Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)

PENILALAN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN
OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1798)

Oleh

LUSIANA NOGO LADJAR

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

LUSIANA NOGO LADJAR. Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobates n~olochAudebert, 1798)
Dibawah Bimbingan ProfDr.Ir. Hadi S.Alikodra,MS dan Dr.Ir.Ani Mardiastuti, M.Sc

Penilaian Sistern Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol
Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa (Hylobnres moloch Audebert, 1798)

ABSTRAK
Penelitian meilgenai penilaian sistem pengelolaan pusat pendidikan konservasi alam

Bodogol berhjuan untuk: ( 1 ) mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok,
distribusi, waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap
keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol; (2) membuat inodifikasi kriteria penilaian
sistein pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana
pengelolaan kawasan
yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa
( 3 ) menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan konservasi
alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelola-pengunjung-masyarakat)yang
terlibat dalan pengelolaan kawasan. Metode yang digunakan dalain penelitian adalah:
survey terhadap keberadaan Owa Jawa dan pengambilan data k~lisioneryang
berhubungan dengan pengelolaan kawasan berdasarkan keterlibatan responden dalam
sistem pengelolaan yang diselenggarakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat 4 kelompok (13 individu) keluarga Owa Jawa. Peluang perjwnpaan satwa
Owa Jawa 1 139 % (n = 69) secara langsung dapat dijumpai pada jam 05.45- 10.15.
Vokalisasi dapat didengar antara jam 10.30-14.00. Jarak optimum satwa dengan
pengamat 25-45 m pada strata 30-35 m. Kelompok Owa Jawa di lokasi jembatan
kanopi sudah terhabituasi dengan kehadiran pengunjung. Kriteria penilaian sistem
pengelolaan kawasan yang telah dibuat oleh IUCN dapat digunakan untuk menilai
pengelolaan kawasan dengan beberapa penambahan yang dapat disesuaikan menurut
rencana, tujuan dan target pengelolaan kawasan yang akan dinilai. Dalam penilaian

yang dilakukan terutama pada kriteria pariwisata dan pendidikan konservasi yang
menjadi target pengelolaan kawasan Bodogol. Pengelola inenilai kurang baik pada
sistem pengelolaan yang diselenggarakan, ha1 ini berhubungan dengan meningkatnya
pengetahuan dan kualitas sumberdaya pengelola terl~adap pengelolaan kawasan
konservasi. Penilaian yang baik dalam sistem pengelolaan kawasan menurut
pengelola termasuk dalam kriteria pariwisata terutama yang berhubungan dengan
pengaturan kunjungan wisata terbatas. Pengunjung menilai baik terhadap sistem
pengelolaan kawasan yang diselenggarakan pada kriteria dayadukung kawasan hutan
yang masih alami dan fasilitas jembatan kanopi yang menarik pengunjung. Penilaian
kurang yang diberikan oleh pengunjung terutama untuk kriteria pelayanan secara
urnum kepada pengunjung. Masyarakat menilai kurang untuk pengelolaan kawasan
konservasi karena pengelola maih kurang melibatkan potensi sumberdaya
inasyarakat sekitar. Kawasan Bodogol dinilai baik oleh inasyarakat dalam ha1
tneningkatkan pengetahuan d m ketrampilan inasyarakat yang berl~ubungandengan
manfaat kawasan konservasi bagi kehidupan di sekitarnya.
Kata Kunci: Hylobates moloch, Owa Jawa, Bodogol, Penilaian Kawasan,
Kawasan Konservasi

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Penilaian Siste~nPengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol Berdasarkan
Keberadaan Owa Jawa (Hylobatesmoloch Audebert, 1798)

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan teiah dinyatakan denganjelas dan
dapat diperiksa kebenarannya

Bogor, Februani 2002

LUSIANA NOGO LADJAR
P. 105.00040

PENILALQN SISTEM PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI BODOGOL BERDASARKAN KEBERADAAN
0WA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1798)

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi

Bodogol Berdasarkan Keberadaan Owa Jawa

(Hylohatesmoloch Audebert, 1798)
Nama Mahasiswa

: Lusiana Nogo Ladjar

Nomor Pokok

: P10500040

Program Studi


: Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS
Ketua
Anggota

Dr. Ir. Am Mardiastuti. M.Sc
Anggota

ogram Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni.

Tanggal Lulus : 4 Maret 2002

y a h d a Manuwoto, M.Sc


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1972 oleh Ibu
Veronica R. Daryani dan Bapak Petrus Laba Ladjar (Alm). Anak ke-2 dari 3
bersaudara Theresia Sri Murni Asih dan Yasinta Maria Desi.
Pada 8 Agustus 1995 penulis memperoleh gelar Sarjana Sains dari
Fakultas Biologi Universitas Nasional di Jakarta. Penulis aktif dalam organisasi
penelitian dibidang biologi dan lingkungan. Bergabung dengan Biological
Science Club (BScC) dan bekerja pada lembaga tersebut sebagai staff penelitian
dan pengembangan. Penulis bekerja sebagai assisten peneliti untuk bidang
biologi konservasi dan lingkungan. Tahun 1996-1998 bekerja pada Biodiversity
Conservation Project (LIPI-JICA-PHPA) sebagai koordinator lapangan dalam
penelitian kamera trap dan radio tracking untuk mammalia karnivora di Taman
Nasional Gunung Halirnun Jawa Barat. Pada Juli 1998 - Januari 2000 bekerja
sebagai assisten peneliti pada lembaga penelitian kehutanan internasional CIFOR
untuk project keanekaragaman hayati. Febuari-Agustus 2000 penulis bekerja
untuk sistem manajemen lingkungan dalam pengelolaan hutan lestari pada HPH
PT.Diamond Raya Timber di Pant Sicin, Riau.
Penulis menikah dengan Elvianto Rustam Effendi di Jakarta pada tanggal
20 November 1999. Pada September 2000 penulis mengikuti pendidikan pada


Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dalam kelompok
bidang studi Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekoturisme, Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor di Bogor, Jawa Barat.

