah maka mengakibatkan zona yang lebih lebar dan waktu pertumbuhan efektif yang lebih panjang.


(36)

4. Waktu inkubasi

Masa inkubasi standar untuk pengujian adalah 16-18 jam. Apabila data diambil sebelum masa inkubasi data kurang valid.

5. Ukuran lempeng, ketebalan media dan pengaturan jarak cakram 

Ukuran standar yang disarankan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah cawan petri 9-10 cm dan diisi tidak lebih dari 6-7 cakram kertas. Pengaturan jarak cakram yang baik akan memperjelas ukuran diameter zona hambat. Hal ini guna menghindari tumpang tindih diameter zona hambat. Ketebalan media juga berpengaruh pada lebar diameter zona hambat. Semakin tipis media agar yang digunakan maka akan semakin lebar diameter zona hambat.

6. Potensi zat antibakteri

Diameter zona hambat tergantung pada zat antibakteri yang ada pada paper disk. Apabila potensi zat antibakteri rusak karena masa penyimpanan maka akan mengurangi diameter zona hambat.

Kekuatan zat antibakteri bisa digolongkan sesuai dengan lebarnya diameter zona hambat. Menurut Davis and Stout dalam Putri (2015) menyebutkan bahwa daerah hambatan ≥ 20 mm mempunyai daya hambat yang sangat kuat. Daerah hambatan 10-20 mm berdaya hambat kuat, daerah hambatan 5-10 mm berdaya hambat sedang, dan daerah hambat ≤ 5 mm berdaya hambat lemah atau tidak berdaya hambat. Hal ini juga disebutkan oleh Rao, et.al dalam Dwiyanti, dkk. (2014) bahwa daerah hambat ≤ 12 mm mempunyai daya hambat yang lemah sedangkan daerah hambat ≥ 18 mm mempunyai daya hambat yang kuat.


(37)

Pengujian antibakteri lanjutan dari metode difusi adalah metode pengenceran yang disebut dengan metode pour plate. Pengujian ini untuk melihat kadar hambat minimal suatu larutan antibakteri bekerja. Prinsipnya yakni dengan menambahkan konsentrasi terendah suatu larutan antibakteri dengan bakteri uji yang sudah sesuai standar dalam media NA dengan suhu 45°C. Hasil dari pengujian ini akan nampak pada media uji yang bening tidak ditumbuhi bakteri uji. Konsentrasi minimal konsentrasi yang telah diuji dan mempunyai kenampakan bening ditetapkan sebagai KHM (Konsentrasi Hambat Minimal). Hasil dari KHM dikultur ulang pada media NA yang steril dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap terlihat bening ditetapkan sebagai KBM (Konsentrasi Bunuh Minimal) (Idris, 2013).

Mekanisme daya hambat menurut Hugo and Russell (2000) ada lima bagian vital yang menjadi target suatu zat antibakteri yakni, dinding sel, ribosom, kromosom, metabolisme folat dan membran sel. Pelczar dan Chan (1988) menjelaskan bahwa mekanisme kerja daya hambat antibakteri terhadap suatu bakteri adalah sebagai berikut :

1. Merusak dinding sel

Lapisan dinding sel bakteri disebut peptidoglikan. Sintesis dinding sel menggunakan banyak reaksi enzim. Zat antibakteriseperti flavonoid yang mampu menghambat reaksi enzim akan menyebabkan sel bakteri lisis. Kerusakan dinding sel akan berakibat juga pada kematian sel.


(38)

2. Mengubah permeabilitas membran sel

Membran sel hidup mempunyai permeabilitas selektif. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat antar sel dan lingkungan luar, melakukan pengangkutan zat-zat yang diperlukan dan mengendalikan susunan dalam diri sel. Rusaknya dinding sel akan berpengaruh pada membran sel. Bahan antibakteri seperti fenol, saponin dapat merusak membran sel sehingga permeabilitasnya terganggu dan mengalami kerusakan. Kerusakan pada membran sel akan mengakibatkan kematian sel.

3. Kerusakan sitoplasma

Sitoplasma suatu sel terdiri dari air, asam nukleat, protein, karbohidrat, lipid, ion anorganik dan senyawa yang berbobot molekul rendah. Beberapa zat kimia dengan konsentrasi tinggi menyebabkan kerusakan komponen sel.

4. Menghambat kerja enzim

Enzim merupakan katalis yang mempercepat terjadinya reaksi kimia. Makhluk hidup memerlukan enzim yang membantu dalam proses metabolisme. Perubahan protein yang disebabkan oleh senyawa kimia tertentu akan berakibat pada penghambatan proses enzimatis. Apabila rekasi enzimatis terhambat maka proses metabolisme juga terganggu dan akan menyebabkan kematian sel. 5. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein

Protein DNA dan RNA mengambil peranan penting dalam sebuah sel. Bahan antibakteri tertentu mampu menghambat sintesis protein. Terjadinya gangguan dalam sintesis protein mengakibatkan kerusakan pada sel.


(39)

E. Ekstraksi

Kandungan terbesar suatu tanaman adalah air, sebagian lagi berupa senyawa bermolekul besar dan juga ada zat-zat dengan molekul kecil. Zat kimia yang bermolekul kecil mempunyai penyebaran yang terbatas, biasanya zat ini disebut dengan metabolit sekunder. Untuk dapat menyari tanaman ini maka dapat digunakan pelarut umum seperti air, etanol, eter benzena (Sirait, 2007).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Menurut Muchtaridi, dkk. (2015) ekstraksi merupakan teknik isolasi senyawa dari bahan alam. Senyawa aktifyang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Ada beberapa metode ekstraksi menurut jenis pelarutnya dibedakan menjadi dua kelompok besar yakni

1. Cara Dingin a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakanpelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam


(40)

sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. (Ditjen POM, 2000)

b. Perkolasi

Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Umumnya proses ekstraksi dilakukan dalam suhu ruangan. Simplisia yang akan digunakan dipindahkan dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori kemudian pelarut dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia. Pelarut akan melarutkan zat aktif dalam sel simplisia hingga jenuh. Pada tahap terakhir perkolat yang dihasilkan dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015).

