KEEFEKTIFAN PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN RAWA PITU KABUPATEN TULANG BAWANG

(1)

ABSTRAK

KEEFEKTIFAN PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

PEDESAAN DI KECAMATAN RAWA PITU KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh Hendra Saputra

Penelitian ini menganalisis mengenai: 1) tingkat efektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang, dan 2) faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keefektifan program GSMK dalam memberdayakan masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.Sampel dalam penelitian ini berjumalah 53 responden yang dipilih secara acak.Metode analisis data menggunakan analisis deskriftif kualitatif, tabulasi, dan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1)efektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang sudahbaik, karena tujuan khusus program GSMK sudah tercapai dan selain itu Program GSMK juga mampu menimbulkan rasa kepuasan dan kebanggaan terhadap hasil yang telah mereka lakukan, dan 2) terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan masyarakat tentang program GSMK, sikap setuju masyarakat terhadap Program GSMK, dan peranan Pokmas dalam Program GSMK dengan efektivitas Program GSMK di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang dengan taraf kepercayaan 95%. Semakin tinggi ketiga faktor di atas maka semakin tinggi efektivitas Program GSMK.


(2)

ABSTRACT

STIMULTANEOUS MOVEMENT FOR VILLAGE DEVELOPMENT (GSMK) PROGRAM EFFECTIVENESSIN EMPOWERING RURAL COMMUNITIES

AT RAWA PITUSUBDISTRICTTULANG BAWANGREGENCY By

Hendra Saputra

This study aims to analyze:1)level efectiveness of GSMK program in empoweringrural communitiesat Rawa Pitu Subdistrict Tulang Bawang Regency, and 2) factors that have relation with effectiveness of GSMK program in empowering rural communitiesat Rawa Pitu Subdistrict Tulang Bawang Regency. These researches were conducted at Rawa Pitu Subdistrict Tulang Bawang Regency. Samples of this study amount to of 53 respondents randomly. Data analysis method used descriptive analysis, qualitatif, tabulation and Rank Spearman correlation. The results showed: 1) level of effectiveness GSMK program in empowering rural communities at Rawa Pitu Subdistrict Tulang Bawang Regency it has been well, because the specific purpose of GSMK program had been achieved and GSMK program also could create satisfaction and pride for the result they had been done, and 2) that there are a positive relation between the community’s knowledge on GSMK program, the positive of agreement towards GSMK program, and the community’s group role on GSMK program with the GSMK peogram’s effectiveness in district Rawa Pitu Tulang Bawang regency with the level of confindence 95 percents. The higher three of factors above will be higher GSMK program effectiveness.


(3)

KEEFEKTIFAN PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT

PEDESAAN DI KECAMATAN RAWA PITU KABUPATEN TULANG BAWANG

(Skripsi)

Oleh

HENDRA SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampungpada tanggal 8Juni 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Hasbuna, dan Ibu Masyani. Penulis pertama kali

mengenal dunia pendidikan di Taman Kanak-kanak PembinaBandar Lampung pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke SDN2 Rawa Laut pada tahun 1998, SMPN 4 Bandar Lampungpada tahun 2004, SMAN 3 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti

organisasi Himaseperta sebagai anggota Bidang Minat, Bakat dan Kreatifitas pada tahun 2011-2012; dan Kepala Bidang Minat, Bakat dan Kreativitas pada tahun 2013/2014. Pada tahun 2013Penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) pada BULOG, Bandar Lampungdengan topik Manajemen Persedian. Pada tahun yang sama penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Way Pisang, Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Praktik Pengenalan Pertanian pada tahun 2014. Terakhir penulis melakukan penelitian pada bulan November –


(7)

Kampung (GSMK) dalam Memberdayakan Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang”.


(8)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Keefektifan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) Dalam Memberdayakan Masyarakat Pedesaan Di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M.S., selaku Pembimbing Pertama atas bimbingan, nasihat, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.


(9)

masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si.,selaku Pembimbing Akademik atas dukungan dan sarannya selama proses perkuliahan.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.

7. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Hasbuna dan IbundaMasyani, serta kedua adikku, Ahmad Zulfidan Hanny Widiyantiatas semua limpahan dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

8. Bapak Syahrudin, Bapak Miswanto, Mas Agus dan Mas Agung. Bapak Kepala Desa beserta perangkat desa di wilayah penelitian, yang telah membantu penulis selama proses penelitian di Lapangan.

9. Sahabat-sahabat pengurus Himaseperta, Altri Septiyan, S.P., Andhika Praditya Surya Perdana, S.P., Debby Februan Triwijaya, S.P., Rahmad Hidayat Batubara., S.P., Hendra Saputra, S.P., Dion Aji Utama, S.P., dan Kholis Meizari, S.P., terimakasih atas bantuan, kerjasama, dan

kebersamaannya dalam kepengurusan Himaseperta 2013 – 2014.

10. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010 David, Doni, Pram, Sinta, Dwi, Hani, Wanda, Aya, Riza, Cherry, Chandra, Reza, Edo, Roche, Yudha, Linggih, Rifki, Dimash, Hasan, Ludi, Yoan, Rahmat, Dani TB, Dani I, Wayan, Seta, Devi, Yuni, Teri, Ike, Nisya, Fitria, Silvia, Rani, Andini, Ayi,


(10)

kita semua menjadi orang yang sukses.

11. Kanda, yunda, dan adinda 2003, 2004,2006,2007,2008,2009, 2011, 2012 dan 2013atas bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan. 12. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mbak Ayi, Mbak Iin,

Mas Kardi, Mas Boim, Mas Bukhari) atas semua kemudahan dan bantuan yang diberikan.

13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, 1 Desember 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Efektivitas ... 9

2. Program GSMK (Gerakan Serentak Membangun Kampung) ... 12

3. Pemberdayaan Masyarakat... 17

4. Sikap ... 20

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Program GSMK... 21

6. Kajian Peneliti Terdahulu ... 25

7. Kerangka Pemikiran ... 30

8. Hipotesis ... 37

III. METODE PENELITIAN ... 38

A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi ... 38

B. Penentuan Lokasi, Waktu, dan Responden ... 52

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data... 56

D. Metode Analisis Data ... 56

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 59

A. Letak Geografis ... 59

B. Keadaan Penduduk ... 60

C. Kondisi Perekonomian ... 61

D. Mata Pencaharian ... 62

E. Sarana dan Prasarana ... 62


(12)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Keadaan Umum Responden ... 66

1. Umur... 66

2. Tingkat Pendidikan ... 67

B. Deskripsi Variabel (X) Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Program GSMK ... 68

C. Deskripsi Variabel (Y)Efektivitas Program GSMK ... 79

D. Pengujian Hipotesis ... 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(13)

iii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013 ...4

Tabel 2. Data kampung dan jumlah rumah tangga menurut kampung di

Kecamatan Rawa Pitu ……... 53 Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang

menurut kampung ... 60 Tabel 4. Jenis dan jumlah sarana serta prasarana Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten

Tulang Bawang ……..………... 63

Tabel 5. Jenis kegiatan pembangunan infrastruktur Program GSMK di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013 ...64

Tabel 6. Keadaan responden berdasarkan umur...66 Tabel 7. Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan formal...67 Tabel 8. Kategori indikator pengetahuan masyarakat terhadap Program

GSMK di Kecamatan Rawa Pitu ...71 Tabel 9.Kategori indikator sikap masyarakat terhadap Program GSMK

di Kecamatan Rawa Pitu ...74 Tabel 10. Kategori indikator peranan Pokmas dalam program GSMK di

Kecamatan Rawa Pitu... 77 Tabel 11. Kategori indikator efektivitas Program GSMk di Kecamatan


(14)

iv Tabel 12. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan

efektivitas Program GSMK di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang ... 83 Tabel 13. Keadaan umum responden masyarakat …... 99 Tabel 14. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas Program

GSMK…... 101 Tabel 15. Efektivitas Program GSMK... 104 Tabel 16. Rekapitulasi data... 106 Tabel 17. Tabel KorelasiRank Spearman antaraVariabel X1, X2, X3, dengan


(15)

vi DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Paradigma Efektivitas Program GSMK dalam memberdayakan

masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang... 36 Gambar 2. Struktur Organisasi Pelaksana Program Gerakan Serentak


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provisi Lampung dengan luas wilayah seluas 3.466,32 Ha yang terbagi dalam 15 kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar 410.725 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013), disamping harus memanfaatkan seoptimal mungkin potensi daerahnya, dituntut juga untuk mampu

mengembangkan kebijakan atau program pembangunan yang mampu mendorong peningkatan partisipasi dan swadaya masyarakat.

Pengembangan kebijakan program untuk mendorong adanya gerakan pembangunan oleh, dari dan untuk masyarakat dipandang perlu oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dengan memanfaatkan potensi dan pranata sosial khas yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.Tahapan pembangunan ini melibatkan masyarakat mulai dari kegiatan perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, monitoring evaluasi serta mengoperasionalkan dan memelihara hasil pembangunan.

Kebijakan program ini dilakukan melalui pemberian stimulan kepada mayarakat kampung untuk pembangunan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat untuk masyarakat dengan mengharapkan kepada masyarakat kampung/kelurahan penerima bantuan selain diberikan


(17)

kebebasan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan juga didorong untuk berpartisipasi melalui penyerapan swadaya masyarakat.

