21. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (2)

Tabel 5. 6. Skor Kelayakan Teknis Skor Kandidat

No Sub Kriteria Bogor Tapos 1 Tapos 2 Cilodong

1 Kapasitas daya listrik di kawasan.

3 3 3 3 Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan

3 3 3 3 raya/akses.

3 Sistem drainase.

3 3 3 3 Rencana

pengembangan

jalan/Tidak

2 2 2 2 berada pada rencana pelebaran jalan.

Tidak dilalui

3 3 3 3 mengakibatkan gangguan elektromagnetis.

Ketersediaan sumber air (permukaan dan

1 1 1 1 atau PDAM)

Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan

3 3 3 3 atau jaringan serat optik 3 operator.

8 Ketersediaan energi listrik

Total Skor

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Hal. 9

Berdasarkan hasil penilaian terhadap 8 sub kriteria diatas, terlihat bahwa Kandidat Tapos 1 dan Bogor 1 (Karanggan) tidak memiliki keunggulan karena memiliki kelemahan kriteria dan indikator terutama pada adanya rencana pengembangan jaringan jalan yang mengakibatkan harus dibebaskannya beberapa meter tanah. Sedangkan Kandidat Bogor 1 (Karanggan) terdapat kelemahan pada sub kriteria kondisi tanah yang berada dibawah jalan, yang artinya dalam perencanaannnya perlu membuat desain drainase lingkungan tersendiri.

Matrik Indikator dan Parameter

Untuk memudahkan dalam penilaian tiap aspek/kriteria, sub kriteria dan indikator yang telah disusun maka tim narasumber membuat matrik kondisi eksisting berdasarkan pengkajian dari dokumen yang ada dan pengamatan dan pengukuran di lapangan. Lebih detail dapat dilihat pada matrik tabel dibawah ini.

Hal. 10

Tabel 5. 7. Matrik Pengkajian Aspek/Kriteria Administrasi

Aspek Administrasi

Bogor 1/Karanggan

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Lunas

Terhutang Rp. 25 juta

Terhutang Rp. 75jt

Terhutang

Lahan seluas +- 2 ha dengan kepemilikan minimum tidak banyak

2 Orang, 9 Sertifikat

1 Orang

1 Orang

8 Orang, 11 Sertifikat

SHM untuk meminimumkan kegagalan pengadaan lahan. Ada SHM yang diterbitkan oleh BPN/ATR.

ada

ada ada ada

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Tabel 5. 8. Matrik Pengkajian Aspek/Kriteria Lingkungan

Aspek Lingkungan

Bogor 1/Karanggan

Kesesuai dengan

Perlu advice planning dari Bappeda/Tarukim

Perlu advice planning dari

Rencana Tata Ruang

Bappeda/Tarukim Kota terkait

Bappeda/Tarukim Kota terkait

Kota terkait

Bappeda/Tarukim Kota terkait

Kab/Kota Tidak

ada konflik

Tidak ada

Tidak ada

Baru selesai diputus di pengadilan, dan

Tidak ada

pemanfaatan lahan

sudah inkrah (berkekuatan hukum tetap dan pasti). Berdasarkan wawancara dengan petugas Dispenda, Sdr Hendri Prastowo menguasai fisik lahan.

Tidak terdapat gangguan

Drainase perkotaan yang tepat berada di

Drainase perkotaan yang tepat berada di

Tidak ada

pencemaran lingkungan

lokasi tercemar sedang. Kegiatan jasa

lokasi tercemar berat dan banyak bangunan

bangunan gedung gudang, assembling

terdekat adalah POM Bensin yang

semi permanen berada ditepi drainase

motor berjarak jauh. Aktivitas terdekat

berada tepat di depan lokasi

tersebut.

adalah balai benih ikan dan industri.

Tingkat polusi udara

Tidak berada dalam

Berada di penetapan kawasan

lingkungan padat

permukiman.

permukiman kepadatan sedang

permukiman.

permukiman kepadatan tinggi

penduduk Terhindar

Ada, warung dan klaim

kewajiban pembebasan

kepemilikan lahan di gerbang

lahan liar (bangunan liar)

pintu masuk.

