26
TVET Abad XXI
Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional
Dr. Putu Sudira, M.P. - FT UNY
karir mereka hingga mencapai posisi yang sesuai dengan jalur kehidupan yang diminati dan dipilihnya.
Di sektor informal usaha rakyat yang berkembang di Indonesia memiliki daya tampung tenaga kerja yang sangat besar sekali.
Pelatihan singkat yang dijalani oleh seseorang dalam menjalankan suatu pekerjaan informal sering tidak mendapat perhatian yang
sepatutnya. Industri rumah tangga misalnya dalam menjalankan usaha masih menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
E. Filosofi dan Asumsi TVET
Filosofi pragmatisme adalah filosofi yang paling sesuai diterapkan dalam TVET masa depan Miller Gregson, 1999;
Rojewski, 2009. Filosofi pragmatisme mendudukkan TVET sebagai pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu
dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan modern TVET tidak lagi dikembangkan sekedar hanya memenuhi
kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ekonomi bukan merupakan satu- satunya kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan bersosialisasi,
kebutuhan mengekspresikan diri dalam kehidupan masyarakat, memainkan diri dalam pembangunan masyarakat, kebahagiaan
spiritual adalah kebutuhan lain dari manusia yang juga harus dipenuhi. Karakteristik filosofi pragmatisme menekankan pemecah-
an masalah berpikir orde tinggi. Filosofi pragmatisme meletakkan pendidikan sebagai interaksi aktif memandirikan peserta didik dalam
belajar memecahkan permasalahan hidupnya.
Pendidikan adalah
upaya pendewasaan,
penyadaran, penumbuhan spirit, pencerahan anak akan arti kehidupan. Melalui
pendidikan anak menemukan hakikat dirinya di tengah-tengah keluarga, masyarakat, lingkungan alam semesta, dan di mata Tuhan.
Pembelajaran dalam filosofi pragmatisme dikonstruksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya, pengalaman yang telah dimiliki untuk
merespon dan mengantisipasi isu-isu perubahan dunia kerja. Pembelajaran tidak terbatas sebagai respon reaktif terhadap
perubahan.
Pembelajaran TVET
harus antisipatif
terhadap
TVET Abad XXI Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional
27
Dr. Putu Sudira, M.P. - FT UNY
perubahan karena Abad XXI adalah Abad penuh perubahan. Selain filosofi pragmatisme, filosofi esensialisme yang mengarahkan tujuan
pokok TVET untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja juga perlu diperhatikan. Filosofi esensialisme mendudukkan TVET dalam
kaitannya dengan efisiensi sosial. Dalam perspektif filosofi esensialisme kurikulum dan pembelajaran dikembangkan berdasar-
kan kebutuhan bisnis dunia usaha dan industri. TVET diukur dari nilai balik investasi pendidikan sebagai investasi ekonomi. Kemudian
muncul Teori Human Capital dimana manusia diteguhkan sebagai modal utama pembangunan. SDM harus dididik dan dilatih agar
mampu berkompetisi memenangkan persaingan dalam memperebut- kan pasar kerja. Sebagai investasi semua jenis pengeluaran dalam
proses pendidikan dalam TVET dianggap berhasil jika nilai baliknya melebihi nilai investasi yang dikeluarkan. Jika nilai balik tidak
melebihi nilai investasi maka TVET dianggap gagal karena tidak ekonomis. Program TVET semacam ini sebaiknya dihindari atau
tidak dilakukan. Kebanyakan masyarakat belum mendudukkan TVET sebagai investasi mahal. TVET baru sebatas pendidikan sebagai
proses pendidikan semata. Akibatnya para pengguna layanan TVET tidak memperoleh nilai manfaat yang berarti. Gambar 1
menunjukkan segitiga filosofi TVET yang paling relevan diterapkan.