Program pemberian stimulan tersebut diberi nama Gerakan Serentak

Membangun Kampung (GSMK). Program GSMK ini merupakan suatu model program pembangunan berbasis partisipasi masyarakat, yang dalam prosesnya memanfaatkan kebersamaan, persaudaraan dan kegotong royongan menuju kampung/kelurahan mandiri, sehingga akan terjadi suatu gerakan

pembangunan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat Tulang

Bawang untuk berbuat kebaikan secara bersama-sama dalam upaya mengatasi masalah sarana dan prasarana dasar pembangunandalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung/kelurahan diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

Penggunaan nama GSMK dalam gerakan pembangunan ini dikaitkan dengan kebijakan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang yang berlandaskan pada visi dan misi dari Kabupaten Tulang Bawang yaitu membangun dari kampung. Adapun tujuan dari diadakannya program GSMK adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam

pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2. Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan.

3. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan.

4. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan.


(18)

5. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di kampung/kelurahan. 6. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan yang

dilakukan.

Sasaran lokasi kegiatan dari program GSMK ini berada di wilayah kampung terpilih pada 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang,

berdasarkan hasil dari kesepakatan yang dirumuskan dalam musyawarah tingkat kecamatan dengan difasilitasi oleh Konsultan Manajemen Pendamping (KMP).Tabel 1 menunjukan tingkat partisipasi masyarakat setiap kecamatan yang merupakan evaluasi tahun pertama penyelenggaraan program GSMK tahun 2013.Data mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1.menunjukkan beberapa kategori tingkat partisipasi masyarakat pada program GSMK yang terdapat di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.Pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah satu tujuan dari Program GSMK ini melibatkan partisipasi masyarakat yang diantaranya

merencanakan pembangunan, memikul beban pembangunan (berswadaya), melaksanakan kegiatan pembangunan, menerima dan memanfaatkan hasil pembangunan, serta menilai dan mengkritik proses pembangunan. Berdasarkan data tersebut Kecamatan Rawa Pitu yang merupakan salah kecamatan pelaksana kegiatan Program GSMK memilki klasifikasi tingkat partisipasi yang rendah, hal ini menjadi alasan untuk dilakukan penelitiandi Kecamatan Rawa Pitu untuk melihat faktor apakah yang mempengaruhinya.


(19)

Tabel 1.Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK tahun 2013.

No Kecamatan Kampung Kategori

1 Rawa Jitu Selatan 9 S

2 Banjar Agung 11 R

3 Gedung Aji 10 S

4 Gedung Aji Baru 9 R

5 Rawa Jitu Timur 8 R

6 Menggala Timur 10 R

7 Menggala Kota 9 S

8 Banjar Baru 10 T

9 Penawar Aji 9 T

10 Rawa Pitu 9 R

11 Meraksa Aji 8 R

12 Penawar Tama 14 S

13 Banjar Margo 12 R

14 Gedung Meneng 11 R

15 Dente Teladas 11 SR

Jumlah 150 R

Sumber: Laporan Program GSMK tahun 2013 Keterangan :

SR = Sangat rendah (<20%) R = Rendah (20%-40%) S = Sedang (40%-60%) T = Tinggi (60%-80%)

ST = Sangat tinggi (80%-100%)

Jenis kegiatan yang diprioritaskan untuk dilakukan oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) kampung/kelurahan terpilih untuk setiap kecamatan adalah

pembangunan jalan onderlagh, dan jembatan, irigasi tersier, dan atau lainnya dengan persetujuan Bupati.Kegiatan pembangunan prasarana fisik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang ini merupakan hasil keputusan dari musyawarah setiap kecamatan.Permasalahan yang dihadapi oleh sebagian masyarakat Kabupaten Tulang Bawang adalah kurang mendukungnya sarana transportasi seperti jalan terutama bagi masyarakat setempat, mengingat sarana transportasi


(20)

jalan sangat menunjang lancarnya kehidupan roda perekonomian yang ada pada daerah tersebut.Pembangunan melalui program GSMK bukan hanya kewajiban pemerintah melainkan kewajiban bagi seluruh elemen

masyarakat.Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan tersebut. Tanpa adanya dukungan melalui partisipasi masyarakat maka pengembangan pembangunan tersebut tidak akan berjalan.

Paradigma pemberdayaan memberikan arti penting dalam membangkitkan potensi, kreativitas, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui proses belajar bersama yang berbasis pada budaya, politik, dan ekonomi lokal. Keberagaman Bangsa Indonesia tak dapat dikelola dengan baik secara

sentralisitik dalam pemerintahan.Untuk itu pemerintah daerah seyogyanya merealisasikan potensi kearifan lokal yang disesuaikan dengan etika dan budaya lokal, tanpa menyimpang dari tujuan nasional dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (Nurak, 2012).

Pembangunan alternatif yang menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnyamerupakan salah satu wujud dari pendekatan pemberdayaan masyarakat.Empowerment (pemberdayaan) berasal dari BahasaInggris, dimana power diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Dahl (1983), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk

mempengaruhiatau mengontrol.Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikutberpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang


(21)

adalahpeningkatan kemandirianrakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyatatas SDM baik material maupun non material melalui redistribusi modal.

Pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling efektifdalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat salah satunya adalah inner resources approach.Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampumengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerjasecara kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka.Pola ini mendidik masyarakat menjadi concernakanpemenuhan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi denganmenggunakan potensi yang mereka miliki (Ross, 1987).

Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu : (a) Menciptakan suasana yang

memungkinkanpotensi masyarakat untuk berkembang, (b) Memperkuat potensi yang dimiliki olehrakyat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, (c) Melindungi dan membelakepentingan masyarakat lemah.

Sementara itu efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian sasaran dari upaya bersama, sehingga derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas (Bernard, 1997). Efektivitas dapat digunakan sebagai suatu alatevaluasi efektif atau tidaknya suatu tindakan yang dapat dilihat dari : (a) Kemampuan

memecahkan masalah,keefektifan tindakan dapat diukur dari kemampuannya dalam memecahkanpersoalan dan hal ini dapat dilihat dari berbagai


(22)

dilaksanakan dan seberapa besarkemampuan dalam mengatasi persoalan dan (b) Pencapaian tujuan, efektivitas suatutindakan dapat dilihat dari tercapainya suatu tujuan dalam hal ini dapat dilihat darihasil yang dapat dilihat secara nyata.

Hal ini membuat Program GSMK penting untuk dilakukan guna mengatasi masalah kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang melalui prinsip-prinsip kebijakan program tersebut, yang nantinya

mampumemberdayakan masyarakat agar mandiri serta dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan pada akhirnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Oleh karena itu, kajian tentang permasalahan pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk melihat sejauh mana efektivitas program GSMK dalam mensejahterakan masyarakat melalui kegiatan pembangunan dibidang infrastruktur sarana dan prasarana di desa sangat penting untuk dilakukan penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Tingkat efektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang?

2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan denganefektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang?


(23)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan peneletian ini adalah untuk mempelajari:

1. Tingkat efektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.

2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengankeefektifan program GSMK dalam memberdayakan masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan informasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah, mengenai pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang khususnya dalam program GSMK.

2. Bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian sejenis di tempat dan waktu yang berbeda.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas

Menurut Lubis, (1984) berpendapat bahwa efektivitas mengandung arti “Terjadinya suatu efek atau akibat seperti yang dikehendaki”. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa sesuatu bisa dikatakan efisien atau efektif apabila fungsi, bentuk dan isi dari suatu kegiatan dapat bermanfaat untuk

pengendalian, penyempurnaan, pelaksanaan dan perencanaan kembali.

Efektivitas merupakan suatu konsep yang luas, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Bramley (1996) bahwa konsep efektivitas adalah suatu konsep yang tidak simpel, karena banyak cara untuk mengkategorikannya, banyak aspek penting dan metode dalam mendefinisikan kriteria sesuai kepentingannya. Hal ini yang menyebabkan konsep efektivitas

mempunyai pengertian yang berbeda tergantung pendekatan yang dipakai.

Winarno.S ( 1982) menerangkan konsep efektivitas sebagai keadaan yang menunjukkan sejauhmana rencana dapat terlaksana atau tercapai. Menurut Soekanto, S. ( 1985) efektivitas berasal dari kata effectivenessyang artinya taraf sampai, atau sejauhmana suatu kelompok mencapai tujuan. Hal yang


(25)

hampir sama diungkapkan oleh Tunggal (1993) menyatakan efektivitas sebagai kemampuan menentukan tujuan yang sesuai atau melakukan hal yang benar. Menurut Nawawi dan Hadari (1992), efektivitas merupakan hasil membuat keputusan yang mengarah untuk melakukan sesuatu dengan benar yang membantu memenuhi visi suatu perusahaan atau kelompok dan dapat juga diartikan sebagai pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian efektivitas menurut Komarudin (1984) dalam kamus riset adalah kemampuan untuk menghasilkan hasil yang spesifik atau mendesakkan pengaruh spesifik yang terukur. Menurut Stoner dan

Freeman (1994) efektivitas berarti kemampuan untuk menentukan sasaran yang tepat dan melakukan pekerjaan yang benar. Secara Operasional Gorys Keraf (1979) pengertian efektivitas adalah suatu tingkat atau taraf keberhasilan suatu pekerjaan atas kriteria tertentu.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai arti tepat guna. Menurut Pratama (2002), efektivitas berarti ketepatgunaan. Efektif dalam kerangka konsep manajemen mengandung arti, suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam arti

tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Seorang pemimpin dikatakan efektif apabila mampu menciptakan suatu kondisi, dimana segala sumber daya dapat berfungsi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(26)

Dalam melaksanakan suatu kegiatan, setiap individu tentunya selalu menginginkan hasil yang baik. Hasil yang baik didapatkan apabila yang dilakukan efektif dalam artian dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Efektif berarti bisa mencapai tujuan dengan tepat dan baik. Efektivitas adalah kemampuan untuk mencapai tujuan dengan tepat dan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mengginson C.S (1988), bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik.