2. Cara Panas a. Soxhletasi

Ekstraksi dengan metode soxhlet yakni dengan cara membungkus simplisia kering dengan kertas saring dimasukkan dalam pipa kemudian pelarut dimasukkan pada tabung distilasi. Labu alas bulat dipanaskan sehingga pelarut menguap. Molekul-molekul pelarut yang jatuh ke dalam pipa menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika pelarut telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapilerhingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015).


(41)

b. Refluksi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara simplisa dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan pelarut lalu dipanaskan. Uap-uap dari pelarut terkondensasi menjadi titik-titik air kemudian pelarut turun kembali menuju labu alas bulat. Pelarut yang selalu dipanaskan akan menjadi uap dan kembali ke dasar labu alas bulat demikian seterusnya. Pelarut perlu diganti sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Atmojo, 2015)

c. Destilasi Uap Air

Ekstraksi untuk memisahkan minyak dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu berisi simplisia. Pada labu yang berisi simplisia maka akan terjadi ekstraksi minyak. Uap air dan minyak yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa, campuran air dan minyak menguapakan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri (Atmojo, 2015)

d. Infusa

Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut air dengan suhu panas air. Prosesnya yakni bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih suhunya 96-98°C selama waktu tertentu yakni antara 15-20 menit. (Atmojo, 2015)


(42)

Secara tradisional proses ekstraksi dikenal dengan cara diseduh, ditumbuk dan pipisan. Hal ini sudah dikenal sejak lama. Proses seduh biasanya menggunakan bahan-bahan yang sudah dikeringkan, kemudian diseduh menggunakan air panas sekitar 50°C. Selain bahan yang kering, untuk proses ekstraksi seduh bisa juga menggunakan bahan berupa serbuk. Cara tumbuk sering digunakan karena merupakan pembuatan obat tradisional khas Indonesia (Aesmoro, 2015). Pembuatan obat ini mulai dengan membersihkan bagian tanaman yang akan ditumbuk, kemudian menghaluskannya dengan cara ditumbuk dengan bantuan air matang dan kemudian diperas hingga didapat cairan. Cara ekstraksi pipisan yakni dengan menggunakan pipisan (batu), tanaman yang akan diekstrak dihancurkan dengan menggunakan pipisan, kemudian diperas dan ditambahkan air matang untuk mendapat ekstrak.

F. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan daun kenikir (C. caudatus) sebagai antibakteri sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Dwiyanti, dkk. (2014). Penelitiannya menggunakan bakteri Bacillus cereus dengan metode uji aktivitas antibakterinya meggunakan metode sumuran. Pembuatan ekstraknya menggunakan cara maserasi dengan etanol. Ekstrak kemudian diencerkan mulai dari konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir memiliki pengaruh untuk penghambatan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus. Konsentrasi


(43)

yang optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah konsentrasi 90% dan 100%. Kesamaan dengan penelitian ini adalah cara pembuatan ekstrak, yakni maserasi dengan pelarut etanol. Penentuan konsentrasi terendah untuk uji aktivitas antibakteri juga mengacu pada penelitian ini. Perbedaannya peneliti menggunakan konsentasi dengan rentang 15% yakni 30%, 45% dan 60%. Konsentrasi yang dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa penggunaan antibakteri dimulai dari konsentrasi yang terendah.

Penelitian relevan lainnya yakni Safita, dkk. (2015) tentang penggunaan ekstrak daun kenikir (C. caudatus) dan daun sintrong (Crassocephalum crepidioides) sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kenikir yang diekstrak menggunakan maserasi etanol bisa dijadikan sebagai antibakteri.

Perbedaan kedua penelitian dengan penelitian yang dilakukan yakni, penelitian kali ini ingin melengkapi data ilmiah dari apa yang telah dilakukan masyarakat yakni ekstrak daun kenikir dengan cara tumbuk (tradisional) pelarut yang digunakan adalah akuades steril dengan ekstrak daun kenikir dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.

G. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran didasari oleh adanya infeksi bakteri Staphylococcus aureus pada luka yang terbuka. Masyarakat sering menggunakan daun kenikir (C. caudatus untuk pengobatan tradisional. Daun kenikir mengandung senyawa


(44)

flavonoid, tanin dan saponin. Senyawa-senyawa ini bisa mempengaruhi aktivitas atau pertumbuhan bakteri, untuk itu perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri.

Daun kenikir diekstrak dengan dua metode yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk menggunakan pelarut akuades.Uji aktivitas antibakteri menggunakan konsentrasi 30%, 45% dan 60% dari masing-masing ekstrak. Pemilihan konsentrasi didasari oleh adanya penelitian sebelumnya, dimulai dari konsentrasi terendah yang mempunyai daya antibakteri lemah hingga konsentrasi yang mempunyai daya antibakteri kuat. Pengujian aktivitas antibakteri ditandai adanya zona bening disekitar kertas cakram disebut diameter zona hambat. Hasil dari pengukuran diameter zona hambat dilanjutkan dengan uji KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan uji KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum). Kerangka berpikir bisa dilihat dalam bentuk bagan pada Gambar 2.3


(45)

H

H. Hipote 1. Dau aure 2. Perb berp

esis

un kenikir (C eus

bedaan me pengaruh se

Gambar 2.

