Laporan Akhir Dokumen Rekomendasi Teknis

Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP

Laporan Akhir Rekomendasi Kelayakan Teknis dan Lingkungan Lahan Pengembangan Laboratorium BBPPT Kemenkominfo.

Tiar Pandapotan Purba dan

Rekan

Hal. 0

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugeraNya laporan akhir Dokumen Rekomendasi Teknis Kelayakan Lahan Untuk Pengembangan Laboratorium Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dapat diselesaikan dengan baik.

Didalam laporan ini, berdasarkan hasil pengkajian melalui penyusunan kriteria, sub kriteria, indikator dan parameter serta penilaian yang dilandasi dengan dukungan dokumen dari dinas teknis terkait dan survei lapangan yang dilakukan maka kelayakan kandidat yang memiliki total skor tinggi adalah Kandidat Tapos 1. Dibandingkan dengan kandidat lainnya, kandidat Tapos 1 memiliki kelayakan yang baik pada aspek administrasi dan lingkungan. Sehingga layak disebut sebagai lokasi paling layak diantara kandidat lainnya.

Para penentu kebijakan di Balai Besar PPT Kemenkominfo dapat membaca pada substansi profil kandidat, skor penilaian serta matrik persandingan antar kandidat yang akan memudahkan para penentu kebijakan untuk menetapkan lokasi pembangunan gedung sarana dan prasarana Balai Besar PPT Kemenkominfo yang baru.

Tim Narasumber ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berperan serta dalam upaya melengkapi berbagai dokumen hingga laporan ini dapat dimasukkan ke pejabat Balai Besar sebagai laporan akhir dan kelengkapan administrasi. Demikian juga halnya dengan Pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Depok yang turut memberikan saran dalam pekerjaan ini.

Semoga bermanfaat

Jakarta, 11 September 2015

Tim Narasumber

Hal. i

Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang

Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi sebagai lembaga laboratorium pengujian perangkat telekomunikasi milik pemerintah, setiap tahunnya berupaya optimal untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pemohon pengujian perangkat antara lain dengan memberikan kenyamanan fasilitas laboratorium pengujian perangkat telekomunikasi sesuai dengan standar panduan mutu ISO/IEC 17025:2008.

Dalam rangka memberikan peningkatan kualitas standar kualitas, mutu layanan pengujian, BBPPT akan melakukan pengembangan laboratorium pengujian. Pengembangan laboratorium ini diawali dengan pelaksanaan pengadaan lahan yang sesuai dengan kebutuhan yang menunjang sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh laboratorium perangkat telekomunikasi. Pada proses pengadaan lahan ini diperlukan dokumen berupa data yang menunjang kriteria penilaian kelayakan pemilihan lahan. Untuk itu perlu dilaksanakan kegiatan Survey Kelayakan Lahan yang dilakukan oleh pihak independen dalam memberikan data-data yang menunjang penilaian kriteria yang dimaksud.

Tujuan

Tersusunnya dokumen rekomendasi kelayakan lingkungan dan teknis sebagai salah satu dasar penetapan lokasi pembangunan BBPPT yang baru.

Sasaran

Adapun beberapa saran yang harus diupayakan oleh tim narasumber meliputi:

1. Disusunnya indikator dan parameter penilaian kelayakan administrasi, lingkungan dan teknis;

2. Dilaksanakannya survei lapangan kelayakan administrasi, lingkungan dan teknis;

Hal. 1

3. Dilaksanakannya pembahasan hasil survei dan draf pengkajian aspek administrasi, lingkungan dan teknis di tingkat Balai Besar Perangkat Pengujian Telekomunikasi;

4. Dilaksanakannya pembahasan akhir dalam rangka penetapan lokasi pembangunan Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi

Ruang Lingkup Kajian

1. Melaksanakan pelaksanaan survei, analisa, menyusun rekomendasi penentuan lahan dan survey kelayakan lokasi untuk keperluan pembangunan sarana dan prasarana gedung BBPPT tahun berjalan;

2. Melaksanakan verifikasi dan validasi data untuk aspek – aspek tersebut di atas, disertai bukti data dukung otentik dari instansi yang berwenang untuk:

a) Aspek Administrasi,

a. Alamat Administrasi

b. RT/RW

c. Kelurahan/Desa

d. Kecamatan

e. Kota/Kabupaten

f. Provinsi

g. Alamat Letak Geografis-Koordinat

h. Peta Kontur

i. Data Dukung Keabsahan/Legalitas Status Tanah :

i. Sertifikat (SHM/AJB/HGB, dll)

ii. Kepemilikan (perorangan/bersama/yayasan/pemerintah)

iii. Bukti Pembayaran PBB 3 (tiga) tahun terakhir (dari Dispenda

setempat)

3. Harga tanah per meter persegi di lokasi tersebut yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang secara berjenjang (Kelurahan/Desa, Kecamatan, dan BPN)

4. Harga tanah dan luas tanah sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan dibuktikan dengan salinan sertifikat yang telah dilegalisir oleh BPN setempat dengan

Hal. 2 Hal. 2

b) Aspek Lingkungan :

1. Tidak ada konflik pemanfaatan lahan

2. Tidak terdapat gangguan pencemaran lingkungan,

3. Melalui data sekunder di Dinas Lingkungan setempat mendapatkan tingkat Polusi Udara.

4. Tidak berada dalam lingkungan padat penduduk

5. Terhindar dari kewajiban pembebasan lahan liar

6. Adanya jaminan keamanan lingkungan dan tersedianya fasilitas umum.

7. Memiliki keuntungan lokasi (location advantage) akses yang mudah di jangkau

8. Posisi Strategis Lahan secara simetris berhadapan dengan akses jalan

9. Bebas dari Banjir

10. Tingkat kepadatan lalu lintas

11. Meninjau ketersediaan prasarana transportasi umum.

12. Wilayah terkoneksi dengan jaringan jalur transportasi yang baik dan mudah

13. Sistem jaringan jalan lokal yang memadai untuk lalu lintas kendaraan tonase sedang

c) Aspek Teknis

1. Kapasitas daya dari PLN untuk lokasi tersebut dengan penjelasan berapa yang sudah digunakan dan berapa Ketersediaan Catu Daya yang dapat digunakan. Informasi didapatkan dengan wawancara dengan petugas PLN.