Efektivitas merupakan perbandingan antara output yang sebenarnya dihasilkan dan output yang direncanakan (Komaruddin, 1994). Menurut pendapat H. Emerson (1986), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Menurut Robbins dan Coultar (1996), efektif menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah suatu proses pencapaian hasil yang sesuai dengan waktu, perencanaan, dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari beberapa pengertian efektivitas tersebut dalam hubungannya dengan Program GSMK, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan salah satu ukuran dalam menentukan tingkat keberhasilan suatu program dan pencapaian tujuan khusus Program GSMK serta tingkat kepuasan masyarakat merupakan hal yang menjadi indikator dalam menentukan efektivitas. Oleh karena itu tujuan dan sasaran dari suatu program harus


(27)

jelas agar nantinya dapat diketahui apakah rencana dari program tersebut telah dilaksanakan secara efektif agar tujuan dapat tercapai.

2. Program GSMK (Gerakan Serentak Membangun Kampung)

Program GSMK merupakan suatu model program pembangunan berbasis masyarakat yang dalam proses berjalannya program ini memanfaatkan kebersamaan, persaudaraan dan kegotong royongan menuju kampung mandiri, sehingga nantinya akan terjadi suatu gerakan pembangunan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat Tulang Bawang. Program ini dilakukan secara bertahap dan dimulai dari tahun 2013-2017 dan serentak dilakukan di 150 kampung yang tersebar di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.

Program ini bertujuan mengarahkan masyarakat untuk berbuat kebaikan secara bersama-sama dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat serta untuk mengatasi masalah sarana dan prasarana dasar

pembangunandalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Kegiatan pembangunan yang sudah dilakukan sejauh ini melalui Program GSMK yaitu pembangunan jalan onderlagh, jembatan, gorong-gorong, talud dan lain-lain sesuai keputusan bersama dan atas persetujuan dari Bupati. Sumber pendanaan untuk kegiatan ini didapat dari BLM Kabupaten Tulang Bawang, pihak swasta, serta swadaya masyarakat yang berupa tenaga kerja, bahan/material, dana dan lain-lain.


(28)

Penggunaan nama Program GSMK dalam gerakan pembangunan ini dikaitkan dengan kebijakan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang yang berlandaskan pada visi dan misi dari Kabupaten Tulang Bawang yaitu membangun dari kampung. Maksud dari Program Gerakan Serentak Membangun Kampung adalah suatu upaya pemerintah kabupaten untuk mendorong adanya program pembangunan oleh, dari dan untuk

masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan pranata sosial khas yang ada di Tulang Bawang, dengan memberikan bantuan dana langsung sebagai stimulan kepada masyarakat kampung melaluiPokmas untuk pembangunan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk masyarakat.

1. Tujuan Program GSMK

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. b. Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan.

c. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan.

d. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan.

e. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di kampung. f. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil


(29)

2. Sasaran Lokasi

Sasaran lokasi kegiatan Program Gerakan Serentak Membangun Kampung adalah di wilayah kampung se-Kabupaten Tulang Bawang sesuai Keputusan Bupati Tulang Bawang berdasarkan usulan Tingkat Kecamatan serta Rekomendasi Tim Pembina dan Koordinasi

Kabupaten.

3. Metode Pelaksanaan

Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang ini pada Fase Pertama direncanakan akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 tahun (2013 – 2017) yang dilaksanakan setiap tahun sesuai dengan tahun anggaran kegiatan Pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang.Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan pemberian bantuan dana stimulan melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)yang dialokasikankepada Kampung/ Kelurahan sesuai Keputusan Bupati Tulang Bawang berdasarkan Usulan Kecamatan serta Rekomendasi Tim Pembina dan Koordinasi Kabupaten.Ruang lingkup kegiatan yang dapat dilakukan melalui Program GSMK ini adalah kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana kampung yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi

masyarakat. Dalam rangka menentukan usulan jenis kegiatan, kampung penerima, dan besarnya alokasi dana BLM akan dirumuskan dengan memperhatikan :

a. Kegiatan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip Program Gerakan Serentak Membangun KampungKabupaten Tulang Bawang yaitu


(30)

inisiatif, partisipatif, demokratis, manfaat, gotong royong, dan berkelanjutan.

b. Prasarana dan Sarana yang akan dibangun hendaknya mempunyai keterkaitan dengan pengembangan wilayah.

c. Jenis kegiatan yang diprioritaskan adalah pembangunan jalan onderlagh, dan jembatan, irigasi tersier, dan atau lainnya dengan persetujuan bupati.

d. Kegiatan yang akan dilakukan harus dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat kampung.

e. Masyarakat kampung sanggup untuk berswadaya baik berupa tenaga kerja, dana, material dan lain-lain yang dikonversi minimal 20% dari dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung dikarenakan bantuan dana bersifat stimulan.

f. Diutamakan kepada masyarakat kampung yang aktif mendukung Program Pemerintah.

g. Evaluasi pelaksanaan Kegiatan Program GSMK pada tahun sebelumnya.

4. Pendanaan

Sumber dana dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung Kabupaten Tulang Bawang adalah :

a. Swadaya masyarakat

b. Pihak swasta dari masing-masing kampung;

c. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) APBD Kabupaten Tulang Bawang.


(31)

5. Prinsip Pelaksanaan dan Penggunaan Dana

Prinsip pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan Kabupaten Tulang Bawang adalah :

a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat dengan menggunakan sumberdaya, tata cara dan teknologi tepat guna spesifik lokasi.

b. Semua kegiatan dikelola secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, maupun administratif.

c. Kegiatan yang dilakukan masyarakat Kampung/Kelurahan,

merupakan kegiatan yang direncanakan dan dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

d. Bentuk swadaya masyarakat dapat berupa bahan-bahan material (pasir, batu, semen), dana, tenaga kerja, dan lain lain.

e. Apabila terjadi sesuatu yang mengharuskan terjadinya perubahan jenis kegiatan yang telah ditetapkan, dibuat pernyataan dari masyarakat Kampung/Kelurahan melalui Tim Kecamatan dengan syarat tidak menambah alokasi Dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung yang sudah ditetapkan. Pelaksanaannya setelah mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Pendamping dan Tim Pembina Kabupaten.

6. Organisasi Pelaksana Program a. Tingkat Kabupaten


(32)

- Bupati dan Wakil Bupati sebagai penanggung jawab Program GSMK.

- Sekretaris Daerah sebagai Ketua Tim Pengarah dengan anggota para Assisten Sekretaris Daerah Kabupaten dan Inspektorat Kabupaten.

- BPMPK sebagai ketua Tim Pembina dan Koordinasi Program GSMK dengan anggota Dinas/instansi Teknis terkait.

- Tim Pengawas dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten. b. Tingkat Kecamatan

- Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan Program GSMK terdiri dari Camat, Sekretaris Kecamatan dan seorang Kasi atau lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. - Dalam pelaksanaan tugas Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat

Kecamatan menetapkan Kasi PMK atau PNS lainnya sebagai Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Program GSMK.

c. TingkatKampung

- Pembina dan Koordinasi Tingkat Kampung/Kelurahan Program GSMK adalah Kepala Kampung/Lurah.

- Tim Pelaksana Kegiatan Program GSMK di tingkat kampung adalah Pokmas, ditetapkan dengan Surat Keputusan Camat atas usul Kepala Kampung/Lurah, berdasarkan hasil musyawarah kampung.


(33)

3. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Dahl (1983), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang menyangkut komunitasnya. Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional. Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual dan kolektif. Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan kekuasaan kekuatan yang berubah antar individu, kelompok dan lembaga.

Menurut Oakley dan Fatterman (1996, dalam Gitosaputro, 2005),

pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri. Proses pemberdayaan merupakan upaya membantu masyarakat untuk mengembangkan

kemampuan sendiri sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan, aksebilitas terhadap


(34)

Menurut Kartasasmita (1996), keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasi, dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilkinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Menurut Suharto (2006) pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuatkekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, terutama individuindividuyang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaanmenunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuandan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikanaspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, danmandiri dalam melaksanakan tugas-tugas


(35)

kehidupannya. Pengertian pemberdayaansebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator sebuah keberhasilanpemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan didorong untuk makin mandiri dalam mengembangkan peri kehidupan mereka. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi peri kehidupan mereka sendiri.

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2007), adalah reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai pengahayatan terhadap objek. Sikap yang ada pada diri seseorang memerlukan unsur respons dan stimulus. Output sikap pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka, maka seseorang akan menjauh dan menghindar. Sikap itu sendiri dibagi dalam berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai, serta bertanggung jawab.


