Kasus khusus

12.7 Kasus khusus

Jika suatu jenis konstruksi komposit tidak dapat dikategorikan dalam salah satu ketentuan-ketentuan yang diuraikan pada Butir 12.1 sampai dengan 12.6, maka kekuatan penghubung geser dan rincian pelaksanaan untuk jenis struktur komposit tersebut harus didapat melalui suatu bentuk pengujian laboratorium yang dilakukan oleh badan yang berwenang.

Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).

Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang disambungkan.

Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak.

Pengencangan penuh adalah cara pemasangan dan pengencangan baut yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Butir 18.2.4 dan 18.2.5.

Pembebanan dalam bidang adalah pembebanan yang gaya dan momen lentur rencananya berada dalam bidang sambungan sedemikian rupa sehingga gaya yang ditimbulkan dalam komponen sambungan hanya gaya geser.

Pengencang tanpa slip adalah pengencang yang tidak memungkinkan terjadinya slip antara pelat atau unsur yang dihubungkan, sedemikian rupa sehingga kedudukan relatifnya tidak berubah. Pengencang tanpa slip dapat berupa sambungan tipe friksi dari baut mutu tinggi atau las.

Pembebanan tidak sebidang adalah pembebanan yang gaya atau momen lentur rencananya menghasilkan gaya yang arahnya tegak lurus bidang sambungan.

Gaya ungkit adalah gaya tarik tambahan yang timbul akibat melenturnya suatu komponen pada sambungan yang memikul gaya tarik sehingga terjadi gaya ungkit di ujung komponen yang melentur. Kencang tangan adalah kekencangan baut yang diperoleh dengan kekuatan penuh seseorang yang menggunakan alat pengencang standar atau dengan beberapa pukulan alat pengencang impak.

SNI 03 – 1729 – 2002

13.1.2 Klasifikasi sambungan

13.1.2.1 Sambungan kaku Sambungan harus memenuhi Butir 7.2.1. Deformasi titik kumpul

harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur.

13.1.2.2 Sambungan semi kaku Sambungan harus memenuhi Butir 7.2.2. Pada sambungan semi

kaku, perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental.

13.1.2.3 Sambungan sendi Sambungan harus memenuhi Butir 7.2.3. Sambungan sendi harus

dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai kemampuan rotasi yang cukup. Sambungan harus dapat memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya.

13.1.3 Perencanaan sambungan

Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan berikut:

a) Gaya-dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya-gaya yang bekerja pada sambungan;

b) Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi sambungan;

c) Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja padanya.

13.1.4 Kuat rencana minimum sambungan

Sambungan struktural (tidak termasuk di dalamnya sambungan tralis dan wartel mur, gording, dan spalk) harus direncanakan agar sedikitnya dapat menerima gaya sebesar:

a) gaya-gaya yang berasal dari komponen struktur, dan

SNI 03 – 1729 – 2002

b) gaya minimum yang dinyatakan dalam nilai atau fraksi kuat rencana komponen struktur dengan nilai minimum yang diuraikan di bawah ini: (i) Sambungan kaku: momen lentur sebesar 0,5 kali momen

lentur rencana komponen struktur; (ii) Sambungan sendi pada balok sederhana: gaya geser sebesar

40 kN; (iii) Sambungan pada ujung komponen struktur tarik atau tekan: suatu gaya sebesar 0,3 kali kuat rencana komponen struktur, kecuali pada batang berulir dengan wartel mur yang bekerja sebagai batang pengikat, gaya tarik minimum harus sama dengan kuat rencana batang;

(iv) Sambungan lewatan komponen struktur tarik: suatu gaya sebesar 0,3 kali kuat rencana komponen struktur tarik; (v) Sambungan lewatan komponen struktur tekan: jika ujungnya dirancang untuk kontak penuh sesuai dengan Butir 17.4.3.2 maka gaya tekan boleh dipikul melalui tumpuan pada bidang kontak dan jumlah alat pengencang harus cukup untuk memikul semua bagian di tempatnya dan harus cukup untuk menyalurkan gaya sebesar 0,15 kali kuat rencana komponen struktur tekan. Selain itu, sambungan yang berada di antara pengekang lateral harus direncanakan untuk memikul gaya aksial terfaktor, N u , ditambah momen lentur terfaktor, M u , yang tidak kurang dari:

M u = (13.1-1)

Keterangan:

δ adalah faktor amplifikasi δ b atau δ s yang ditetapkan sesuai dengan Butir 7.4

L s adalah jarak antara titik pengekang lateral efektif

Bila komponen struktur tersebut tidak dipersiapkan untuk kontak penuh, penyambung dan pengencangnya harus dirancang untuk memikul semua komponennya tetap lurus dan harus direncanakan untuk menyalurkan gaya sebesar 0,3 kali kuat rencana komponen struktur tekan.