2. Memperhatikan Kondisi Wilayah/Tanah – simetris

Hal. 3

3. Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan raya

4. Memiliki Sistem drainase yang baik

5. Tidak berada pada rencana pelebaran jalan. Dibuktikan dengan salinan Master Plan tata kota wilayah sekitar lokasi dari Pemda setempat.

6. Lingkungan sekitar memiliki seminimal mungkin gangguan/radiasi elektroknik/sutet. (Tidak dilalui jalur sutet).

7. Ketersediaan Sumber Air Tanah dan PDAM.

8. Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan Serat Optik dari minimal 3 operator telekomunikasi. Peta Jaringan dapat diperoleh di Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

9. Ketersediaan listrik PLN. Apabila tidak dapat diperoleh dari PLN dapat membangun Catu Daya sendiri menggunakan Energi Surya atau Biomasa untuk kebutuhan BBPPT.

10. Ketersediaan Jaringan Utilitas

5. Menyusun rekomendasi pemilihan terhadap kandidat lokasi yang disampaikan sebagai acuan dalam penetapan lokasi oleh Kepala BBPPT.

6. Pengambilan dokumen-dokumen resmi yang membutuhkan biaya pengambilan dokumen tersebut.

7. Dalam hal melaksanakan pekerjaannya dibutuhkan sarana dan prasarana yaitu antara lain biaya perjalanan dinas survey, rapat – rapat koordinasi dan rapat finalisasi penyusunan rekomendasi dan penetapan lokasi lahan dan kebutuhan lain akan menjadi beban BBPPT.

Sistematika Laporan

Sistematika laporan terdiri atas:

Hal. 4

1. Bab 1 Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan sasaran kegiatan serta lingkup pelaksanaan kegiatan.

2. Bab 2 Daftar kebijakan terkait yang erat hubungannya dengan kegiatan ini.

3. Bab 3 Profil Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi-Kemenkominfo.

4. Bab 4 Profil Kelayakan Kandidat Lahan

5. Bab 5 Analisa Kelayakan Administrasi, Teknis dan Lingkungan

6. Bab 6 Saran dan Rekomendasi

Hal. 5

Kerangka Metodologi Kajian

Gambar 1. 1. Kerangka Rekomendasi Kelayakan

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Hal. 6

Hal. 7

Bab 2 Daftar Kebijakan Terkait

Kebijakan Pengembangan Laboratorium

1. SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi.

Kebijakan Pengadaan Tanah

1. Undang-Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum

2. Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

3. Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

4. Peraturan Presiden No 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

5. Peraturan Presiden No 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagu Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

6. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

7. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 13/PML.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI No 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Hal. 1

9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

Kebijakan Bangunan Gedung

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung.

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 ttg Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2008 ttg Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.

12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Hal. 2

Hal. 3

Bab 3 Profil Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi – KEMENKOMINFO

Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dan secara administratif dibina oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dan secara teknis operasional dibina oleh Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika.

Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi mengacu pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 04/PER/M.KOMINFO/03/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomimikasi dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20/PER/M.KOMINFO/4/2007 (sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Permenkominfo Nomor 04/PER/M.KOMINFO/03/2011).

Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi menyelenggarakan fungsi :

1. penyusunan rencana dan program di lingkungan Balai Besar Pengujian;

2. pelaksanaan pelayanan administrasi pengujian alat/perangkat telekomunikasi;

3. pelaksanaan analisa evaluasi sistem mutu pelayanan dan pengujian alat/perangkat telekomunikasi;

4. pelaksanaan pengujian dan pemeliharaan alat/perangkat telekomunikasi, electromagnetic compatibility (EMC) dan kalibrasi;

5. pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan rumah tangga. Balai Besar Pengujian terdiri atas :

1. Bidang Pelayanan;

2. Bidang Sarana Teknik;

3. Bagian Tata Usaha; dan

Hal. 1

4. Kelompok Jabatan Fungsional Peranan Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi dalam proses Pengujian

alat/perangkat telekomunikasi melakukan pengujian antara lain:

1. Alat/Perangkat Telekomunikasi Berbasis Radio;

2. Alat/Perangkat Telekomunikasi Berbasis Non Radio;

3. Electromagnetic Compatibility Alat/Perangkat Telekomunikasi;

4. Pelayanan Kalibrasi Perangkat Telekomunikasi;

5. Jasa Penyewaan Alat. Dari perkembangan jumlah alat dan perangkat telekomunikasi yang beredar di

Indonesia yang semakin meningkat dan dirasakan kebutuhannya oleh masyarakat, Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi secara terus menerus mengembangkan kemampuannya baik infrastruktur maupun sumber daya manusia.

Untuk menjamin mutu pengujian dan kompetensi laboratorium yang lebih baik, Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang mengacu pada ISO-17025:2005 dan telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) LP-112-IDN sejak tahun 2001.

Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi dalam melaksanakan pengujian alat/perangkat telekomunikasi mengacu pada Spesifikasi Teknis Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Technical Specification Regulation), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Acuan Internasional seperti ISO, ETSI, RR, ITU, IEC sehingga mampu melindungi dan menjaga kualitas alat/perangkat telekomunikasi serta menjamin bahwa alat/perangkat telekomunikasi yang digunakan atau beredar di Indonesia benar-benar sesuai dengan persyaratan teknis.