Adanya jaminan

Jarak ke Polsek Cimanggis (5,31 Km)

Jarak ke Polsek Cimanggis (8,66 Km)

Jarak ke Polsek Cimanggis (4,5 Km)

Jarak ke Polsek Citeureup (2,73

keamanan lingkungan

Jarak ke PolResKota/Kab (10,7 Km)

Jarak ke PolResKota/Kab (12,9 Km)

Jarak ke PolResKota/Kab (8,8 Km)

Km) Jarak ke PolResKota/Kab (10,3

Hal. 11

Aspek Lingkungan

Tersedianya fasilitas

Tersedia jalan kota, yakni Jln. Raya

Tersedia jalan kota, yakni Jln. Raya

Tersedia jalan kota, yakni Jln. Raya

Tersedia jalan kota, yakni

umum (Jalan, angkutan

Jln. Raya Tapos

umum, drainase, JPU,

Jaringan drainase primer tepat berada

Jaringan drainase sekunder tepat

Jaringan drainase sekunder tepat

Jaringan drainase primer

jaringan listrik,

di tepi lahan yakni sungai kecil,

berada di depan lahan yakni

berada di depan lahan yakni drainase

tepat berada di tepi lahan

TPS/TPA) masuk ke dalam sistem

lingkungan kawasan, tidak mengalir

Jaringan penerangan umum jalan tidak

tidak mengalir namun cukup lebar,

namun cukup lebar, berbau dan banyak

jaringan drainase jalan tol

tersedia

berbau dan banyak sampah.

sampah dan bangunan semi permanen.

Jagorawi.

Jaringan listrik tersedia

Jaringan penerangan umum jalan

Jaringan penerangan umum jalan tidak

Jaringan penerangan umum

jalan tidak tersedia

perkotaan, namun perlu disiapkan TPS

Jaringan listrik tersedia

Jaringan listrik tersedia

Jaringan listrik tersedia

Khusus di dalam lokasi lahan

TPA terintegrasi dengan sistem

TPA terintegrasi dengan

perkotaan, namun perlu disiapkan

perkotaan, namun perlu disiapkan TPS

sistem perkotaan, namun

TPS Khusus di dalam lokasi lahan

Khusus di dalam lokasi lahan

perlu disiapkan TPS Khusus di dalam lokasi lahan

Memiliki keuntungan

Jarak ke Jalan Tol Jagorawi (3 Km)

Jarak ke Jalan Tol Jagorawi (3,81 Km)

Jarak ke Jalan Tol Jagorawi (7,15 Km)

Jarak ke Jalan Tol Jagorawi (0,9

lokasi (location

Km)

advantage) akses yang mudah di jangkau Posisi Strategis Lahan

Simetris, sebagian

Simetris memanjang, dibatasi drainase

Simetris, sebagian

secara simetris

lingkungan lebar 3 m

lingkungan lebar 6 m

berhadapan dengan akses jalan Bebas dari Banjir

Bebas banjir

Bebas banjir

Bebas banjir

Bebas banjir

Tingkat kepadatan lalu

lintas Ketersediaan prasarana

transportasi umum Wilayah

dengan jaringan jalur transportasi yang baik dan mudah Sistem jaringan jalan

lokal yang memadai untuk

lalu lintas kendaraan tonase sedang

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Hal. 12

Tabel 5. 9. Matrik Pengkajian Aspek/Kriteria Teknis

Aspek Teknis

Bogor 1/Karanggan

Kapasitas daya catu listrik

PLN dan Genset

PLN dan Genset

PLN dan Genset

PLN dan Genset

Kondisi wilayah/tanah

Simetris, sebagian

Simetris, sebagian

simetris

drainase lingkungan lebar 3 m

drainase lingkungan lebar 6 m

Kondisi tanah lebih tinggi

Tidak, namun lebih tinggi dari Jalan Tol Jagorawi dari jalan raya Sistem drainase yang baik

Tidak berada pada rencana

Menurut Rencana Jaringan jalan di dalam RTRW pelebaran jalan

20 m

20 m (harus menutupi drainase

Tidak, jikapun ada rencana harus

lingkungan yang ada)

Kabupaten Bogor Th. 2005-2025, lokasi di

perkotaan lebar 6 m.