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena kasih dan berkatNya
sel~inggapenulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik dan selesai tepat waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Dr.Ir. Ani
Mardiastuti, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS penuh perhatian, kasih
dan sabar dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis. Terirna kasih saya sampaikan kepada Anton Ario, Ssi sebagai
koordinator stasiun penelitian Bodogol, Drs. Edy Hendras sebagai manager
PPKAB, serta Drs. Tatang Mitra Setia MS sebagai direktur ALAMI dan Dr. Jatna
Supriyatna sebagai direktur CI Indonesia.
Kepada Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Ir.Wahyu, Ir. Edi Sensudi dan Kepala Resort Bodogol Bapak Tony dan seluruh
staff di Bodogol Bapak Edi Subandi, Bapak Asep, Bapak Jana, Bapak Gatot,
Bapak Oyak, Bapak Ucun dan semua staff di Bodogol yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih juga kepada Hasby, Akbar dan Volunteer

Eagle: Yopie, Wawan, Ryan, Neng, lip, Yani, Yuli. Terima kasill untuk Pak
Ismail, Iman, Indri dan Sari di Katnpus Fahutan. Terima kasih untuk Yossa, Bang
Ucok, Mas Ivan, Pak Aris, Pak Ronald, Pak Yuri dan rekan pascasarjana PSLIPB atas diskusi dan pandangan yang bermanfaat serta Anwar F yang membantu
dalam analisis statistik. Selanjumya terima kasih atas semangat yang diberikan
ole11 bu Ayu, Oly, Lusi Silvi, Aritta, bu Santi dan Duma.
Banyak kasih untuk suami tercinta, oran-

keluarga dan semua saudara

atas dorongan semangat dan kasih yang mereka berikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan baik dan tepat waktu. Semoga tesis yang dibuat dapat
bermanfaat bagi upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di
Indonesia, terutama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Demikian juga dapat
bermanfaat bagi usaha konservasi sumberdaya alam dan kesejahteraan hidup
masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
Bogor, Februari 2002
Penulis

The Earth is The Lord's and the Fullness thereof (PSALMS 24: 1)


DAFTAR IS1
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................

11

DAFTARISI ..........................................................................

iv

DAFTAR TABEL....................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................
I . PENDAHULUAN..................................................................

1.1.

Latar Belakang..........................................................

1.2.


Pennasalahan Pengelolaan Kawasan..................................

1.3.

Tujuan Penelitian ........................................................

1.4.

Manfaat Penelitian .......................................................

I1 . TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
2.1. Pengelolaan Ta~nanNasional ...........................................

2.2.

Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional ..........................

2.3.


Owa Jawa (Hylobatesmoloch Audebert, 1798)......................

2.4.

Kriteria Penilaian.........................................................

111. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... .............................
3.1.

Tarnan Nasional Gunung Gede Pangrango ...........................

3.2.

Sejarah PPKAB..........................................................

3.3.

Target Program Kegiatan PPKAB.....................................

3.4.

Fasilitas Bangunan .......................................................

3.5.

Pengelolaan Pengunjung................................................

3.6.

Pengelolaan Kawasan Bodogol..........................................

IV. METODE PENELITIAN.........................................................
4.1.

Waktu dan Lokasi Penelitian...........................................

4.2.

Dasar P e h a n .....................................................

4.3.

Metode Penelitian.........................................................
4.3.1. Survey Keberadaan Owa Jawa ..............................
4.3.2. Kuisioner Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
Konservasi ......................................................

4.4.

Analisis Statistik..........................................................

V . HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
5.1.

Keberadaan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert. 1798) di
Kawasan Bodogol .......................................................

5.2.

Penilaian Sistem pengelolaan Berdasarkan keberadaan Owa
Jawa ........................................................................

5.3.

Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh Responden..........
5.3.1. Penilaian ole11 Pengelola .......................................

5.3.2. Penilaian oleh Pengunjung.....................................
5.3.3. Penilaian oleh Masyarakat .....................................
5.4.

Kemiripan Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan oleh
Responden................................................................
5.4.1. Nilai Buruk / Kurang ..........................................
5.4.2. Nilai Baik /Sangat Bak .......................................

5.5.

Hubungh Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
Konservasi.................................................................

VI . KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
Kesirnpulan........................................................................
Saran................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................

GLOSARI..............................................................................

DAFTAR TABEL
No.

Teks

1.

Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol.. .........................................................................

16

2.

Personal dan Wewenang Tanggungiawab BPH PPKAB.. ................

33

3.

Keberadaan Owa Jawa di Kawasan Konservasi Bodogol.. ................

49

4.

Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang
terhadap Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol .............

64

Hasil Analisis Cluster menurut Kemiripan Penilaian Baik atau Kurang
terhadap Sisteln Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol.. ............

67

Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Sistem
Pengelolaan Kawasan Konservasi ............................................

69

5.

6.

Halaman

DAFTAR GAMBAR
Halaman

No.

Teks

1.

Lokasi Bodogol, TN Gunung Gede Pangrango.. .... ...... . ..... ... ...... ..

19

2. Sketsa Lokasi Kawasan Konsemasi Alarn Bodogol.. . ... ...... ... .... ... ..

20

3.

Sistem Pengelolaan Pengunjung di PPKAB.. . .... ..... ... ... ... ... ... .......

27

4.

Struktur Organisasi BPH PPKAB.. . ...... ............... ... ... ... ... ... ... ...

34

5.

Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi.... ...... ... ... ...... ..

38

6.

Diagram Alir Proses Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan
Konservasi ... ......... ... ...... ...... ............... ....................... ... ...

45

Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol oleh Kelompok Responden Pengelola ...... ............... ... ....

56

Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi
Bodogol oleh Kelompok Responden Pengunjung ......... ...... ..........

60

Persentase Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konsemasi
Bodogol oleh Kelompok Responden Masyarakat ...... ... ... ...... ... .....

62

7.

8.

9.

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Teks

I.

Peta Jalur Pengamatan di Kawasan Bodogol.. ...............................

81

2.

Peta Keberadaan Owa Jawa pada Jalur Pengamatan di Kawasan
Bodogol.. .........................................................................

82

3.

Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung ......

83

4.

Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat.. .

84

5.

Dendogram Analisis Cluster antara Pengelola dengan Pengunjung
yang menilai Baik atau Sangat Baik ..........................................

85

Dendogram Analisis Cluster antara Pehgelola dengan Pengunjung
yang menilai Buruk atau Kurang.. ...........................................
Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat
yang menilai Baik atau Sangat Baik.. ........................................
Dendogram Analisis Cluster antara Pengunjung dengan Masyarakat
yang menilai Buruk atau Kurang.. ...........................................
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh
Pengelola ........................................................................
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh
Pengunjung.......................................................................
Matriks Nilai Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian Oleh
Masyarakat...................................................................
Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Ktrteria Penilaian
Pengelola.........................................................................
Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Knteria Penilaian
Pengunjung ......................................................................
Nilai Koefisien Korelasi Spearman menurut Kriteria Penilaian
Masyarakat.......................................................................