Dengan misi menjadi laboratorium pengujian bertaraf internasional, BBPPT mempunyai misi untuk :

1. Meningkatkan kualitas pengujian perangkat telekomunikasi;

2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat;

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

Hal. 2

4. Mendukung tumbuh kembangnya industri telematika dalam negeri;

5. Meningkatkan peran serta kerjasama nasional dan internasional bidang laboratorium;

6. Meningkatkan ruang lingkup (inovasi) layanan jasa laboratorium;

7. Mendukung penerapan standar wajib bagi perlindungan keselamatan, keamanan, dan kesehatan.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi dilengkap dengan sarana pendukung berupa:

1. Laboratorium Pengujian Perangkat Radio;

2. Laboratorium Pengujian Perangkat Berbasis Kabel;

3. Laboratorium Pengujian EMC;

4. Laboratorium Kalibrasi. Jenis layanan pengujian yang dilayani oleh laboratorium-laboratorium di lingkungan

BBPPT adalah:

1. Pengujian Alat/Perangkat Telekomunikasi Berbasis Radio;

2. Pengujian Alat/Perangkat Telekomunikasi Berbasis Non Radio;

3. Pengujian Electromagnetic Compatibility Alat/Perangkat Telekomunikasi;

4. Pelayanan Kalibrasi Perangkat Telekomunikasi;

Hal. 3

Bab 4 Profil Kelayakan Kandidat Lahan

Kandidat Tapos 1 Aspek Administrasi

1. Hasil suvei dengan bantuan GPSMap 62 32 Channel, lokasi kandidat berada di Desa Tapos, Kecamatan Tapos, Kelurahan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.

2. Sertifikat hak milik, oleh Ibu Ivon dan 1 Kerabat dekat dengan total sertifikat 9 SHM.

3. Total luas SHM 22,723 m2.

4. Kepemilikan bersama.

5. Bukti Bayar PBB Tahun 2015 ada. Berdasarkan hasil pengkajian data sekunder yang didapatkan melalui Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Depok terkait bukti bayar pajak bumi dan bangunan (PBB), kandidat lahan Tapos 1 telah membayar lunas pajak tahun 2015.

6. Harga NJOP sebesar Rp. 537,000,- (m2).

Aspek Lingkungan

1. Berdasarkan rencana tata ruang kota depok, masuk dalam penetapan kawasan Perumahan Kepadatan Rendah yang artinya perlu penyesuaian dalam ijin kegiatan di lokasi. Advise Planning diperlukan.

2. Kegiatan yang serupa dengan Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi di lokasi ini adalah Balai Besar Penilitian Benih Ikan, Kementerian Pertanian. Sedangkan kegiatan industri lainnya berupa air minum SanQua, Vit, Pergudangan kendaraan roda dua Honda.

3. Permukiman yang berada disekitar kawasan merupakan permukiman kepadatan rendah. Perkembangannya sangat terbatas. Hal ini didasari atas penetapan kawasan Tapos sebagai kawasan resapan air. Adanya kegiatan/kawasan golf terdekat merupakan bentuk kegiatan perlindungan sebagai kawasan terbuka bagi resapan air.

Hal. 4

4. Tingkat polusi udara berdasarkan pengamatan sangat rendah, karena jauh dari Tol Jagorawi, kemudian kegiatan permukiman sekitar masih rendah dan aktifitas kegiatan jasa lainnya tidak berkembang.

5. Jaminan keamanan terdekat berupa pos polisi Tapos.

6. Fasiltias umum tersedia seperti Jaringan Jalan Kota terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Jagorawi. Fasilitas Angkutan Umum tersedia dengan intensitas baik (tiap 15-20 menit). Tersedia Pos Tunggu (Mangkal) Taksi Blue Bird dan Taksi Express.

7. Gangguan pencemaran di sungai tidak terdapat, demikian juga halnya dengan gangguan dari kegiatan disekitar. Lahan kandidat saat ini digunakan untuk kegiatan pertanian pangan obat dan makanan.

8. Kegiatan disekitar lahan kandidat berupa pertanian sawah, pertanian pangan, TPU, Permukiman Kopasus, Industri Gudang, dan Balai Besar Benih Ikan-KEMENTAN.

9. Pada lahan kandidat tidak terdapat bangunan baik itu semi permanen maupun permanen. Hanya pepohonan dan rerumputan.

10. Akses ke lahan sangat mudah, baik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Karawang dengan memanfaat Jaringan Jalan Toll Jagorawi.

11. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter.

12. Posisi lahan terhadap jalan simetris sepanjang +- 30 meter hingga ke tepi sungai tapos. Dalam perencanaan bangunan gedung nantinya diharapkan menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok agar pemanfaatan tepi sungai Tapos sebagai Sempadan Sungai tidak merubah fungsi kawasan (Sempadan) namun dilakukan penanganan berupa Lahan Parkir Tamu Balai, Taman dan Kebun Obat yang prinsipnya digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

13. Kawasan bebas dari banjir. Titik tertinggi dari muka jalan mencapai 5-7 meter. Tinggi muka lahan terhadap kawasan persawahan dibawahnya mencapai 10-20 m.

14. Ketersediaan transportasi umum ada melayani dari Depok dan ke Cibinong melintasi Jalan Raya Tapos. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah – sedang.

15. Jaringan jalan raya tapos memadai untuk angkutan tonase sedang, namun tidak untuk tonase besar (kontainer).

Hal. 5

Gambar 4. 1. Bukti Bayar PBB Kandidat Lahan Tapos 1

Sumber: Dispenda Kota Depok, 2015

Aspek Teknis

1. Permukiman yang berada disekitar kawasan merupakan permukiman kepadatan rendah. Perkembangannya sangat terbatas. Hal ini didasari atas penetapan kawasan Tapos sebagai kawasan resapan air. Adanya kegiatan/kawasan golf terdekat merupakan bentuk kegiatan perlindungan sebagai kawasan terbuka bagi resapan air.