28
TVET Abad XXI
Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional
Dr. Putu Sudira, M.P. - FT UNY
Gambar 1. Segitiga Filosofi TVET Sumber: Rojewski 2009
Disisi samping kiri segi tiga Gambar 1 yakni sisi esensialisme menggambarkan bahwa TVET adalah pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. Kurikulum TVET diorganisir secara sekuensial, berpusat pada
kebutuhan pelatih dalam bisnis atau pengalaman terkait industri. Sistem pendidikan akademik dan vokasional dibuat terpisah. TVET
Indonesia saat ini mencerminkan filosofi esensialisme dimana Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI memisahkan
pendidikan akademik dan vokasional. Disisi pragmatisme di sebelah kanan menunjukkan tujuan TVET adalah untuk memenuhi seluruh
kebutuhan diri individu seseorang dalam persiapan kehidupannya. Karakteristik dasarnya adalah menekankan pada kemampuan
pemecahan masalah dan berpikir orde tinggi, pembelajarannya dikonstruksi
dari pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki
sebelumnya untuk memecahkan masalah. Keseluruhan penguasaan pengetahuan dalam proses pembelajaran adalah untuk memecahkan
Purpose of TVET is to meet needs of labor market. Characterized by
sequential organized curriculum, instructors need extensive
businessindustry-related experience. System separate from academic
education Sarkees-Wircenski Scott, 1995
Purpose of TVET is to fulfill individual needs for personal
fulfillment and life preparation. Characterized by an emphasis on
problem-solving and higher-order thinking, learning is constructed from
prior knowledge Miller, 1985, 1996
Purpose of TVET is to transform work into democratic, learning organizations, Proactive rather than perpetuating existing workplace
practices. Adopts a stance against injustice and inequity in work issues Miller Gregson, 1999
Pragmatism Reconstructionist strand
Pragmatism Essensialism
TVET Abad XXI Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional
29
Dr. Putu Sudira, M.P. - FT UNY
masalah yang dihadapi dalam seluruh proses menjalani kehidupan di masyarakat. Pragmatisme antisipatif terhadap perubahan-perubahan
pendidikan Abad XXI. Kemudian pada sisi bawah pragmatisme rekonstruksionis strand menyatakan bahwa tujuan TVET adalah
melakukan
transformasi masyarakat
menuju masyarakat
demokratis, membangun masyarakat belajar, organisasi belajar, bersifat proaktif, tidak mengekalkan diri hanya pada praktik-praktik
dunia kerja yang ada saat ini. Mengadopsi isu-isu dan masalah- masalah ketidakadilan dan ketidakmerataan pekerjaan. Pragmatisme
rekonstruksionis strand mendukung pendidikan kewirausahaan.
Ketiga filosofi di atas dapat dipilih secara eklektif dan diterapkan dalam TVET. Pemilihan filosofi disesuaikan dengan
kondisi dan cakupan dari TVET. Ketiga filosofi tersebut dapat dikombinasikan dan dipilih sesuai program terbaik dari TVET.
Refleksi dan analisis sistematis komprehensif perlu dilakukan oleh para ahli dalam memilih filosofi yang cocok dan memberi manfaat
terbaik. Melihat segi tiga di atas masa depan TVET cenderung ke filosofi pragmatisme.
Asumsi adalah anggapan yang diterima sebagai kebenaran, syarat suatu filosofi, teori, kebijakan diterapkan. Jika asumsi yang
dipilih salah atau tidak memenuhi syarat maka kebijakan itu tidak akan efektif dilaksanakan. Asumsi sangat penting dipilih,
dipertimbangkan, dan ditetapkan sebelum membuat kebijakan- kebijakan dan menjalankan menjadi kegiatan teknis dalam sistem
TVET. Asumsi yang valid dan reliabel membuat program TVET mencapai sasaran yang diinginkan. Delapan asumsi yang dipakai
dalam pengembangan program TVET antara lain: 1 TVET diharapkan
memerankan fungsi
sosial, budaya,
teknologi, lingkungan, dan ekonomi dalam memberi layanan dan proses
produksi; 2 pengembangan karir jangka panjang ditekankan lebih dari
sekedar fokus memasuki
level pekerjaan;
3 skill
pengembangan karir merupakan bagian dari skill menempuh kehidupan secara utuh; 4 TVET bersifat dinamis terhadap
perubahan sosial di tempat kerja, rumah, dan masyarakat; 5 TVET
30
TVET Abad XXI
Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional
Dr. Putu Sudira, M.P. - FT UNY
semakin eksis berbasis pengetahuan dengan semakin intens melakukan pengembangan skill belajar; 6 spesialisasi pekerjaan
semakin berkurang karena perubahan pekerjaan berdinamika tinggi; 7 TVET harus menuju keberhasilan pembangunan ekonomi,
teknologi, lingkungan, sosial budaya jangka panjang bukan sesuatu yang sempit dan jangka pendek; 8 pemerintah mendukung dan
memfasilitasi secara penuh pengembangan TVET.
Delapan asumsi di atas penting sekali diperhatikan dalam pengembangan kebijakan program-program TVET. Penerapan
kebijakan TVET di kelas, laboratorium, bengkel, studio, workshop, teaching factory, business centre, edotel, technopark, rumah sakit,
klinik, ladang pertanian, pusat peternakan, perikanan, dan lapangan dalam bentuk kegiatan pembelajaran adalah muara utama.
Pembelajaran mendidik penuh pengalaman yang berlangsung di kelas, laboratorium, bengkel, studio, workshop, teaching factory,
business centre, edotel, technopark, rumah sakit, klinik, ladang pertanian, pusat peternakan, perikanan, dan lapangan memberi
dampak signifikan keberhasilan TVET. Para praktisi TVET harus memahami dengan baik asumsi-asumsi, teori, filosofi TVET dalam
melaksanakan kebijakan TVET di sekolah atau lembaga pendidikan dan lembaga pelatihan.
F. Teori TVET