Karya Ke Lima

e. Karya Ke Lima

Gb.21. Sketsa karya V. Foto dokumentasi, 2012.

commit to user

Gb.22. Hasil akhir dari karya ke lima, “EKSPRESI PROTES TERHADAP

KETIDAK ADILAN SOSIAL 5 ”. Foto dokumentasi, 2012.

6. Deskripsi Karya

Pada proses pembuatan karya, penulis menciptakan lima buah lukisan dan berikut ini akan disajikan foto karya dan akan dituliskan deskripsi dari karya pertama sampai dengan karya yang ke lima.

A. Karya pertama Judul

: Ekspresi Protes Terhadap Ketidak-Adilan Sosial 1 Ukuran : 244X122 cm Medium : Acrylic on board Teknik : Lukis&stensil Tahun : 2012

Garis, pada karya ini terdapat dua macam garis. Yang pertama garis nyata, yaitu warna hasil cetakan menggunakan lidi. Kemudian garis semu, dimana sebenarnya merupakan pertemuan warna antara objek dengan background.

commit to user

Bidang, pada karya ini ada dua macam, yang pertama bidang sebagai ruang, yaitu persegi panjang. Ke dua, bidang yang mengisi ruang, yaitu bidang non geometri karena merupakan bentuk manusia dan boneka tali.

Warna, dalam karya ini menggunakan warna tersier, kuarter, dan untuk warna yang paling gelap menggunakan warna hitam.

Value, untuk memunculkan value pada karya ini menggunakan teknik pewarnaan yang menggunakan tingkatan warna dari muda ke tua.

Tekstur, pada karya ini merupakan tekstur semu, akan tetapi apabila diraba akan sedikit ada permukaan yang terasa kasar karena efek dari cat yang dicap menggunakan lidi.

Karya pertama dilukis diatas triplek dengan ukuran 244x122 cm, menggunakan cat akrilik dan teknik cetak stensil. Dengan visualisasi orang yang bermain boneka tali, konsep dari karya pertama ini adalah;

Perasaan pelukis yang mendambakan keadilan sosial di tengah-tengah kenyataan bahwa telah terjadi banyak kasus yang memunculkan adanya ketidak adilan. Adanya kasus- kasus ini menimbulkan dampak negatif dimana “orang besar” dalam konteks ini adalah para korporat dan pejabat yang tidak mempedulikan rakyat kecil yang menderita. Keinginan untuk membantu yang lemah (dimana dalam konteks ini adalah rakyat kecil) hanya menjadi angan- angan.

Digambarkan dengan figur manusia (pelukis) memainkan boneka tali (gambaran orang besar atau korporat dan rakyat kecil) seakan-akan berkhayal ada kesinambungan antara si kaya dan si miskin. Keinginan untuk menolong yang lemah ataupun yang tertindas hanya menjadi sebuah harapan bagi pelukis,

commit to user

karena kesadaran pribadi yang saat ini hanyalah seorang perupa. Harapan ini seperti perumpamaan seseorang yang ingin menolong orang lain yang hanyut terbawa banjir namun dirinya sendiri tidak dapat berenang. Namun keinginan itu akan menjadi penerang jalan untuk mencapai apa yang diharapkan yaitu diawali dengan belajar dan menuntut ilmu setinggi mungkin sesuai dengan bidang pelukis.

B. Karya ke dua Judul

: Ekspresi Protes Terhadap Ketidak-Adilan Sosial 2 Ukuran : 244X122 cm Medium : Acrylic on board Teknik : Lukis&stensil Tahun : 2012

Garis, pada karya ini terdapat garis semu, dimana sebenarnya merupakan pertemuan warna antara objek dengan background.

Bidang, pada karya ini ada dua macam, yang pertama bidang sebagai ruang, yaitu persegi panjang. Ke dua, bidang yang mengisi ruang, yaitu bidang non geometri karena merupakan bentuk manusia dan bidang geometri yaitu bentuk bumi yang terlihat sebagian pada background.

