HUBUNGAN PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

(1)

HUBUNGAN PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

ABSTRAK Oleh Doni Tri Harsetio

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui peranan POKMAS di Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK, (2) mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK, dan (3) mengetahui hubungan antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang pada bulan Juni-Juli 2013. Sampel yang diambil adalah 53 responden masyarakat yang memiliki peran dalam Program GSMK dan 70 anggota POKMAS. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang digunakan adalah analisis rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan, (1) peranan POKMAS dalam program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang termasuk dalam kategori tinggi, (2) tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang termasuk dalam kategori sangat tinggi, dan (3) terdapat hubungan yang nyata antara peranan POKMAS dan tingkat partisipasi dalam program GSMK, artinya semakin tinggi peranan POKMAS dalam melaksanakan program GSMK, maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang.

Kata kunci: POKMAS, GSMK, Partisipasi


(2)

RELATIONSHIP BETWEEN THE ROLE OF ‘POKMAS’ ANDCOMMUNITY PARTICIPATION LEVEL IN VILLAGE BUILDINGSIMULTANEOUS MOVEMENT (‘GSMK’) PROGRAM IN

TULANG BAWANG DISTRICT ABSTRACT

By

Doni Tri Harsetio

This research aimed to understand (1) the role of Community Group

(‘POKMAS’), (2) the level of participation, and (3) the relationship between POKMAS role and commmunity participation level in GSMK Program at Tulang Bawang District. This research was conducted in Tulang Bawang District in June– July 2013. Respondents were 53 GSMK program members and 70 POKMAS members in the district. Qualitative descriptive analysis was used for the research. Rank Spearman analysis was used for data analysis. The results showed that (1) the role of POKMAS in GSMK program in Tulang Bawang District is categorized in high level, (2) the level of community participation in GSMK Program is categorized in very high level, and (3) there is a significant relationship between the role of POKMAS and participation level in GSMK program. The higher the role performed by the POKMAS, the higher the community participation level in the GSMK program in Tulang Bawang district.


(3)

HUBUNGAN PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM

GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN MAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

DONI TRI HARSETIO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

j't'h.

: -.: .:.'..:'i!:: r..ii\;i:.:: i :'iIi-r| :1r,.::,:..i.,>,,...' t:ii:;'::.

'.r- "'' 1': j l'1 f i''j:':l ''tt'' 'i ':_: ii I

; ., -'';r..,l.l,,t.I,t'. . : ;.r'1 r .1:i,,'1;"':I .,

j;. ,-:::r;r.-:: ;..-i.,;t r.j:.:lr::il_:.i,f_,r ,-- ':i.i,_ij,.iil-:.: i i:.:


(5)

":i ; \,:. $.;+***ffT"' ." ... ,';i,'i'. , : . ...,-,r: ;

*A:

'ffi'oi,r.''.'.;".ii.i1,

-''':,

;

.i;;;, ;:,"

"'"iri1r,1.,,,...

, r:..ri'',1 'ii 1-l'

,, :" : ,:i. .. ':,...':::i..,,. : .i:i.:':...j:;i -.. .. I t.,' . '., ,

i.'., ; .:ri ii;:l"i;";1.'; i..i..:il;;,r':;a"t' ,.,.

.. i a.;.:r .4,:-:; : ii1:


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 3 September 1992. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Hi. Edy Mulyanto, S.Pd, dan Hj. Ibu Suci Harpangesti, S.Pd. Penulis pertama kali mengenal dunia pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-azhar 1996. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Al-Azhar I pada tahun 1998, SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti

organisasi Himaseperta sebagai anggota bidang minat bakat dan kreatifitas pada tahun 2011-2012 sebagai Sekertaris Bidang. Pada tahun 2013 Penulis

melaksanakan Praktek Umum (PU) pada CV Mitra Tani Parahyangan Cianjur, Jawa Barat. Pada tahun yang sama penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Paduan Rajawali, Kecamatan Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang. Terakhir penulis melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Peranan Kelompok Masyarakat (POKMAS) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang.


(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Peranan Kelompok Masyarakat (POKMAS) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M.S., selaku pembimbing pertama atas bimbingan, nasihat, dukungan dan perhatian yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.

2. Helvi Yanfika, S.P, M.E.P., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.


(8)

3. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc., sebagai dosen penguji Skripsi ini atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Ir. Hurip Santoso, M.S., selaku pembimbing akademik atas dukungan dan sarannya selama proses perkuliahan.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah

diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung. 7. Orang tuaku tercinta, Ayahanda Edy Mulyanto dan Ibunda Suci Harpangesti,

serta kedua kakakku, dan adiku, Didit Haryanto, Dita Haryaningtiyas, dan Dennis Mulyaharpangestu atas semua limpahan dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

8. Bapak Syahrudin, Bapak Miswanto, Mas Agus dan Mas Agung. Bapak Kepala Desa beserta perangkat desa di wilayah penelitian, yang telah membantu penulis selama proses penelitian di Lapangan.

9. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010 Altri, Ajus, Debby, Bara, Hendra, Dion, Kholis, David, Pram, Sinta, Dwi, Hani, Wanda, Aya, Riza, Cherry, Chandra, Reza, Edo, Roche, Yudha, Linggih, Rifki, Dimash, Hasan, Ludi, Yoan, Rahmat, Dani TB, Dani I, Wayan, Seta, Devi, Teri, Ike, Nisya, Fitria, Silvia, Rani, Andini, Ayi, Kety, Madu terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini. Semoga kelak kita semua menjadi orang yang sukses.

10. Kanda, yunda, dan adinda 2003, 2004, 2006, 2007, 2008, 2009, 2011, 2012 dan 2013 atas bantuan dan saran kepada penulis selama proses perkuliahan.


(9)

11. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mbak Ayi, Mbak Iin, Mas Kardi, Mas Boim, Mas Bukhari) atas semua kemudahan dan bantuan yang diberikan.