Halaman

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki 40 spesies primata dari keseluruhan jurnlah spesies
primata di dunia yaitu sekitar 195 spesies (Supriyatna dan Wahyono, 2000).
Sekitar 24 spesies yang dimiliki Indonesia adalah primata endemik, artinya
primata tersebut tidak terdapat di kawasan yang lain. Di dunia ada sekitar
sembilan spesies Hylobatidae, enarn spesies diantaranya tersebar di sebagian
besar Indonesia bagian sebelah barat. Owa Jawa (Hylobates moloch
Audebert, 1798) termasuk kera kecil yang memiliki status endemik dari kelompok
Hylobatidae yang distribusinya terbatas pada sebagian besar kawasan di Jawa
Barat. Owa Jawa adalah kelompok spesies primata yang statusnya terancam
punah (kritis) dan terdaftar dalam appendiks (App) I CITES, sebagai satwa yang
dilindungi dan tidak bolkh diperdagangkan.
Kawasan konservasi merupakan habitat alami Owa Jawa. Distribusi Owa
Jawa di Jawa Barat diantaranya termasuk kawasan konservasi Tarnan Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGP). Khusus pada kawasan Bodogol di zona
pemanfaatan TNGP memiliki 16 individu (4 kelompok) Owa Jawa (Ario et al,
1999). Kemampuan bertahan hidup Owa Jawa di kawasan Bodogol
dimungkinkan karena kondisi kawasan tersebut yang relatif masih baik bagi
spesies Owa Jawa untuk melakukan aktivitas harian, mencari makan dan
berkembangbiak.
Upaya konservasi spesies Owa Jawa yang sudah terancam punah telah
banyak dilakukan. Sebagian dari upaya pelestarian Owa Jawa yang dapat

dilakukan adalah dengan mempertahankan keberadaan Owa Jawa di kawasan
konservasi. Keberadaan Owa Jawa sebagai dasar sistem pengelolaan kawasan
konservasi diharapkan mampu melestarikan hidup satwa tersebut pada habitat
alami yang tersisa yang masih dimiliki. Jumlali individu dalam kelompok, jumlah
kelompok, distribusi pada jalur, waktu perjurnpaan dan vokalisasi Owa Jawa
dapat inemberikan informasi tentang keberadaan Owa Jawa. Informasi
keberadaan Owa Jawa merupakan bagian yang penting untuk melakukan
penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Menurut IUCN (2000),
indikator potensial untuk menilai kawasan lindung dapat juga di tinjau dari
kelangsungan hidup satwa penting yang berada di dalam kawasan konservasi.
Satwa arboreal seperti Owa Jawa yang masih tersisa di alam, sebagian
besar menempati habitat hutan. Keberadaan Owa Jawa di hutan dapat dijadikan
indikator bagi keutuhan hutan

dengan vegetasi

alami

dan kanopi

berkesinarnbungan serta komposisi strata pohon yang lengkap. Selain satwa
arboreal sejati dari pergerakan yang dilakukan, Owa Jawa memiliki suara yang
menarik jika dibandingkan satwa primata dari spesies yang lain. Sebagian besar
primata memiliki daya tarik tersendiri dalam pendidikan konservasi alam dan
wisata. Demikian juga kehadiran Owa Jawa pada suatu kawasan dapat menarik
lebih banyak pengunjung. Tingkat keberhasilan menjumpai satwa Owa Jawa di
alam dipengaruhi oleh jumlah individu, jumlah kelompok, daerah jelajah,
distribusi, kualitas dan kuantitas habitat dan keadaan cuaca.
Pengelolaan kawasan konservasi Bodogol salah satunya dapat dilakukan
dengan merninimalkan dampak pengunjung terhadap keberadaan Owa Jawa.
Pengaturan jam kunjungan menurut aktivitas harian, pembagian kelompok

pengunjung, pengaturan jarak optimal dan jalur kunjungan yang tepat akan sangat
meinbantu pengelola menjalankan tugas pengelolaan. Selain itu pengelolaan
kawasan dengan indikator satwa berarti juga melestarikan habitat dan spesies
Owa Jawa.
Uji coba pengelolaan kawasan konservasi yang dilakukan di Bodogol
karena kawasan tersebut memiiiki sistem pengelolaan kawasan yang unik,
diantaranya dengan inenerapkan kunjungan terbatas dan panduan kunjungan. Uji
coba penerapan sistem pengelolaan menarik untuk diketallui mengingat
keberadaan TNGP sebagai kiblat pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.
Kawasan Bodogol mulai dibangun sejak kebutullan akan sistem pengelolaan yang
dilakukan dianggap masih kurang. Adanya pembangunan di kawasan Bodogol
dikhawatirkan akan memberikan darnpak negatif terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan sekitar kawasan.
Pengelola kawasan Bodogol terdiri dari beberapa organisasi independen
yang bergabung dalam konsorsium pengelola kawasan dan merupakan kolaborasi
antara TNGP (Tanan Nasional Gunung Gede Pangrango) -CI (Conservation
International) -Yayasan ALAMI. Pengeloiaan kawasan Bodogol difokuskan pada
pendidikan konservasi alam dan kegiatan ekoturisme. Pada laporan kegiatan
konsorsium tahun 1999-2001 menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan kawasan
belum dilakukan secara maksimal. Inventarisasi data potensi kawasan, survey,
penelitian dan pemantauan belum dilakukan secara intensif.
Melalui keberadaan Owa Jawa dan penilaian sistem pengelolaan yang
dibuat diharapkan pengelola mampu memperbaiki beberapa kesukardegagalan
yang dialami. Penilaian dapat dilakukan secara internal oleh pengelola atau

melibatkan

instansilindividu independen untuk

mendukung

effektifitas

irnplementasi pengelolaan yang tidak sinkron dan keberhasilan sistem
pengelolaan.

1.2. Permasalahan Pengelolaan Kawasan
Masalah yang dihadapi dalam pengelolaan TNGP adalah adanya
gangguan masyarakat terhadap kawasan. Walaupun secara kuantitas gangguan
tersebut relatif kecil dan frekuensinya semakin menurun tetapi masih merupakan
masalah yang cukup rumit dan berat bagi pengelola. Gangguan yang dilakukan
berupa pencurian hasil hutan, perburuan liar dan perambahan kawasan yang
diperuntukan lahan pertanian. Kawasan Bodogol dengan sistem kunjungan
terbatas berhasil meminirnalkanjumlah sampah yang masuk ke dalam kawasan.
Pennasalahan mendasar yang dihadapi oleh TNGP hingga tahun 2001 adalah
sebagai berikut:
a) Status kawasan Taman Nasional yang belum ada penunjukanlpengukuhan
sehingga akan menjadi kendala dalam pelaksanaan penegakan hukum
b) Spesies Owa Jawa dalam kawasan belum diketahui secara pasti temas.uk
dampak pembangunan dalam kawasan dan keberadaan individu.
c) Masih belum optimalnya pengelolaan, meliputi belum mantapnya institusi
terutama di tingkat wilayah, jumlah atau mutu personil belum memadai,
kualitas sarana dan prasarana pengelolaan masih kurang dan peraturan
yang bersifat teknis belum menunjang
d) Rendalmya sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan yaitu sekitar 70%
masyarakat bermata pencaharian di bidang pertanian, yang memerlukan

lahan. Dari 70% masyarakat tersebut sekitar 40% adalah buruh tani yang
tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung pada lahan orang lain.
Disarnping itu, tingkat pernilikan lahan rata-rata per keluarga sangat kecil
(< 0,25 ha). Tingkat pendidikan sebagian masyarakat hanya sekolah dasar

(SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sehingga sulit untuk
mengaplikasikan teknologi pertanian
e) Rendahnya tingkat kepedulian masyarakat, persepsi tentang hutan sebagai
sumber kelidupan masih rendah terbukti dengan rnasih dijumpai
gangguan seperti garapan lahan, banyaknya sampah dan vandalisme

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian penilaian terhadap sistem pengelolaan pusat pendidikan
konse~asidarn Bodogol adaiah:
a) Mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi, waktu
perjumpam, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap keberadaan
Owa Jawa di kawasan Bodogol
b) Membuat modifikasi kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan

konservasi berdasarkan kriteria IUCN dan rencana pengelolaan kawasan
yang berhubungan dengan keberadaan Owa Jawa
c) Menerapkan penilaian dengan kriteria yang telah dibuat di kawasan
konservasi alam Bodogol terhadap tiga responden (pengelolapengunjung-masyarakat)yang terlibat dalam pengelolaan kawasan.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penilaian terhadap sistem pengelolm pusat pendidikan konservasi alarn
Bodogol adalah:

-

Dapat mengetahui jumlah individu, jumlah kelompok, distribusi,

waktu perjumpaan, vokalisasi dan jarak optimum pengamat terhadap
keberadaan Owa Jawa di kawasan Bodogol

- Dapat menemukan kriteria penilaian sistem pengelolaan kawasan
yang dapat keberl~asilansistem pengelolaan berdasarkan petunjuk
keberadaan satwa Owa Jawa

- Dapat menjamin agar sistem pengelolaan kawasan konservasi yang
dilakukan lebih effektif, termasuk menjamin kelestarian satwa Owa
Jawa dan mampu rnenerapkan prinsip pengelolaan kawasan yang
berkelanjutan

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Taman Nasional
Tarnan Nasional menurut undang-undang No.5 tallun 1990 adalah
kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan tujuan penelitian, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sistem pengelolaan kawasan
konservasi yang ada di Indonesia berpedoman pada kategori umum pengelolaan
kawasan konservasi yang ditetapkan oleh organisasi intemasional IUCN
(International IJnion for Conservation of Nature and Natural Resources). Kriteria
umum yang termasuk dalam sistem pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia

meliputi; Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Taman Wisata, Taman Buru dan
Hutan Lindung (MacKinnon, 1993). Pengelolaan kawasan yang dilindungi dapat
dibedakan menjadi sepuluh kriteria sesuai dengan tujuan dan peruntukan kawasan
yang berbeda. Salah satu bentuk kawasan lindung diantaranya adalah Taman
Nasional (TN). Taman Nasional menurut IUCN ( 1978) adalah kawasan lindung
diperuntukan guna melindungi kawasan alami dan berpemandangan indah yang
penting, secara nasional atau internasional s r t a memiliki nilai bagi pemanfaatan
ilmiah, pendidikan dan rekreasi.
Dasar hukum dan perundangan kawasan konservasi di Indonesia mengacu
pada Keppres No.32 tahun 1990 tanggal 25 Juli 1990 tentang kawasan lindung,
UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-undang Nomor 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Ketentuan hukum yang berlaku diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan
Pemerintah No. 68 tahun 1998 tentang kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam serta Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1995 tentang
pengusahaan pariwisata alam dl zona pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata (TNGP, 1996).
Menurut Alikodra (1987), empat aspek utama dalaln pencapaian tujuan
pengelolaan taman nasional terutama pada aspek konservasi, penelitian,
pendidikan dan kepariwisataan. Sistem pengelolaan taman nasional lne~niliki
keunggulan dibandingkan dengan sistem lainnya (Abbas, 2000): (1) taman
nasional dibentuk untuk kepentingan masyarakat dan karenanya hams bemanfaat
bagi masyarakat dan didukung oleh masyarakat; (2) konsep pelestarian
didasarkan pada perlindungan ekosistem sehingga mampu menjamin eksistensi
unsure-uusur pembentuknya, dm: (3) taman nasional dapar dimasuki oleh
pengunjung sampai dengan pendidikan cinta alam, kegiatan rekreasi dan fungsi
lain yang dikembangkan secara effektif

2.2. Zonasi dalam Pengelolaan Taman Nasional
Zona dalam taman nasional dihedakan menjadi zona inti, zona
pemanfaatan dan zona penyangga. Zona pemanfaatan adalah suatu daerah dalaln
kawasan taman nasional yang menjadi pusat kegiatan rekreasi. Pengelolaan dan
penggunaan potensi sumberdaya kawasan pada zona pemanfaatan secara optimal
ditujukan untuk kepentingan rekreasi. Pengelolaan zona pemanfaatan yang
berhubungan dengan kepentingan rekreasi dapat melibatkan pengusaha
pariwisata atau pihak ketiga. Zona inti adalah bagian dari kawasan taman

nasional yang mutlak dilindungi, kegiatan pengelolaan diarahkan untuk
perlindungan alam serta memelihara proses alamiah agar diperoleh contoh
ekologis lingkungan alam. Kegiatan yang dapat dilakukan pada zona inti adalah
penjagaan dan penelitian yang dilakukan dengan izin khusus, pengelolaan
kawasan ini mudak menjadi tanggungjawab pengelola untuk kepentingan jasa
lingkungan. Zona penyangga adalah kawasan yang berada di luar kawasan taman
nasional yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan perliidungan
tambahan bagi kawasan taman nasional dan sekaligus bermanfaat bagi
masyarakat sekitar taman nasional (TNGP, 2000).
Pengelolaan taman nasional mencakup kegiatan yang beragam sehingga
organisasi pengelola memerlukan mitra yang dapat bekerjasama dalam usaha
pengelolaan yang dilakukan. Keberhasilan pengelolaan taman nasional
memerlukan kerjasama dengan masyarakat, organisasi penelitian, lembaga donor
dan organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk keberhasilan pengelolaan
taman nasional.