Warna, dalam karya ini menggunakan warna sekunder, tersier, kuarter, dan untuk warna yang paling gelap menggunakan warna hitam.

Value, untuk memunculkan value pada karya ini menggunakan teknik pewarnaan yang menggunakan tingkatan warna dari muda ke tua.

Tekstur, pada karya ini merupakan tekstur semu. Karya ke dua sama dengan karya pertama yang dilukiskan diatas triplek dengan ukuran 244x122 cm, menggunakan cat akrilik dan teknik cetak stencil.

commit to user

Dengan visualisasi orang melesat dari bumi ke angkasa. Konsep dari karya ini adalah;

Segala bentuk ketidak-adilan sosial yang muncul dari berbagai kasus yang dapat dilihat sehari-hari di negeri ini menimbulkan berbagai reaksi protes dari berbagai lapisan masyarakat yang merasakan penderitaan. Namun yang amat memilukan hati adalah kekerasan yang ikut muncul dalam aksi-aksi protes masyarakat tersebut. Perasaan yang sama dengan yang dirasakan oleh rakyat yang menderita, namun juga merasa tak senang dengan indikasi kekerasan yang muncul, menimbulkan perasaan yang mendalam dan keinginan untuk meninggalkan semua yang carut marut di negeri ini.

Digambarkan dengan orang (pelukis sendiri) yang melesat dari bumi atau tanah yang dipijaknya (gambaran indonesia yang penuh dengan carut marutnya masalah sosial) ke angkasa, dengan maksud melepaskan semua yang ada di bumi ini dan menggapai sesuatu yang lebih indah di atas sana, dimana hal ini adalah sebuah revolusi spiritual. Meraih kemerdekaan pribadi dan meraih apa yang menjadi impian dan cita-cita, setelah itu kembali ke bumi dengan membawa sesuatu yang sangat di dambakan oleh semua orang yaitu

“Kebenaran”.

C. Karya ke tiga Judul

: Ekspresi Protes Terhadap Ketidak-Adilan Sosial 3 Ukuran : 244X122 cm Medium : Acrylic on board Teknik : Lukis&stensil Tahun : 2012

Garis, pada karya ini terdapat garis semu, dimana sebenarnya merupakan pertemuan warna antara objek dengan background.

commit to user

Bidang, pada karya ini ada dua macam, yang pertama bidang sebagai ruang, yaitu persegi panjang. Ke dua, bidang yang mengisi ruang, yaitu bidang non geometri karena merupakan bentuk manusia dan bidang maya yang seakan perspektif pada background.

Warna, dalam karya ini menggunakan warna sekunder, tersier, kuarter, dan untuk warna yang paling gelap menggunakan warna hitam.

Value, untuk memunculkan value pada karya ini menggunakan teknik pewarnaan yang menggunakan tingkatan warna dari muda ke tua.

Tekstur, pada karya ini merupakan tekstur semu. Sama dengan karya-karya sebelumnya, dilukis diatas triplek dengan ukuran 244x122 cm, menggunakan cat akrilik dan teknik stensil. Dengan visualisasi ibu-ibu penjual sayur yang berpakaian super hero memiliki kekuatan untuk dapat memancarkan sinar laser dari matanya dan menghancurkan ritel seperti mall, supermarket dan swalayan. Konsep dari karya ini adalah;

Pemerintah selalu memuluskan jalannya para pengusaha besar yang memiliki modal untuk membangun usaha tanpa memikirkan rakyat kecil yang di sekitarnya. Pada akhirnya banyak pedagang kecil yang merugi karena di wilayahnya berdagang, para pengusaha dengan seenaknya membangun ritel berupa swalayan ataupun supermarket.

Buruknya sektor pertanian biasanya diakali penduduk desa dengan berdagang kecil-kecilan di pasar tradisional sebagai cara lain dalam mencari tambatan hidup. Tapi kini pasar tradisional sudah tergantikan oleh supermarket yang ”menjamur” sampai ke pelosok. Peruntukan ruang umum ditentukan secara sepihak oleh penguasa dan pemilik modal besar, tanpa mengikutsertakan

commit to user

rakyat kecil yang punya kepentingan langsung dalam penentuan tata ruang itu, baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen.