12. Semua pihak yang telah membantu demi terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ... v

I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 5

C. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) ... 6

2. Pengertian Peranan ... 13

3. Partisipasi ... 15

4. Pengertian Kelompok Masyarakat POKMAS ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 23

C. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi ... 28

B. Penentuan Lokasi, Waktu, dan Responden ... 37

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... ... 43

A. Keadaan Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 43

B. Letak Geografi dan Luas Kabupaten ... ... 43

C. Topografi ... 44

D. Iklim ... ... 45

E. Geologi dan Hidrologi ... ... 45

F. Potensi Demografi ... ... 46

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ... 46

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Penggolongan Agama ... 48

4. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 49


(11)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... 52

A. Keadaan Umum Responden ... 52

1. Keadaan Umum Masyarakat Responden ... 52

2. Keadaan Umum Anggota Pokmas ... 53

B. Deskripsi Variabel (X) Hubungan Peranan Pengurus Kelompok Masyarakat Dalam Program GSMK ... 55

C. Deskripsi Variabel (Y) Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program GSMK ... 65

D. Pengujian Hipotesis ... ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 74

A. Kesimpulan ... ... 74

B. Saran ... ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... ... 76 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas wilayah jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah

Kampung Kabupaten Tulang Bawang .... ... ... 3

2. Jumlah populasi rumah tangga Kabupaten Tulang Bawang ... ... 40

3. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur ... ... 46

4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ... ... 47

5. Jumlah penduduk berdasarkan penggolongan umur ... ... 48

6. Sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang ... ... 49

7. Luas areal tanaman pertanian dan perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang ... ... 51

8. Keadaan masyarakat responden ... ... 52

9. Keadaan responden masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 53

10. Keadaan anggota pokmas berdasarkan umur ... ... 54

11.Keadaan anggota pokmas berdasarkan tungkat pendidikan formal ... ... 54

12.Sebaran skor hubungan peranan kelompok masyarakat dalam Program GSMK ... ... 55

13.Peranan pokmas dalam menyelenggarakan kegiatan dan bertanggung Jawab secara teknis dan administratif... 56

14. Peranan pokmas dalam penyusunan proposal dan rencana teknis kegiatan ... ... 57

15. Peranan pokmas dalam menyiapkan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis kegiatan ………... 58

16. Peranan pokmas dalam penyebarluaskan dan pensosialisasikan program GSMK ……...……….... 59

17. Peranan pokmas dalam menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan ...…...………... 60


(13)

18.Peranan pokmas dalam menyiapkan rekening kolektif pokmas bersama

Kepala kampung pada bank yang ditunjuk ... ... 61

19.Peranan pokmas dalam terselenggaranya kegiatan pembangunan sarana Dan prasarana yang direncanakan ... ... 62

20.Peranan pokmas dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam Pelaksanaan kegiatan ... ... 63

21. Peranan pokmas dalam melakukan kegiatan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana ……... 64

22. Peranan pokmas dalam melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepala kampung dan camat. ... ... 65

23. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK ... ... 66

24. Tingkat partisipasi dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam Pengambilan keputusan ... ... 67

25. Tingkat partisipasi swadaya dalam program GSMK ... ... 68

26. Tingkat partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ... ... 68

27. Tingkat partisipasi dalam pemanfaatan dan menikmati hasil ... ... 69

28. Tingkat partisipasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan ... ... 70

29. Pengujian hubungan peranan pengurus kelompok masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK ... 72

30. Data keadaan umum responden kelompok masyarakat ... 79

31. Data keadaan umum responden masyarakat ... 81

32. Data variabel (X) kelompok masyarakat berdasarkan data ordinal ... 82

33. Data variabel (Y) tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan data ordinal ... 85

34. Data variabel (X) kelompok masyarakat berdasarkan data interval ... 87

35. Data variabel (Y) tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan data interval ... 91

34. Jumlah nilai rata-rata variabel (X) dan variabel (Y) berdasarkan data interval ... 93


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma hubungan peranan pengurus kelompok masyarakat (POKMAS) terhadap partisipasi masyarakat dalam program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pengertian pembangunan menurut Kartasasmita (1996), sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pelaksanaan pembangunan dapat mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju, oleh karena itu pembangunan nasional merupakan cerminan untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Indonesia.

Pembangunan daerah merupakan turunan dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional tidak akan tercapai tujuannya tanpa adanya

pembangunan di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Pada era otonomi daerah, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dalam mengatur daerahnya. Selain itu daerah memberikan


(16)

kewenangan kepada masyarakat secara luas untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan yang ada di daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya, serta kemampuan dan keunikan yang ada pada setiap daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang merancang suatu program pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya di dilakukan oleh

masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat itu sendiri. Program ini diberi nama “Gerakan Serempak Membangun Kampung” (GSMK). Program GSMK adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang agar mereka berbuat kebaikan secara bersama dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung di seluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

Pada tahap pertama dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang, pemerintah menfokuskan pada pembangunan infrastruktur kampung yang dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun (2013 –2017) yang dilaksanakan setiap tahunnya sesuai dengan tahun anggaran kegiatan pemerintahan

Kabupaten Tulang Bawang. Bupati dan Wakil bupati merupakan

penanggung jawab program GSMK di tingkat kabupaten dan camat, fasilitaor kecamatan, dan astek merupakan penanggung jawab keberhasilan

pelaksanaan Program GSMK di tingkat kecamatan. Pelaksanan Program GSMK di tingkat kelurahan terdiri dari Kelompok Masyarakat (POKMAS) dan kepala kampung.

Sasaran Lokasi Kegiatan GSMK adalah seluruh seluruh kampung di seluruh Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Sasaran pembangunan fisik, seperti sarana dan prasarana kampung yang sangat


(17)

dibutuhkan dan bermanfaat bagi masyarakat kampung yaitu pembuatan jalan onderlagh, jembatan, saluran irigasi, atau lainnya dengan Persetujuan Bupati. Kabupaten Tulang Bawang memiliki 15 kecamatan dan wilayah Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah sebesar 346.632 ha, dengan jumlah penduduk sebesar 410.725 jiwa. Besarnya luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah kampung di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah kampung di Kabupaten Tulang Bawang.

Kecamatan Luas wilayah

(Km²) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Jumlah Kampung

1. Banjar Agung 230,88 37.974 155 9

2. Banjar Margo 132,95 38.475 278 11

3. Gedung Aji 114,47 13.933 115 10

4. Penawar Aji 104,45 18.014 164 9

5. Meraksa Aji 94,71 14.335 138 8

6. Menggala 344,00 47.020 121 10

7. Penawar Tama 210,53 27.394 124 9

8. Rawajitu Selatan 123,94 31.980 251 10

9. Gedung Meneng 657,07 38.368 57 9

10.Rawajitu Timur 176,65 29.166 165 9

11.Rawa Pitu 169,18 16.375 95 8

12.Gedung Aji Baru 95,36 21.328 220 14

13.Dente Teladas 686,65 59.376 87 12

14.Banjar Baru 132,95 13.753 91 11

15.Menggala Timur 193,53 13.014 62 11

Jumlah 346.632 410.725 116 150

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa Kecamatan Dente Teladas memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar 686,65 Km2 dan 59.376 jiwa. Kecamatan yang memiliki luas wilayah terendah adalah Kecamatan Meraksa Aji sebesar 94,71 Km2.