C. caudatus

etode pemb ecara signi

3. Bagan K

s) memiliki

buatan eks ifikan (berb

Kerangka Be

aktivitas an

straks dau beda nyata

erpikir

ntibakteri ter

un kenikir a) terhadap

rhadap bakt

(C. caud p hasil akt

teri S.

datus) tivitas


(46)

3. Konsentrasi hambat minimum zat antibakteri ekstrak daun kenikir yang mampu menghambat pertumbuhan S. aureus ada pada konsentrasi 30%.


(47)

A. Jenis Jen penelitian adanya se Penelitian yakni ran diamati. Ra metode ek masing-m penelitian Keter 30%; 3. Penelitian nis peneliti “True Exp ebab-akibat

n uji aktivita

ncangan yan

ancangan p

kstraksi, 3

masing dilak

tampak sep

Gam rangan : 1. p

Kontrol ne

M

ian ini m

xperimental

yang terja

as antibakter

ng homoge

penelitian u

kelompok

kukan 3 k

perti pada G

mbar 3.1 Pe

paper disc d

egatif; 4. Ko

BA METODE P

merupakan p

Research”

adi pada je

ri menggun

en untuk m

uji aktivita perlakuan, kali ulanga Gambar 3.1. eletakan pap dengan ekst ontrol positi AB III PENELITI penelitian

” karena in

enis kelomp

nakan Ranca

memberikan

s antibakte

kontrol p

an. Bila di

per disc pad

trak 60%; 2 if; 5. paper

IAN

kuantitatif

ngin meliha

pok yang d

angan Acak

n pengaruh

eri yakni m

ositif, kont

iilustrasikan

da cawan pe . paper disc

disc dengan

dan dilak

at kemungk

diberi perla

k Lengkap (R

pada hal

menggunak

trol negatif

n, maka d

etri.

c dengan ek

n ekstrak 45 kukan kinan akuan. RAL) yang kan 2 f, dan desain kstrak 5%.


(48)

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel pada penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebas adalah metode ekstraksi daun kenikir (C.

caudatus) dan konsentrasi ekstrak daun kenikir.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah daya hambat dan daya bunuh

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3. Variabel kontrol

Variabel yang terkontrol dalam penelitian ini yakni suhu inkubasi, waktu

inkubasi, media inkubasi dan kepekatan inokulum bakteri (kerapatan bakteri

dalam 10 ml ).

C. Batasan Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Daun kenikir yang digunakan adalah daun muda, berwarna hijau diambil dari

pucuk daun hingga daun keempat.

2. Metode ekstraksi yang dibandingkan adalah metode tradisional (metode

tumbuk pelarut akuades) dengan metode skala laboratorium (metode maserasi

pelarut etanol) yang lebih terkontrol dalam proses ekstraksi tanaman yang

digunakan untuk obat.

3. Hasil akhir ekstrak etanol daun kenikir bukan berupa pasta (tanpa larutan

pengekstrak) akan tetapi berupa cairan kental yang masih terdapat sedikit


(49)

4. Metode uji antibakteri yang digunakan yakni metode difusi Kirby-Bauer

dengan menggunakan paper disc (cakram kertas dari kertas saring). Parameter

yang digunakan dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat yang ada di

sekitar kertas cakram pada media kultur dengan satuan milimeter (mm).

5. Metode yang digunakan untuk menguji konsentrasi hambat minimal dan

konsentrasi bunuh minimal adalah metode dilusi padat dengan parameter

media kultur yang digunakan tidak ditumbuhi bakteri setelah diinkubasi.

6. Inokulum bakteri yang digunakan untuk penelitian aktivitas antibakteri

merupakan inokulum bakteri dengan pengenceran 10-4.

7. Suhu yang digunakan untuk inkubasi saat penelitian aktivitas antibakteri adalah

suhu kamar.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

- Autoklaf

- Inkubator (Memmert)

- Lemari pendingin (LG)

- Laminar

- Hot plate

- Magnetic stirrer

- Blender

- Vortex mixer

- Mikroskop

- Mikrocam

- Jangka sorong digital

- Cawan petri (pyrex)

- Beker glass (pyrex)

- Corong kaca

- Tabung reaksi (pyrex)


(50)

- Gelas arloji

- Batang bengaduk

- Pinset

- Gelas ukur (pyrex)

- Pipet ukur 1 ml dan 10 ml

- Bunsen

- Penjepit

- Sprayer alkohol

- Jarum ose

- Gelas benda

- Gelas penutup

- Spidol marker

- Masker dan sarung tangan.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

- Nutrient agar

- Akuades

- Etanol 96%

- Povidone iodine 10%

- Natrium hipoklorit

- Daun kenikir (C. caudatus)

- Cakram kertas (kertas saring

tebal)

- Kapas

- Biakan murni

Staphylococcus aureus

- Alkohol 70%

- Tinta cina

- Kristal violet

- Iodine

- Alkohol 70%

- Safranin


(51)

E. Cara Kerja

1. Tahap Persiapan

a. Penyiapan Bakteri dan Bahan Ekstrak

Tahap penyiapan meliputi persiapan bakteri uji dan juga bahan yang

digunakan untuk ekstrak, langkahnya yakni:

- Ketersediaan alat dan bahan yang ada di Laboratorium Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma diperiksa dan disiapkan.

- Daun kenikir diperoleh di Pasar STAN Tajem.

- Daun kenikir diidentifikasi menggunakan buku kunci determinasi sesuai

dengan buku determinasi Stennis, dkk. (2008).

- Bakteri didapat di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.