(36)

Menurut Azwar (2013), setiap orang mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap favorable terhadap objek itu, sedangkan individu yang mempunyai sikap infavorable terhadap objek sikap tersebut. Proses pembentukan sikap dapat terjadi karena adanya rangsangan, seperti pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Rangsangan tersebut menstimulus diri

masyarakat untuk member respon, dapat berupa sikap positif atau negatif, akhirnya akan diwujudkan dalam perilaku atau tidak.

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk mengiterpretasikan sesuatu dan bertindak atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, anatara lain nilai-nilai yang diyakini dan norma-norma yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi seseorang, informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi informasi tersebut (Kurniasari, 2008).

Walgito (2003) mengemukakan bahwa sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka pencapaian tujuan. Apabila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya, apabila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap yang bersangkutan. Walgito (2003) dan Gerungan (2009) mengemukakan


(37)

bahwa sikap mempunyai segi motivasi. Lebih lanjut sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek sikap, serta merupakan determinan perilaku, karena berkaitan dengan persepsi, kepribadian , dan motivasi. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap mampu mempengaruhi motivasi seseorang.

Berdasarkan pendapat diatas terlihat adanya hubungan yang eratantara sikap dengan tindakan, atau motif yang mendorong seseeorang untuk bertindak sesuai dengan sikap yang ada padanya. Menurut Krech dan Crustfield sikap diartikan sebagai kelanjutan dari pengaturan motivasi, emosional, persepsi dan proses kognitif. Pendapat tersebut memandang sikap adalah merupakan keadaaandalam diri manusia yang berhubungan dengan proses motif.emosi,persepsi dan kognisi dalam hubungannya dengan beberapa aspek.

Dari pendapat itu dapat kita kemukakan bahwa sikap itu adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakanya untuk bertindak dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek tertentu dan terbentuk atas dasar pengalaman-pengalaman. Disini jelas betapa pentingnya sikap dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasi sosial, didalam hubungannya dengan orang lain atau obyek-obyek lain. Dengan demikian sikap

merupakan tenaga pendorong atau motif seseorang untuk timbulnya suatu perbuatan atau tindakan. Munculnya sikap dalam situasi dan nilai bagi seseorang sifatnya subyektif danberdasarkan obyek yang dihadapi sama.


(38)

Dengan demikian dapat dikatakanbetapa pentingnya sukap dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasisosial, dan sikap setiap individu akan mewarnai atau memberikan corak tertentu dari invidu sendiri.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Program GSMK

Faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas yang juga berpengaruh dalam keberhasilan suatu program yang dijalankan oleh sebuah organisasi atau kelompok yang diungkapkan oleh Katz dan Khan (1966) adalah perlunya efisiensi. Efisiensi dibedakan dalam dua jenis, yaitu potensial dan aktual. Efisiensi potensial adalah tingkat efisiensi maksimal yang dapat dicapai secara tertulis dengan melihat keunikan, proses, produk dan tujuan. Efisiensi aktual adalah rasio biaya atau keuntungan yang secara riil dicapai.

Menurut hasil penelitian Selamat (1989) dalam kegiatan penyuluhan pertanian efektivitas pada intinya akan tergantung kepada beberapa hal, yaitu :

1. Ciri-ciri pelaksana, khususnya penyuluh.

Ciri tersebut meliputi keadaan struktur keluarga dan kepribadian dalam kehidupan sosial, didalamnya termasuk umur, kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Ciri berikutnya adalah keterbukaan

melakukan komunikasi , yang didalamnya adalah hubungan dengan media massa, serta pengetahuannya tentang kejadian-kejadian disekelilingnya. Ciri yang terakhir adalah variabel-variabel


(39)

modernisasi, hal ini meliputi kemampuan membaca dan menulis, pendidikan dan sebagainya.

2. Hubungan sosial. Hubungan sosial adalah hubungan baik terhadap petani sasaran maupun terhadap lembaga terkait dan tokoh masyarakat. Hal itu dinyatakan sebagai sifat kosmopolit, yaitu orientasi keluar dari sistem sosial dan hubungan pergaulan.

3. Keadaan tempat atau letak kegiatan penyuluhan. Fasilitas yang kurang memadai dan lokasi yang terpencil serta lingkungan yang buruk, dalam teori Hygene dan Motivator sering menyebabkan penyuluh tidak menyenangi pekerjaannya.

4. Produktivitas hasil. Melalui keberhasilan yang telah dicapai pada masa sebelumnya, maka akan merupakan suatu motivasi terhadap kegiatan berikutnya.

Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan. Efektivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya tujuan atau program yang ditentukan (Wahab, S.A, 1997 dalam Pebrian, 2007). Dalam upaya mengukur efektivitas terdapat dua metode dasar yang dapat dijadikan instrumen, yaitu model sistem rasional dan sistem alamiah. Model sistem rasional menekankan pada produktivitas dan efisiensi,

sistem alamiah menekankan pada dimensi perolehan sumberdaya dan kemampuan mengadaptasi diri terhadap lingkungannya.


(40)

Gibson dkk ( 1985) menyatakan bahwa kriteria keefektifan secara khas dinyatakan dalam ukuran waktu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Kriteria jangka pendek adalah kriteria untuk

menunjukkan hasil tindakan yang mencakup waktu satu tahun atau kurang. Kriteria jangka menengah diterapkan jika akan menilai efektivitas

seseorang, kelompok atau organisasi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Kriteria jangka panjang dipakai untuk menilai waktu yang akan datang yang tidak terbatas. Kriteria efektivitas ini digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu:

1. Produksi, yaitu sesuatu yang dapat mencerminkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang dibutuhkan lingkungan.

2. Efisiensi, yaitu perbandingan keluaran terhadap masukan.

3. Kepuasan, yaitu tingkatan yang menunjukkan sejauhmana organisasi dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.

4. Keadaptasian, yaitu tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

5. Pengembangan, yaitu kriteria untuk mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya menghadapi tuntutan

lingkungannya.

6. Kajian Peneliti Terdahulu

Dady Permadi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Pembangunan Jalan Kampung Dalam Program “RESPEK” Untuk


(41)

Pemberdayaan Masyarakat Di Distrik Mustafak Kabupaten Jayawijaya, memperoleh hasil bahwa : 1) Tahap pelaksanaan kegiatan pada kegiatan pada Kampung Anegara dan Kampumg Elabukama memiliki nilai yang cukup tinggi, 2) Tahap pelestaraian pada Kampung Anegara dan Kampung Elabukama memiliki nilai rendah, 3) Hubungan kerja di Kampung

Elabukama memiliki nilai cukup tinggi, 4) Komunikasi untuk

menyalurkan pendapat dan kesadaran politik di Kampung Elabukama memiliki nilai yang cukup tinggi, 5) Kemauan mendahulukan kepentingan umum, kepercayaan, organisasi dan keselarasan di Kampung Elabukama memiliki nilai cukup tinggi, 6) Informasi di Kampung Elabukama memiliki nilai cukup tinggi, 7) Kekayaan, sumbangan yang berasal dari masyarakat Di Kampung Anegara dan Elabukama masih rendah.

Iga Rosalina (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan Pada Kelompok Pinjaman Bergulir di Desa Mantren Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan, memperoleh hasil bahwa : 1) Efektivitas pinjaman bergulir milik PNPM-Mandiri Perkotaan di Desa Manten berjalan dengan efektif, 2) Keseluruhan indikator telah berada pada kategori efektif, namun dalam hal hasil yang telah dipaparkan terdapat empat indikator terendah yang menjadi perhatian khusus. Indikator tersebut tersiri dari kualitas SDM, sosialisasi secara tidak langsung, indikator pengembalian pinjaman dan moral pelaksana, 3) Penelusuran lebih jauh dari peneliti

terhadapmasalah pengembalian pinjaman yang macet dan tidaktepat waktu dikarenakan uang yang seharusnyadigunakan untuk membuka usaha


(42)

digunakan untukmemenuhi keperluan hidup

sehari-hari.Pengembaliandilakukan dengan sistem dicicil kepada ketua kelompok, ketua kelompok menggunakan uang anggota tersebutsehingga ketika UPK (Unit Pengelola Keuangan)menagih ternyata uang tersebut tidak ada, 4) Adapun indikator dengan persentase tertinggiadalah indikator sikap pelaksana, karena memang pelaksana merupakantetangga anggota kelompok itu sendiri sehinggapelaksana mengenal karakteristik masing-masinganggota.

Lisani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Bantuan Rumah Tidak Layak huni Oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Di Kabupaten Padang Lawas Utara, memperoleh hasil bahwa : 1) Pemahaman responden terhadap program bantuan rumah tidak layak huni setelah mendapat informasi dari pihak pelaksana program bantuan rumah tidak layak huni adalah kurang efektif, 2) Ketepatan sasaran, sasaran program bantuan rumah tidak layak huni adalah kurang efektif yakni mayoritas responden merupakan sasaran program bantuan rumah tidak layak huni yakni masyarakat yang memiliki rumah tidak layak huni dan tergolong dibawah garis kemiskinan dan berpenghasilan rendah, 3) Ketepatan waktu, bahwa pelaksanaan penyuluhan akan diselenggarakannya program bantuan rumah tidak layak huni dilakukan dengan tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan rencana yang ditentukan, baik sebelum atau sesudah

mendapat program bantuan rumah tidak layak huni adalah tidak efektif, 4) Tercapainya tujuan, bahwa pencapaian tujuan program bantuan rumah


(43)

tidak layak huni dapat dilihat dengan tercapainya tujuan program bantuan rumah tidak layak huni tersebut yakni masyarakat yang berpenghasilan rendah atau tergolong dibawah garis kemiskinan (miskin) adalah tidak efektif, 5) Perubahan nyata, bahwa kondisi atau bentuk rumah masyarakat sebelum dan sesudah mendapat program bantuan rumah tidak layak huni adalah tidak efektif atau tidak banyak yang berubah.