(18)

Penyelenggaran program GSMK dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau biasa disebut dengan POKMAS. Terdapat 7 orang POKMAS dari masing-masing kampung, yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, seksi pelaksana kegiatan, seksi monitoring/pengawasan, seksi evaluasi dan seksi pemeliharaan. Salah satu tugas dari POKMAS adalah menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan

kegiatan. Salah satu keberhasilan peran POKMAS adalah sejauh mana POKMAS dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan secara gotong royong agar tingkat partisipasi masyarakatnya tinggi.

Menurut Madrie (1988), partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil pembangunan, baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut pedoman pelaksanaan program GSMK tahun 2013, keberhasilan program GSMK ini akan terlaksana dengan baik bergantung pada besarnya peranan POKMAS dan partisipasi seluruh masyarakat. Tanpa adanya peranan POKMAS dan partisipasi dari masyarakat maka program GSMK ini tidak akan berhasil.

Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana peranan pengurus POKMAS dan tingkat


(19)

Dari uraian di atas rumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah : 1. Peranan POKMAS Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK di

Kabupaten Tulang Bawang ?

2. Tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang ?

3. Hubungan antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang ? B. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui peranan POKMAS di Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK.

2. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang dalam Program GSMK.

3. Mengetahui hubungan antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang.

C. Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna bagi :

1. Bahan informasi bagi pemerintah daerah, khususnya bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tulang Bawang.

2. Pertimbangan pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan-kebijkan dalam proses pembangunan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGAKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Program Gerakan Serentak Membangun Kampung “GSMK”

Menurut pedoman pelaksanaan program GSMK (2013), GSMK adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari, dan hasilnya untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang agar mereka berbuat kebaikan secara bersama dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung di seluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang. Program ini tercantum dalam

Peraturan Bupati Tulang Bawang Barat No.42 Tahun 2011 tentang pelaksanaan program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) Tujuan dari pemberian Program Geraka Serentak Membangun Kampung (GSMK) ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat kampung dalam pembangunan daerah, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat.

2. Meningkatkan proses pembelajaran demokrasi dalam pembangunan. 3. Meningkatkan swadaya masyarakat dalam pelaksanaan dan pelestarian

pembangunan.

4. Meningkatkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam melaksanakan proses pembangunan.


(21)

5. Mempercepat pembangunan sarana dan prasarana di Kampung. 6. Menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap hasil pembangunan

yang dilakukan.

Adapun sasaran lokasi dan lingkup kegiatan dari Program GSMK sebagai berikut.

a. Sasaran Lokasi

Sasaran lokasi kegiatan ProgramGerakan Serentak Membangun Kampungadalah di wilayah Kampung/Kelurahan se-Kabupaten Tulang Bawang sesuai Keputusan Bupati Tulang Bawang berdasarkan usulan Tingkat Kecamatan serta Rekomendasi Tim Pembina dan Koordinasi Kabupaten.

b. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup Kegiatan yang dapat dilakukan melalui Program Gerakan Serentak Membangun Kampung ini adalah kegiatan

Pembangunan Sarana dan Prasarana kampung yang sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi masyarakat, seperti pembangunan jalan

Onderlagh, pembangunan jembatan, pembangunan saluran Irigasi

tersier.

Adapun prinsip dasar dari Program GSMK ini adalah :

1. Inisiatif, bermakna bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan harus berasal dari usulan yang direncanakan oleh masyarakat


(22)

2. Partisipatif, bahwa dalam proses pelaksanaan program/kegiatan yang direncanakan mengedepankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat secara aktif baik dalam bentuk pembiayaan, tenaga kerja, bahan material, maupun ide dan pemikiran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.

3. Demokratis, bahwa dalam penentuan kegiatan yang akan direncanakan ditentukan dan diputuskan secara bersama baik di tingkat

Kampung/Kelurahan maupun pada tingkat Kecamatan.

4. Manfaat, bahwa kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.

5. Gotong Royong, bahwa pelaksanaan kegiatan yang direncanakan mampu mengedepankan rasa gotong royong dan kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat.

6. Berkelanjutan,bahwa kegiatan yang dilaksanakan dapat dipelihara, dan dilestarikan oleh masyarakat sendiri.

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan pemberian bantuan dana stimulan melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang dialokasikan kepada kampung sesuai Keputusan Bupati Tulang Bawang berdasarkan usulan kecamatan serta rekomendasi Tim Pembina dan Koordinasi Kabupaten.


(23)

Adapun prinsip pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Dana BLM Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut. 1. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat

dengan menggunakan sumberdaya, tata cara dan teknologi tepat guna spesifik lokasi.

2. Semua kegiatan dikelola secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis, maupun administratif. 3. Kegiatan yang dilakukan masyarakat Kampung/Kelurahan,

merupakan kegiatan yang direncanakan dan dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

4. Bentuk swadaya masyarakat dapat berupa bahan-bahan material (pasir, batu, semen), dana, tenaga kerja, dan lain lain.

5. Apabila terjadi sesuatu yang mengharuskan terjadinya perubahan jenis kegiatan yang telah ditetapkan, dibuat pernyataan dari masyarakat Kampung melalui Tim Kecamatan dengan syarat tidak menambah alokasi Dana BLM Program GSMK yang sudah ditetapkan. Program dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Pendamping dan Tim Pembina Kabupaten.

Adaupun organisasi Pelaksana Program GSMK ini adalah sebagai berikut. 1. Tingkat Kabupaten

a. Bupati dan Wakil Bupati sebagai penanggungjawab Program GSMK.

b. Sekretaris Daerah sebagai Ketua Tim Pengarah dengan anggota para Assisten Sekretaris Daerah Kabupaten dan Inspektorat Kabupaten.


(24)

c. BPMPK/K sebagai Ketua Tim Pembina dan Koordinasi Program GSMK dengan anggota Dinas/Instansi Teknis terkait.

d. Tim Pengawas dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten. 2. Tingkat Kecamatan

Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan Program GSMK terdiri dari Camat, Sekretaris Kecamatan dan seorang Kasi atau lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Tim Pembina dan

Koordinasi Tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mempunyai tugas sebagai berikut.

a. Membentuk Tim Koordinasi dan Pembina Tingkat Kecamatan, yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK)

b. Menetapkan Fasilitator Kecamatan sebagai petugas teknis yang akan berada dibawah Koordinasi Konsultan Manajemen Pendamping. c. Melakukan sosialisasi Program GSMK Kepada Kelompok

Masyarakat Kampung/Kelurahan.

d. Membentuk Tim Pelaksana Kegiatan di Kampung/Kelurahan (POKMAS) di wilayah kecamatan atas usulan kepala

kampung/kelurahan, berdasarkan hasil musyawarah kampung/kelurahan.

e. Menyampaikan Usulan Program/Kegiatan Kampung/Kelurahan yang telah diverifikasi oleh Konsultan Manajemen Pendamping dan Tim Kecamatan.


