Tinjauan Teoritis

2.1.4 Proses Pemberitaan

Sebuah berita tidak secara langsung didapat begitu saja. Terdapat tahapan- tahapan yang harus dilalui sehingga sebuah berita dapat dikonsumsi oleh Sebuah berita tidak secara langsung didapat begitu saja. Terdapat tahapan- tahapan yang harus dilalui sehingga sebuah berita dapat dikonsumsi oleh

a. Finding News (Penemuan Berita). Dalam penemuan berita, seorang jurnalis harus memahami nilai-nilai berita. Sebuah peristiwa dapat menjadi sebuah berita apabila peristiwa tersebut memiliki nilai-nilai berita. Ketika seorang jurnalis telah memutuskan bahwa peristiwa tersebut layak untuk menjadi sebuah berita, maka selanjutnya, dia harus menemukan fakta- fakta dan narasumber kredibel yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

b. Choosing news (Pemilihan berita). Pemilihan berita yang akan dipublikasikan harus memperhatikan beberapa hal antara lain public interest, efek yang akan ditimbulkan, dan etika. Apabila suatu berita dirasa berisi informasi yang penting, menimbulkan efek yang besar, dan akan menarik perhatian masyarakat, maka berita tersebut harus disampaikan. Tetapi seorang jurnalis juga harus memilih berita dengan memperhatikan etika yang berlaku di masyarakat, dengan memperhatikan pantas atau tidak pantas, efek individual yang mungkin akan dihasilkan dari penampilan berita di media.

c. Gathering news (Pengumpulan berita). Menurut Burns (2006), pengumpulan berita dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui interview dan studi dokumentasi. Tetapi dalam pencarian berita, interview merupakan langkah utama yang dilakukan oleh seorang jurnalis. Untuk mendapatkan informasi yang tepat, seorang jurnalis harus memastikan bahwa narasumber yang ditemuinya adalah narasumber yang reliable dan kompeten dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Sebisa mungkin c. Gathering news (Pengumpulan berita). Menurut Burns (2006), pengumpulan berita dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui interview dan studi dokumentasi. Tetapi dalam pencarian berita, interview merupakan langkah utama yang dilakukan oleh seorang jurnalis. Untuk mendapatkan informasi yang tepat, seorang jurnalis harus memastikan bahwa narasumber yang ditemuinya adalah narasumber yang reliable dan kompeten dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Sebisa mungkin

mendengar dari orang lain?  Apakah orang tersebut adalah saksi yang kompeten?  Apakah saksi tersebut memberikan rincian yang tepat yang memiliki

nilai kebenaran dan konsisten dengan fakta?

d. Evaluating news sources (Evaluasi sumber-sumber berita). Sebuah berita tidak hanya didapat melalui interview dengan narasumber, tetapi juga dapat melalui sumber berita yang sebelumnya telah dipublikasi. Apabila seorang wartawan merasa kurang yakin dengan informasi yang diperoleh dari narasumber, wartawan dapat melengkapi informasi melalui berita- berita yang sebelumnya telah diterbitkan. Tetapi berita-berita itu tidak sepenuhnya dapat dipercaya, karena terkadang ada berita yang sengaja menjatuhkan salah satu pihak. Sehingga, wartawan tetap harus mengevaluasi sumber berita yang digunakannya. Sehingga wartawan akan dapat memperoleh informasi yang tidak berat sebelah.

e. Constructing News (Penyusunan berita), termasuk di dalamnya adalah proses penulisan berita. Dalam menulis sebuah berita, seorang jurnalis harus selalu memulainya dengan fakta yang paling penting, yang e. Constructing News (Penyusunan berita), termasuk di dalamnya adalah proses penulisan berita. Dalam menulis sebuah berita, seorang jurnalis harus selalu memulainya dengan fakta yang paling penting, yang

f. Editing the news (penyuntingan berita). Ketika seorang jurnalis telah menyelesaikan berita, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyunting berita tersebut. Penyuntingan ini dilakukan untuk mengkoreksi apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, pemilihan kata, struktur kalimat. Hal ini dilakukan agar berita yang ditulis jurnalis dapat dicerna oleh pembaca.

Proses pemberitaan yang terdapat di website Kominfo juga menggunakan proses pemberitaan seperti yang disampaikan oleh Burns. Tetapi ada beberapa wartawan yang tidak memulai proses pemberitaan dari tahapan finding news. Bergantung dari perintah dari pimpinan redaksi. Tetapi apabila seorang wartawan tidak mendapat perintah untuk meliput suatu kegiatan, maka dia memulai proses pemberitaan dari tahapan finding news. Misalnya dengan menunggu di gedung DPRD berjaga apabila tiba-tiba dilaksanakan sidang paripurna.

