METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Pemilihan jenis penelitian deskriptif kualitatif supaya dapat mengungkapkan berbagai fenomena kebahasaan dengan pendeskripsian yang menggambarkan keadaan, gejala dan fenomena yang terjadi. Deskriptif dalam arti penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti nyatanya (Sudaryanto, 1993: 62). Menurut D. Edi Subroto (1992: 5) kualitatif merupakan penelitian yang metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PLS yang lebih tepatnya di Jalan S. Parman nomor 23 Kelurahan Setabelan Kecamatan Banjarsari Surakarta, dengan pertimbangan letaknya yang tidak jauh dari pusat bahasa Jawa yaitu di Kota Surakarta dan dulunya merupakan tanah milik Mangkunegaran maka bahasa Jawa masih hidup dan berkembang serta mempunyai peranan penting dalam interaksi berkomunikasi dan interaksi sosial. Selain itu PLS merupakan salah satu pasar terbesar di Surakarta di mana transaksi jual-beli sering dilakukan dalam jumlah Penelitian ini dilaksanakan di PLS yang lebih tepatnya di Jalan S. Parman nomor 23 Kelurahan Setabelan Kecamatan Banjarsari Surakarta, dengan pertimbangan letaknya yang tidak jauh dari pusat bahasa Jawa yaitu di Kota Surakarta dan dulunya merupakan tanah milik Mangkunegaran maka bahasa Jawa masih hidup dan berkembang serta mempunyai peranan penting dalam interaksi berkomunikasi dan interaksi sosial. Selain itu PLS merupakan salah satu pasar terbesar di Surakarta di mana transaksi jual-beli sering dilakukan dalam jumlah

C. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan penelitian; dan bahan yang dimaksud bukan bahan mentah melainkan bahan jadi (Sudaryanto, 1990: 9). Data dalam penelitian ini berupa data lisan. Data lisan yaitu tuturan bahasa Jawa yang digunakan oleh para KP di PLS yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni kesantunan berbahasa Jawa yang meliputi wujud prinsip kesantunan, prinsip kerja sama dan daya pragmatik tindak tutur bahasa Jawa. Tuturan yang diambil ialah tuturan yang alami atau wajar. Maksudnya bahwa data yang diambil adalah penggunaan bahasa yang berlangsung secara wajar di dalam komunikasi berbahasa sehari-hari secara lisan.

Sumber data lisan dalam penelitian ini berasal dari informan (dalam hal ini KP) yang terpilih, yaitu berupa tuturan bahasa Jawa yang mengandung prinsip kesantunan dan kerjasama. kriteria informan yang terpilih yaitu, (1) berprofesi sebagai KP di PLS, (2) berusia 25-50 tahun, (3) sehat jasmani dan rohani, (4) bisa berbahasa Jawa dan berbahasa Indonesia.

D. Populasi

Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32). Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan bahasa Jawa oleh KP di PLS.

E. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian yang mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto, 1992: 32). Sampel dalam penelitian ini adalah kesantunan berbahasa Jawa oleh KP di PLS. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik proposive sampling , pengambilan sampel secara selektif disesuaikan dengan kebutuhan dalam sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan sampel oleh peneliti dilakukan pada bulan Maret-April 2010.

F. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Disebut alat utama karena alat tersebut paling dominan dalam penelitian, sedangkan alat bantu berguna memperlancar jalannnya penelitian. Alat utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang langsung melihat keadaan sosial dan kesantunan berbahasa Jawa para KP di PLS. Alat bantu penelitian ini adalah alat tulis manual seperti ballpoint, penghapus, dan buku catatan. Alat bantu elektronik yang digunakan yaitu tape-recorder dan komputer.

G. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah (1) cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena; (2) sikap sekelompok sarjana terhadap bahasa atau linguistik; (3) berbagai teknik untuk menetapkan dan mengukur ciri bahasa; (4) prinsip-prinsip dan praktik pengajaran bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 136-137). Sedangkan menurut peneliti metode adalah cara untuk mendapatkan atau menghasilkan sesuatu melalui beberapa proses secara berurutan dan tepat.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak (pengamatan/ observasi). Menurut Sudaryanto (1993: 133) metode simak adalah metode pengumpulan data dengan menyimak penggunaan bahasa, dalam penelitian ini peneliti menyimak tuturan bahasa Jawa yang digunakan oleh KP di PLS.

Teknik dasar yang digunakan oleh peneliti adalah teknik sadap. Penelitian ini dilakukan dengan penyimakan yang dilanjutkan dengan menyadap pemakaian bahasa dari informan. Sedangkan teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), teknik rekam, teknik wawancara dan teknik catat.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa informan. Peneliti tidak ikut campur dalam pembicaraan baik sebagai pembicara maupun lawan bicara, baik secara bergantian maupun tidak. Peneliti hanya menyimak pembicaraan dari informan yang dipilih.

Teknik Simak Libat Cakap (SLC) adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi dalam pembicaraan sambil menyimak pembicaraan informan.

Peneliti terlibat langsung dalam pembicaran dan ikut menentukan pembentukan dan pemunculan data.

Teknik wawancara merupakan teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti, misalnya menanyakan penjelasan mengenai sejarah PLS.

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SBLC, SLC dan wawancara yang digunakan untuk mengabadikan data. Teknik rekam ini dilakukan dengan cara direkam tanpa sepengetahuan penutur, sehingga tidak mengganggu kewajaran dari peristiwa tutur yang terjadi. Dilakukan juga teknik catat untuk mencatat hal-hal yang penting untuk mendukung data. Rekaman data sudah terkumpul kemudian ditranskripsikan dalam bentuk data tulis dan diklasifikasikan untuk dianalisis.

H. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data peneliti menggunakan metode padan yaitu analisis data dengan alat penentuan di luar bahasa yang merupakan konteks sosial terjadinya peristiwa penggunaan bahasa di dalam masyarakat (Sudaryanto, 1993: 13). Berdasarkan macam alat penentunya metode padan dapat dibedakan dalam lima subjenis. Pertama, alat penentunya adalah kenyataan atau segala sesuatu (yang bersifat luar bahasa) yang ditunjuk oleh bahasa. Kedua, alat penentunya organ atau alat ucap pembentuk bunyi bahasa. Ketiga, alat penentunya bahasa atau lingual lain. Keempat, alat penentunya perekam atau pengawet bahasa. Kelima, alat penentunya adalah lawan bicara.

Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatik dengan penentunya adalah penutur dan mitra tutur. Metode padan digunakan untuk mengetahui kesantunan yaitu efek yang ditimbulkan oleh tuturan bagi mitra tutur dan digunakan untuk mengetahui reaksi yang dilakukan oleh mitra tutur. Adapun teknik-teknik yang digunakan di dalam metode padan menurut Sudaryanto (1993: 21) meliputi teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang dimaksud disebut teknik pilah unsur penentu, alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Sedang teknik lanjutannya meliputi teknik hubung banding menyamakan, teknik hubung banding membedakan dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai metode padan, maka penggunaan metode tersebut akan dipaparkan dalam data berikut ini . Data (2)

P : Bu, nuwun sewu SPTI pundi nggih bu? ‘Bu maaf SPTI sebelah mana ya bu?’ MT : SPTI? O…mrika, mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang

mlebet mrika, pojok pasar enggal tengah nggen sayur. ‘SPTI? O…sana, ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana, sudut pasar baru tengah di tempat sayur.’

P : Maturnuwun nggih bu. ‘Terima kasih bu.’ MT : Nggih ‘Ya.’ (PLS/ D2 KP/ 10-03-2010)

Tuturan antara dua orang yaitu P dan MT. P di sini adalah peneliti dan MT adalah KP di kios penjual cabe di lantai 2 (dua). Percakapan berlangsung dalam situasi yang tidak resmi. Interaksi antara peneliti dan KP tersebut terjadi di salah satu kios penjual cabe di lantai 2 (dua) PLS. Tuturan antara P dan MT tersebut

terdapat penerapan prinsip kerjasama yakni maksim kualitas (kebenaran) yang dilakukan oleh MT kepada P seperti terdapat dalam tuturan SPTI? O…mrika,

mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang mlebet mrika, pojok pasar enggal tengah nggen sayur ‘SPTI? O…sana, ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana, sudut pasar baru tengah di tempat sayur’, tuturan MT tersebut mencerminkan suatu kebenaran tentang letak atau posisi atau tempat SPTI yang ditanyakan oleh P. Dengan menunjukkan letak SPTI kepada P maka MT telah melakukan tindak tutur representatif. Selain itu MT melakukan tindak tutur direktif dalam tuturan Mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang mlebet mrika, ‘Ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana,’ dan tindak tutur langsung literal yakni tindak tutur yang modus dan maknanya sesuai dengan maksud pengutaraan. Selain maksim kualitas, dalam tuturan SPTI? O…mrika, mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang mlebet mrika, pojok pasar enggal tengah nggen sayur ‘SPTI? O…sana, ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana, sudut pasar baru tengah di tempat sayur’, juga terdapat maksim kuantitas di mana MT memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan apa yang diminta oleh P.

Dari percakapan di atas mempunyai daya pragmatik atau tindak tutur ilokusi Bu, nyuwun sewu SPTI pundi nggih bu? ‘Bu maaf SPTI sebelah mana ya bu?’. Tuturan yang terdapat pada data (2) memiliki daya berupa maksud atau tujuan penutur agar mitra tutur menunjukkan di mana letak SPTI. Dari jawaban mitra tutur SPTI? O…mrika, mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang mlebet mrika, pojok pasar enggal tengah nggen sayur ‘SPTI? O…sana, ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana, sudut pasar baru tengah di tempat sayur’, mitra tutur melakukan tindak tutur perlokusi dan ilokusi sekaligus yakni dengan memberikan petunjuk letak SPTI kepada P. Dengan tindak tutur ilokusi yang Dari percakapan di atas mempunyai daya pragmatik atau tindak tutur ilokusi Bu, nyuwun sewu SPTI pundi nggih bu? ‘Bu maaf SPTI sebelah mana ya bu?’. Tuturan yang terdapat pada data (2) memiliki daya berupa maksud atau tujuan penutur agar mitra tutur menunjukkan di mana letak SPTI. Dari jawaban mitra tutur SPTI? O…mrika, mang ngidul, nggen kantor enggal nika mang mlebet mrika, pojok pasar enggal tengah nggen sayur ‘SPTI? O…sana, ke selatan, di kantor yang baru itu masuk ke sana, sudut pasar baru tengah di tempat sayur’, mitra tutur melakukan tindak tutur perlokusi dan ilokusi sekaligus yakni dengan memberikan petunjuk letak SPTI kepada P. Dengan tindak tutur ilokusi yang

I. Metode Penyajian Analisis Data

Penyajian hasil analisis ini menggunakan metode deskriptif, metode formal dan metode informal. Metode deskriptif merupakan metode yang semata- mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan adalah paparan apa adanya (Sudaryanto, 1993: 62)

Metode formal adalah perumusan dengan tanda-tanda dan lambang- lambang, sedangkan metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata- kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145). Analisis dengan metode penyajian informal ini mempermudah pemahaman pada setiap hasil penelitian.