(25)

f. Melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait dalam melaksanakan Program GSMK di Kecamatan.

g. Memfasilitasi dan memantapkan rumusan rencana kegiatan yang akan diusulkan dan dilaksanakan dalam Program GSMK.

h. Menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan.

i. Mengetahui dan menyetujui pengalokasian dan pencairan dana BLM Program Gerakan Serentak Membangun Kampung oleh POKMAS j. Melakukan pengawasan dan Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan. k. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Pihak

Kabupaten secara periodik. 3. Tingkat kelurahan

Pembina dan Koordinasi Tingkat Kampung/Kelurahan Program GSMK adalah Kepala Kampung/Lurah. Pembina dan Koordinasi Tingkat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini mempunyai tugas sebagai berikut.

a. Membantu tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan

membentuk Tim Pelaksana Kegiatan Program GSMK yang disebut POKMAS, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi. b. Bersama dengan Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan

melakukan sosialisasi Program GSMK kepada masyarakat Kampung/Kelurahan.

c. Membantu Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan dalam pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan POKMAS.


(26)

d. Membantu POKMAS dalam menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan.

e. Mengetahui dan menyetujui proposal kegiatan Program GSMK oleh POKMAS.

f. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pembina dan Koordinasi Tingkat Kecamatan

Tim Pelaksana Kegiatan Program GSMK adalah POKMAS, ditetapkan dengan Surat Keputusan Camat atas usul Kepala Kampung/Lurah, berdasarkan hasil musyawarah Kampung/Kelurahan. Kelompok Masyarakat (POKMAS) sebagaimana disebut pada ayat (3) pasal ini memiliki tugas sebagai berikut.

a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan.

b.Menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan fasilitasi Petugas Teknis Kecamatan, dan Astek (Konsultan Manajemen Pendamping).

c. Menyiapkan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang diberikan.

d.Menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan

e. Membuat atau membuka Rekening POKMAS di Bank yang ditunjuk dengan spesimen Ketua POKMAS dan Bendahara POKMAS.


(27)

f. Untuk pencairan Dana BLM dari rekening POKMAS, bendahara POKMAS harus mengajukan usulan untuk penggunaan dana kegiaatan ke Camat/PJOK setelah disetujui baru ke bank untuk dicairkan.

g. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan bersama masyarakat.

h.Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.

i. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan lainnya. j. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Camat secara

periodik.

k.Kelompok Masyarakat (POKMAS) Pelaksana Kegiatan Tingkat Kampung/ Kelurahan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Seksi-seksi (Seksi Pelaksana, Seksi Monitoring dan Evaluasi serta Seksi Pemeliharaan) sedangkan anggota POKMAS disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

2. Pengertian Peranan

Roucek dan Warren (1984) mengemukakan bahwa peranan adalah pola tingkah laku yang dilakonkan individu pada saat berinteraksi berdasarkan pada pengalamannya terdahulu dan derajat persetujuannya terhadap apa yang dianggapnya sebagai jangkauan orang lain. Ciri yang ditunjukkan dengan nyata oleh individu dalam saling berinteraksi umum dalam situasi yang disebut peranan sosial.


(28)

Menurut Soekanto (1990), peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang tersebut

menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukam atau kedudukan tanpa peranan.

Peranan mencakup tiga hal sebagai berikut.

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu-individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut.

1. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

2. Peranan dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya.


(29)

3. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tidak mampu melaksanakan peranan yang diharapkan oleh masyrakat karena mungkin pelaksanaannya membutuhkan pengorbanan.

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Peranan merupakan suatu konsep yang saling berkaitan, peranan seseorang ditentukan oleh stastus atau kedudukannya dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai peranan yang berbeda-beda.

Menurut Berry (1995) peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Selanjutnya ia juga mengemukakan tentang konsep harapan-harapan (role expectation) yang terangkum dalam dua macam harapan yaitu, (1) harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dari pemegang peran, (2) harapan dari pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya. 3. Partisipasi

Menurut Madrie (1988) partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut mendapatkan keuntungan dari proses dan hasil pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Adanya keuntungan yang didapat dari hasil pembangunan itulah masyarakat dapat memenuhi


(30)

kebutuhan, meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui

pemberdayaan masyarakat mencakup lima hal, yaitu perencanaan, swadaya masyarakat, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi, menerima dan memanfaatkan hasil pembangunan.

Menurut Koentjarningrat (1974) tipe partisipasi ada 2 macam, yaitu partisipasi masyarakat sebagai aktivitas bersama dalam setiap program khusus, dan 2) partisipasi masyarakat sebagai individu di luar aktivitas bersama. Partisipasi masyarakat secara berkelompok termaksuk di dalam pembangunan. Masyarakat secara berkelompok ikut serta dalam

partisipasi menyumbangkan tenaga dan hartanya pada program-program pembangunan khususnya yang bersifat fisik. Jika masyarakat yakin program itu bermanfaat baginya, maka mereka akan berpatisipasi dengan semangat tinggi dan spontan tanpa mengharapkan upah dari program. Sebaliknya bila ia dipaksa atau diperintah tanpa gambaran yang jelas mereka akan berpartisipasi dengan semangat yang rendah. Selain itu, partisipasi individu tidak saja bersifat fisik, tetapi dapat berupa menabung, membayar cicilan kredit, dan membeli sarana produksi atas dasar kemauan sendiri.

Menurut Mardikanto (1991) mengartikan partisipasi sebagai keikutsertaan seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Pengertian partisipasi tersebut mendukung maksud bahwa keikutsertaan masyarakat atau petani dalam pembangunan pertanian karena adanya


(31)

kesadaraan dari dalam diri individu bukan adanya paksaan dari pihak luar. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Ada dua makna partisipasi masyarakat sebagai berikut.

1. Partisipasi transformasional yaitu terjadi ketika partisipasi itu dipandang sebagai tujuan dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

2. Partisipasi instrumental yaitu terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai sasaran tertentu.

4. Pengertian Kelompok Masyarakat “POKMAS”

Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan mengadakan hubungan antara sesama mereka (Soekanto, 1990). Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling menolong. Salah satu ciri yang terpenting dari kelompok menurut Tomosoa (1978 dalam Mardikanto, 1991) adalah suatu kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Tujuan ini dicapai melalui pola intenteraksi yang mantap dan masing-masing (individu yang menjadi anggotanya) memiliki peranannya sendiri-sendiri. Kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri :


(32)

b. Memiliki interaksi dan interrelasi sesama anggotanya. c. Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas.

d. Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepekati bersama. e. Memiliki keinginan dan tujuan bersama.