- Bakteri diperbanyak dengan teknik media agar miring.

- Bakteri Staphylococcus aureus diidentifikasi kemurnian dengan melakukan

pengamatan morfologi sel, morfologi koloni dan juga pengecatan gram.

b. Sterilisasi Alat dan Media

Tahap sterilisasi meliputi sterilisasi peralatan yang digunakan untuk

pengujian antibakteri dan sterilisasi media pertumbuhan bakteri, langkahnya

yakni:

- Sterilisasi uap panas yang dilakukan pada alat-alat berbahan kaca (Pyrex)

menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm, pada suhu 121°C selama 15 menit.

Sterilisasi uap panas dilakukan pada bahan (akuades dan natrium agar)

menggunakan autoklaf pada tekanan 1 atm pada suhu 121°C namun waktu


(52)

- Sterilisasi dengan pemanasan (dibakar dengan api) dilakukan untuk alat

berbahan logam.

- Sterilisasi kimia dengan alkohol untuk alat berbahan plastik atau kaca yang

tipis (selain Pyrex) dan menggunakan natrium hipoklorit untuk bahan.

c. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar (NA)

Proses pembuatan media uji atau media pertumbuhan bakteri adalah sebagai

berikut:

- NA sebanyak 10 g dilarutkan dalam 500 ml akuades

- NA dipanaskan di atas hot plate dan diaduk menggunakan magnetic stirrer.

- Larutan NA dipanaskan hingga didapat larutan berwarna kuning jernih.

- Media NA disterilisasi dan dituang ke cawan petri atau tabung reaksi sesuai

kebutuhan penelitian.

d. Pengamatan morfologi koloni

Pengamatan morfologi koloni menggunakan teknik streak plate langkah

kerjanya adalah sebagai berikut :

- Bakteri diambil sebanyak satu ose, kemudian diinokulasikan dengan teknik

cawan gores pada medium NA dalam cawan petri

- Bakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

- Pengamatan morfologi koloni bakteri meliputi bentuk dan warna koloni

(Alexander et.al., 2003).

e. Pengamatan morfologi sel

Pengamatan morfologi sel bakteri menggunakan teknik pengecatan negatif


(53)

- Permukaan gelas benda dibersihkan dengan alkohol.

- Bakteri diambil sebanyak satu ose diletakkan di permukaan gelas benda dan

dicampur dengan tinta cina.

- Gelas benda yang lain diletakkan dalam posisi miring sekitar 45° terhadap

gelas benda yang pertama.

- Gelas benda yang miring digoreskan terhadap gelas benda yang pertama secara

merata.

- Preparat apusan bakteri dikeringanginkan kemudian dilakukan pengamatan di

bawah mikroskop dengan perbesaran kuat dengan bantuan minyak imersi

(Alexander et.al., 2003).

f. Pengecatan Gram

Pengecatan Gram dilakukan untuk mengetahui sifat gram dari bakteri.

Langkahnya yakni:

- Gelas benda dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan di atas api bunsen

sampai kering

- Satu ose bakteri diambil secara aseptis dan diratakan seluas 1 cm pada gelas

benda kemudian difiksasi (bakteri ditetesi dengan akuades dan dilewatkan di

atas api bunsen).

- Objek yang telah difiksasi ditetesi kristal violet pada permukaan lapisan bakteri

dan didiamkan selama 1 menit. Hasil pengecatan kristal violet dicuci bersih

dengan air mengalir dan dikeringanginkan.

- Objek yang sudah kering ditetesi iodine dan didiamkan selama 1 menit,


(54)

- Proses dekolorisasi dilakukan pada objek dengan cara ditetesi alkohol dan

didiamkan selama 30 detik lalu dicuci dengan air mengalir dan

dikeringanginkan.

- Objek ditetesi dengan safranin dan didiamkan selama 45 detik, kemudian

dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.

- Objek diamati menggunakan mikroskop dengan bantuan minyak imersi.

- Bakteri dengan gram positif berwarna ungu sesuai dengan pewarna awal

yakni kristal violet sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah sesuai

dengan pewarna akhir yakni safranin (Irianto, 2006).

g. Penyiapan Mikroorganisme Uji

Penyiapan mikroorganisme untuk uji aktivitas antibakteri berupa suspensi

bakteri dengan pengeceran 10-4 . Langkahnya sebagai berikut:

- Satu ose bakteri diambil kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi berisi 10

ml akuades steril kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer.

- 1 ml suspensi bakteri uji diambil dari tabung pertama dan dimasukkan dalam

tabung kedua yang berisi 9 ml akuades steril.

- Langkah pertama dan kedua dilakukan hingga tabung yang keempat

(pengenceran 10-4).

- Hasil pengenceran diambil 0,1 ml dan diteteskan pada media kultur kemudian


(55)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pembuatan Ekstrak

1. Metode Maserasi

Ekstraksi pertama yakni dengan metode maserasi menggunakan pelarut

akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni:

- Daun kenikir segar sebanyak 100 g dicuci lalu dikeringanginkan.

- Daun kenikir yang telah kering dihaluskan menggunakan blender hingga

berbentuk serbuk.

- Serbuk sebanyak 20 g diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan

200 ml pelarut etanol 96% selama 2 x 24 jam dan disaring dengan kertas

saring.

- Simplisia diekstraksi kembali dengan larutan etanol 96% dengan

perbandingan simplisia dan pelarut (1 : 4) untuk hari kedua (Kurnianing,

2012).

- Ekstrak etanol daun kenikir yang telah siap kemudian diuapkan.

