KAJIAN PUSTAKA

F. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan 2 pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, dengan 1 pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Jadi interaksi yang berlangsung antara KP dan pihak lain di PLS pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Sebab percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah peristiwa tutur harus memenuhi syarat 8 komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING (Dell Hymes dalam Chaer dan Agustina, 2004: 47). Kedelapan komponen itu adalah.

S : setting and scene, mengacu pada situasi, tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. P : participants, pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara dan pendengar.

E : ends, purpose and goal, maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur itu terjadi pasti ada maksud dari penutur maupun mitra tutur.

A : act sequences, hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk mencakup bagaimana topik itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan oleh penutur.

K : key, tone or spirit of act, menunjuk pada cara atau semangat (nada atau jiwa) dalam melaksanakan percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan tidak resmi.

I : instrumentalties, menunjuk pada jalur percakapan, apakah secara lisan atau bukan, jalur percakapan yang digunakan itu dapat melalui lisan, telegraf, telepon, dan surat. Percakapan secara lisan dapat seperti berbicara, menyanyi dan bersiul.

N : norms of interactional interpretation, menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan, yang termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang bersifat imperatif (memerintah).

G : genres, menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.

G. Kuli Panggul

Dalam KBBI (2007: 610) kuli adalah 1) orang yang bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisiknya (seperti membongkar muatan kapal, mengangkut barang dari stasiun satu ke tempat yang lain) pekerja kasar; 2) sosial penduduk desa keturunan pendiri atau sesepuh desa yang mempunyai kewajiban penuh melakukan pekerja desa. Sedangkan KP adalah buruh kasar yang menerima upah dari jasa memanggul barang.

Kuli berasal dari bahasa Mandarin hanyu pinyin ‘kuli atau pekerja kasar yang menggunakan tenaga dalam mengerjakan tugas yang biasanya berat ( http://id.wikipedia.org/wiki/kuli.com ). Menurut Royyan Ramdhani Djayusman (2009) KP merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam bidang penyediaan jasa. Keberadaan KP di PLS sangat membantu kelancaran transaksi jual-beli, karena PLS terkenal dengan pasarnya para pedagang-pedagang besar.

KP di PLS terhimpun dalam suatu serikat yang diberi nama Serikat Pekerja Transport Indonesia (selanjutnya disingkat SPTI), sehingga para KP sudah terkoordinir. Keberadaan SPTI terlepas dari DPPL, dengan kata lain SPTI punya otonomi sendiri dalam pembentukan atau pemberhentian penggurus dan anggota. SPTI didirikan pada tahun 1965, kantornya berada di lantai 2 (dua) tenggara, dekat los sayuran, yang diketuai oleh Wagiman (Petruk). Hingga saat ini anggota SPTI berjumlah 1.000 orang, 500 orang wanita dan 500 orang laki-laki. Berdasarkan umur KP di PLS dapat digolongkan menjadi tiga yakni.

Tabel 1. Penggolongan KP Berdasarkan Umur

II 35-45 tahun

200 orang

230 orang

Perempuan III

Golongan Umur

I 25-35 tahun

50 orang

50 orang

(sumber: hasil wawancara dengan Ketua SPTI) Layaknya sebuah organisasi, SPTI juga mengadakan rapat, namun rapat di sini hanya untuk pengurus saja yang diadakan setiap bulan pada minggu ketiga. Menurut Bapak Wagiman, untuk menjadi anggota SPTI tidaklah mudah, seorang calon anggota baru harus dibawa oleh anggota lama yang akan berhenti menjadi anggota. Dengan kata lain, calon anggota baru tersebut menggantikan anggota lama yang keluar.

KP di PLS dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok putra dan kelompok putri. Untuk kelompok putra dibagi lagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok diketuai oleh seorang mandor. Sedang kelompok putri dibagi menjadi 9 kelompok yakni kelompok kumiyai, kelompok Jalan S. Parman, kelompok ketela, kelompok cabe, kelompok Karang Pandan, kelompok utara, kelompok kelapa, kelompok beng, dan kelompok Sukini. Untuk pembagian upahnya sendiri apabila ada barang datang 1 truk dan dikerjakan oleh 5 orang KP, maka hasilnya dibagi 6 orang yakni 5 orang KP dan seorang mandor. KP yang bekerja pada kios atau toko tertentu, penghasilannya ditentukan oleh pemilik kios atau toko tersebut.

KP di PLS langsung dapat kita kenali dari pakaian yang digunakannya yakni kaos seragam SPTI warna kuning, memakai celemek dan membawa selendang untuk menggendhong barang bawaan. Sedang KP laki-laki biasanya tidak membawa selendang.

H. Pasar Legi Surakarta

PLS terletak di jalan S. Parman nomor 23 Kelurahan Setabelan Kecamatan Banjarsari Surakarta. PLS didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegara I (Pangeran Sambernyawa).

Pasar yang menghadap ke barat ini pada tahun 1930 masih berupa pasar yang sangat tradisional dimana para pedagang membuka dasaran di tanah terbuka atau dengan kata lain masih terdiri dari pedagang oprokan semua. Di bawah pengelolaan Mangkunegaran, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip sebuah benteng. Mulai saat itu pasar ini mengalami perkembangan, pada tahun 1992 mengalami pemugaran kembali oleh Pemkot Surakarta sehingga menjadi wujud PLS dengan dua lantai seperti sekarang.

PLS yang memiliki luas 16.640m 2 , terdiri dari 233 kios, 1425 los, dan ±700 pedagang oprokan (pelataran) yang sebagian besar berasal dari luar kota

Surakarta (hasil wawancara dengan salah satu staf DPPL). PLS dibagi menjadi 9 blok yakni.

Tabel.2 Pembagian Blok di Pasar Legi

Blok

Jenis Barang Dagangan 1A Cabe, bawang merah, bawang putih 1B Gerabah, daun, arang 2A Grabadan 2B Ketela 3A Grabadan 3B Buah, kelapa, toko-toko kelontong

4A Empon-empon , palen (pakaian)

5 Daging

Ikan asin

(Sumber: hasil wawancara dengan salah satu staf DPPL) Pasar ini resmi dibuka dari pukul 06.00 WIB sampai 18.00 WIB atau selama 12 jam namun dalam kenyataannya pasar ini beroperasi selama 24 jam. Ada rutinitas unik disini yakni setiap pukul 15.00 WIB ketika pasar di dalam bangunan utama sudah mulai berbenah datanglah para pedagang malam yang membuka pasaran di bagian luar bangunan utama (pelataran), ada yang memang khusus pedagang malam, ada juga yang siang harinya berdagang di bagian dalam bangunan lalu membawa dagangannya keluar dan berdagang sampai pagi. Sedangkan pedagang yang berdagang di bagian dalam bangunan pada malam hari hanya tinggal beberapa ( http://labucyd.blog.uns.ac.id/2009/04/16/profil-pasar- legi/ ).

I. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah bagian yang berisi tentang penggambaran secara jelas mengenai penelitian. Sesuai dengan objek penelitian yang berupa data lisan pemakaian bahasa Jawa yang digunakan oleh KP di PLS, maka masalah yang dikaji adalah penerapan prinsip kerjasama, prinsip kesantunan, dan daya pragmatik. Dengan demikian apabila dibagankan akan tampak pada bagan seperti di bawah ini.

Pasar Legi Surakarta

Penjual

Kuli Panggul

Pembeli

Kesantunan Berbahasa Jawa

1. Prinsip Kerja sama

2. Prinsip Kesantunan

3. Daya Pragmatik