2.3. Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798)

Owa Jawa (Hylobotes moloch) adalah satwa primata endemik yang
menjadi daya tmik utama di Bodogol selain fasilitas bangunan jembatan kanopi.
Menurut Ario et a1 (1999) hasil analisis dampak pengunjung terhadap satwa
primata yang telah dilakukan menunjukan bahwa Owa Jawa memberikan respon
yang cukup baik terhadap wisatawan atau turis yang berkunjung ke Bodogol.
Kehadiran Owa Jawa di Bodogol merupakan ':flagshipn spesies (spesies yang

menjadi target). Kehadiran Owa Jawa sebagai satwa arboreal di alam dapat
dijadikan sebagai indikator keutuhan hutan alami.
Distribusi Owa Jawa meliputi kawasan hutan di Jawa Barat dan sebagian
Jawa Tengah. Umurnnya tersebar dibeberapa !cawasan dilimdungi seperti TN.
Gunung Gede Pangrango, Tn. Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun. CA Gunung
Simpang, CA Leuweng Sancang, Kawasan Wisata Cisolok dan Kawasan Gunung
Slamet. Menempati hutan hujan tropis daratan rendah sampai perbukitan pada
ketinggian 1500 meter dpl. (Supriatna dan Tilson, 1994)
Sistem organisasi sosial Owa Jawa adalah kelompok keluarga monogami,
berangotakan 2-6 individu (Tuttle, 1986). Menumt Supriatna dan Tilson, (1994);
Wahyono dan Supriatna, (1999) Owa Jawa sangat selektif dalam mengunakan
habitat sebagai telnpat mencari makan, melakukan aktivitas dan berkembangbiak.
Kondisi habitat satwa primata endemik sangat laitis dan keberadaan spesiesnya
sangat mengkhawatirkan. Upaya konservasi spesies Owa Jawa telah banyak
dilakukan, tinggal bagaimana caranya supaya pengelolaan kawasan konservasi
dapat mempertahankan habitat alami dan populasi satwa primata dihabitat
aslinya.
Kawasan Bodogol sebagai kawasan konservasi alam yang berorientasi
pada program pendidikan wisata telah melakukan penelitian awal mengenai
tentang dampak kehadiran pengunjung terhadap empat jenis primata yang
dijumpai di Bodogol. Hasilnya membuktikan

bahwa Owa Jawa memiliki

frekuensi perjunpaan yang cukup sering oleh pengunjung. Frekuensi perjumpaan
dengan satwa Owa Jawa sekitar 36% menurut Ario et al (1999) kehadiran
pengunjung tidak mempengmhi keberadaan Owa Jawa.

Morfologi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) termasuk jenis
prirnata dari suku Hylobatidae yang mempakan kera dengan ukuran tubuh yang
kecil. Tungkai tangan lebih panjang dibandingkan dengan tungkai kaki, tidak
berekor dan pada bagian pantat terdapat kulit tebal (ischial callosities) yang
terpisah. Seluruh tubuh ditutupi oleh rambut dengan w m a bewariasi dari hitam,
abu

-

abu keperakan, coklat kemerahan dan coklat kekuningan. Bagian wajah,

telapak tangan dan telapak kaki tidak berrambut dan bemama lutam (Napier dan
Napier, 1967). Wama rarnbut Owa Jawa bersifat ~nonokromatikartinya wama
rarnbut dari bayi hingga dewasa tidak mengalami pembahan. Hylobates moloch
jantan dewasa memiliki berat berkisar antara 4300-7928 gram sedangkan betina
dewasa 4100-6800 gram. Panjang badan dan kepala berkisar antara 400-635 mm
untuk jantan dewasa dan 403-622 mm untuk betina dewasa (Napier dan Napier,
1967; Tuttle, 1986)
Taksonomi Sody (1949) membedakan Hylobates moloch menjadi dua
subspesies berdasarkan warna jambul kepda yaitu, Hvlobates moloch moloch
dari Jawa Barat dan Hylobates moloch pongoalsoni dari Jawa Tengah. Hylobates
moloch di Jawa Barat mermliki jambul lebih gelap dibandingkan Hylobates
moloch dari Jawa Tengah. Menurut Groves (1972), variasi wama jambul bukan

dipengaruhi oleh variasi geografis, melainkan variasi umur. Pernyataan tersebut
didukung oleh pemyataan Kappeler (1981) yang menemukan bahwa jambul yang
gelap hanya terdapat pada Hylobates moloch dewasa. Dengan demikian konsep
kedua subspesies tidak dapat dipertahankan lagi. Sejak abad 18 sistem penamaan
spesies-spesies Hylobatidae sudah diungkapkan oleh beberapa taksonomi
diantarannya Audebert (1798), Cuvier (1798), Schreber (1 799), Sody (1949).

Informasi taksonomi selanjutnya pada tahun 1976 oleh Creel dan Preusscholt.
kemudian Groves (1972). Distribusi atau daerah sebaran Hylobates moloch
meliputi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, TN.G. Halimun, TN. Ujung
Kulon, Gunung Jayanti, Lekong, Gunung Porang, Gunung Salak, Telaga Wama,
Cisolok, G. Sanggabuana, sebagian kecil di Jawa Tengah terdapat di G. Lawet
Kappeler (1981).
Penggunaan habitat Hylobates moloch menurut hasil penelitian yang telah
dilakukan, diketahui Owa Jawa memanfaatkan 38,85% dari total waktu
beraktivitas untuk aktivitas makan 31,91% untuk bergerak, 28,43% untuk
istirahat dan hanya sekitar 0,8% untuk aktivitas sosial (Ladjar, 1996). Aktivitas
harian yang dilakukan sepenuhnya mengandalkan kesinarnbungan kanopi dan
struktur tegakan vegetasi hutan. Memanfaatkan lebih dari 35 spesies tumbuhan
sebagai sumber makanan. Menempati pohon tidur dengan ketinggian sekitar
47,35111 dengan lebar kanopi 21,53 m dengan tinggi percabangan pertama 23,59
m. Karakter pohon yang dimanfaatkan sebagai pohon tempat tidur salah satunya
adalah emergen dengan kanopi yang lebar dan jarang untuk memudahkan
memantau predator atau spesies anggota kelompok lain yang berbeda disekitar
kelompoknya. Pohon yang serupa juga sering digunakan untuk melakukan
vokalisasi, yaitu media komunikasi antar individu dalam spesies atau dengan
spesies tetangga yang diserukan untuk penandaan daerah territorial dan tanda bila
ada bahaya.
Klasifikasi Hylobates moloch menurut Jolly (1972) dan Haimoff (1983)
berdasarkan perbedaan spesies dari variasi morfologi, wama, vokalisasi,

karyotipe, karakteristik tulang, bentuk dan formulasi gigi, isolasi geografis,
seperti s l a t dan sungai, hybridisasi dan lain sebagainya secara terinci

Film

Chordata

Anak Filum

:

Vertebrata

Klas

Mammalia

Bangsa

Primata

AanakBangsa :

Anthropoidea

Induk Suku

Homninoidea

:

Suku

Hylobatidae

Marga

Hylobates

Spesies

Hylobates moloch Audebert, 1798

Menurut Kappeler (198 I), daerah jelajah Hylobates molock di TN. Ujung
Kulon 13,4 ha, sementara Ladjar (1996) di TN. G Halimun mencatat bahwa
daerah jelajah Hylobates moloch seluas 26,25 ha. Sekitar 60-75% dari
keseluruhan luas jelajah merupakan daerah tenitorial yang sering digunakan
(core area). Penelitian Rinaldi (1999) di TN.Ujung Kulon mencatat bahwa 11
kelompok Owa Jawa di TN. Ujung Kulon rata-rata merniliki luas jelajah 8.53 ha 8,82 ha. Fungsi daerah tenitorial untuk penyedia sumber makanan, mengatur

kepadatan populasi sehingga memperhatikan sistem pengaturan yang baik
terhadap tekanan eksploitasi sumber makanan yang dibutuhkan di dalam hutan.
Owa Jawa adalah satwa arboreal yang hidup berkelompok keluarga.
Hidup herkelompok dan bersifat mnonogami, artinya dalam satu kelompok hanya
terdapat sepasang induk jantan dan betina dengan beberapa individu anak. Jumlah
anggota dalam kelompok bervariasi antara 3-6 individu. Matang seksual pada
umur 6-8 tahun, masa menstruasi 2-5 hari. Siklus reproduksi terjadi pada masa

kehamilan 7-7,5 bulan dengan interval 2-1 tahun, betina hanya mampu
melahirkan satu anak setiap kali melahirkan (Napier and Napier, 1967).