2. Metode Tumbuk

Ekstraksi kedua yakni dengan cara ditumbuk dan menggunakan pelarut

akuades. Cara pembuatan ekstraknya yakni :

- Daun kenikir (C. caudatus) sebanyak 50 g dicuci dengan air mengalir,

kemudian direndam dalam larutan natrium hipoklorit dengan perbandingan

10 ml natrium hipoklorit dalam 3 l akuades selama 15 menit.

- Daun kenikir dicuci dengan akuades steril kemudian ditiriskan.


(56)

- Akuades hangat sebanyak 50 ml ditambahkan pada daun kenikir yang

telah halus.

- Ekstrak daun kenikir disaring menggunakan kertas saring steril sehingga

diperoleh stok 100% ekstrak tumbuk daun kenikir (C. caudatus).

Stok hasil ekstraksi yang telah didapat kemudian dilakukan pengenceran

menjadi 3 konsentrasi yaitu 30%, 45% dan 60% (Dwiyanti dkk., 2014). Cara

pengenceran stok ekstrak mengacu pada penelitian Kristanti (2014) dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pembuatan konsentrasi ekstrak untuk pengujian antibakteri Konsentrasi

yang

diinginkan (%)

Volume sampel ekstrak (ml)

Volume akuades (ml)

Volume total (ml)

30 3 7 10

45 4,5 5,5 10

60 6 4 10

b. Pengujian Antibakteri

Pada penelitian ini, uji aktivitas antibakteri menggunakan metode

Kirby-Bauer yang menggunakan cakram kertas. Langkah kerjanya adalah sebagai

berikut :

- Cakram kertas (dari kertas saring) steril dengan diameter 5 mm dicelupkan

dalam variasi konsentrasi ekstrak yang berbeda selama 60 menit.

- Bakteri dengan pengenceran 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml kemudian dituang dalam media dan diratakan dengan batang Drigalski.


(57)

- Cakram kertas diletakkan pada media berisi bakteri yang sebelumnya sudah

dibagi menjadi 5 kuadran

- Pengujian antibakteri diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.

3. Tahap Pengumpulan Data

a. Pengukuran Daerah Hambat

Daerah hambat biasanya terlihat lebih bening daripada daerah sekitarnya.

Langkah pengukurannya adalah sebagai berikut:

- Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan

batas terpanjang.

- Jangka sorong digital dieletakkan pada batas luar cakram kertas sampai dengan

batas terpendek.

- Diameter daerah hambat terpanjang dan terpendek secara matematis dapat

diukur. Menurut Kristanti (2014) pengukuran secara matematis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

p+q R =

2 Keterangan :

R : diameter zona hambat (mm) p : zona hambat terpanjang (mm) q : zona hambat terpendek (mm)

b. Uji Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)

Pengujian Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) diperoleh dari konsentrasi

minimal yang didapat dari uji aktivitas antibakteri. Langkah pengujiaannya


(58)

- Bakteri pada pengenceran 10-4 yang sudah dihomogenkan dengan Vortex mixer diambil 0,5 ml menggunakan pipet ukur.

- Bakteri dituangkan dalam cawan petri yang sudah steril.

- Masing-masing ekstrak diambil sebanyak 0,5 ml dan dituangkan dalam cawan

petri.

- Media NA suhu 40°C dituang dalam cawan petri yang sudah berisi bakteri dan

sampel ekstrak.

- Media NA yang sudah bercampur bakteri dan ekstrak digoyang membentuk

angka 8 sesuai dengan langkah pour plate.

- Media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar.

- Nilai KHM ditentukan dari konsentrasi terendah pada media yang tidak

ditumbuhi bakteri.

c. Uji Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM)

Hasil dari pengujian KHM digunakan dalam pengujian KBM dengan

metode streak plate. Pengujian KBM dilakukan dengan cara :

- Media NA steril disiapkan.

- Hasil KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) pada bagian permukaan medianya

diambil (digores) menggunakan cotton bud steril.

- Digoreskan pada media NA steril sesuai dengan metode streak plate.

- Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. Media kultur NA yang tetap

terlihat jernih setelah inkubasi merupakan KBM (Konsentrasi Bunuh


(59)

F. Metode Analisis Data

Penelitian uji aktivitas antibakteri ini terdiri dari 2 metode ekstraksi dengan

5 kelompok yakni 3 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol (positif dan

negatif) dengan 3 kali pengulangan. Hasil perlakuan penelitian dianalisis dengan

uji statistika two way ANOVA (Analysis of Variance) dengan derajat kepercayaan

95% (p < 0,05). Untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata dilakukan uji Duncan

pada tingkat signifikansi 5%. Sebelum dianalisis dengan uji ANOVA dilakukan

uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Sminorv dan uji homogenitas dengan uji

Levene. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang telah diperoleh

telah terdistribusi secara normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas digunakan

untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari

populasi yang memiliki variansi sama. Analisis dilakukan dengan program SPSS

versi 21.

Pengambilan keputusan didasarkan pada hipotesis yang telah dibuat. Hi

menunjukkan nilai yang signifikan berarti terdapat pengaruh antara suatu variabel

dengan variabel yang dipengaruhi. Ho menunjukkan nilai yang tidak signifikan

yang berarti tidak ada pengaruh antar variabel. Pada uji Kolmogorov-Sminorv dan

uji Levene adalah pengambilan keputusannya adalah Hi diterima jika nilai hitung

> 0,05 (Ho ditolak) dan Ho diterima jika nilai hitung < 0,05 (Hi ditolak). Pada

pengujian Anova Hi diterima apabila nilai hitung < 0,05 (Ho ditolak) dan Ho

diterima apabila nilai hitung > 0,05 (Hi ditolak). Pengujian Duncan dengan

tingkat kepercayaan 5% (a= 0,05) maka apabila nilai hitung > 0,05 dinyatakan Hi


(60)

G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran di SMA kelas X

semester I dengan materi Archaebacteria dan Eubacteria. Utamanya pada materi

peran antibakteri dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan dikenalkan pada

berbagai macam antibakteri dan melakukan penelitian tentang antibakteri tersebut.