Kranggan tidak masuk ke dalam rencana pelebaran jalan. Ada GSJ 15meter

Tida kdilalui jalur SUTET

(gangguan radiasi/elektromagnetik) Ketersediaan Sumber Air

Air Tanah

Air Tanah

Air Tanah

Air Tanah

Tanah dan PDAM Ketersediaan

Frekuensi Sinyal Telkomsel, Xl dan Mentari telekomunikasi dan serat

jaringan

Frekuensi Sinyal Telkomsel, Xl dan

Frekuensi Sinyal Telkomsel, Xl dan

Frekuensi Sinyal Telkomsel, Xl dan

Dapat berkomunikasi antar optik 3 operator

pengguna. Untuk jaringan serta optik di Depok di

Untuk jaringan serta optik di Depok

Untuk jaringan serta optik di Depok

Untuk jaringan serta optik di Depok

1. Jl. Bangbarung ( ISAT Narasoma ); 2. Jl.

di Jl. Lenteng Agung Timur dan Jl.

di Jl. Lenteng Agung Timur dan Jl.

di Jl. Lenteng Agung Timur dan Jl.

Pajajaran; 3. Jl. Baranang Siang; 4. Jl. Oto

Margonda Raya

Margonda Raya

Margonda Raya

Iskandar; 5. Jl. Juanda; 6. Jl. Dewi Sartika; 7. Jl. Raya Bogor KM. 33

Ketersediaan energi listrik

Ketersediaan jaringan

Drainase tersedia

Drainase tersedia

Drainase tersedia

Drainase tersedia

utilitas

Telekomunikasi tersedia

Telekomunikasi tersedia

Telekomunikasi tersedia

Telekomunikasi tersedia

Jaringan jalan tersedia

Jaringan jalan tersedia

Jaringan jalan tersedia

Jaringan jalan tersedia

Air bersih (non perpipaan) tersedia

Air bersih (non perpipaan) tersedia

Air bersih (non perpipaan) tersedia

Air bersih (non perpipaan) tersedia

Jaringan listrik tersedia

Jaringan listrik tersedia

Jaringan listrik tersedia

Jaringan listrik tersedia

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Hal. 13

Kesimpulan Akhir

Penetapan Lokasi

Mendasari kerangka acuan kerja dan pengkajian terhadap dokumen dan pengamatan di lapangan, ketiga (3) aspek yang telah dikaji dihasilkan bahwa kandidat Tapos 1 menjadi urutan no satu (1), Cilodong menjadi urutan no dua (2), kandidat Tapos 2 menjadi urutan nomor tiga (3) dan terakhir urutan keempat (4) Kandidat Bogor 1/Karanggan.

Tabel 5. 10. Skor Penetapan Skor

No Aspek/Kriteria ∑ Sub Kriteria Bogor Tapos 1 Tapos 2 Cilodong 1/Karanggan

Total Skor

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Namun jika pertanyaannya adalah bagaimana tekanan lingkungan disekitar lokasi kandidat dimasa 5-10 mendatang ?, agar BBPPT Kemenkominfo tidak memindahkan permasalahan yang ada ke tempat yang lain maka BBPPT harus mempertimbangkan daya dukung dari kegiatan yang dapat menekan timbulnya aktifitas yang mengganggu kegiatan didalam bangunan gedung BBPPT nantinya. Semisal lahan terbuka hijau, permukiman kepada rendah, area perlindungan air, ruang terbuka hijau dan lainnya. Kegiatan-kegiatan dengan fungsi ruang tersebut akan membantu bangunan gedung BBPPT untuk tetap dapat menjalankan fasilitas pengujian/kalibrasinya tanpa gangguan dan akhirnya memenuhi persyaratan standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan International Organization for Standardization (ISO).

Kriteria dan/atau aspek lain perlu dipertimbangkan oleh BBPPT Kemenkominfo semisal seberapa jauh pemilik lahan secara sadar dan mau membantu pemerintah untuk melepas tanahnya dengan ganti untung/ganti rugi sehingga si pemilik lahan dapat dikategorikan sangat kooperatif mendorong pemerintah untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya.

Hal. 14

Didalam pemilihan lokasi ini, aspek dan/atau kriteria yang disusun sebenarnya sudah cukup baik namun penyimpulan akhir dari kegiatan ini tidak serta merta menjadi tolak ukur keberhasilan BBPPT Kemenkominfo dalam memilih lokasi, tahapan lanjutan pasca penetapan lokasi kandidat terpilih dengan urutan pemilihan yang bijak perlu dilakukan. Hal ini perlu diperhatikan karena kepemilikan lahan didalam Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum kemudian Undang-Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; Peraturan Presiden No

40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagu Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 TAHUN 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI No 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah mengakui hak-hak kepemilikan pribadi dan makna ganti rugi yang terkandung didalam kebijakan pengadaan tanah menjadi preseden buruk dalam proses pembebasan tanah di Indonesia.