Menurut pedoman pelaksanaan program GSMK (2013), kelompok masyarakat adalah kumpulan dari individu yang saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga terjadinya timbal balik dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan dari kelompok masyarakat itu sendiri. Berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program GSMK terdapat tentang POKMAS yang dimana merupakan penyelenggara program GSMK di tingkat kampung ditetapkan dengan surat keputusan camat atas usul kepala kampung berdasarkan hasil musyawarah kampung. POKMAS memiliki tugas seperti yang dijelaskan dalam pedoman pelaksanaan Program GSMK dalam keputusan Bupati Tulang Bawang sebagai berikut.

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan

2. Menyusun proposal dan rencana teknik kegiatan

3. Menyiapkan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis

4. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program

5. Menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan 6. Menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung


(33)

7. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan

8. Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan

9. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana 10. Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada

camat secara periodik

Peranan Ketua POKMAS adalah sebagai koordinator kegiatan di lapangan yang bersama masyarakatnya memutuskan jenis kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan. Sekretaris mencatat hasil-hasil rapat, membuat laporan dan administrasi lainnya, sedangkan Bendahara membukukan penerimaan dan pengeluaran dana, serta membuat laporan pertanggung jawaban keuangan kepada pemerintah dan penyandang dana lainnya. Tim pelaksana menyusun proposal, menyusun rencana anggaran biaya dan membuat rancang bangun, serta mengkordinir seluruh kegiatan di lapangan.

B. Penelitian Terdahulu

Wijaya (2011) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara peranan peratin (kepala kampung) dengan tingkat kinerja kelompok masyarakat (POKMAS) dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.


(34)

2. Mengetahui tingkat kinerja POKMAS.

3. Mengetahui hubungan antara peranan peratin dengan tingkat kinerja POKMAS.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa :

1. Peranan peratin dalam program GMBR di Kabupaten Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 80 persen. Hal ini karena sebagian besar peratin sudah melaksanakan perannya dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam Program GMBR. Peratin selalu melakukan sosialisasi program kepada seluruh lapisan masyarakat, memfasilitasi dan memantabkan rumusan rencana kegiatan,

membentuk POKMAS, menginventasrisasi swadaya masyarakat, pendampingan POKMAS, memimpin forum musyawarah, memantau dan evaluasi serta pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan dari awal proses pembangunan hingga selesai program pembangunan. 2. Tingkat kinerja POKMAS dalam Program GMBR di Kabupaten

Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 70 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa POKMAS sudah cukup baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam Program GMBR namun belum dapat tercapai secara maksimal. Hal ini dikarenakan masih ada berberapa kegiatan yang dilaksanakan masih dalam klasifikasi sedang, adaupun berberapa bentuk kegiatan tersebut yaitu kegiatan penyusunan proposal rencan kegiatan, menginvenstarisasi potensi swadaya masyarakat, membimbing mengarahkan masyarakat dalam


(35)

pelaksanaan kegiatan, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja secara keseluruhan.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara peranan peratin/kepala pekon dengan tingkat kinerja POKMAS dalam Program GMBR (rs=0,467) yang ditunjukan oleh nilai hitung 3,384 lebih besar dari t-tabel pada α = 0,05 dan α = 0,01, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik peranan peratin dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam program GMBR maka semakin tinggi tingkat kinerja POKMAS sebagai pelaksana kegiatan dalam Program GMBR.

Zenda (2011 ) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara tingkat peranan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pekon (LPMP) dengan tingkat kinerja pengurus kelompok masyarakat (POKMAS) dalam program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Tujuan peneliatan ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui tingkat peranan Pengurus Lembaga pemberdayaan masyarakat pekon (LPMP) dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR).

2. Menegetahui tingkat kinerja Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat.

3. Mengetahui hubungan tingkat peranan Pengurus Lembaga


(36)

Pengurus Kelompok Masyarakat (POKMAS) dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

1. Tingkat peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pekon dalam program GMBR di Kabupaten Lampung Barat, secara keseluruhan sudah baik dan dalam klasifikasi tinggi, hal tersebut dibuktikan dengan LPMP melaksanaka peranannya secara baik. Tingkat peranan LPMP yang telah dilakukan membantu melakukan sosialisasi

program, memfasilitasi dan memantapkan rumusan rencana kegiatan. Bersama peratin, LHP, dan tokoh masyarakat secara musyawarah membentuk POKMAS, mendampingi POKMAS pelaksana kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan yang direncanakan, menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat, ikut memfasilitasi forum musyawarah tingkat pekon baik dalam perencanaan,

pelaksanaan, maupun dalam pemeliharaan dan kelestarian kegiatan serta memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.

2. Tingkat kinerja POKMAS dalam program GMBR di Kabupaten Lampung Barat, secara keseluruhan sudah baik dan dalam klasifikasi tinggi. Tingkat kinerja POKMAS yang telah dilakukan yaitu

terkoodinirnya kegiatan di lapangan, pelaporan mengenai dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksana dan teknis. Pembukuan tentang penerimaan dana dan penggunaan dana, pendataan potensi swadaya


(37)

masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan dan terlaksananya kegiatan pembanguanan sarana dan prasarana yang direncanakan.

3. Terdapat Hubungan nyata antara tingkat peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pekon (LPMP) dengan tingkat kinerja Kelompok Masyarakat (POKMAS) dalam program GMBR. Semakin baik LPMP menjalankan peranannya maka semakin tinggi kinerja Kelompok Masyarakat (POKMAS) dalam program GMBR. C. Kerangka Pemikiran

Pada era otonomi daerah, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dalam mengatur daerahnya. Selain itu daerah memberikan kewenangan kepada masyarakat luas untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan yang ada di daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya, kemampuan, dan keunikan yang ada pada setiap daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Tulang Bawang merancang suatu program pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat itu sendiri. Program ini diberi nama Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK). Program GSMK adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk masyarakat Kabupaten Tulang Bawang agar berbuat kebaikan secara bersama dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur kampung di seluruh wilayah Kabupaten Tulang Bawang.


(38)

Penyelenggara program GSMK dilaksanakan oleh kelompok masyarakat (POKMAS). Salah satu aspek yang diperlukan dalam program GSMK adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil pembangunan, baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut pedoman pelaksanaan keberhasilan program GSMK tahun 2013 tidak hanya ditentukan oleh partisipasi masyarakat, tetapi peranan kelompok

masyarakat sangat diperlukan agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan program GSMK.

Berdasarkan uraian di atas maka variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah peranan POKMAS dalam program GSMK. Berberapa peranan yang harus dilakukan oleh POKMAS sebagai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman petunjuk pelaksanaan dan teknis program GSMK tahun 2013 sebagai berikut.