2.4. Kriteria Penilaian
Penilaian adalah kegiatan yang d~lakukanuntuk memberikan tolak ukur
bempa huruf atau angka. Penilaian dapat me~pi3kansarana pengukuran target
kemajuan dari berbagai kegiatan pengelolaan yang dilakukan. Penilaian sistem
pengelolaan dapat dilakukan sebagai suatu instrumen untuk mengetahui
keberhasilan target, kemajuan, kegagalan pada implementasi kegiatan
pengelolaan. Penilaian yang dilakukan oleh suatu organisasi bermjuan untuk
~nemantapkan sistem manajemen (SNI, 1997). Dasar penilaian pengelolaan
menwut Mitchell (2000) tergantung pada komitmen, perencanaan, implementasi
atau operasional, evaluasi dan usaha perbaikan sistem pengelolaan. Selanjutnya
Rothery (1996) menyatakan bahwa penilaian dapat menjadi sarana untuk
mengidentifikasi kesukaran atau kegagalan pada kegiatan pengelolaan.
Secara resmi belum ada aturan atau petunjuk yang baku mengenai
penilaian sistem pengelolaan kawasan konservasi. Penilaian terhadap sistem
pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, dilakukan oleh departemen
pemerintahan yang membawh kawasan konservasi (Balai Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, 1995; Boo, 1995). Suatu kawasan yang ditetapkan
~nenjadikawasan lindung bennula dari potensi dan karakteristik yang dimiliki
oleh kawasan. Menurut MacKinnon (1993) alasan utama suatu kawasan
ditetapkan menjadi kawasan lindung diantaranya karena keumkan ekosiste~n
yang dimiliki dan keberadaan spesies tertentu yang diminati, langka dan memiliki
hemilai. Alasan selanjutnya ditentukan juga dari keanekaragaman spesies,

kondisi landsekap atau ciri geofisik yang bernilai estetik, fungsi perlindungan
hidrologi (tanah, air dan iklim lokal), serta memilib fasilitas untuk rekreasi dam,
wisata, satwaliar dan pemandangan yang menarik. Penilaian effekhvitas
pengelolaan kawasan konservasi dapat pula dinilai melalui indikator tingkat
gangguan disekitar kawasan penyangga kawasan Rruner et a1. (2001).
Sedangkan Boo (1995) dan MacKinnon (1993) menyatakan bahwa nilai dan
kepentingan kawasan yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi pada tiap-tiap
kawasan adalah berbeda. Kondisi yang berbeda pada kawasan akan
mempengaruhi sistem pengelolaan kawasan yang diterapkan.
Penyusunan kriteria penilaian berpedoman pada prinsip pengelolaan
kawasan lindung internasional dan nasional IUCN yang termasuk ddan kategori
taman nasional, kriteria pengelolaan hutan lestari dan rencana pengelolaan taman
nasional. Rencana pengelolaan kawkan TNGP dan rencana pengelolaan Bodogol
yang digunakan sebagai pedoman penyusunan kriteria merupakan pedoman
tambahan. Pedoman tarnbahan tersebut bila ingin diterapkan ditempat lain dapat
disesuaikan menurut rencana pengelolaan kawasan setempat.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai sistem pengelolaan
kawasan konservasi dam Bodogol dibedakan menurut keterlibatan responden.
Keterlibatan responden yang memiliki hubungan terhadap sistem pengelolaan
tersebut adalah kriteria penilaian oleh pengelola, pengunjung, dan masyarakat
sekitar kawasan konservasi (Tabel 1).

Tabel 1. Kriteria Penilaian Sistem Pengelolaan Kawasan Konservasi Bodogol
I
L-

1. Kriteria Penilaian oleh Pengelola

-

Kriteria I
Kriteria
Perencanaan 11. Rencana pengelolaan

1

?. Kriteria Penilaian oleh Penbwnjung

Kriteria

Indikator
1. Wisata pendidikan

Motivasi
. Pentndangan & kebijakan Kunjungan

I

e

2.
3.
4.
5.
6.
7.

. Pal batas dan zonasi
. Organisasi-kelembagaan

I

I Opera,jional

. lnventarisasi potensi
. Keanekaragaman floifa
. Penibinaan
. Pemeliharaan

Program kerja
Kelengkapan prasarana

i

)

~osial,

1 Budava
1

'

Fasilitas
Pengelolaan

114. Kesempatan kerja
15. Peningkatan ekonomi

1 ~ a s i a r a k a t 116. Bina budaya masyarakat
1 Sumberdaya 1 7. Penyuluhan dan manfaat

Program
Pendidikan
Konservasi

1

Rekreasi keluarga & teman

/ 3. Kriteria Penilaian ole11 Masyarakat
/

Kriteria
Lokasi
Bodogol

Belajar dekat dengan alam

Transportasi yg digtmakan

lndikator
1. Kawasan wisata

2. Mengetahui hljuan wisata
3. Kesempat kerja di Bodogol
4. Keuntungan yang diperoleh

Mengetahui kehidupan liar
Melihat Owa Jawa
Jalan menuju kawasan

I

5. Kerjasama kegiatan wisata
6. Penghasilan dari turis
Ekonomi
Masyarakat 7. Penyuluhan oleh pengelola

8. Fasilitas Bangunan

8. Bantuan sosial ekonomi

9. Fasilitas Toilet
10. Jalan setaoak dala~nhutan
11. Jembatan kanopi
12. Papan informasi
13. R. diskusi & perlengkapan
14. Program wisata pendidikan
15. Materi & infonnasi
16. Bahasa intepreter
17. Pengenalan budaya

9. Mengambil hasil hutan

Pengenalan
Konservasi

Potensi
Desa

10. Penin~katan
ekonomi
1 I.Mengetahui fungsi hutan
12. Manfaat hutan
13. Penanaman kernbali
14. Budaya tradisional
15. Kesejahteraan hidup
16. Bimbingan dari pengelola