Siswa akan menarik kesimpulan mengapa antibakteri sangat penting dalam

kehidupan. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam rancangan pembelajaran

adalah sebagai berikut :

• KD 3.4 Memahami peranan antibakteri dan antiseptik terhadap pertumbuhan koloni bakteri serta kaitannya terhadap kegiatan sehari-hari manusia.

• KD 4.4 Menyajikan data tentang hasil percobaan berbagai antibakteri terhadap pertumbuhan koloni bakteri dalam bentuk laporan tertulis.


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Konfirmasi Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)

Jenis kenikir ada banyak. Ada yang dimanfaatkan bunganya dan juga ada

yang dimanfaatkan daunnya untuk dikonsumsi. Genus Tagetes biasa disebut Tahi

Kotok untuk masyarakat Sunda dan genus Cosmos disebut kenikir. Masyarakat di

daerah Jawa Tengah lebih sering menyebut tanaman dari kedua genus itu dengan

sebutan kenikir.

Kenikir yang digunakan pada penelitian ini adalah C. caudatus, jenis

kenikir yang sudah sejak lama dikenal masyarakat untuk dikonsumsi. Oleh karena

itu perlu dilakukan konfirmasi daun kenikir agar sesuai dengan sampel penelitian

yang dimaksud. Daun Kenikir dari Pasar STAN dibawa ke Laboratorium

Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma untuk dicocokkan dengan kunci

determinasi.

Determinasi dilakukan untuk mendapatkan suatu spesies yang spesifik dan

tepat sasaran, karena tumbuhan ini memiliki banyak spesies. Determinasi

dilakukan dengan menggunakan buku kunci determinasi yang ditulis oleh Steenis,

dkk (2008). C. caudatus mempunyai ciri bunga yang berukuran kecil, mahkota

berwarna merah muda dengan pangkal berwarna kuning. Hasil ini menunjukkan

ciri yang sama sesuai dengan buku kunci determinasi Steenis, dkk. (2008) dan


(62)

2. Pengum

Ba

merupakan

diamati m

berfungsi yang telah sebelum d Pen cara peng mempuny (Irianto, 2 Pen menentuka mengguna menggero pengecata mpulan dan akteri uji

n isolat mu

morfologi se

untuk meng

h ada sebelu

digunakan u

ngamatan p

gecatan neg ai kenampa 006). Ga Kete ngamatan s an golonga akan mikro mbol seper

an gram bisa

Pengamata yang digu urni bakteri el, pengecat getahui kem umnya, usia untuk peneli pertama terh

gatif. Pad

akan berben

ambar 4.1. M erangan : T

selanjutnya

an bakteri

oskop den

rti anggur

a dilihat pad

an Bakteri U

unakan un

Staphyloco

tan gram da

murnian bak

a bakteri uji

tian. hadap bakt da Gambar ntuk bulat Morfologi se anda panah dilakukan p uji. Hasiln ngan perbe dan berben

da Gambar 4 Uji

ntuk peneli

occus aureu

an morfolo

kteri, kesesu

dan juga m

teri yakni m

r 4.1 terlih

dan bening

el bakteri St h menunjukk pengecatan nya bakteri esaran 100 ntuk bulat. 4.2. itian aktiv

s FNCC 00

ogi koloni.

uaian bakter

mengetahui g

morfologi se

hat sel ba

g seperti da

taphylococc

kan adanya

gram yang

i S. aureus

00 kali b

Bakteri S.

vitas antiba

047. Isolat m

Pengamata

i dengan cir

golongan ba

el menggun

akteri S. a

alam perny

cus aureus

sel bakteri.

bertujuan u

s yang d

berwarna u

aureus de

akteri murni an ini ri-ciri akteri nakan ureus yataan untuk dilihat ungu, engan


(63)

Ha dengan la menahan menghilan bakteri. S gram posit Pen plate. Tek menunjuk menghasil pada Gam Koloni ba permukaan bila diamb Gamba

asil ini dida

apisan pept

warna krist

ngkan warn

esuai deng

tif karena se

ngamatan m

knik gores

kkan goresa

lkan koloni

mbar 4.3. Ko

akteri berbe

n koloni lic

bil menggu

ar 4.2. Peng Keteranga

apat karena

tidoglikan

tal violet (u

na ungu yan

gan (Brooks

el bakteri m

morfologi k

dengan a

an dari jar

i bakteri ya

oloni bakter

entuk bulat

cin dan men

unakan ose,

gecatan gram an : Tanda p

Staphyloco

a bakteri S.

yang tebal

ungu). Pros

ng telah ters

s, dkk., 200

memiliki wa

koloni S. a

adanya 4 d

rum ose ya

ang utuh. H

ri S. aureus

t, berwarna

nonjol. Bag

, koloni sep

m bakteri St panah merup

occus aureu

aureus me

l. Lapisan

ses dekolor

serap oleh l

08) maka b

arna keungu aureus dila daerah (kua ang memb Hasilnya mo sudah bisa

a kuning. B

gian tepi kol

perti mente taphylococc pakan kolon us. emiliki stru peptidoglik risasi denga lapisan perp

bakteri S. a

an.