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan fasilitasi Petugas Teknis Kecamatan, dan Astek (Konsultan Manajemen Pendamping).


(39)

3. Menyiapkan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis

4. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program

5. Menginventarisasi dan menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan.

6. Menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung

7. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan bersama masyarakat.

8. Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.

9. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan lainnya. 10. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Camat

secara preodik.

Berdasarkan variabel terikat (Y) ini adalah tingkat partisipasi masyarakat. Menurut Madrie (1998) partisipasi masyrakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut mendapatkan keuntungan dari proses dan hasil pembangunan yang baik. Adanya keuntungan-keuntungan yang didapat dari hasil pembangunan itulah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui program gerakan serentak membangun kampung memiliki lima indikator-indikator yaitu Perencanaan pembangunan dan ikut dalam pengambil keputusan, pemikul


(40)

beban pembangunan (berswadaya), pelaksanaan pembangunan, penerima dan pemanfaatan hasil pembangunan, monitoring dan evaluasi kegiatan. Secara sistematis kerangka pemikiran hubungan antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Paradigma hubungan peranan kelompok masyarakat (POKMAS) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang.

Variabel Bebas (X) Peranan Kelompok Masyarakat (POKMAS) dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang.

1. Penyelenggaraan dan pertanggung jawaban secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan

2. Penyelenggaraan penyusunan proposal

dan rencana teknik kegiatan

3. Penyiapan dokumen administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis 4. Penyebarluasaan dan mensosialisasian

program

5. Penghimpunan potensi swadaya

masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan 6. Penyelenggaraan penyiapkan rekening

kolektif bersama kepala kampung 7. Penyelenggaraan kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan

8. Pembimbingan dan Pengarahan

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan 9. Penyelenggaraan pembukuan

penerimaan dana dan penggunaan dana

10. Penyelenggaraan pelaporan

perkembang pelaksanaan dan hasil

Variabel Terikat (Y)

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang.

1. Perencanaan pembangunan

dan ikut dalam pengambil keputusan.

2. Pemikul beban

pembangunan (berswadaya).

3. Pelaksanaan pembangunan.

4. Penerima dan pemanfaatan

hasil pembangunan.

5. monitoring dan evaluasi


(41)

D.Hipotesis

Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang nyata antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kabupaten Tulang Bawang.


(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dan diuji sesuai dengan tujuan penelitian. Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) ini merupakan suatu program pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan daerah yang dimana program tersebut dalam perencanaannya dari masyarakat, pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat itu sendiri. Program unggulan pembangunan sarana dan prasarana program GSMK 2103, seperti pembangunan jalan onderlagh, jembatan, dan saluran irigasi tersier. Dalam penelitian ini peubah atau variabel (X) menunjukan peranan POKMAS, variabel tersebut akan

berhubungan dengan variabel terikat (Y) yaitu tingkat partisipasi masyarakat. 1. Peranan POKMAS dalam program GSMK (variabel X)

Peranan POKMAS dalam program GSMK meliputi 10 indikator mengacu pada pedoman pelaksanaan program GSMK, 2013. Variabel ini diukur dengan menggunakan pertanyaan, dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 33 pertanyaan. Skor ini diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (106,28-123,00),


(43)

tinggi (89,57-106,27), sedang (72,86-89,56), rendah (56,15-72,85), dan sangat rendah (39,23-56,14). Pengklasifikasian kelas ini dilakukan menggunakan data ordinal yang ditransformasikan menjadi data interval, karena data ordinal tidak bisa diolah secara aritmatika, sehingga data tersebut diolah menggunakan software Method of Succesive Interval

(MSI).

Dimensi dan pengukurannya skor dapat dilakukan dengan mengajukan indikator-indikator sebagai berikut.

A. Peranan POKMAS dalam menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan program GSMK yaitu sejauh mana peranan POKMAS dapat melaksanakan semua kegiatan program GSMK, dan juga melaksanakan pengolahan dana terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis maupun administratif. Pengukuran indikator tersebut

menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (14,81-17,20), tinggi (12,42-14,80), sedang (12,41-10,19), rendah (7,63-10,18), dan sangat rendah (5,23-7,62).

B. Peranan POKMAS dalam penyusunan proposal dan rencana teknik kegiatan yang akan dilaksanakan dengan fasilitasi petugas teknis kecamatan dan konsultasi manajemen pendamping yaitu tugas peranan POKMAS dalam mengatur secara baik proposal maupun rencana


(44)

anggaran dan biaya kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program GSMK. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar

pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. Skor

diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (14,40-16,42), tinggi (12,34-14,40), sedang (10,27-12,33), rendah (8,20-10,26), dan sangat rendah (6,13-8,19).

C. Peranan POKMAS dalam menyiapkan dokumen adminstrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan teknis yang diberikan adalah tugas peranan POKMAS dalam menyiapkan dokumen administrasi tersebut sesuai dengan juklak juknis. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 2 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (6,53-7,66), tinggi (5,41-6,52), sedang (4,27- 5,39), rendah (3,14-4,26), dan sangat rendah (2,00-3,13).

D. Peranan POKMAS dalam menyebarluaskan dan mensosialisasikan program GSMK yaitu tugas peranan POKMAS untuk

menyebarluaskan dan mensosialisasikan program agar masyarakat mengetahui dan ikut berpartisipasi di dalam program GSMK. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas


(45)

sangat tinggi (14,43-16,48), tinggi (12,37-14,42), sedang (10,31-12,36), rendah (8,25-10,30), dan sangat rendah (6,18-8,24).

E. Peranan POKMAS dalam menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan yaitu tugas peranan POKMAS dalam mengumpulkan dan mendata banyaknya sumbangan masyarakat yang diberikan baik dalam bentuk tenaga kerja, lahan, material dan lain-lain. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 3 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (10,12-11,89), tinggi (8,34-10,11), sedang (6,56-8,33), rendah (4,78-6,55), dan sangat rendah (3,00-4,77).

F. Peranan POKMAS dalam menyiapkan rekening kolektif POKMAS bersama kepala Kampung pada bank yang ditunjuk yaitu tugas spesimen ketua dan bendahara POKMAS dalam pembuatan rekening kolektif masyarakat. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 3 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (10,45-12,31), tinggi (8,5910,44), sedang (6,73-8,58), rendah (4,87-6,72), dan sangat rendah (3,00-4,86).

G. Peranan POKMAS dalam terselenggaranya kegiatan pembangunan sarana dan prasana yang direncanakan dalam program GSMK yaitu tugas peranan POKMAS untuk aktif mendampingi masyarakat pada


(46)

saat dalam kegiatan berjalan agar proses pembangunan lebih

terkontrol dan terarah. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (13,34-15,45), tinggi (11,23-13,33), sedang (9,13-11,22), rendah (7,01-9,12), dan sangat rendah (4,89-7,00).