Sukmaniar (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan(PPK) Pasca Tsunami Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar, memperoleh hasil bahwa : 1) Secara umum pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan PPK pasca tsunami diKecamatan Lhoknga kurang efektif dalam meningkatkan kondisi pemberdayaanmasyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang kurang efektif tersebut terutama disebabkanoleh tipologi keberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, sebelum program pembangunandiimplementasikan maka perlu dilakukan proses penyiapan masyarakat secara intensifberupa peningkatan motivasi (tahapan afektif), peningkatan wawasan pengetahuan (tahapankognitif) dan peningkatan ketrampilan (tahapan psikomotorik) untuk menunjang peranmasyarakat dalam pembangunan (tahapan konatif), 2) Pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Mon Ikeun (desa pantai) kurang efektif,hal ini terkait dengan kondisi pemukiman belum pulih, terbatasnya aktivitas masyarakatdalam mengelola pembangunan dan jiwa sosial yang rendah sehingga perlu adanya upaya percepatan pemulihan kondisi pemukiman dan peningkatan peran pemimpin/fasilitator desauntuk menumbuhkan


(44)

motivasi masyarakat untuk bekerjasama. Sedangkanuntuk masyarakat Meunasah Karieng (desa dataran rendah) maka pemberdayaan

masyarakat cukup efektif, kondisi ini terkait dengan kualitas

kepemimpinan Kepala Desadan pelaku PPK yang cukup memadai, adanya ikatan sosial yang kuat dan besarnyakemauan masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan PPK namun untuk keberlanjutanpembangunan dan peningkatan keswadayaan masyarakat dalam membangun desa

perluadanya dukungan dana alokasi desa dan pengembangan media informasi pembangunan.

Mutakin (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-MP) Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Di Kecamtan Ngambur Kabupaten Lampung Barat, memperoleh hasil bahwa PNPM-MP dalam menunjang pembangunanpertanian di Kecamatan Ngambur KabupatenLampung Barat sudah cukup efektif, yang dapatdilihat dari ketercapaian keberhasilan tujuan PNPM-MP, 2) Faktor-faktor yang berhubungandengan efektivitas PNPM-MP dalam menunjangpembangunan pertanian di Kecamatan NgamburKabupaten Lampung Barat adalah tingkat

pengetahuan anggota kelompok, peran FasilitatorKecamatan (FK) dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK), dan jumlah dana PNPM-MP, 3) Faktor

yangtidak berhubungan dengan efektivitas PNPM-MPdalam menunjang pembangunan pertanian diKecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Baratadalah tingkat partisipasi anggota kelompok.


(45)

B. Kerangka Berpikir

Program GSMK merupakan suatu program yang dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang agar berbuat kebaikan secara bersama dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.Maksud Program GSMK adalah suatu upaya pemerintah kabupaten untuk mendorong adanya program

pembangunan oleh, dari dan untuk masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan pranata sosial khas yang ada di Tulang Bawang, dengan memberikan bantuan dana langsung sebagai stimulan kepada masyarakat kampung untuk pembangunan sarana dan prasarana (infrastruktur) yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang.

Program tersebut dilakukan melalui proses pemberdayaan masyarakat guna mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan

pemecahan masalah serta mampu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara efisien dan berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat tersebut lebih mandiri dan berdaya saing tinggi.

Pemberdayaan masyarakat ini merupakan rangkaian proses sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoptimalkan potensi sumberdaya yang dimiliki dan melakukan perubahan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan. Proses ini dilakukan dengan memfasilitasi


(46)

masyarakat agar mampu menganalisis kebutuhannya berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari dan masalah-masalah yang dihadapinya (Helian, 2011).

Kebijakan program ini dilakukan melalui pemberian stimulan kepada mayarakat kampung/kelurahan untuk pembangunan sarana dan prasaranan yang sangat dibutuhkan dan sangat bermanfaat untuk masyarakat dengan mengharapkan kepada masyarakat kampung penerima bantuan disamping diberikan kebebasan dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan juga didorong untuk berpartisipasi melalui penyerapan swadaya masyarakat. Program GSMK ini merupakan suatu model program pembangunan berbasis masyarakat dimana dalam prosesnya memanfaatkan kebersamaan,

persaudaraan dan kegotong royongan menuju Kampung Mandiri, sehingga akan terjadi suatu gerakan pembangunan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat Tulang Bawang untuk berbuat kebaikan secara bersama-sama dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat serta untuk mengatasi masalah sarana dan prasarana dasar pembangunadalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung diseluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

Peningkatan swadaya masyarakat diharapkan mengalami peningkatan agar sasaran dari program GSMK ini dimana merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat dapat tercapai.Jenis kegiatan yang diprioritaskan untuk dilakukan oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas)


(47)

onderlagh, dan jembatan, irigasi tersier, dan atau lainnya dengan persetujuan Bupati.

Sasaran lokasi kegiatan dari Program Gerakan Serentak Membangun Kampung ini berada di wilayah kampung/kelurahan terpilih pada 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang, berdasarkan hasil

kesepakatan yang dirumuskan dalam musyawarah tingkat kecamatan dengan difasilitasi oleh Konsultan Manajemen Pendamping (KMP), sesuai Keputusan Bupati Tulang Bawang berdasarkan usulan Tingkat Kecamatan serta

Rekomendasi Tim Pembina dan Koordinasi Kabupaten.

Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari gabungan berbagai pendapat, diantaranya menurut Conyers (dalam Sari, D.M. 2005), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang mengenai suatu organisasi

menimbulkan suatu keinginan untuk berperan dalam setiap kegiatan yang ada.

Rusmialdi (1982), mengatakan berhasil tidaknya suatu kelompok sebagai wadah kegiatan tergantung dari berbagai faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar kelompok. Mekanisme pengaruh faktor dari dalam dan luar kelompok akan menentukan keefektifan proses belajar mengajar petani dalam kelompok tersebut seperti pengetahuan anggota kelompok terhadap ruang lingkup dan tujuan program organisasi kelompok tersebut.

Pengetahuan masyarakat tentang program GSMK adalah pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap tujuan, ruang lingkup, pendanaan dan struktur organisasi pelaksana program GSMK. Semakin tinggi tingkat pengetahuan


(48)

terhadap program maka akan semakin tinggi partisipasi dalam program tersebut. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan anggota menjadi indikator penting yang perlu dikaji pada penelitian ini dalam hubungannya dengan efektivitas program GSMK.

Peranan Pokmas dalam program GSMK ini sesuai dengan peranan yang dikemukakan oleh Berry (1995), yaitu seperangkat harapan-harapan

dikenakan pada individu yang menempati kedudukan tertentu.Pokmas dalam program GSMK adalah berperan dalam penumbuhan dan penguatan kapasitas GSMK.Kegiatan tersebut ditujukan untuk mengembangkan kelembagaan kelompok sehingga menjadi Pokmas yang aktif, sehat, partisipatif, dan bermanfaat bagi anggotanya dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.Dalam pembentukan Pokmas harus memiliki peranan sebagai fasilitator, dinamisator, komunikator dan legislator.

Menurut Rusmialdi (1982), partisipasi anggota dan aktivitas dalam kelompok akan menjadi jembatan bagi suatu kelompok dalam mencapai efektivitas. Pendapat teori tersebut dapat dilihat bahwa peran serta atau partisipasi

masyarakat sangat mempengaruhi efektivitas program GSMK dalam mencapai keefektifannya. Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaannya dalam perencanaan program dari kegiatan GSMK, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati dengan penuh tanggung jawab, memberikan idea tau saran pada setiap kegiatan serta menerima dan memanfaatkan

hasilnya. Kegiatan di dalam suatu program GSMK tidak akan berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh partisipasi dari masyarakat yang baik pula. Oleh


(49)

karena itu, partisipasi masyarakat merupakan komponen yang sangat penting untuk dijadiakan indikator dalam menentukan efektivitas program GSMK.

Kelompok dikatakan efektif bila kelompok tersebut telah mendapatkan

keharmonisan.Keharmonisan tersebut berupa kecintaan, kedudukan atau status sosial, prestasi atau gensi, reputasi pujian dan lain-lain. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok dari luar maka dapat dirangkum bahwa faktor-faktor dari luar tersebut seperti fasilitas yang ada (sarana dan prasarana), penambahan penduduk, berjalannya suatu organisasi, dan program pemerintah itu sendiri akan terlaksana secara efektif bila ada pendanaan yang memadai. Dana GSMK adalah besarnyaa dana yang diberikan pemerintah dan dari hasil swadaya masyarakat kepada Pokmas dalam menjalankan program-program GSMK mmulai dari kegiatan perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi kegiatan program GSMK. Oleh karena itu, dana GSMK menjadi indikator yang sangat penting untuk dikaji dalam penelitian, dalam hubungannya dengan keberhasilan pencapain tujuan-tujuan program GSMK.