(vi) Sambungan lewatan balok: suatu momen lentur sebesar 0,3 kali kuat lentur rencana balok, kecuali pada sambungan yang direncanakan untuk menyalurkan gaya geser saja. Sambungan yang memikul gaya geser saja harus direncanakan untuk menyalurkan gaya geser dan momen lentur yang ditimbulkan oleh eksentrisitas gaya terhadap titik berat kelompok alat pengencang;

SNI 03 – 1729 – 2002

(vii) Sambungan lewatan komponen struktur yang memikul gaya kombinasi: sambungan komponen struktur yang memikul kombinasi antara gaya tarik atau tekan aksial dan momen lentur harus memenuhi (iv), (v) dan (vi) sekaligus.

13.1.5 Pertemuan

Komponen struktur yang menyalurkan gaya-gaya pada sambungan, sumbu netralnya harus direncanakan untuk bertemu pada suatu titik. Bila terdapat eksentrisitas pada sambungan, komponen struktur dan sambungannya harus dapat memikul momen yang diakibatkannya.

13.1.6 Pemilihan alat pengencang

Bila sambungan memikul kejut, getaran, atau tidak boleh slip maka harus digunakan sambungan tipe friksi dengan baut mutu tinggi atau las.

13.1.7 Sambungan kombinasi

Bila digunakan pengencang tanpa slip (baut mutu tinggi dalam sambungan tipe friksi atau las) bersama dengan pengencang jenis slip (seperti baut kencang tangan, atau baut mutu tinggi dalam sambungan tipe tumpu) dalam suatu sambungan, semua beban terfaktor harus dianggap dipikul oleh pengencang tanpa slip. Bila digunakan kombinasi pengencang tanpa slip, beban terfaktor dapat dianggap dipikul bersama. Akan tetapi apabila digunakan pengelasan dalam sambungan bersama-sama dengan pengencang tanpa slip lainnya maka:

a) setiap gaya yang mula-mula bekerja langsung pada las tidak boleh dianggap turut dipikul oleh pengencang yang ditambahkan setelah bekerjanya gaya tersebut; dan

b) setiap gaya yang bekerja setelah pengelasan harus dianggap dipikul oleh las.

13.1.8 Gaya ungkit

Baut yang direncanakan untuk memikul gaya tarik terfaktor harus dapat memikul setiap gaya tarik tambahan akibat gaya ungkit yang terjadi akibat komponen yang melenting.

SNI 03 – 1729 – 2002

13.1.9 Komponen sambungan

Komponen sambungan (antara lain pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung), kecuali alat pengencang, kekuatannya harus diperhitungkan sesuai dengan persyaratan pada Butir 8, 9, 10, dan 11.

13.1.10 Pengurangan luas akibat baut

13.1.10.1 Luas lubang Luas lubang yang digunakan adalah luas penuh.

13.1.10.2 Lubang tidak selang-seling Pada lubang yang tidak diselang-seling, luas pengurangnya adalah

jumlah maksimum luas lubang dalam irisan penampang tegak lurus terhadap arah gaya yang bekerja pada unsur struktur.

13.1.10.3 Lubang selang-seling Bila lubang dibuat selang-seling, luas yang dikurangkan setidaknya

harus sama dengan jumlah luas lubang dalam irisan zig-zag yang dibuat dikurangi 2 s

p t / 4 s g untuk setiap spasi antara dua lubang yang terpotong irisan tersebut, dengan t adalah tebal pelat yang dilubangi serta s dan s p g dapat dilihat pada Gambar 13.1-1. Jika

didapatkan beberapa kemungkinan irisan penampang (termasuk irisan lubang tidak selang-seling) maka harus dipilih irisan penampang yang menghasilkan pengurangan luas yang maksimum.

Arah gaya s g

Gambar 13.1-1

Lubang selang-seling.

Untuk penampang seperti siku dengan lubang dalam kedua kaki, s diambil sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang, dikurangi g tebal kaki (lihat Gambar 13.1-2).

SNI 03 – 1729 – 2002

s g =s g 1 +s g 2 -t

Gambar 13.1-2

Siku dengan lubang pada kedua kaki.

13.1.11 Sambungan pada profil berongga

Pada profil berongga pengaruh tegangan di sekitar sambungan harus diperhitungkan.