H. Peranan POKMAS dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yaitu tugas peranan POKMAS

mendampingi dan memberikan arahan kepada masyarakat mengenai bagaimana pelaksanaan dalam proses kegiatan pembangunan berjalan, agar proses pembangunan lebih terkontrol dan terarah. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 3 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (9,20-10,74), tinggi (7,65-9,19), sedang (6,10-7,64), rendah (4,55-6,09), dan sangat rendah (3,00-4,54).

I. Peranan POKMAS dalam melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan laennya yaitu tugas POKMAS dalam membuat

pencatetan mengenai penerimaan dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material dan lain-lainnya. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang


(47)

diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 3 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (9,53-11,16), tinggi (7,90-9,52), sedang (6,27-7,89), rendah (4,64-6,26), dan sangat rendah (3,00-4,63).

J. Peranan POKMAS dalam melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat dalam program GSMK adalah tugas peranan POKMAS dalam melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 3 pertanyaan. Indikator ini diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (9,11-10.63), tinggi (7,58-9,10), sedang (6,06-7,57), rendah (4,53-6,05), dan sangat rendah (3,00-4,52).

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK (variabel Y)

Menurut Mardie (1998), tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut mendapatkan keuntungan dari proses dan hasil pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi 5 indikator yang digunakan Mardie (1998). Variabel ini diukur dengan menggunakan 23 pertanyaan, dan setiap pertanyaan mempunyai kisaran skor 1-5. skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (56,95-87,16), tinggi (49,25-56,94), sedang


(48)

(41,54-49,24), rendah (33,84-41,53), dan sangat rendah (26,13-33,83). Pengklasifikasian kelas ini dilakukan menggunakan data ordinal yang ditransformasikan menjadi data interval, karena data ordinal tidak bisa diolah secara aritmatika, sehingga data tersebut diolah menggunakan software Method of Succesive Interval (MSI).

Dimensi dan pengukurannya dapat dilakukan dengan mengajukan indikator-indikator sebagai berikut :

A. Tingkat partisipasi masyarakat dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan ialah partisipasi yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama-sama, dan juga masyarakat ikut dalam menentukan arah dan orientasi

pembangunan, membuat keputusan, tujuan dan target yang ingin dicapai. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar

pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. Skor

diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (13,31-15,41), tinggi (11,21-13,30), sedang (9,11-11,20), rendah (7,01-9,10), dan sangat rendah (4,90-7,00).

B. Tingkat partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya dalam program GSMK yaitu kemauan dan kemampuan masyarakat yang

disumbangkan sebagai bagian dari rasa ikut memiliki terhadap program GSMK. Swadaya juga bisa diwujudkan dengan menyumbangkan tenaga, dana, maupun material pada saat


(49)

pelaksanaaan kegiatan. Dasar keswadayaan adalah kesukarelaan masyarakat, sehingga harus dipastikan bebas dari tekanan atau keterpaksaan. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 4 pertanyaan. skor

diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (11,10-12,87), tinggi (9,33-11,09), sedang (7,55-9,32), rendah (5,78-7,54), dan sangat rendah (4,00-5,77).

C. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan dalam program GSMK yaitu keterlibatan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program dalam kegiatan fisik bentuk tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan. Pengukuran indikator tersebut

menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 5 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (15,57-18,20), tinggi (12,93-15,56), sedang (10,29-12,92), rendah (7,65-10,28), dan sangat rendah (5,00-7,64).

D. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan menikmati hasil dalam program GSMK yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam menerima hasil, menikmati keuntungan atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun secara langsung dari kegiatan yang telah dilakukan. Pengukuran indikator tersebut menggunakan


(50)

daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 5 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (16,58-19,47), tinggi (13,69-16,57), sedang (10,79-13,68), rendah (7,90-10,78), dan sangat rendah (5,00-7,89).

E. Tingkat partisipasi masyarakat dalam monitoring dan evaluasi kegiatan programGSMKyaitu keikutsertaan masyarakat dalam mengukur atau memberikan penilaian sampai seberapa jauh tujuan program dapat dicapai, dan juga menilai proses pembangunan mulai dari tahap pelaksanaan kegiatan sampai selesainya kegiatan. Pengukuran indikator tersebut menggunakan daftar pertanyaan yang diberi skor 1 sampai 5 berdasarkan data lapangan. Pertanyaan yang diajukan berjumlah 5 pertanyaan. Skor diklasifikasikan dalam kelas sangat tinggi (18,42-21,21), tinggi (15,62-18,41), sedang (12,83-15,61), rendah (10,03-12,82), dan sangat rendah (7,23-10,02).

Klasifikasi data lapangan dirumuskan berdasarkan pada rumus Sturges (dalam Dajan, 1986) dengan rumus :

= −

� Keterangan :

Z = interval kelas X = nilai tertinggi Y = nilai terendah


(51)

B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Tulang Bawang. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang melaksanakan program GSMK di Provinsi Lampung. Penelitian ini dimulai dari proses prasurvei yang

dilakukan pada bulan Januari 2014 dan waktu pengambilan data pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2014.

Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 15 kecamatan yang dipilih secara sengaja sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang. Sepuluh kecamatan tersebut berada dalam lokasi yang berdekatan dan dapat dijangkau dengan mudah, sementara lima kecamatan yang tidak dipilih hanya dapat dijangkau dengan transportasi yang sangat minimum dan membutuhkan waktu yang lama. Kegiatan program GSMK ini merupakan program

pembangunan yang bersifat homogen, artinya pembangunan disamaratakan di seluruh daerah di Kabupaten Tulang Bawang, mulai dari jumlah dana,

pengurus POKMAS, dan pembangunan sarana dan prasarana, oleh karena itu dari setiap kecamatan dipilih satu kampung sehingga terdapat 10 kampung sebagai sampel penelitian. Kampung yang menjadi sampel dipilih secara acak (random sampling). Responden dalam penelitian ini adalah anggota POKMAS dan masyarakat yang melaksanakan program GSMK. Satu kampug terdiri dari tujuh anggota POKMAS, sehingga jumlah responden untuk anggota POKMAS sebanyak 70 orang. Jumlah sampel responden masyarakat ditentukan dengan menggunakan rumus Sugiarto (2003).


(52)

Menurut Badan Pusat Stastistik Kabupaten Tulang Bawang tahun 2013 jumlah populasi rumah tangga sebesar 7.022, dengan perhitungan sebagai berikut.