akukan den

adran) dala

awa bakter

orfologi ko

a dilihat di k

Bila diama

loni bakteri

ega dan ber

cus aureus

ni bakteri

uktur dindin

kan ini ma

an alkohol

ptidoglikan

aureus term

ngan cara s

am cawan

ri, teknik

oloni bisa d

kuadran 3 d

ati dari sam

i utuh dan h

rbau tidak s ng sel ampu tidak pada masuk streak petri gores dilihat dan 4. mping halus, sedap


(64)

Ga : A 3. Pembu Pem metode ek digunakan pelarut ak yakni mem Hasilnya e

ambar 4.3. M Angka 1,2,3

atan Ekstrak

mbuatan ek

kstraksi yak

n juga berbe

kuades. Hal mbuat ekst ekstrak daun Morfologi k 3,4 menunju me

k Daun Ken

kstrak daun

kni maserasi

eda yakni m

ini dilakuk

trak masera

n kenikir be

koloni bakte ukkan kuadr enunjukkan

nikir

n kenikir p

i dan tumbu

maserasi den

kan karena p

asi daun ke

erjamur dan

eri Staphylo ran goresan

1 koloni ba

pada peneli

uk. Selain m

ngan pelarut

peneliti tela

enikir men

n berbau tida

ococcus aur

n. Tanda pan akteri.

tian ini me

metode berb

t etanol dan

ah melakuka

ggunakan p

ak sedap.

reus. Ketera

nah di kuadr

enggunakan

eda pelarut

n tumbuk de

an pra pene

pelarut aku angan ran 4 n dua yang engan elitian uades.


(65)

Pa

dari memb

senyawa y

yang tidak yang tidak hijau peka harus diua aktivitas a Ek lama digu pembuatan kemudian berwarna Gambar da ekstraks buat serbuk

yang bisa t

k memerluk

k tahan pan

at bisa dilih

apkan kare

antibakteri.

kstraksi den

unakan oleh

n obat seca

disaring u

coklat benin

r 4.4. Ekstra

a

si etanol, da

k yakni untu

terekstraksi.

kan panas,

as (Kurniaw

hat pada G

na etanol p

ngan metod

h masyaraka

ara tradision

untuk mend

ng bisa dilih

ak etanol da

aun kenikir

uk memperlu

. Metode m

hal ini coco

wan, 2013). Gambar 4.4. punya sifat de tumbuk at. Metode nal. Ekstrak dapat ekstr

hat pada Ga

aun kenikir dibuat men uas kontak maserasi me ok digunak Hasil mase

a . Hasil d

iritatif yan

merupakan

tumbuk me

k tumbuk d

rak bening,

ambar 4.4. b

(a); Ekstrak

b

njadi serbuk

dengan zat

erupakan m

kan untuk m

erasi daun k

dari maseras

ng memen

metode ya

erupakan sa

daun kenikir

, hasilnya

b.

k tumbuk da

k kering. Tu

cair dan ba

metode seder

menyari sen

kenikir berw

si dengan e

ngaruhi has

ang sudah

alah satu m

r yang telah

ekstrak tum aun kenikir ujuan anyak rhana nyawa warna etanol sil uji sejak metode h jadi mbuk (b)


(1)

Rubrik Penilaian Psikomotorik

No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor 1. Ketrampilan

menjawab pertanyaan

Menjawab pertanyaan dengan lancar, tegas, sesuai dengan

diskusi kelompok. 3

Menjawab pertanyaan dengan lancar, tegas, tapi kurang sesuai dengan diskusi kelompok.

2 Mampu menjawab dengan

lancar, tapi kurang tegas dan tidak sesuai dengan diskusi kelompok (pendapat pribadi).

1 2. Kemampuan

menjelaskan suatu permasalahan

Mampu menjelaskan

permasalahan sesuai fakta dan didasari sumber yang jelas, menggunakan kata baku dan mudah dipahami.

3

Mampu menjelaskan

permasalahan sesuai fakta dan didasari sumber yang jelas, menggunakan kata baku tapi sulit dipahami.

2

Kurang bisa menjelaskan


(2)

107   

Lampiran XII

Penilaian Portofolio Siswa Tujuan : Mengukur hasil laporan praktikum siswa. Materi : Archaebacteria dan Eubacteria.

Kelas / Semester : X/ 1

Tuliskan skor siswa pada aspek penilaian yang telah tersedia!

No. Nama

Aspek Penilaian

Nilai

Penyajian laporan

Penyajian data pengamatan

Penyajian pembahasan

Penarikan kesimpulan

Ketepatan waktu pengumpulan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.


(3)

Rubrik Penilaian Laporan

No. Aspek penilaian Kriteria penilaian Skor 1 Penyajian laporan ‐ Ditulis dalam buku laporan

‐ Ditulis tangan

‐ Disajikan sesuai format laporan

‐ Dasar teori sesuai dengan praktikum/ pengamatan

‐ Disajikan secara jelas / rapi

20

Tidak disajikan secara rapi (berkurang 3 poin)

17

Tidak dalam buku laporan (berkurang 5 poin)

15

Tidak ditulis tangan (berkurang 6 poin)

14 Dasar teori tidak sesuai

(berkurang 8 poin)

12 2 Penyajian data

pengamatan

‐ Disajikan dalam tabel

‐ Terdapat judul tabel

‐ Dibuat dengan jelas dan rapi

‐ Data sesuai dengan hasil percobaan

‐ Data mudah dipahami

‐ Semua kriteria terpenuhi

5

1 kiteria skor tidak dipenuhi 4 2 kriteria skor tidak dipenuhi 3 3 kriteria skor tidak dipenuhi 2 4 kriteria skor tidak dipenuhi 1 3 Penyajian pembahasan ‐ Pembahasan sesuai dengan

hasil pengamatan

‐ Pembahasan sesuai dengan dasar teori yang dicantumkan

‐ Pembahasan menggunakan bahasa yang komunikatif

‐ Pembahasan tidak

mengandung unsur plagiat

5

1 kiteria skor tidak dipenuhi 4 2 kriteria skor tidak dipenuhi 3 Bila hanya membaca data 2 Bila mengandung unsur plagiat 1 4. Penarikan kesimpulan ‐ Kesimpulan menjawab tujuan