Digambarkan dengan ibu-ibu yang memakai pakaian super hero yang menggambarkan seorang penjual sayur, memiliki kekuatan super untuk memancarkan sinar laser yang dapat menghancurkan apa yang terkena sinar tersebut. Dan di sini ibu itu menghancurkan ritel seperti supermarket dan swalayan dengan kekuatannya. Gambaran ibu-ibu ini yang merupakan ekspresi hasil olahan imajinasi pelukis yang melambangkan seorang pedagang sayur memiliki energi yang tersimpan walaupun sekarang tempat untuk berjualan sudah banyak yang tergantikan oleh supermarket yang menjamur. Mereka akan tetap berjuang untuk menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan sehari- harinya.

Di bidang seni rupa pun muncul fenomena semacam ini yaitu seni jalanan. Seni jalanan sebagai bagian dari perkembangan seni rupa kontemporer yang mencoba membongkar batasan-batasan mapan seni rupa yang selama ini identik dengan karya di atas kanvas yang dipamerkan di ruang-ruang galeri. Munculnya seni jalanan juga akibat dari kejenuhan dengan kesemrawutan kota yang diakibatkan space-space iklan yang seakan tidak diatur oleh pemerintah kota.

D. Karya ke empat Judul : Ekspresi Protes Terhadap Ketidak-Adilan Sosial 4

Ukuran : 244X122 cm Medium : Acrylic on board Teknik : Lukis&stensil Tahun : 2012

commit to user

Garis, pada karya ini terdapat dua macam garis. Yang pertama garis nyata, yaitu warna hasil cetakan menggunakan lidi. Kemudian garis semu, dimana sebenarnya merupakan pertemuan warna antara objek dengan background.

Bidang, pada karya ini ada dua macam, yang pertama bidang sebagai ruang, yaitu persegi panjang. Ke dua, bidang yang mengisi ruang, yaitu bidang non geometri karena merupakan bentuk manusia.

Warna, dalam karya ini menggunakan warna abu-abu, putih, primer, tersier, dan untuk warna yang paling gelap menggunakan warna hitam.

Value, untuk memunculkan value pada karya ini menggunakan teknik pewarnaan yang menggunakan tingkatan warna dari muda ke tua.

Tekstur, pada karya ini merupakan tekstur semu, akan tetapi apabila diraba akan sedikit ada permukaan yang terasa kasar karena efek dari cat yang dicap menggunakan lidi.

Sama juga seperti karya-karya sebelumnya, dilukiskan di atas triplek dengan ukuran 244x122 cm, menggunakan cat akrilik dan teknik stensil. Dengan visualisasi anak papua yang masih SD berangkat ke sekolah dengan background demonstrasi terhadap Freeport. Konsep dari karya ini adalah;

Kawasan pembatas aliran sungai , Ajkwa, di Irian Jaya telah dicemari oleh cabang perusahaan Freeport McMoran selama hampir dua puluh tahun, tanpa upaya pembersihan dan tanpa adanya pembayaran kompensasi atas pencemaran sungai itu kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Hal tersebut berdampak pada munculnya aksi protes dari warga masyarakat yang merasa dirugikan. Seringkali reaksi protes warga masyarakat terhadap pemerintah atau kelompok lain, hanya dilandasi kekhawatiran mereka bahwa sumber daya alam

commit to user

mereka tak akan mampu memenuhi kebutuhan mereka mapun anak cucu mereka, atau bahwa para pendatang memperlakukan sumber daya alam mereka tidak sesuai dengan tradisi penduduk setempat. Bukan karena mereka mau mendirikan satu negara sendiri, yang lepas dari Republik Indonesia.

