Pertemuan 1 dan 2 Perkembangan Fisik Masa Remaja
A. Landasan Teori Masa Pubertas
Pada masa ini, perubahan terjadi sanagat cepat sehingga dalam beberapa tahun tubuh yang semula masih seperti anak-anak tumbuh menjadi full-grown adult. Proses
pubertas merupakan reaksi terhadap perubahan sistem hormonal. Dengan matangnya ovarium sel telur maka akan meningkatkan produksi hormone estrogen. Sedangkan
dengan matangnya testes maka akan meningkatkan produksi hormone androgen. Hormone- hormon ini yang menjadikan remaja memiliki berbagai perubahan fisik maupun emosi pada
masanya. Secular trends adalah penurunan usia munculnya pubertas dan kematangan
seksual. Schemck mengatakan bahwa secular trend akan berhenti pada titik-titik tertentu apabila peningkatan standar kehidupan telah terjadi pada mayoritas masyarakat.
Perubahan pada Masa Pubertas
1. Perubahan Hormonal 2. Perubahan Tubuh
Tanda dari pubertas adalaha pencapaian berat badan dan tinggi badan yang sangat
cepat, disebut dengan GROWTH SPURT
3. Perubahan perkembangan motorik dan aktivitas fisik Masa pubertas dibarengi dengan perbaikan yang menetap dalam motorik kasar.
Namun, bentuk perubahannya berbeda pada anak laki-laki dan anak perempuan. Perkembangan motorik anak perempuan tidak secepat dan secanggih anak laki-laki.
Anak laki-laki lebih kompeten di bidang atletik dan nantinya akan memperoleh peer admiration dan peningkatan self-esteem.
4. Kematangan Seksual Kematangan seksual adalah matangnya organ-organ seksual pada remaja. Terdapat
dua kematangan karakteristik seksual yaitu:
a Primary sexual characteristics, ialah matangnya ovarium, uterus, dan vagina
pada remaja wanita, serta penis, scrotum, dan testes pada remaja pria.
b Secondary sexual characteristics, ialah pertumbuhan payudara, dan tumbuhnya
bulu-bulu pada ketiak dan alat kelamin.
Masalah Kesehatan Remaja
1. Gangguan nutrisi dan gangguan makan Biasanya remaja sangat tertarik untuk menghabiskan makanan tidak bergizi seperti
mie kemasan, makanan kaleng, junk food, dan lain sebagainya. Makanan-makanan tersebut kurang memiliki zat-zat gizi. Zat gizi yang paling kurang adalah zat besi.
Sebagai remaja yang masih dalam masa pertumbuhan diharapkan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, calcium-rich foods, dan meminimkan
minuman kaleng Eating disorder, termasuk di dalamnya adalah Anorexia dan Bulimia
Anorexia adalah gangguan makan pada orang dewasa dimana ia membuat dirinya
kelaparan. Hal ini disebabkan ketakutannya menjadi gemuk. Penderita anorexia biasanya memiliki body image yang buruk sehingga walaupun mereka sangat kurus
namun merasa sangat gemuk. Bulimia adalah gangguan makan pada orang dewasa dimana mereka terlibat dalam
diet sangat berlebihan. Gangguannya terletak pada keinginannya untuk kurus namun makan yang berlebihan kemudian dimuntahkan kembali sehingga tidak
menimbun lemak. Biasanya penderita bulimia adalah individu yang merasakan kesepian, tidak bahagia, dan cemas.
2. Penggunaan obat-obatan terlarang
Jumlah pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif di kalangan remaja cenderung meningkat. Bahaya kehilangan generasi produktif terbayang di depan mata. Pengguna
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif napza diperkirakan sekitar 5 juta orang atau 2,8 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini lebih tinggi daripada jumlah penduduk Nusa
Tenggara Timur yang mencapai 4,6 juta jiwa. Pengguna remaja yang berusia 12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang.
Di DKI Jakarta, berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, jumlah pengguna napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun
2011, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di
kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Jumlah ini sesungguhnya bisa 10 kali
lipat dari yang terdata.
3. Penyakit Seks Menular Sexually Transmitted Diseases STD Perilaku seks berisiko di kalangan remaja kian tinggi, sehingga mereka rentan terinfeksi
penyakit menular seksual IMS dan HIV, namun disayangkan pengetahuan komprehensif tentang kesehatan reproduksi dan HIVAIDS belum memadai dipahami generasi muda.
Pemuda Indonesia berusia 15-24 tahun yang berperilaku seks berisiko rentan terinfeksi penyakit menular seksual IMS termasuk HIV. Lebih lanjut disampaikan, anak muda di
Indonesia sekitar 65 juta orang, sementara perilaku seks berisiko pemuda kian meningkat terutama seks bebas, yang menyebabkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
Berdasarkan hasil survei di 2011, dari target 95 persen di 2014 yang ditetapkan Kemenkes, hingga kini baru 20,6 persen pemuda di Indonesia berusia 15-24 tahun yang sudah memiliki
pengetahuan komprehensif tentang kesehatan reproduksi dan HIVAIDS. Komisi Nasional Penanggulangan AIDS memperkirakan, jika tidak dilakukan upaya pencegahan mulai dari
hulu ke hilir maka di 2025 akan muncul 1,8 juta ODHA di Indonesia, namun jika upaya yang dilakukan gencar dan berstrategi maka 1,1 juta orang bisa diselamatkan dari HIVAIDS.
Penyakit Seks Menular STD AIDS, gonorrhea, herpes simplex, syphilis
B. Kompetensi Dasar