‐ Kesimpulan sesuai dengan


(4)

109   

No. Aspek penilaian Kriteria penilaian Skor pembahasan

‐ Kesimpulan singkat

‐ Kesimpulan jelas

‐ Kesimpulan merangkum semua kegiatan pengamatan

1 kiteria skor tidak dipenuhi 4 2 kriteria skor tidak dipenuhi 3 3 kriteria skor tidak dipenuhi 2 4 kriteria skor tidak dipenuhi 1 5. Ketepatan waktu

pengumpulan

Tepat waktu 5

Terlambat 1 hari 4

Terlambat 2 hari 3

Terlambat 3 hari 2

Terlambat 4 hari 1

  Penilaian Laporan :

Skor maksimal

x 100 = Nilai 4


(5)

ix  

EKSTRAK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Theresia Astutiningrum Universitas Sanata Dharma

2016 ABSTRAK

Kulit yang terluka rentan mengalami infeksi bakteri bila tidak segera dilakukan pengobatan. Salah satu penyebabnya adalah bakteri Staphyloccocus aureus. Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk dikonsumsi maupun pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kenikir, menguji perbedaan aktivitas antibakteri melalui perbedaan metode ekstraksi daun kenikir dan mengetahui konsentrasi hambat minimum.

Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode Kirby- Bauer. Aktivitas antibakteri ditandai dengan adanya zona bening disekitar kertas cakram yang disebut daya hambat. Metode pengujian konsentrasi hambat minimum dengan dilusi padat. Penelitian menggunakan dua metode ekstraksi, yakni metode maserasi dengan pelarut etanol dan metode tumbuk dengan pelarut akuades. Konsentrasi yang digunakan yaitu 30%, 45% dan 60%.

Hasil menunjukkan bahwa ekstrak daun kenikir mempunyai daya antibakteri. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara kedua metode ekstraksi. Ekstrak tumbuk daun kenikir memiliki zona hambat terkecil pada konsentrasi 30% sebesar 6,76 mm dan zona hambat terbesar sebesar 7,58 mm pada konsentrasi 60%. Ekstrak etanol daun kenikir konsentrasi 30% memiliki zona hambat sebesar 7,25 mm dan pada konsentrasi 60% sebesar 8,59 mm. Pengujian antibakteri tidak mendapat data Konsentrasi Hambat Minimum. Dengan demikian, ekstrak daun kenikir termasuk bakteriostatik yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri.

Kata kunci : Antibakteri, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.).


(6)

x  

THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF KENIKIR LEAVES (Cosmos caudatus Kunth) EXTRACT TOWARD THE GROWTH OF Staphylococcus

aureus BACTERIA IN-VITRO

Theresia Astutiningrum Sanata Dharma University

2016 ABSTRACT

The skin wound caused bacterial infection if not to be treated. One of the cause is (Staphylococcus aureus) bacteria. Kenikir leaves (Cosmos caudatus Kunth.) has been used by people to be consumed and for traditional medication. This research aims to know the antibacterial activity extract of Kenikir leaves, to test the difference of antibacterial activity through different extraction method of Kenikir leaves and also to know minimum inhibitory concentration.

The methodology that was used to test antibacterial activity was Kirby-Bauer method. Antibacterial activity was characterized by the presence of clear zone around paper discs which were called an inhibitory zone. Method to test a minimum inhibitory concentration were solid dilution. The research used two methods of extraction, namely maceration with ethanol solvent and mashed with aquades solvent. Extract concentration that were used were 30%, 45%, 60%.

Result showed that Kenikir leaves extracts has antibacterial activity. The results of antibacterial activity of the extracts showed that there was no difference between the two extraction method. Mashed extract of Kenikir leaves had a smallest inhibiton zone in concentration of 30% which were 6,76 mm and the largest was 7,58 mm in concentration of 60%. Ethanol extract of Kenikir leaves at concentration of 30% had an inhibiton zone of 7,25 mm and concentration of 60% had 8,59 mm. Minimum Inhibitory Concentration of antibacterial activity was not obtained. Kenikir leaves extract belongs to bacteriostatic group because of the compound could only inhibit the growth of bacteria.

Keyword: Antibacterial, Staphylococcus aureus, Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.)


Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Yang Diperoleh Dengan Metode Soxhletasi Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In Vitro

4 79 59

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

PENGARUH EKSTRAK METANOLIK DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) TERHADAP PEMACUAN APOPTOSIS SEL KANKER PAYUDARA

0 6 6

EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus. (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.)H.B.K)SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis.

0 4 9

EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.) H.B.K) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KENIKIR (Cosmos caudatus (L.)H.B.K)SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Streptococcus mutans DAN Staphylococcus epidermidis.

8 14 12

UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL KENIKIR (Cosmos caudatus, H.B.K) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC Uji Efektivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Kenikir (Cosmos caudatus, H.B.K) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Esche

1 2 17

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans secara in vitro.

2 11 4

PEMBUATAN HANDSOAP DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) SEBAGAI ANTI BAKTERI.

0 0 12

Efek Antifungi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Pertumbuhan Candida albicans Secara In Vitro IMG 20160222 0001

0 0 1

Daya Antifungi Infusa Daun Kenikir ( cosmos caudatus k. ) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans Secara in Vitro

0 0 7