2. Tingkat polusi udara berdasarkan pengamatan sangat rendah, karena jauh dari Tol Jagorawi, kemudian kegiatan permukiman sekitar masih rendah dan aktifitas kegiatan jasa lainnya tidak berkembang.

3. Jaminan keamanan terdekat berupa pos polisi Tapos.

Hal. 6

4. Fasiltias umum tersedia seperti Jaringa Jalan Kota terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Jagorawi. Fasilitas Angkutan Umum tersedia dengan intensitas baik (tiap 15-20 menit). Tersedia Pos Tunggu (Mangkal) Taksi Blue Bird dan Taksi Express.

5. Gangguan pencemaran di sungai tidak terdapat, demikian juga halnya dengan gangguan dari kegiatan disekitar. Lahan kandidat saat ini digunakan untuk kegiatan pertanian pangan obat dan makanan.

6. Kegiatan disekitar lahan kandidat berupa pertanian sawah, pertanian pangan, TPU, Permukiman Kopasus, Industri Gudang, dan Balai Besar Benih Ikan.

7. Pada lahan kandidat tidak terdapat bangunan baik itu semi permanen maupun permanen. Hanya hutan pepohonan dan rerumputan.

8. Akses ke lahan sangat mudah, baik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Karawang dengan memanfaat Jaringan Jalan Toll Jagorawi.

9. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter.

10. Posisi lahan terhadap jalan simetris sepanjang +- 30 meter hingga ke tepi sungai tapos. Dalam perencanaan bangunan gedung nantinya diharapkan menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok agar pemanfaatan tepi sungai Tapos sebagai Sempadan Sungai tidak merubah fungsi kawasan (Sempadan) namun dilakukan penanganan berupa Lahan Parkir Tamu Balai, Taman dan Kebun Obat yang prinsipnya digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

11. Kawasan bebas dari banjir. Titik tertinggi dari muka jalan mencapai 5-7 meter. Tinggi muka lahan terhadap kawasan persawahan dibawahnya mencapai 10-20 m.

12. Ketersediaan transportasi umum ada melayani dari Depok dan ke Cibinong melintasi Jalan Raya Tapos. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah – sedang.

13. Jaringan jalan raya tapos memadai untuk angkutan tonase sedang, namun tidak untuk tonase besar (kontainer).

14. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.

Hal. 7

15. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.

16. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentari. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.

17. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-40 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

18. Sistem drainase primer tersedia melalui jaringan sungai Tapos, apabila BBPPT memilih lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan di dalam lingkungan dan konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.

Hal. 8

Gambar 4. 2. Arahan Pemanfaatan Lahan Sesuai RTRW Kota Depok

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan GIS, 2015

Hal. 9

Gambar 4. 3. Gambar Lokasi Kandidat dari Pintu Keluar Tol Cimanggis

Sumber: Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 10

Gambar 4. 4. Bentuk Poligon Lahan Kandidat Tapos 1

Jl. Raya Tapos

Sumber: Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 11

Gambar 4. 5. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (1)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 12

Gambar 4. 6. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (2)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 13

Gambar 4. 7. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (3)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 14

Kandidat Tapos 2 Aspek Administrasi

1. Berada di desa Desa Cimpaeun Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.

2. Luas lahan menurut Dispenda setempat : 10,920 m2 ++

3. SHM oleh Sugiono Djauhari, Ir.

4. Kepemilikan diketahui dimiliki oleh 1 orang.

5. PBB terhutang (yang harus dibayarkan) Rp.25,511,850,-

6. Nilai NJOP Per m2 adalah Rp. 1,862,000,-

Aspek Lingkungan

1. Konflik pemanfaatan ruang pada tidak ada, karena lahan berupa kosong, dan ditanami tumbuhan pertanian pangan.

2. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, ditetapkan sebagai lahan pertanian. Namun berdasarkan diskusi dengan Dinas Tata Ruang dan Permukiman

pengembangan permukiman/perumahan sesuai dengan perkembangan disekitarnya.

3. Gangguan pencemaran tidak ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan Jln. Raya Tapos yang tidak mengalir dan menyebabkan bau tidak sedap.

4. Kandidat ini berada di kawasan permukiman yang akan berpotensi padat dan terus berkembang.

5. Tidak ada bangunan liar didalam lahan kandidat.

6. Tingkat polusi udara rendah-sedang, intensitas kendaraan yang melintasi sedang- rendah.

7. Jaminan keamanan lingkungan berupa Pos Polisi dan keswadayaan masyarakat.

8. Fasilitas umum tersedia dengan baik

9. Akses ke lokasi cukup baik, dari Exit Toll Cimanggis ditempuh sekitar 7-10 menit.

10. Posisi lahan sangat simetris dengan Jalan Raya Tapos yang terpisahkan dengan drainase perkotaan selebar 3 meter.

11. Lokasi bebas dari banjir.

Hal. 15

12. Tingkat kepadatan lalu lintas rendah-sedang.

13. Transportasi umum tersedia dengan intensitas rendah-sedang (tiap 15-20 menit)

14. Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Jagorawi dan dari Jln. Raya Tapos ke Jln Raya Bogor. Lokasi dapat diakses dengan mudah dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang dan lainnya.

15. Sistem jaringan jalan lokal yakni Jl. Raya Tapos dapat dilalui oleh kendaraan tonase sedang.

Aspek Teknis

1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.

2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.

3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentari. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.

4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

5. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Tapos yang direncanakan akan dilebarkan menjadi 20 m. Lebar jalan saat ini 6 meter.

6. Sistem drainase primer tersedia melalui jaringan sungai Tapos, apabila BBPPT memilih lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan didalam lingkungan dan konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.

7. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dari jalan utama l. Raya Tapos. BBPPT dapat dapat dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.