Untuk itu diperlukan pendekatan khusus dan pribadi tanpa adanya kerugian yang mengakibatkan gagalnya proses pembebasan/pengadaan lahan yang telah ditetapkan.

Mengacu kepada Peraturan Menteri BPN/Agraria No. 6 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang didalamnya menimbang pasal 111 ayat (2) Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Hal. 15

Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada pasal satu (1) poin ketiga (3) ayat satu (1) yang berbunyi sebagai berikut: “ dalam rangka efisiensi dan efektifitas, pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan Pihak yang Berhak, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak. Kemudian ayat ketiga 3 yang berbunyi: “ pengadaan tanah yang dilakukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan tanpa melalui tahapan penyelenggaraan pengadaan tanah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan peraturan pelaksanaannya. Yang artinya BBPPT dapat melakukan pengadaan tanah melalui metoda jual beli. Namun, sebelum jual beli dilakukan sesuai amanat Peraturan Menteri ini, BBPPT harus menggunakan jasa penilai untuk menentukan nilai jual beli.

Mencermati amanat peraturan menteri tersebut diatas maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah (i) penetapan lokasi; (ii) pemilihan/penetapan jasa penilai dan parallel dengan itu adalah menyurati pemilik hak atas tanah untuk mengajukan penawaran harga.

Tree Plan

Tree Plan merupakan salah satu pendekatan penanganan yang mudah dilakukan apabila penetapan lokasi, pembebasan lahan, desain dan konstruksi bangunan BBPPT Kemenkominfo sudah dilakukan nantinya. Aspek/Kriteria, Sub Kriteria dan Indikator yang tidak sempurna (skor kecil dari 3) ditangani melalui rekayasa teknologi dan lingkungan agar bangunan gedung dan lingkungan sekitar Laboratorium BBPPT Kemenkominfo memenuhi standar nasional dan internasional.

Semisal desain kedap suara bangunan didalam gedung dapat di rekayasa teknik dengan bahan peredam. Desain kedap suara dan getar di luar gedung dapat di desain melalui penanaman vegetasi Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.

Hal. 16

Lebih lengkap, hasil penilaian dan total skor terhadap empat (4) kandidat lokasi dapat dilihat pada gambar 5.1 dibawah ini.

Hal. 17

Gambar 5. 1. Tree Plan Empat (4) Kandidat

Sumber: Analisis, 2015

Hal. 18

Bab 6 Saran dan Rekomendasi

Saran

1. Hasil pengkajian terhadap empat (4) kandidat lahan faktor penting yang harus dijadikan pertimbangan oleh Balai Besar Perangkat Pengujian Telekomunikasi adalah faktor tekanan lingkungan aktifitas disekitar kawasan kandidat. Balai Besar PPT harus memiliki proyeksi jauh kedepan hingga 15-20 tahun mendatang agar kegiatan pengujian/kalibrasi tidak terganggu. Oleh karenanya apabila lahan terbuka dan/atau lahan hijau disekitar kandidat semakim luas, artinya gangguan akan semakin minim.

2. Rekayasa teknik bangunan gedung dan vegetasi merupakan hal penting yang harus dimasukkan dalam perencanaan desain dan pembangunan gedung sarana dan prasarana Balai Besar PPT.

3. Apabila penetapan lahan pembangunan telah dilakukan, disarankan agar panitia pengadaan lahan juga beranggotakan dari Pemerintah Setempat, Kantor Pertanahan, dan Notaris yang disepakati oleh para pemegang hak.

Rekomendasi

1. Perlunya jasa penilai nilai jual-beli lahan sebagai tindak lanjut dari amanat Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No 6 Tahun 2015.

2. Perlunya menguasai lahan terpilih untuk melanjutkan program pembangunan sarana dan prasarana Balai Besar Perangkat Pengujian Telekomunikasi melalui mekanisme sesuai Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN No. 6 Tahun 2015.

Hal. 1