17. Surnberdaya alam-manusia

18.Pennainan dan hiburan

19. Pelatihan dan pendidikan

Alokasi
Dana
Penilaian
Internal

19. Kualitas lntepreter

0. Penghargaan kalya
1 . Pemahaman kawasan

Makanan

2. Peningkatan pelayanan

22. Penyajian menu
Pariwisata
23. Pe~nesanantiket masuk
24. Pelayanan secara u m ~ m
25. Pengaturan pengunjung
26. Melihat Owa Jawa (maskot)
27. Ingin datang lagi ke sini
Pemeliharaan 28. Kebersihan lingkungan
29. Pemeliliaraan fasilitas
Pengelolaan 30. Koordinasi secara m u m
PPKAB
3 1. Kesiapan staf lapangan

23. Pengaturan pengunjung
24. Pengendalian dampak
25. Alokasi dana operasional
26. Alokasi dana perbaikan
27. Penilaian sistem
28. Perbaikan siste~n

20. Menu yang disediakan
21. Kualitas-kuantitas makanan

Pariwisata

Kebersihan
Kesehatan

Pandangan
Pengelola

18. Pelatillan dan pendidikan
19. Manfaat wisata alam
20. Kese~npatanmenjadi guide
21. Mendapat pengetahuan
22. Meningkatkan taraf hidup
23. Kebersihan lingkungan
24. Sanitasi dan kesehatan
25. Pengetahuan tentang gizi
26. Pengelolaan kawasan
27. Kerjasama pengelolaan
28. Pengaturan tugas
29. Mengenal Owa Jawa
30. Usaha pelestarian Owa
Jawa

iiunung Gede Pangango

Gunung Gede Pangrango,

Gambar 1. Lokasi Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

KO J d m r m
ne.1

D~~~
Lldo

rr**duu

KO Wkrbuml

?

Pintu
Gerbang

3
Or
*
i
.

-2
-a

Upanpan
Golf

Pusat
Pelatihan

%

Utara
Ncrth

PETA LOKASI
PPKAB

J
Keam
no
bp
a it a n

Gambar 2. Sketsa Lokasi Kawasan Konservasi Alam Bodogol

LII. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) memiliki luas
kawasan

+ 15.196 ha, TNGP terletak di provinsi Jawa Barat. TNGP ditetapkan

menjadi Taman Nasional sejak tanggal 6 Maret 1980, dan m e ~ p a k a nsalah satu
dari lima Taman Nasional (TN) pertama di Indonesia termasuk TN Leuser, TN
Ujung Kulon, TN Baluran dan TN Komodo. Keqekaragaman hayati yang
dimiliki TNGP sangat tinggi sehingga UNESCO menetapkannya menjadi Cagar
Biosfer yang mempakan paru-paru dunia (Balai Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, 1995).
Kawasan Bodogol termasuk bagian dari kawasan Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGP) yang m e ~ p a k a npintu gerbang sebelah barat

+

Taman Nasional. Khusus region Bodogol luas 300 ha, berada pada koordinat
6" 31' 788"LS dan 106" 49' 727"BT. Kawasan Bodogol pada ketinggian 1473 m
dpl, dan terletak di zona pemanfaatan Taman Nasional (Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, 1996; PPKAB, 2001). Lokasi penelitian berada sekitar
40 menit perjalanan dengan kendaraan dari kota Bogor dan sekitar 120 menit dari

Jakarta. Potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, aksessibilitas yang mudah,
sarana pendidikan konservasi yang baik, kawasan ekoturisme yang potensial dan
kompleksitas permasalahan yang ada mempakan suatu tantangan dalam
pelaksanaan sistem pengelolaan kawasan (Gambar 2).

3.2. Sejamh Pusat Pendidkan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB)
Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol diresmikan oleh Menteri
Kehutanan tanggal 11 Desember 1998. Peruntukan kunjungan pendidikan
lingkungan baru terbuka bagi pengunjung secara resmi pada bulan Febuari 1999.
Latar belakang berdirinya PPKAB bertujuan untuk memberikan pendidikan
lingkungan hidup dan pelestarian alam (Conservation International, 1998;
Konsorsium PPKAB, 1998; PPKAB, 2000). PPKAB mempakan suatu
konsorsium yang diprakarsai oleh 3 lembaga yaitu; Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, Conservation International Indonesia Program dan Yayasan
Alan Mitra Indonesia. Dari tiga unsur organisasi yang terlibat dalan konsorsiuln

PPKAB diharapkan masing-masing lembaga dapat mengembangkan suatu bentuk
pendidikan konservasi yang tepat dan melahirkan suatu model pengelolaan zona
pemanfaatan Taman Nasional secara berkelanjutan dengan meningkatkan fungsi
lembaga dalam strategi konservasi di Indonesia.
Program pendidikan yang disiapkan di Bodogol mempakan implementasi
dari Memorandum o f 1Jnderstanding antara Conservation International (CI)
dengan Menteri Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan
Konservasi Alam. Dalam pelaksanaan CI m e ~ p a k a n lembaga yang
bertanggungjawab dalam mencari dukungan dana untuk pembiayaan beberapa
fasilitas dan pengembangan program. Sementara Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP) memberikan dana pendukung guna membiayai bangunan
pendukung seperti jembatan kanopi dan jalan setapak. Sedangkan Yayasan
ALAMI memberikan dukungan dengan pembiayaan personal dalam proses

persiapan lokasi dan bahan intepretasi (PPKAB, 2000).

Beberapa tujuan pengelolaan pendidikan konservasi alam diantaranya
adalah; (1) Memperkenalkan, rnempromosikan, dan mengembangkan konsep
pendidikan pelestarian alam yang diselenggarakan di dalam kawasan Taman
Nasional, (2) Menciptakan sebuah model pengelolaan di zona penyangga dalam
Taman Nasional yang berdasarkan prinsip kemandirian, (3) Meningkatkan
kesadaran dan pemahaman akan pentingnya melestarikan sumberdaya alam, dan
(4) Menciptakan sebuah model kerjasama antara Lembaga Swadaya Masyarakat,
Pemerintah, Letnbaga Nasional dan Internasional.
Pengembangan resort Bodogol ditujukan pada; promosi kawasan
konservasi, membangun bentuk kerjasama antar lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dengan p e m e ~ t a hdan membentuk pendid~kan lingkungan mandiri
dimana profit yang diperoleh ditujukan untuk pengembangan pendidikan
lingkungan (Rencana Karya Lima Tahunan TNGP, 1994; PPKAB, 2000).

