Hak Cipta Berdasarkan UUHC 1982

23

2. Hak Cipta Berdasarkan UUHC 1982

Setelah Indonesia merdeka, Ketentuan Auterswet dirasakan tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakat Indonesia . Sehubungan dengan itu pemerintah Indonesia berupaya untuk melakukan penyempurnaan ketentuan hukum khususnya bagi perlindungan Hak Cipta yang masih mempergunakan Auterswet 1912, dengan itu disusun dan disahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 UUHC 1982 sebagai pengganti Auterswet 1912, yang nilai sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan cita- cita hukum nasional. Selain itu, hal ini dilakukan, demi mendorong dan melindungi pencipataan,, penyebarluasan hasil karya ilmu,seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan, kecerdasan dan kehidupan bangsa Indonesia. Berlakunya UUCH 1982 tersebut sekaligus mencabut Auterswet 1912 No. 600 Tahun 1912. Dalam penjelasan Umum UUCH 1982 disebutkan latar belakang dan beberapa pengertian umum berkenaan dengan UUCH 1982 sebagi berikut : a. Dalam rangka pembangunan di bidang hukum demi mendorong dan melindungi penciptaan, pertumbuhan, kecerdasan kehidupan bangsa perlu dibentuk Undang-Undang Hak Cipta b. Dalam Undang-Undang ini selain dimasukkan unsur baru mengingat perkembangan teknologi, diletakkan juga unsur kepribadian Indonesia yang mengayomi baik kepentingan individu maupun masyarakat sehingga terdapat keseimbangan yang serasi antara kedua kepentingan. 24 Walaupun dalam pasal 2 UUHC 1982 ini ditentukan bahwa Hak Cipta adalah hak khusus tetapi sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945, maka ia mempunyai tugas sosial dalam arti ia dapat dibatasi untuk kepentingan umum. Hak ini meliputi : a Pada kemuningkan membatasi Hak Cipta demi kepentinganm umum nasional dengan keharusan memberikan ganti rugi pada penciptanya b Pada peningkatan waktu berlakunya Hak Cipta dari 50 lima puluh tahun menurut peraturan yang lama menjadi 25 dua lima tahun c Dengan memudahkan pembuktian dalam hal sengketa mengenai Hak Cipta, dalam Undang-Undang ini diadakan ketentuan-ketentuan mengenai pendaftaraan ciptaan. d Pendaftaran ini tudak mutlak diharuskan karena tanpa pendaftaranpun Hak Cipta tetap dilindungi. Hanya mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan memakan waktu pembuktian Hak Ciptanya dari ciptaan yang didaftarkan. Dalam hal ini pengumuman pertama suatu ciptaan diperlakukan sama dengan pendaftaran. Pendaftaran ciptaan dilakukan secara pasif, artinya lbahwa semua permohonan pendaftaran diterima dengan tidak terlalu mengadakan penelitian mengenai hak pemohon, kecuali jika sudah jelas ternyata ada pelanggaran Hak Cipta e Dalam Undang-Undang ini diatur pula tentang dewan Hak Cipta yang mempunyai tujuan untuk penyuluhan serta bimbingan kepada pencipta mengenai hak Cipta. Dewan hak Cipta ini mempunyai fungsi ganda 25 yaitu sebagai wadah untuk melindungi ciptaan yang diciptakan olah warga negara Indonesia menjadi penghubung antara dalam dan luar negeri, menjadi tempat bertanya serta merupakan badan yang memberi pertimbangan kepada pengadilan negeri atau lain-lain instansi pemerintahan. Dengan adanya Dewan Hak Cipta diharapkan agar kepentingan pada pencipta akan lebih terjamin. f Prinsip dalam pemberina perlindungan Hak Cipta yang dianut dalam Undang-Undang ini, ialah pemberian perlindungan kepada semua ciptaan warga negara Indonesia dengan tidak memandang tempat dimana ciptaan diumumkan untuk pertama kalinya. Ciptaan orang asing yang tidak diumumkan petama kalinya di Indonesia tidak dapat didaftarkan. Dalam prakteknya, ternyata UUHC 1982 belum dapat mengatasi adanya pelanggaran-pelanggaran, terutama dalam bentuk tidak pidana pembajakan Hak Cipta.. Adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap hak Cipta di Indonesia sudah pada taraf yang mencemaskan dan sangat tinggi frekuensinya, sehingga sangat merugikan tatanan kehidupan masyarakat serta menurunkan hasrat mencipta. 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya kegiatan pelanggaran Hak Ciptam, di dalam penjelasan umum UUHC 1982 disebutkan antara lain : 13 Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, halaman 71 26 a. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat akan arti dan fungsi Hak Cipta. b. Sikap dan keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan cara mudah c. Belum cukup terbina kesamaan atas pengertian, sikap dan tindakan para aparat hukum dalam menghadapi pelanggaran Hak Cipta Dengan maraknya pembajakan karya cipta, maka pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan mengefektifkan Undang-Undang hak Cipta Presiden Soeharto mengeluarkan keputusan untuk membentuk suatu tim kerja khusus yang bertugas mencari pemecahan persoalan, khususnya dalam pelaksanaan Undang-Undang Hak Cipta yang sedang berlaku, mengadakan perubahan maupun penambahan di dalamnya. Hasil kerja dari tim tersebut adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 yaitu berupa perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang hak Cipta.

3. Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UUHC no.