tidak tercapai kesepakatan, Panitia Pengadaan Tanah menetapkan besarnya ganti rugi dan menitipkan ganti rugi uang kepada Pengadilan Negeri yang
wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. Demikian halnya apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi, maka
panitia menitipkan uang ganti rugi kepada Pengadilan Negeri. Musyawarah yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan
instansi pemerintah yang memerlukan tanah, apabila tercapai kesepakatan maka panitia menerbitkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti
rugi sesuai kesepakatan.
4. Ganti Rugi
Masalah ganti rugi dalam kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum diatur dalam Pasal 12 sampai dengan Pasal 18 Perpres No.36
Tahun 2005. Ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah. Adapun bentuk ganti rugi yang diatur dalam Pasal 13 Perpres No.36
Tahun 2005 telah diubah sebagaimana yang tercantum dalam Perpres No.65 Tahun 2006. Jika dalam Perpres No.36 Tahun 2005 memberikan bentuk ganti
rugi berupa uang atau tanah pengganti danatau permukiman kembali, maka dalam Perpres No.65 Tahun 2006 selain ketiga hal tersebut juga memberikan
ganti rugi berupa gabungan dari dualebih bentuk ganti rugi serta bentuk lain yang disetujui oleh para pihak.
Dasar perhitungan besarnya ganti rugi menurut Pasal 15 Perpres No.36 Tahun 2005 didasarkan atas :
a. Nilai Jual Obyek Pajak NJOPnilai nyatanilai sebenarnya dengan
memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak NJOP tahun berjalan berdasarkan penetapan LembagaTim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia;
b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan;
c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
Ganti rugi menurut Pasal 16 Perpres No.36 Tahun 2005 diserahkan langsung kepada :
a. Pemegang hak atas tanahyang berhak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; atau b. Nadzir bagi tanah wakaf.
Apabila tanah dimiliki beberapa orang secara bersama, sedangkan satu atau beberapa orang tidak dapat ditemukan, maka ganti rugi yang menjadi haknya
dititipkan di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tanah tersebut.
Pemegang hak atas tanah yang tidak dapat menerima keputusan Panitia Pengadaan Tanah dapat mengajukan keberatan kepada
BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan disertai penjelasan mengenai sebab-sebab dan alasan
keberatan. Pejabat tersebut mengupayakan penyelesaian mengenai bentuk
dan besarnya ganti rugi dengan mempertimbangkan pendapat dan keinginan dari pemegang hak atas tanahkuasanya. Setelah mendengar, mempelajari
pendapat dan keinginan pemegang hak atas tanah serta pertimbangan Panitia Pengadaan Tanah, pejabat tersebut dapat mengukuhkanmengubah
keputusan panitia. Apabila upaya yang dilakukan oleh BupatiWalikota atau Gubernur atau Menteri Dalam Negeri tetap tidak diterima pemegang hak,
sedangkan lokasi tidak dapat dipindah maka diusulkan untuk dilakukan pencabutan hak atas tanah berdasarkan UU No.20 Tahun 1961.
Usul penyelesaian
tersebut diajukan
oleh pejabat
yang bersangkutan dan disampaikan pada Kepala BPN dengan tembusan
kepada menteri dari instansi yang memerlukan tanah. Setelah menerima usul penyelesaian, Kepala BPN berkonsultasi dengan menteri dari instansi yang
memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Permintaan pencabutan hak atas tanah disampaikan kepada
Presiden oleh Kepala BPN yang ditandatangani oleh menteri dari instansi yang memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Apabila keputusan Presiden tentang ganti rugi tidak diterima oleh pemegang hak maka dapat dimintakan banding pada Pengadilan Tinggi.
5. Panitia Pengadaan Tanah P2T