3.3. Target Program Kegiatan PPKAB
Target program PPKAB adalah memperkenalkan pendidikan konservasi
untuk tujuan kelestarian. Sasaran program pendidikan yang dilakukan
diperuntukan bagi masyarakat lokal dan pengunjung. Pengelolaan konsorsium
secara dilakukan dengan proaktif mendatangi sekolah-sekolah di sekitar kawasan
Bodogol. Keqasama dengan volunteer dilakukan dengan memberikan pendidikan
mntepretasi dan pendalaman materi yang mendukung proses intepretasi. Semula
volunteer berasal dari peserta kemah konservasi (KEMKON) dan keberadaannya
terpisah dari konsorsium. Bentuk pemanduan dalam program pendidikan
konservasi disesuaikan dengan motivasi dan karakter pengunjung, pemanduan

dilakukan dengan membagi kelompok kunjungan dalam beberapa interval waktu
tertentu.

Program TNGP di resort Bodogol diantaranya adalah :
a) Local communlv visit yaitu mengundang masyarakat lokal untuk
berkunjung ke kawasan secara gratis. Rencana kedepan adalah
mengundang tokoh-tokoh penting di masyarakat seperti lurah, camat,
untuk berkunjung sekaligus belajar pendidikan konservasi alam
b) Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan ekowisata yaitu sebagai
volunteer
C) Pihak pengelola merencanakan untuk membuat kegiatan semacam kemah
konservasi tanpa biaya khusus
d) Pembudidayaan tanaman obat dengan melibatkan LSM dan masyarakat
setempat
e) TNGP telah membangun kerjasama dengan lembaga lain seperti JICA
(Japan international Coorporation Agency) dan TN. Kinabalu di Malaysia
Program kegiatan di resort Bodogol disesuaikan dengan rencana pengelolaan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Rencana Karya Lima Tahunan
TNGP, 1994).

Model Pengelolaan PPKAB dilakukan dengan kondisi sebagai berikut;
PPKAB dikelola oleh konsorsium yang terdiri dari tiga lembaga
yaitu TNGP, Conservation International dan Yayasan Alami

Berdasarkan kondisi alam yang ada masukan dari berbagai
stakeholder, PPKAB difokuskan untuk kunjungan terbatas (bukan
mass tourism) dan khusus kunjungan pendidikan konservasi
=

Kedatangan pengunjung harus mengikuti aturan yang ada, dan
mengikuti paket yang telah dibuat serta harus didampingi oleh
intepreter (volunteer, pemandu atau petugas) yang telah terlatih dan
atau terdidik mengikuti pelatihan intepreter
Kedatangan pengunjung diharapkan telah mendaftarkan sebelumnya
Pengelolaan dikelola secara mandiri dan akan dicoba selama 5
tahun. Apabila selama 5 tahun dianggap sudah adapat andiri, maka
pengelolaannya diusahakan akan dikelola oleh koperasi.

3.4. Fasilitas Bangunan

Bangunan yang ada di Bodogol mempakan konshibusi bersama dalam
kejasama pengelolaan; Konstribusi TNGP dalam pembangunan fasilitas Gazebo
dan trail. Konstribusi CI dalam pembuatan asrama, Konstribusi ALAMI bempa
inventarisasi flora-fauna dan pembuatan modul pendidikan lingkungan. Biaya
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas sudah termasuk dalam harga tiket
kunjungan. Harga tiket masuk ke resort Bodogol Rp. 15.000 (Rp. 2500 untuk
Taman Nasional dan Rp. 12500 masuk ke konsorsium yang dialokasikan untuk
biaya perawatan fasilitas). Masyarakat sekitar kawasan tidak dikenakan biaya
tetapi masyarakat hams mengatur kunjungan secara bergiliran. lnfomasi
keberadaan Bodogol belum dilakukan secara intensif sehingga masih banyak
masyarakat sekitar yang belum mengetahui keheradaan kawasan konservasi dan

pengembangan wisata di Bodogol tetapi dalam program yang direncanakan
penyampaian informasi Bodogol

juga akan melibatkan kerjasama dengan

masyarakat sekitar (PPKAB, 2000).

3.5. Pengelolaan Pengunjung
Jurnlah kunjungan tahun 1999 ke kawasan Bodogol adalah 835
pengunjung, tahun 2000 jumlah pengunjung meningkat menjadi 3.005
pengunjung (2223 pengunjung umum dan 782 siswa sekolah dan perguruan
tinggi). Bila dilihat dari kondisi yang ada pada tahun 2001 pengunjung yang ke
PPKAB terns meningkat.
Kunjungan wisata ke resort Bodogol tidak dipenmtukan untuk mass
tourism, setiap pengunjung selalu didampingi oleh intepreterlpemandu.

Pemaduan dilakukan untuk menghindari pembuangan sampah, vandalisme dan
pemsakan lahan akibat pengunjung. Bentuk pendidikan lingkungan yang
diberikan dalam program kunjungan mengunakan modul permainan kemudian
ekposure ke alam dan disknsi di ruangan dengan metode interaktif.
Kunjungan terbatas diseleksi melalui sistem penerimaan pengunjung. Hal
ini dilakukan untuk menghindari dampak negatif kunjungan terhadap kawasan.
Pengunjung dapat datang langsung ke kawasan atau memesan karcis tanda masuk
terlebih dahulu, kemudian pengelola akan memutuskan diterirna atau tidak.
Selanjutnya pengunjung hams memenuhi ketentuan administrasi dan keuangan.
Sebelum pengunjung mengikuti program kegiatan dilakukan briefing kunjungan
dalam program kegiatan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap program yang
kemudian akan dokurnentasikan dalam bentuk laporan kegiatan. Dari laporan

kegiatan dikoordinasikan dengan badan pengurus harian (BPH) untuk di evaluasi
lebih lanjut (Gambar 3)

Reservasi Calon Pengunjung

Pengunj

Dokumen yang terkait

Variasi Aktivitas Harian Owa Jawa, Hylobates moloch (Audebert, 1798) Menurut Kelas Umur di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat

0 14 91

Implementasi Medik Konservasi Pada Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798): Studi Kasus Pada Empat Lembaga Konservasi Eksitu Di Indonesia

0 4 90

Studi Perilaku Bersuara Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert, 1798) Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat

4 25 78

Pemetaan Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert, 1798) Di Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis

0 11 64

Pola Penggunaan Ruang Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert, 1798) Berdasarkan Perilaku Bersuara Di Taman Nasional Gunung Halimun - Salak, Provinsi Jawa Barat

1 13 70

Aktivitas Harian dan Perilaku Menelisik (Grooming) Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Provinsi Jawa Barat

0 12 97

Jenis Pakan dan Pola Pemanfaatan Tajuk berdasarkan Aktivitas Makan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Provinsi Jawa Barat.

1 11 145

Studi Pakan Owa jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa Javan Gibbon Center (JGC)

0 3 33

Studi Lokomotor dan Postur Per Aktivitas Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

1 5 100

Analisis Kesiapan Pasangan Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1798) untuk Pelepasliaran Ditinjau dari Perilaku Kawin di Javan Gibbon Center

1 10 36