Digambarkan dengan dua orang anak papua yang seakan tak perduli dengan sekitar mereka yang ribut dengan permasalahan sosial akibat dampak dari ketidak adilan, kedua anak itu tetap berjalan menuju sekolah mereka dengan berpelukan seakan-akan merasa damai. Ini adalah perwujudan dari ekspresi pelukis yang merasakan kejenuhan pada aksi-aksi demonstrasi yang menuntut keadilan sosial. Yang ada dalam harapan penulis adalah membangun bangsa kita ini dengan memulai dari diri sendiri. Karena tuntutan terhadap ketidak adilan tidak akan mendapat respon dari pihak yang di atas atau yang merugikan. Sudah hukum alam ada yang di atas pasti ada yang di bawah, maka yang sudah berada di atas akan tetap menindas yang di bawah untuk tetap menjadi yang diatas. Itu juga berlaku pada suatu bangsa, dimana bangsa yang besar akan tetap berusaha diatas bangsa yang kecil. Maka salah satu hasil olah imajinasi pelukis adalah tetap berjuang untuk menuntut ilmu di bidang masing-masing karena yang harus dilawan adalah kebodohan dan kemiskinan.

A. Karya ke lima Judul

: Ekspresi Protes Terhadap Ketidak-Adilan Sosial 5 Ukuran : 244X122 cm Medium : Acrylic on board Teknik : Lukis&stensil Tahun : 2012

Garis, pada karya ini terdapat garis semu, dimana sebenarnya merupakan pertemuan warna antara objek dengan background.

commit to user

Bidang, pada karya ini ada dua macam, yang pertama bidang sebagai ruang, yaitu persegi panjang. Ke dua, bidang yang mengisi ruang, yaitu bidang non geometri karena merupakan bentuk manusia, dan bidang gabungan yang berupa teks.

Warna, dalam karya ini menggunakan warna abu-abu, putih, primer, tersier, dan untuk warna yang paling gelap menggunakan warna hitam.

Value, untuk memunculkan value pada karya ini menggunakan teknik pewarnaan yang menggunakan tingkatan warna dari muda ke tua.

Tekstur, pada karya ini merupakan tekstur semu. Karya kelima dilukiskan pula di atas triplek dengan ukuran 244x122 cm, menggunakan cat tembok dan teknik stensil. Dengan visualisasi orang yang mengecat tulisan “KETIDAK ADILAN SOSIAL” namun kata “TIDAK”nya di

hapus menggunakan rol cat. Konsep dari karya ini adalah;

Kesadaran pribadi sebagai seorang seniman dan bukan seorang sosiolog atau politikus, maka semua ekspresi protes terhadap ketidak adilan sosial hanya di lukiskan melalui sebuah karya seni. Digambarkan dengan orang yang mengecat yang dimaksudkan adalah pelukis sendiri, menghapus tulisan “TIDAK” dari sebuah tulisan “KETIDAK ADILAN SOSIAL”, dengan maksud pelukis untuk ikut berjuang dalam menuntut keadilan sosial namun melalui bidangnya sendiri yaitu seni rupa.

Walaupun semangat yang dimiliki terinspirasi dari berbagai ekspresi protes baik yang radikal, maupun frontal yang syarat dengan unsur kekerasan, namun dari dalam diri pribadi pelukis tidak membenarkan adanya unsur kekerasan dalam protesnya.

commit to user

5. Penyajian Untuk menyajikan karya, karena akan dipresentasikan di galeri maka

bagian tepi dari karya yang mediumnya adalah triplek, maka bagian tepi akan di pasangi list kayu. Untuk mendisplay karya akan menyesuaikan ruang galeri, pemasangannya dengan digantung menggunakan rantai. Pemilihan rantai sebagai alat untuk menggantung karya lukis dikarenakan pertimbangan bahwa semua bagian karya yang terlihat dan dapat dinikmati secara visual selayaknya disajikan dengan sebaik-baiknya, maka rantai di sini sebagai bagian dari elemen visual yang dirasakan lebih memperindah karya lukis.

commit to user