Steers (1985), menyatakan efektivitas organisasi adalah sejauh mana organisasi melaksanakan tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang dinyatakannya. Penentuan efektivitas itu sendiri meliputi : (1) optimisasi tujuan, efektivitas bertumpu pada tujuan, (2) perspektif sistem, menekankan pentingnya arti interaksi organisasi lingkungan, memusatkan perhatian pada hubungan antara komponen-komponen, baik di dalam maupun di luar organisasi sehingga diambil tindakan tegas untuk memperlancar pencapaian


(50)

tujuan, dan (3) tekanan pada perilaku, mempertimbangkan peran sumber daya manusia. Peran tersebut tercermin ketika tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat mendukung atau menghambat tercapainya tujuan orang. Efektivitas pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu efektivitas kegiatan.Dengan demikian, efektivitas merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk melihat tercapainya tujuan atau program yang ditentukan dilihat dari tingkat kepuasan yang dapat diartikan sebagai tujuan kelompok. Menurut Baheramsyah (2000). Efektivitas dapat dilihat dari produktivitas, moral dan kepuasan. Bercermin dari ketiga teori tersebut maka dapat diadaptasi bahwa tingkat efektivitas program GSMK dapat diukur dari beberapa indikator yaitu pencapaian tujuan GSMK dan moral masyarakat.

Pada dasarnya tujuan dari program GSMK adalah mempercepat pembangunan infrastruktur kampung/kelurahan dengan pemberdayaan masyarakat.Moral masyarakat merupakan tingkat kepuasan mayasrakat terhadap tujuan dan sasaran yang dicapai. Dapat dilihat juga dari rasa kecintaan masyarakat terhadap program GSMK, rasa kebanggaan dan kepuasan terhadap tujuan dan sasaran yang dicapai oleh program GSMK. Bila fungsi-fungsi ini dapat tercapai dengan baik maka progam GSMK dapat dikatakan efektif.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat diturunkan faktor-faktor individu masyarakat yang diduga paling banyak hubungannya dengan keefektifan program GSMK (variabel X) meliputi: (1) Pengetahuan


(51)

GSMK, (3) Peranan Pokmasdalam program GSMK dan efektivitas program GSMK (variabel Y) dapat dilihat dari tiga indikator yaitu : (1) Pencapaian tujuan khusus program GSMK, (2) Tingkat kepuasan masyarakat, dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

: Hubungan variabel yang diuji

Gambar 1.Paradigma Efektivitas Program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.

Variabel X

Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas Program

GSMK

X1 = Pengetahuan masyarakat tentang GSMK

X2 = Sikap masyarakat terhadap program GSMK

X3 = Peranan Pokmas dalam Program GSMK

Variabel Y

Efektivitas Program GSMK indikatornya:

1. Pencapaian tujuan khusus Program GSMK a. Meningkatkan partisipasi masyarakat

kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. b. Proses pembelajaran demokrasi

dalam pembangunan.

c. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan.

d. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan. e. Mempercepat pembangunan sarana

dan prasarana di Kampung/Kelurahan. f. Menimbulkan rasa memiliki

masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan. 2. Tingkat kepuasan masyarakat


(52)

C. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga ada hubungan nyata antar tingkat pengetahuan masyarakat tentang program GSMK terhadap tingkat efektivitas program GSMK.

2. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat sikap masyarakat terhadap tingkat efektivitas program GSMK.

3. Diduga ada hubungan nyata antara tingkat peranan pokmas terhadap tingkat efektivitas program GSMK.


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi

Definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesusai dengan tujuan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (Variabel X) adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas Pogram GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan yaitu Pengetahuan anggota masyarakat tentang GSMK (X1), Sikap masyarakat terhadap Program GSMK (X2), Peranan Pokmas dalam Program GSMK (X3) dan yang menjadi variabel tidak bebas (Variabel Y) adalah Efektivitas Program GSMK yang merupakan besarnya derajat keberhasilan dalam mencapai tujuan program GSMK. Definisi operasional variabel, indikator,

pengukuran, penskoran dan klasifikasi variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat sebagai berikut.

1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Program GSMK (Variabel X).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program GSMK di tabulasikan dengan metode tabulasi statistik dengan menggunakan 3 indikator. Indikator tersebut akan diukur menggunakan daftar


(54)

pertanyaan (kuisioner) yang jawabannya diklasifikasikan dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah diberi skor 4 - 6; 7- 9dan 10 - 12. Pemberian skor tersebut berdasarkan pada pemberian skor skala likert (Nazir, 1988).Angka-angka inilah yang nantinya diolah sehingga menghasilkan skor tertentu.Sesuai dengan sifat ataupun ciri dari angka-angka atau skor yang sudah diperoleh tidak menunjukkan arti apa-apa atau tidak menunjukkan bahwa skor yang tinggi lebih baik dari skor yang rendah.Skor “3” hanya

menunjukkan tingkat hubungan sangat tinggi, skor “2” menunjukkan hubungansedang, dan skor “1” menunjukkan tingkat hubungan sangat rendah.

Dimensi dan pengukurannya dapat dilakukan dengan mengajukan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Pengetahuan masyarakat tentang GSMK yaitu pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap tujuan GSMK, ruang lingkup GSMK, organisasi pelaksanaan program GSMK dan sumber pendanaan GSMK. Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Pengetahuan terhadap tujuan Program GSMK.

Pengetahuanmasyarakattentang tujuan dari program GSMK a. Mengetahui 5 - 6 tujuan Program GSMK

b. Mengetahui 2 - 4 tujuan Program GSMK c. Mengetahui < 2 tujuan Program GSMK


(55)

2) Pengetahuan terhadap ruang lingkup Program GSMK. Pengetahuan masyarakat tentangapa saja ruang lingkup pada program GSMK

a. Program pembangunan infrastruktur dari, oleh dan untuk rakyat

b. Program pemerintah dalam pembangunan yang dilaksanakan aparatur kampung

c. Program bantuan dari pemerintah untuk pembangunan

3)Pengetahuan tentang organisasi pelaksanaan Program GSMK. Pengetahuan masyarakat tentang bagaimana organisasi pelaksanaan yang ada pada Program GSMK

a. Organisasi pelaksana berpusat di kabupaten, kemudian

kecamatan, dan pokmas sebagai pelaksana di tingkat kampung b. Organisasi pelaksana kecamatan, kemudian tingkat kelurahan

membawahi pokmas sebagai pelaksana c. Organisasi pelaksana yaitu FK dan pokmas

4)Pengetahuan terhadap sumber pendanaan Program GSMK. Pengetahuan masyarakat tentang sumber pendanaan Program GSMK?

a. Jawaban tepat dan sesuai serta relevan b. Tidak tepat, tetapi sesuai dan relevan c. Tidak tepat, dan tidak sesuai tetapi relevan


(56)

Untuk mengetahui tingkat pengaruh pengetahuan masyarakat tentang Program GSMK dengan cara menjumlahkan skor dari indikator yang terdapat dalam variabel-variabel tersebut. Skor terendah pengaruh pengetahuan masyarakat tentang Program GSMK adalah 1 dan skor tertinggi efektivitas programadalah 3.Pengklasifikasian tingkat pengaruh dana program ke dalam lima kelas dengan menggunakan rumus Sturges (Dajan, 1996), sehingga diperoleh yang rendah (4 - 6), sedang(7- 9) dan yang tinggi (10 - 12)berdasarkan data lapang.

2. Sikap masyarakat terhadap program GSMK yaitu sikap optimis maupun pesimis masyarakat terhadap orientasi perubahan dimasa yang akan datang setelah adanya Program GSMK. Indikator yang digunakan adalah sebagaiberikut :

1)Sikap terhadap program GSMK.

Sikap masyarakat terhadap program GSMK menurut kebutuhan pembangunan

a. Pembangunan infrastruktur sesuai musrenbang dan sesuai dengan prioritas kebutuhan kampung

b. Pembangunan infrastruktur sesuai musrenbang namun kurang sesuai prioritas karena hanya dimusyawarahkan kepala kampung dan pokmas

c. Pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan tiap kampung


(57)

2)Sikap masyarakat terhadap partisipasi dalam pelaksanaan. Sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan Program GSMK

a. Berpartisipasi aktif (terlibat aktif di seluruh bagian kegiatan) b. Cukup berpartisipasi (hanya terlibat di sebagian besar

kegiatan)

c. Tidak berpartisipasi (tidak terlibat dalam kegiatan)

3) Sikap masyarakat dalam mengikuti kegiatan Program GSMK a. Mengikuti gotong royong rutin 2 kali/minggu

b. Mengikuti gotong royong rutin 1 kali/minggu c. Tidak pernah mengikuti kegiatan gotong royong

4) Sikap masyarakat dalam pemanfaatan hasil program.

Manfaat yang dirasakan masyarakat dari hasil Program GSMK a. Manfaat sangat terasa dari segi teknis dan ekonomis

b. Manfaat terasa dari segi teknis

c. Belum ada manfaat yang bias dirasakan karena pembangunan belum selesai

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel sikap masyarakat terhadap Program GSMK dengan cara menjumlahkan skor dari indikator yang terdapat dalam variabel-variabel tersebut. Skor terendah sikap masyarakat terhadap Program GSMKadalah 1 dan skor tertinggi efektivitas program adalah 3. Pengklasifikasian tingkat pengaruh dana program ke dalam lima kelas dengan


(58)

menggunakan rumus Sturges (Dajan, 1996), sehingga diperoleh yang tidak setuju (4 – 6), netral(7 – 9) dan yang setuju (10 - 12)berdasarkan data lapang.