Hal. 16

Gambar 4. 8. Lokasi Kandidat Lahan Terhadap Permukiman Sekitar

Sumber: Olahan Citra Satelit Google Earth , Survei Lapangan, 2015

Hal. 17

Gambar 4. 9. Bentuk Poligon Lahan dan Kondisi Sekitar Lahan

Sumber: Survei dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 18

Gambar 4. 10. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (1)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 19

Gambar 4. 11. Arahan Pemanfaatan Lahan Sesuai RTRW Kota Depok

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan GIS, 2015

Hal. 20

Gambar 4. 12. Posisi Kandidat Lahan Terhadap Pintu Keluar Tol Cimanggis

Survei Lapangan dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 21

Kandidat Tapos Cilodong Aspek Administrasi

1. Berada di desa Desa Cilangkap Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.

2. Luas tanah menurut Dispenda PPB: 49,010 m2

3. SHM oleh Hendri Prastowo, Ir

4. Kepemilikan diketahui dimiliki oleh 1 orang.

5. PBB terhutang (yang harus dibayarkan) Rp.75,230,350,-

6. Harga permeter yang diterbitkan oleh instansi berjenjang belum ada.

7. Nilai NJOP Per m2 adalah Rp. 614,000,- atau total Rp. 30,092,140,000

Aspek Lingkungan

1. Konflik pemanfaatan ruang pada tidak ada, karena lahan berupa kosong, dan digunakan untuk fasilitas sosial (lapangan bola).

2. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok, ditetapkan sebagai lahan industri.

3. Gangguan pencemaran ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan Jln. Bogor yang tidak mengalir dan menyebabkan bau tidak sedap. Selain itu terdapat bangunan di sepanjang drainase tersebut yang tidak legal dan menganggu pandangan dan estetika jalan dan kota. Kumuh, Kotor dan Berbau.

4. Kandidat ini berada di sekitar kawasan permukiman yang akan berpotensi padat dan terus berkembang, dimana terdapat beberapa lahan kosong yang arahan pengembangannya adalah hunian/permukiman

5. Tidak ada bangunan liar didalam lahan kandidat.

6. Tingkat polusi udara sedang-tinggi, intensitas kendaraan yang melintasi tinggi. Truk Kontainer, Tonase sedang hingga angkutan umum. Sangat bising.

7. Jaminan keamanan lingkungan berupa Pos Polisi dan keswadayaan masyarakat.

8. Fasilitas umum tersedia dengan baik.

9. Akses ke lokasi cukup baik, dari Toll Cijago ditempuh sekitar 30-40 menit.

10. Posisi lahan sangat simetris dengan Jalan Raya Bogor yang terpisahkan dengan drainase perkotaan selebar 4 meter.

Hal. 22

11. Lokasi bebas dari banjir

12. Tingkat kepadatan lalu lintas sedang-tinggi.

13. Transportasi umum tersedia dengan intensitas rendah-sedang (tiap 7-15 menit)

14. Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Cijago dan dari Jln. Raya Bogor. Lokasi dapat diakses dengan mudah dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Karawang dan lainnya.

15. Sistem jaringan jalan lokal yakni Jl. Raya Bogor dapat dilalui oleh kendaraan tonase besar dan sedang.

Aspek Teknis

1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.

2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.

3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentarri. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.

4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

5. Posisi lahan strategis karena berada pada lintasan Jaringan Jalan Kota Depok yakni Jalan Raya Bogor. Lebar jalan saat ini 20 meter.

6. Sistem drainase perkotaan tersedia melalui jaringan drainase Raya Bogor, apabila BBPPT memilih lokasi ini, sebaiknya menyiapkan jaringan didalam lingkungan dan konektifitas ke jaringan perkotaan dan primer terdekat.

7. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dari jalan utama Jl. Raya Bogor. BBPPT dapat dapat dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.

Hal. 23

Gambar 4. 13. Arahan Pemanfaatan Kandidat Lahan Sesuai RTRW Kota Depok

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan GIS, 2015

Hal. 24

Gambar 4. 14. Letak Kandidat Lahan Terhadap Kawasan Sekitar

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 25

Gambar 4. 15. Bentuk Poligon Kandidat Lahan dan Sekitar

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 26

Gambar 4. 16. Kondisi Sekitar Kandidat Lahan Cilodong

Sumber: Survei Lapangan dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 27

Gambar 4. 17. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 28

Kandidat Bogor 1/Karanggan Aspek Administrasi

1. Terletak di Desa Karanggan, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

2. Total luasan seluruh lokasi kandidat 4 berdasarkan sertifikat kepemilikan lahan sekitar 19.038 Meter2.

3. Letak geografis-koordinat di x : 708119; y : 9285032.

4. Kepemilikan lahan diketahui dimiliki sebanyak 8 orang

5. Berdasarkan informasi Dispenda-PBB setempat nilai NJOP/ m2 sebesar Rp. 243,000. Jika kebutuhan pengembangan BP seluas 19.038 Meter2, maka total nilai NJOP di lokasi kandidat 4 mencapai Rp. 4.626.234.000,-.

6. Berdasarkan informasi dari Dispenda-PBB telah membayar lunas PBB Tahun 2015.

Aspek Lingkungan

1. Di lokasi Kandidat 4 (Desa Karanggan) tidak adanya konflik dalam pemanfaatan ruang/ lahan, karena kondisi lahan sekarang berupa lahan kosong yang ditanami tumbuhan pertanian pangan.

2. Tingkat kebisingan sedang-tinggi karena berada di tepi Toll Jagorawi dengan intensitas lintasan kendaraan yang tinggi tiap menit dan jam.

3. Tingkat getaran rendah yang disebabkan oleh pergerakan truk di Jalan Raya Kranggan (Akses Utama).

4. Berdasarkan arahan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Pasal 46, menyatakan bahwa kecamatan Gunung Sindur termasuk kedalam kawasan permukiman perkotaan kepadatan tinggi (Pp 1) diarahkan untuk permukiman/ hunian padat, dan pengembangan bangunan vertikal (rumah susun), kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, serta industri non-polutan yang berorientasi pasar.