Apabila seorang wartawan mendapat perintah untuk meliput suatu acara yang telah direncanakan, maka wartawan tersebut secara langsung akan memulai proses pemberitaan pada tahapan gathering news. Salah satu contoh, apabila Apabila seorang wartawan mendapat perintah untuk meliput suatu acara yang telah direncanakan, maka wartawan tersebut secara langsung akan memulai proses pemberitaan pada tahapan gathering news. Salah satu contoh, apabila

Ketika seorang wartawan telah mengumpulkan informasi yang terkait dengan kegiatan tersebut dan dirasa telah cukup untuk dijadikan sebuah berita, maka selanjutnya, wartawan tersebut harus menuangkan informasi tersebut ke dalam sebuah berita. Selanjutnya, wartawan harus melakukan self editing terhadap berita yang ditulisnya sebelum dikirimkan kepada editor atau pimpinan redaksi. Ketika wartawan merasa tidak ada kesalahan dalam berita, wartawan akan mengirimkan berita tersebut kepada editor melalui email. Selanjutnya, editor akan melakukan editing kembali terhadap berita yang diterimanya. Apabila editor telah merasa bahwa tulisan tersebut layak untuk dipublikasikan, berita tersebut akan diunggah ke website Kominfo.

2.1.5 Pembentukan Citra melalui Media Massa

Kurt dan Gladys Engel Lang dalam Bryant dan Thompson (2002), menulis “The mass media force attention to certain issues. They build up public images of political figures. They are constantly presenting objects suggesting what individuals in the mass should think about, know about, have feelings about” (Media massa menekankan perhatian pada beberapa isu tertentu. Mereka membangun citra publik dari figur-figur politik. Mereka menampilkan objek- objek secara teratur untuk menyarankan bagaimana seharusnya massa memikirkan, mengetahui, dan merasakan seorang individu).

Pendapat tokoh tersebut menunjukkan bahwa media massa mampu menjadi salah satu alat yang digunakan untuk membentuk citra seseorang ataupun suatu perusahaan. Melalui konten-konten di dalamnya, media massa dapat menggiring pemikiran masyarakat tentang suatu objek atau seseorang. Ketika media massa telah mampu menggiring persepsi masyarakat menuju persepsi yang diharapkan media massa, citra akan suatu objek akan turut terbentuk.

Media massa dapat merekayasa konten media massa sehingga mereka dapat membelokkan persepsi masyarakat terhadap suatu objek. Pada konten media massa berbentuk berita, rekayasa dilakukan melalui pemilihan angle berita, pilihan kalimat jurnalistik, pemilihan fokus berita, juga pemilihan judul. Pemilihan angle berita yang berbeda, akan menghasilkan inti berita yang berbeda pula. Pemilihan kalimat jurnalistik yang tepat (misal dari kalimat negatif menjadi positif), akan menghasilkan nilai berita yang berbeda pula. Begitu juga dengan judul, semakin “heboh” judul yang dipilih, semakin pembaca merasa penasaran dengan isi berita.

Dinas Kominfo Jatim menggunakan strategi-strategi tersebut dalam menuliskan berita tentang pemerintah Jawa Timur. Sebelum menuliskan berita tentang suatu kegiatan, para wartawan Dinas Kominfo akan selalu mencari angle yang tepat untuk berita yang akan ditulisnya. Ketika mereka telah menemukan angle yang tepat, selanjutnya mereka akan menuangkan informasi yang mereka peroleh ke dalam sebuah tulisan, yaitu berita. Tidak lupa mereka akan menggunakan kalimat jurnalistik yang bernilai positif, untuk menghasilkan kesan yang positif. Selanjutnya, ketika berita tersebut telah menjadi satu bentuk tulisan, Dinas Kominfo Jatim menggunakan strategi-strategi tersebut dalam menuliskan berita tentang pemerintah Jawa Timur. Sebelum menuliskan berita tentang suatu kegiatan, para wartawan Dinas Kominfo akan selalu mencari angle yang tepat untuk berita yang akan ditulisnya. Ketika mereka telah menemukan angle yang tepat, selanjutnya mereka akan menuangkan informasi yang mereka peroleh ke dalam sebuah tulisan, yaitu berita. Tidak lupa mereka akan menggunakan kalimat jurnalistik yang bernilai positif, untuk menghasilkan kesan yang positif. Selanjutnya, ketika berita tersebut telah menjadi satu bentuk tulisan,