3. Peranan Pokmas yaitu peranan pokmas dalam pembekalan dan pendampingan yang diperlukan masyarakat pada program GSMK meliputi peran sebagai fasilitattor, dinamisator, komunikator, dan legislator. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor “1” rendah, skor “2” sedang, dan skor “3” tinggi berdasarkan data lapang.

1)Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan program GSMK. (1)Pertanggungjawaban penggunaandana yang dilakukan dalam

kegiatan pokmas

a. Semua dana dikelola pokmas berdasarkan persetujuan pengurus

b. Dana dikelola pokmas namun hanya dilakukan oleh pengurus inti pokmas

c. Dana dikelola oleh kepala kampung

(2)Transparansi (keterbukaan) pengelolaan kegiatan dalam GSMK?

a. Dilakukan sosialisasi setiap tahap pencairan dana b. Dilakukan sosialisai di akhir program


(59)

2)Ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten.

(1) Keikutsertaan bapak/ibu dalam pembuatan proposal atau rencana teknis kegiatan?

a. Mengikuti musyawarah perencanaan b. Hanya mengikuti gotong royong saja c. Tidak mengikuti kegiatan GSMK

(2)Penilaian dalam penyusunan rencana kegiatan yang dirumuskan bersama masyarakat?

a. Masyarakat menyumbangkan pemikiran saat rapat perencanaan kegiatan

b. Masyarakat hanya mengikuti keputusan bersama c. Tidak mengikuti musyawarah perencanaan

3)Menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan

(1) Bagaimana pengetahuan bapak/ibu tentang swadaya masyarakat ?

a. Menjelaskan lengkap tentang swadaya masyarakat b. Menjelaskan kurang lengkap namun sudah mencakup

semua


(60)

(2) Frekuensi pendataan yang bapak/ibu lakukan mengenai swadaya masyarakat?

a. Pendataan dilakukan saat perencanaan dan pelaksanaan gotong royong

b. Pendataan dilakuakan saat pelaksanakan gotong royong c. Pendataan dilakukan hanya jika ada pendataan yang

dilakukan masyarakat

4)Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan.

(1) Kesesuaian pembangunan fisik yang dilakukan dengan rencana yang telah ditetapkan

a. Pembangunan sesuai dengan musrembang dan tercapai melebihi target

b. Pembangunan sesuai dengan target yang direncanakan saat musrembang

c. Pelaksanaan sesuai musrembang tapi tidak sesuai target

(2) Penilaian terhadap kedisiplinan masyarakat terhadap pelaksanaan kegiatan

a. mengikuti dari tahap perencanaan hingga evaluasi b. mengikuti kegiatan gotong royong


(61)

5)Bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat dalam pelaksanaan

(1) Bagaimana pemberian arahan yang bapak/ibu berikan kepada masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan?

a. Arahan dilakaukan pokmas dengan membagi anggota pada setiap kampung

b. Arahan dilakukan dengan mengajak masyarakat bergotong royong

c. Pokmas tidak melakukan arahan

(2)Frekuensi pelaksanaan bimbingan yang dilakukan bapak/ibu lakukan masyarakat untuk menyepakati usulan kegiatan?

a. 5 - 6kali melakukan bimbingan b. 3 - 4 kali melakukan bimbingan c. 1 - 2 kali melakukan bimbingan

6) Melakukan pembukuan penerimaan dana dan pengunaan dana. (1)Pembuatanlaporan penerimaan dan penggunaan dana

(pembukuan)

a. Laporan penggunaan dan penerimaan dilakukan pokmas dan dibantu oleh FK

b. Laporan penggunaan dan penerimaan dibuat oleh FK c. Tidak ada laporan yang dibuat


(62)

(2) Penggunaan dana yang diterima kelompok masyarakat

a. Penggunaan dana disosialisakan oleh pokmas pada setiap pencairan dana kepada masyaraat

b. Penggunanaan dana dilakukan pokmas dana tanpa sepengetahuan masyarakat

c. Penggunaan dana dilakukan oleh kepala kampung

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pengaruh variabelperanan pokmas dalam Program GSMKdengan cara menjumlahkan skor dari indikator yang terdapat dalam variabel-variabel tersebut. Skor terendah pengaruh peranan pokmas dalam program adalah 1 dan skor tertinggi efektivitas programadalah 3. Pengklasifikasian tingkat pengaruh dana program ke dalam lima kelas dengan menggunakan rumus Sturges (Dajan, 1996), sehingga diperoleh yang rendah (12 - 20), sedang(21 - 29) dan yang tinggi (30 - 36)berdasarkan data lapang.

Pengukuran faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program GSMK (Variabel X) ini dengan menggunakan pertanyaan yang diberi skor dan akandipersentasekan sejauh mana indikator faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas program GSMK (Variabel X) yang telah dilaksanakan.


(63)

Pengukuran efektivitas program GSMK (Variabel Y) yaitu seberapa besar derajat keberhasilan dalam pencapain tujuan khusus program GSMK, serta kepuasan masyarakat yang tercapai, dengan

menggunakan pertanyaan yang diberi skor yaitu angka angka 3 menunjukkan tingkat efektivitas tinggi,angka 2 menunjukkan tingkat efektivitas sedang, dan angka 1 menunjukkan tingkat efektivitas rendah. Angka-angka inilah yang nantinya diolah sehingga menghasilkan skor tertentu dan akan dipersentasekan sejauh mana efektivitas program GSMK (Variabel Y).

Dimensi dan pengukurannya dapat dilakukan dengan mengajukan variabael-variabel sebagai berikut :

1. Pencapaian tujuan khusus program GSMK, yaitu (a) Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat; (b)Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan; (c) Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian

pembangunan; (d) Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan; (e) Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di

Kampung/Kelurahan serta (f) Menimbulkan rasa memiliki

masyarakat terhadap hasil pembangunan yang dilakukan.Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :


(64)

1) Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung/kelurahan dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan

masyarakat

a. GSMK mengarahkan program pembangunan dari, oleh, dan untuk masyarakat sehingga masyarakat merasakan rasa senasib sepenanggungan dalam konteks pembangunan b. GSMK mengarahkan program pembangunan demi

meningkatkan kembali semangat gotong royong

c. GSMK mengarahkan program pembangunan agar masyarakat lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembangunan

2) Proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan a. Masyarakat diarahkan dalam pembangunan mulai dari

merencanakan , melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembangunan.

b. Masyarakat mengikuti kegiatan pada saat pelaksanaan

kegiatan gotong royong rutin dan menyusun rencana kegiatan. c. Masyarakat diarahkan untuk melaksanakan gotong royong

saja

3) Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian pembangunan

a. Swadaya yang diberikan dalam bentuk peralatan, tenaga kerja, dan pemberian bahan material guna menyokong kegiatan GSMK.


(65)

b. Swadaya yang diberikan dalam bentuk peralatan dan tenaga kerja.

c. Swadaya yang diberikan hanya dalam bentuk tenaga kerja.

4) Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan

a. Gotong royong rutin dilakukan 2 kali seminggu b. Gotong royong rutin dilakukan 1 kali seminggu

c. Gotong royong dilakukan, namun tergantung kebutuhan

5) Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di Kampung/Kelurahan

a. GSMK diarahkan untuk pembangungunan sesuai prioritas kebutuhan kampung

b. GSMK diarahkan untuk pembangungunan sesuai prioritas kebutuhan kampung namun dana yang diberikan masih kurang mencukupi

c. GSMK diarahkan untuk pembangungunan namun kurang sesuai dengan prioritas kebutuhan kampung

6) Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil

pembangunan yang dilakukan ( kenyamanan, kebersamaan, dan keterbukaan)

a. Menjawab 3 alternatif jawaban b. Menjawab 2 alternatif jawaban c. Menjawab 1 alternatif jawaban


(66)

2. Kepuasan masyarakat, yaitu dapat dilihat dari kecintaan masyarakat terhadap Program GSMK, serta kebanggaan terhadap hasil yang sudah dicapai oleh Program GSMK. Indikator yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Kecintaan terhadap program GSMK a. Karena rasa senasib sepenanggungan

b. Karena pembangunan dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat

c. Karena adanya keterbukaan dalam pembangunan

2) Kepuasan dan kebanggan terhadap hasil yang sudah dicapai dalam program GSMK

a. Puas, dan berharap keinginan untuk lebih baik di tahun berikutnya

b. Belum puas karena masih menginginkan pencapaian lebih c. Tidak puas dan tidak ingin lebih baik

3) Rasa memiliki organisasi terhadap dalam program GSMK a. Puas, dan berharap keinginan untuk lebih baik di tahun

berikutnya

b. Belum puas karena masih menginginkan pencapaian lebih c. Tidak puas dan tidak ingin lebih baik

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat efektivitas program dengan cara menjumlahkan skor dari indikator yang terdapat dalam variabel-variabel tersebut. Skor terendah efektivitas program adalah 1 dan skor tertinggi


(67)

efektivitas programadalah 3. Pengklasifikasian tingkat efektivitas

programke dalam tiga kelas dengan menggunakan rumus Sturges (Dajan, 1996), sehingga diperoleh yang rendah (9 - 15), sedang(16 - 22) dan yang sangat berpengaruh (23-27)berdasarkan data lapang.