5. Gangguan pencemaran tidak ada, hanya terdapat pada drainase lingkungan perkotaan yang tepat berada di depan lahan yang tidak mengalir, hal ini dikarenakan jaringan drainase yang terputus.

6. Kandidat ini terdapat bangunan warung dan klaim kepemilikan lahan yang berada di gerbang pintu masuk.

Hal. 29

7. Tingkat polusi udara tinggi, intensitas kendaraan yang melintasi cukup ramai, hal ini terlihat dari kegiatan di sekitar lokasi banyaknya didirikan industri skala sedang.

8. Jaminan keamanan lingkungan berupa : Jarak ke Polsek Citeureup (2,73 km) dan jarak ke PolRes Kota/ Kab 10,3 Km.

9. Fasilitas umum tersedia dengan baik.

10. Akses ke lokasi sangat baik, dari Exit Toll Cimanggis ditempuh kurang dari 5 menit. 0,9 km dari pintu tol Karanggan.

11. Lokasi bebas dari banjir

12. Tingkat kepadatan lalu lintas sedang.

13. Transportasi umum tersedia dengan intensitas sedang - tinggi (tiap 5 - 10 menit).

14. Jalur transportasi terkoneksi dengan baik ke Jaringan Jalan Tol Jagorawi, karena lokasi tidak jauh dari keluar pintu tol Karanggan.

Aspek Teknis

1. Ketersediaan jaringan energi listrik dapat dipenuhi dengan PLN Jaringan Pelayanan Jabar dan juga pemenuhan melalui penyediaan Genset. Penyediaan Trafo sangat disarankan agar kegiatan BBPPT tidak terganggu dan berjalan dengan mantab.

2. Kandidat lahan tidak dilintasi jaringan SUTET, yang artinya tidak ada gangguan elektromagnetis.

3. Ketersediaan jaringan telekomunikasi seperti Telkomsel, Xl dan Mentarri. Namun jaringan fiber optik belum melintasi kawasan.

4. Sistem jaringan air minum PDAM belum tersedia, namun dapat dipenuhi melalui jaringan non perpipaan yakni Sumur Bor dengan kedalam 15-20 meter. Berdasarkan diskusi dan pengamatan terhadap sumur warga, kualitas air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Hasil wawancara ketika musim kemarau, lokasi kandidat ini tidak mengalami kemarau yang berkepanjangan.

5. Getaran di lokasi kandidat 4 cukup di rasakan, hal ini karena lokasi yang berdekatan dengan jalan tol.

6. Dalam upaya mengantisipasi pencemaran debu dan potensi getaran dilakukan dengan penanam Pohon Jati Emas, Bambu dan Rumput.

Hal. 30

Gambar 4. 18. Arahan Pemanfaatan Kandidat Lahan Sesuai RTRW Kab. Bogor

Sumber: RTRW Kabupaten Bogor, 2015

Hal. 31

Gambar 4. 19. Bentuk Poligon Lahan dan Kondisi Sekitar

Sumber: Survei Lapanga dan Olahan Citra Satelit Google Earth, 2015

Hal. 32

Gambar 4. 20. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (1)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 33

Gambar 4. 21. Dokumentasi Kelayakan Lingkungan dan Teknis (2)

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Hal. 34

Hal. 35

Bab 5 Analisa Kelayakan Administrasi, Teknis dan Lingkungan

Kelayakan Administrasi

Kelayakan administrasi merupakan aspek pertama yang di nilai terhadap (4) empat kandidat lokasi pengembangan baru Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) Kemenkominfo-RI. Dari aspek ini di turunkan lagi menjadi 3 sub kriteria penting yang dinilai agar skor pemilihan kandidat lokasi menjadi semakin mengkerucut dan final. Tiga (3) sub kriteria tersebut meliputi:

1. Pemilik lahan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Luas lahan kandidat kurang lebih 2 hektar dengan kepemilikan minimum, agar potensi kegagalan pengadaan lahan tidak besar, dan

3. Adanya sertifikat hak milik (SHM) yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional setempat.

Pemberian skor kepada tiap indikator dilakukan dengan parameter penilaian sebagai berikut:

Tabel 5. 1. Indikator dan Skor Kelayakan Administrasi

Nilai No Sub Kriteria

Indikator

Skor

1 Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Taat dan Lunas

3 Taat Belum Lunas

2 Luas lahan + 2 Hektar dan minimum kepemilikan

5 pemilik

5 pemilik

3 Ada Sertifikat Hak Milik (SHM) dari BPN Ada

3 setempat

1 Sumber: Tim Narasumber, 2015

Tidak ada

Berdasarkan pengkajian terhadap keempat (4) kandidat diperoleh data dan fakta dimana keempat kandidat memiliki sertifikat hak milik (SHM) dan terdaftar di Dinas Pendapatan Daerah Kota Depok dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor. Luas lahan keempat (4) kandidat mencapai 2 hektar dengan jumlah kepemilikan yang berbeda-beda dimana kepemilikan terbanyak adalah kandidat keempat yakni Karanggan sejumlah 8 orang. Maka

Hal. 1 Hal. 1

Tabel 5. 2. Skor Kelayakan Administrasi Skor Kandidat

No Sub Kriteria Tapos 1 Tapos 2 Cilodong Bogor 1

1 Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Luas lahan + 2 Hektar dan minimum

kepemilikan Ada Sertifikat Hak Milik (SHM) dari BPN

setempat Total Skor

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Dari hasil penilaian diatas, terlihat bahwa dari aspek kelayakan administrasi keunggulan lokasi dimiliki oleh Tapos 1, Tapos 2, dan Cilodong. Sedangkan kandidat Bogor 1 kurang unggul.

Kelayakan Lingkungan

Menurut Badan Standar Nasional Indonesia, kondisi akomodasi dan lingkungan sebuah laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi kondisi lingkungan dan kondisi akomodasi harus mampu terfasilitasi dengan baik sehingga dapat menunjukkan kebenaran kerja pengujian dan/atau kalibrasi, oleh karena sumber energy, kondisi penerangan dan lingkungan menjadi aspek penting.

Berdasarkan kerangka acuan kerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan ini beberapa sub kriteria penting yang harus dinilai meliputi:

1. Tidak ada konflik pemanfaatan lahan yang didukung dengan Rencana Tata Ruang Kota/Kabupaten setempat.

2. Tidak terdapat gangguan pencemaran lingkungan. Seperti limbah industri, limbah rumah tangga dan lainnya.

3. Tingkat polusi udara.

4. Tidak berada dalam lingkungan padat permukiman penduduk.

5. Terhindar dari pembebasan lahan liar dan bangunan liar.

Hal. 2

6. Adanya jaminan keamanan lingkungan.

7. Tersedianya fasilitas umum

8. Memiliki keuntungan lokasi berupa kemudahan akses.

9. Posisi persil/petak lahan yang bersimetris dengan akses jalan.

10. Bebas dari bencana banjir.

11. Tingkat kepadatan lalu lintas yang tidak mengganggu aktifitas laboratorium.

12. Ketersediaan prasarana transportasi umum.

13. Lokasi terkoneksi dengan jaringan jalur transportasi yang baik dan mudah (sistem jaringan jalan tidak terputus)

14. Sistem jaringan jalan lokal memadai untuk lalu lintas kendaraan tonase sedang. Dari ke empat belas (14) sub kriteria tersebut disusun indikator-indikator skor penilaian

agar memudahkan tim narasumber memberikan nilai tiap sub kriteria yang dimiliki tiap kandidat. Berikut adalah tabel indikator dan skor yang disusun dan disepakati bersama.

Tabel 5. 3 Indikator dan Skor Kelayakan Lingkungan

No Sub Kriteria

Indikator

Nilai Skor

ada

konflik dan

sesuai

Rencana Tata Ruang

Tidak ada konflik pemanfaatan lahan Tidak ada konflik dan perlu

yang didukung dengan Rencana Tata

1 advice planning dari Bappeda 2 Ruang Kota/Kabupaten setempat.

setempat Tidak ada konflik dan sesuai

Rencana Tata Ruang

Tidak terdapat gangguan pencemaran Rendah

3 lingkungan. Seperti limbah industri, Sedang

2 limbah rumah tangga dan lainnya.

Tinggi

3 Tingkat polusi udara

Rendah

Sedang

1 Tidak berada dalam lingkungan padat Rendah

Tinggi

4 permukiman penduduk.

Sedang

Tinggi

3 Terhindar dari pembebasan lahan liar Ada, kurang dari 5 unit

Bebas

5 dan bangunan liar.

bangunan Ada, kurang dari 5 unit

bangunan

Hal. 3

No Sub Kriteria

Indikator

Nilai Skor

Adanya jaminan

keamanan Ada, tidak terjangkau (Jauh)

6 lingkungan.

Ada, terjangkau

Belum ada

3 Tersedianya fasilitas umum

Ada dan lengkap

Ada namun tidak lengkap

1 Memiliki keuntungan lokasi berupa Tinggi

Belum ada

8 kemudahan akses.

persil/petak

lahan

yang Simetris (tinggi)

9 bersimetris dengan akses jalan.

Simetris (sedang)

1 Bebas dari banjir

Simetris (rendah)

Bebas

1 Tingkat kepadatan lalu lintas yang Rendah

Tidak bebas

1 Ketersediaan prasarana transportasi Tersedia

Tinggi/Padat

12 umum.

1 Lokasi terkoneksi dengan jaringan Terkoneksi dan mudah

Tidak tersedia

3 jalur transportasi yang baik dan Terkoneksi tidak mudah

13 mudah (sistem jaringan jalan tidak Tidak terkoneksi dan tidak terputus)

mudah

Sistem jaringan jalan lokal memadai Memadai

3 untuk lalu lintas kendaraan tonase

2 sedang.

Kurang memadai

1 Sumber: Tim Narasumber, 2015

Tidak memadai

Berdasarkan pengkajian dari lapangan, kajian dokumen dari dinas terkait seperti Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor serta beberapa dokumentasi pengamatan di empat (4) kandidat dihasilkan nilai skor dari masing- masing sub kriteria sebagai berikut:

Tabel 5. 4. Skor Kelayakan Lingkungan Skor Kandidat

No Sub Kriteria Tapos 1 Tapos 2 Cilodong Bogor 1

Tidak ada konflik pemanfaatan lahan yang 2 2 2 2

1 didukung dengan Rencana Tata Ruang

Hal. 4

Skor Kandidat

No Sub Kriteria Tapos 1 Tapos 2 Cilodong Bogor 1

Kota/Kabupaten setempat. Tidak

lingkungan. Seperti limbah industri, limbah 3 1 1 3

2 rumah tangga dan lainnya.

Tingkat polusi udara

3 Tidak berada dalam lingkungan padat

4 permukiman penduduk. Terhindar dari pembebasan lahan liar dan

5 bangunan liar. Adanya jaminan keamanan lingkungan.

6 Tersedianya fasilitas umum

8 kemudahan akses. Posisi persil/petak lahan yang bersimetris

9 dengan akses jalan. Bebas dari banjir

10 Tingkat kepadatan lalu lintas yang tidak

11 mengganggu aktifitas laboratorium. Ketersediaan prasarana transportasi umum.

12 Lokasi terkoneksi dengan jaringan jalur

transportasi yang baik dan mudah (sistem 3 3 3 3

13 jaringan jalan tidak terputus)

Sistem jaringan jalan lokal memadai untuk lalu

14 lintas kendaraan tonase sedang.