Efektivitas program GSMK adalah derajat keberhasilan program GSMK dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas tersebut dapat dicapai dengan indikator-indikator yang telah disebutkan di atas.Jika fungsi-fungsi di atas dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat dikatakan bahwa GSMK telah memiliki tingkat keefektifan yang tinggi.

Klasifikasi data lapang dirumuskan berdasarkan rumus Sturges (Dajan, 1996) dengan rumus :

=

Keterangan :

Z = Lebar selang kelas / kategori X = Nilai skor tertinggi

Y = Nilai skor terendah K = Banyaknya kelas kategori

B. Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive)dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut


(68)

merupakan salah satu kecamatan yang dipilih sebagai lokasi diadakannya program GSMK dengan tingkat partisipasi masyarakat yang rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian pada lokasi ini.Untuk penentuan responden ini juga dipilih secara sengaja (purposive) yaitu masyarakat yang ada pada Kecamatan tersebut.Data jumlah masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data kampung dan jumlah rumah tangga di KecamatanRawaPitu

No Nama Kampung Jumlah Rumah Tangga (jiwa)

1 Rawa Ragil 705

2 Gedung Jaya 637

3 Duto Yoso Mulyo 509 4 Andalas Cermin 833 5 Panggung Mulyo 303

6 Batang Hari 564

7 Sumber Agung 669

8 Bumi Sari 258

9 Mulyo Dadi 313

Jumlah 4.791

Sumber :BadanPusatStatistikTulangBawang Tahun 2014

Tabel 2.menunjukkan jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 4.791 orang. Sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

terlibatdalam program GSMK di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang yang tersebar di9kampung.

Responden dipilih secara acak (simple random sampling).Penentuan jumlah sampel mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai berikut:


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasilpenelitianyangdilakukan dapatdisimpulkan bahwa:

1. Efektivitas program GSMK dalam memberdayakan masyarakat pedesaan di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang

Bawangsudahbaik, karena tujuan khususprogram GSMK sudah tercapai dan selain itu Program GSMK juga mampu menimbulkan rasa kepuasan dan kebanggaan terhadap hasil yang telah mereka lakukan.

2. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan masyarakat tentang program GSMK, sikap setuju masyarakat terhadap Program GSMK, dan peranan Pokmas dalam Program GSMK dengan efektivitas Program GSMK di Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang dengan taraf kepercayaan 95%. Semakin tinggi ketiga faktor di atas maka semakin tinggi efektivitas Program GSMK.

B. SARAN

1. Perlu adanya sosialisasi lebih giat oleh Pokmas dalam mengajak masyarakat untuk berswadaya karenasebagian besar masyarakat


(2)

beranggapan bahwa kegiatan GSMK adalah bantuan dari pemerintah sehingga masyarakat merasa tidak perlu untuk memikul beban pembangunan.

2. Perlu adanya sosialisai kepada masyarakat mengenai tujuan Program GSMK agar masyarakat mengetahui dengan benar tentang tujuan dari Program GSMK dan masyarakat akan mampu menerima dan ikut mensukseskan tujuan dari Program GSMK tersebut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

AksaraAreni, R. 2007. Peranan Guru Pembimbing Dalam Keefektivitasan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Bidang Bimbingan Sosial Pada Siswa-Siswa Yang Terisolir Kelas XI Di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung

Atriyani, H. 2006.Efektivitas Kelompok Petani Nelayan Kecil (KPK) pada Program Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K) di Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Universitas Lampung..

Adjid, A. 1979.Peranan Kelompok Tani Dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Departemen Pertanian. Jakarta Azwar, S. 2013. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

Baheramsyah.2000. Efektivitas Kelompok Tani Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian di WKKP Palas Rwa Sragi Lampung Selatan.Tesis. Universitas Lampung.

Berry, D.1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. CV. Rajawali Press. Jakarta.

Bernard. 1997. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses.Erlangga. Jakarta. Bramley, P. 1990. Evaluating Training Effectiveness. McGraw-Hill Training

Series.

Dahl, R.1983.Democracy and Its Critics.Yale UniversityPress.New Haven Conn. Dajan, A. 1996.Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta.

Emerson, H. 1986. Sistem Birokrasi Pemerintah.CV Mas Agung. Jakarta. Gerungan, W.A.2009. Psikologi Sosial.PT Refika Aditama. Bandung Gibson, dkk. 1985. Organisasi dan Manajemen. Erlangga. Jakarta.


(4)

Gitosaputro, S.2005.Pengantar Pengembangan dan Partisipasi Pemberdayaan Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Http//:www.tulangbawangkab.bps.go.id/index/publikasi/2. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015.

Katarsasmita, G. 1996.Pembaharuan dan Pemberdayaan. Ikatan Alumni ITB. Jakarta.

Katz, D.dan Kahn, R.L. 1966.The Social Psychology of Organization. John Wiley & Sons.New York.

Keraf, G. 1979. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Nusa Indah. Jakarta.

Komarudin. 1984. Manajemen Pengawasan Kualitas Terpadu. Rajawali Pers. Jakarta.

---. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta. KonsultanManajemenPendamping LPM UNILA. 2013. Draft LaporanAkhir

Program GerakanSerempakMembangunKampung (GSMK). KabupatenTulangBawang.Lampung.

Korten, D.C. 1992. Pembangunan yang Memihak Rakyat. Lembaga Studi Pembangunan. Jakarta.

Kurniasari, N. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TBC di UPTD Puskesmas Cibogo Kabupaten Subang. Skripsi.UIN Syarif Hidayatullah.

Lisani. 2012. Efektivitas Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Bantuan Rumah Tidak Layak huni Oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Di Kabupaten Padang Lawas Utara. Skripsi. Universitas Andalas.

Lubis, I. 1984. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Mantra, I.B. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Margono, S. 1978.Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB. Bogor. Mutakin. 2013. Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) Dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Di Kecamatan Ngambur Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung.


(5)

Nawawi, H dan Hadari, M. 1992. Kepemimpinan yang Efektif. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Notoadmodjo.2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta Nurak, A.2012. Efektivitas Program Pemberdayaan Masyarakat Bagi Pelaku

Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Sikka (Studi Kasus PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Nita Tahun 2010). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Dan

Petunjuk Teknis Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK). Bappeda.Tulang Bawang.

Permadi, D. 2009. Efektivitas Pembangunan Jalan Kampung dalam Program

”RESPEK” untuk Pemberdayaan Masyarakat di distrik Musatfak

Kabupaten Jayawijaya. Tesis. Universitas Diponegoro.

Pratama, L. 2002. Pengaruh Semangat Kerja Pegawai Terhadap Efektivitas Pelayanan. Skripsi. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Riduwan. 2009.Pengantar Statistika Sosial. Alfabeta. Bandung.

Robbins, S.P. dan Coulter, M. 1996. Manajemen. PT Indeks. Jakarta. Rosalina, I. 2012. Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perkotaan pada Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa Mantren Kecamatan Karang Rejo Kabupaten Magetan. Skripsi. Universitas Negeri Surabaya.

Rusmialdi, S. 1982.Partisipasi Pemimpin Desa dalam Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Provinsi Lampung. Tesis. IPB Bogor. Sari, D.M. 2005.Partisipasi Tokoh Masyarakat Desa Dalam Pembinaan

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tirtajaya di Desa Purwodadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung.

Siegel, S. 1997.Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gramedia. Jakarta

Soekanto, S.1985. Efektivitas Hukum dan Peranan Sanksi.Remaja Rosdakarya. Bandung

Steers, R.M.1985.Efektivitas Organisasi. Erlangga. Jakarta. Sugiarto. 2003. Teknik Sampling. Gramedia. Jakarta.


(6)

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharto, E.2006.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.Refika Aditama. Bandung.

Sukmaniar.2007. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Pasca Tsunami Di

Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.Tesis. Universitas Diponegoro.

Stoner, J.A.F dan Freeman, R.E. 1994. Manajemen. Edisi Kelima. Jilid 2.Intermedia. Jakarta.

Telfer, R. 1987. The Process of Learning. Prentice Hall of Australia Pty LTD. Australia.

Tikson, D.2005.Keterbelakangan dan Ketergantungan, Teori Pembangunan DiIndonesia, Malaysia dan Thailand .Ininnawa.Makassar.

Wahyudi, B. 2002.Manajemen Sumber Daya Manusia. Sulita. Bandung. Wahyuningsih, D. 2005. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan di Kelurahan Salaman Mloyo Kabupaten Semarang.Skripsi. Universitas Diponegoro.

Walgito, B. 2003.Psikologi Sosial (Suatu Pengantar).ANDI.Yogyakarta. Wibowo.2007.Manajemen Perubahan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara...

0 33 3

Kinerja Impemntasi Program Pembangunan Gerakan Serentak Membangun Kampung/Kelurahan (GSMK/K) Tahun 2013 (Studi Kel. Menggala Selatan Kec. Menggala Kab. Tulang Bawang)

6 71 103

EFEKTIVITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN Helian Aquino 1 PROPINSI LAMPUNG

0 2 19

EFEKTIVITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM-MP) DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN Helian Aquino 1 PROPINSI LAMPUNG

0 2 20

Hubungan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang

0 13 89

PERANAN FASILITATOR KECAMATAN DALAM PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

0 4 124

HUBUNGAN PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

18 273 69

PERANAN FASILITATOR KECAMATAN DALAM MENDINAMISKAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) PADA PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) KABUPATEN TULANG BAWANG

0 18 98

PSEUDO DEMOKRASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK)

0 0 9