Total Skor

Sumber: Tim Narasumber, 2015

Berdasarkan pengkajian mendalam, terutama terkait tekanan lingkungan pada tiap kandidat, sub indikator seperti Tidak Berada Dalam Lingkungan Padat Permukiman Penduduk

Hal. 5 Hal. 5

Berbeda dengan Kandidat Tapos 2 yang walaupun sekarang belum berkembang kegiatan permukimannya namun pergerakan kegiatan sudah merubah fungsi-fungsi ruang pertanian di sekitar lokasi kandidat Tapos 2. Dipastikan lima (5) hingga sepuluh (10) tahun mendatang akan memiliki tingkat kepadatan dan gangguan yang sama seperti lokasi BBPPT Kemenkominfo sekarang yang berada di Jalan Bintara Raya Bekasi. Kandidat ini tepat berada di tengah permukiman dan akan terus berkembang.

Kandidat tiga (3) Cilodong, memiliki tekanan yang besar karena berada pada kawasan industri berat seperti industri peralatan pertanian, plastik dan lainnya. Kendaraan tonase besar kontainer melintasi di Jalan Raya Bogor tepat berada di depan kandidat. Tingkat kebisingan lokasi sangat kuat terdengar jika narasumber berdiri di tengah lokasi. Selain itu persoalan bangunan liar yang berada di sepanjang drainase perkotaan di depan lokasi kandidat menjadi persoalan penting terutama lingkungan.

Sedangkan kandidat keempat (4) Bogor 1 atau yang dikenal dengan Karanggan, berada pada penetapan kawasan permukiman kepadatan tinggi. Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor, kawasan ini merupakan campuran antara kegiatan industri besar seperti asemblying PT Toyota, Industri Minuman, Industri Pupuk, Industri Alat Berat dan lainnya. Permukiman berkarakter perumahan kelas bawah terlihat menyebar berupa bangunan kos-kos an buruh di sekitar kandidat.

Dari hasil penilaian diatas, terlihat bahwa dari aspek lingkungan keunggulan lokasi dimiliki oleh Kandidat Tapos 1 dengan total skor mencapai 40. Sedangkan Cilodong memiliki total

Hal. 6 Hal. 6

Kelayakan Teknis

Sub kriteria untuk aspek dan/atau kriteria kelayakan teknis terdiri atas 9 sub kriteria penilaian dengan masing-masing indikator yang telah disusun dan sesuai dengan persyaratan dari BSN yang tertuang didalam SNI ISO/IEC 17025:2008 tentang Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Beberapa sub kriteria yang dinilai meliputi:

1. Kapasitas daya listrik di kawasan.

2. Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan raya/akses.

3. Sistem drainase.

4. Rencana pengembangan jalan/Tidak berada pada rencana pelebaran jalan.

5. Tidak dilalui jalur SUTET, yang mengakibatkan gangguan elektromagnetis.

6. Ketersediaan sumber air (permukaan dan atau PDAM)

7. Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan atau jaringan serat optik 3 operator.

8. Ketersediaan energi listrik Sub kriteria tersebut merupakan persyaratan penting bagi laboratorium BBPPT-

Kemenkominfo dalam menjalankan tugas dan fungsi guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat di Indonesia.

Sama halnya dengan kriteria kelayakan administrasi dan lingkungan, maka sub kriteria aspek/kriteria teknis disusun indikator dan nilai skornya sesuai dengan pola data yang ada dari masing-masing kandidat yang terseleksi.

Tabel 5. 5. Indikator dan Skor Kelayakan Teknis

No Sub Kriteria

Indikator

Nilai Skor

Sangat Cukup

1 Kapasitas daya listrik di kawasan.

Cukup

Tidak Cukup

Tinggi

2 Kondisi tanah lebih tinggi dari jalan raya/akses. Sama tinggi

Rendah

Hal. 7

No Sub Kriteria

Indikator

Nilai Skor

Ada dan terkoneksi

3 Ada namun perlu 2

3 Sistem drainase.

dikoneksikan Tidak ada

1 Rencana pengembangan jalan/Tidak berada Tidak ada rencana

4 pada rencana pelebaran jalan.

Ada rencana

2 Tidak berada pada

3 Tidak dilalui jalur SUTET, yang mengakibatkan jalur SUTET

5 gangguan elektromagnetis.

Berada pada jalur

SUTET Air

Tanah

dan

3 Ketersediaan sumber air (permukaan dan atau PDAM

6 PDAM)

PDAM

Air Tanah

3 operator (Telkomsel, XL dan 3

Ketersediaan jaringan telekomunikasi dan atau

Indosat)

jaringan serat optik 3 operator.

dan Pengembangan

8 Ketersediaan energi listrik Energi Tenaga Surya

2 Sumber: Tim Narasumber, 2015

PLN

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan diskusi dengan Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Kota Depok serta berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah masing- masing kota dan kabupaten terdapat beberapa ruas jalan yang akan dikembangkan dan ditingkatkan seperti Jalan Raya Tapos. Sedangkan ketersediaan energi yang bersumber dari penyedia Perusahaan Listrik Negara Wilayah Jawa Barat kecukupan energi untuk wilayah Kota Depok dan Kabupaten Bogor cukup dan tersedia melalui jaringan distribusi seperti Gardu Induk dan Jaringan Transmisi yang telah melayani kegiatan industri di sekitar kandidat termasuk perumahan yang tersebar di penyangga industri.

Pengujian terhadap ketersediaan operator telekomunikasi, tim narasumber melakukan uji sederhana melalui pengecekan kekuatan sinyal pada perangkat telekomunikasi pribadi berupa ponsel dan minitab dengan operator Telkomsel, Indosat dan Xl dan hasil pengujian tersebut tiga (3) operator memiliki layanan yang baik. Sedangkan untuk jaringan serat optik

Hal. 8 Hal. 8