�= �

2 2 ��2 + 2 2 Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah anggota dalam populasi (7022) Z = derajat kepercayaan (90%=1,64) S2= varian sampel (5%)

D = derajat penyimpangan (5%)

�= 7022.1,64

2. 0.05

7022(0,05)2+ 1,64 2(0,05)

� = 53 responden masyarakat

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 53 responden masyarakat. Kemudian dari jumlah sampel tersebut dapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap kampung dengan menggunakan rumus dari Sugiyono (2007) :

� = �

� �

Keterangan:

na = Jumlah sampel pekon A nab = Jumlah sampel keseluruhan Na = Jumlah populasi pekon A Nab = Jumlah populasi keseluruhan

Jumlah sampel untuk Kampung Tri Mukti Jaya adalah � = 269

702253 = 2 responden masyarakat

Jumlah sampel untuk Kampung Panca Tunggal Jaya adalah � = 712


(53)

Jumlah sampel untuk Kampung Agung Jaya adalah � = 883

702253= 7 responden masyarakat Jumlah sampel Kampung Aji Jaya KNPI adalah

� = 714

702253 = 5 responden masyarakat Jumlah sampel Kampung Paduan Rajawali adalah

� = 552

702253 = 4 responden masyarakat Jumlah sampel Kampung Panca Karsa Purna Jaya adalah

� = 464

702253 = 4 responden masyarakat Jumlah sampel untuk Kampung Batang Hari adalah

� = 485

702253 = 4 responden masyarakat Jumlah sampel untuk Kampung Markati Tama adalah

� = 1232

702253 = 9 responden masyarakat Jumlah sampel untuk Kampung Boga Tama adalah

� = 833

702253 = 6 responden masyarakat

Jumlah sampel untuk Kampung Kagungan Rahayu adalah � = 878

702253 = 7 responden masyarakat

Berdasarkan perhitungan tersebut jumlah populasi rumah tangga di Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang, dan jumlah sampel responden masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.


(54)

Tabel 2. Jumlah populasi rumah tangga di Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang, dan jumlah sampel responden masyarakat

NO Nama

Kecamatan

Jamlah kampung

Nama Kampung yang terpilih Jumlah Rumah Tangga Jumlah Sampel Responden Masyarakat

1. Banjar Agung 9 Tri Muki Jaya 269 2

2. Penamar Aji 9 Panca Tunggal Jaya 712 5

3. Banjar Margo 11 Agung Jaya 883 7

4. Gedung Aji 10 Aji Jaya KNPI 714 5

5. Meraksa Aji 8 Paduan Rajawali 552 4

6. Banjar Baru 11 Panca Karsa Purnajaya 464 4

7. Rawa Pitu 8 Batang Hari 485 4

8. Gedung Aji Baru 14 Markati Tama 1232 9

9 Penawar Tama 9 Boga Tama 833 6

10 Menggala 10 Kagungan Rahayu 878 7

JUMLAH 150 7022 53

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013. C. Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuiesioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan anggota masyarakat yang bergabung dalam Program GSMK dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder diperoleh di dinas atau instansi terkait dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan data ordinal tidak bisa diolah secara aritmatika. Dengan demikian data tersebut ditransformasikan ke interval dengan menggunakan software Method of Succesive Interval (MSI). Transformasi data ordinal menjadi data interval dilakukan agar data yang diperoleh dapat diolah menggunakan operasi matematika seperti ditambah, dikurang, dikali dan dibagi tanpa mempengaruhi jarak relatif diantara


(55)

skor-skornya (Muhidin, 2011). Pada penelitian ini pengubahan data ordinal menjadi data interval dilakukan secara komputerisasi dengan pertimbangan proses pengubahan data akan lebih praktis dan waktu yang diperlukan lebih singkat.

D. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan tabulasi untuk menganalisis peranan POKMAS dan tingkat partisipasi masyarakat. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan statistik nonparametrik korelasi Rank Spearman dengan SPSS 16.0 (Statistical Programs For Social Science). Hal ini lebih tepat karena uji korelasi Rank Spearman dapat menguji atau mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat, dengan variabel X peranan

POKMAS dan variabel Y tingkat partisipasi masyarakat. Adapun rumus uji koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel, 1994) adalah sebagai berikut:

= 1−6 ��

2 � �−1

�3 Keterangan :

rs = Penduga koefisien korelasi. di = Perbedaan setiap pasangan rank . N = Jumlah responden.

Pengujian dilanjutkan untuk menjaga tingkat signifikasi pengujian bila terdapat rank kembar baik pada variable X maupun pada variabel Y sehingga dibutuhkan faktor koreksi t dengan rumus sebagai berikut :

= �

2+ 2 − ��2


(56)

�2 =

3− �

12 −

2 =

3− �

12 −

=

3

12

Keterangan :

�2 = jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi 2 = jumlah kuadrat variabel Y yang dikoreksi

= jumlah faktor koreksi variabel X = jumlah faktor koreksi variabel Y T = faktor koreksi

t = banyaknya observasi berangka sama pada peringkat tertentu n = jumlah sampel

Kaidah pengambilan keputusan adalah :

1. Jika th itttab maka terima Ho, tolak H1, pada ( ) = 0,01 atau 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang nyata antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat.

2. Jika th it > ttab maka tolak Ho, terima H1, pada () = 0,01 atau 0,05 berarti terdapat hubungan yang nyata antara peranan POKMAS dengan tingkat partisipasi masyarakat.


(57)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang

Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada tanggal 20 maret 1977. Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang Barat, maka wilayah Kabupaten Tulang Bawang menjadi 15 kecamatan dan 151 kampung/kelurahan setelah dikurangi wilayah Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 12 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Lampung yang berbatasan dengan :

a. Sebelah utara dengan Kabupaten Mesuji

b. Sebelah selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah c. Sebelah timur dengan laut jawa

d. Sebelah barat dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat B. Letak geografi dan luas kabupaten

Kabupaten Tulang Bawang secara geografis terletak pada koordinat 030 50, - 040 LS dan 1040 58, - 1050 52, BT. Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah 7.770,84 Km atau 22% dari luas wilayah Propinsi Lampung.


(58)

agraris, ditunjukan dengan mata pencaharian pokok penduduknya di sektor pertanian.

C. Topografi

Secara Topografi Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4 unit Topografi :

a. Daerah Dataran merupakan daeran terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian dan cadangan pengembangan Transmigrasi

b. Daerah Rawa, terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m yang merupakan daeerah raawa pasang surut yang pemanfaatannya untuk perawatan pasang surut

c. Daerah River Basin, terdapat 2 river Basin yang utama yaitu River Basin. Tulang Bawang dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya. Pada areal River Basin sungai Tulang Bawang dengan anak-anak sungainya

membentuk pola aliran sungai “dendritic” yang umumnya merupakan sungai-sungai di Lampung. Daerah ini memiliki luas 10150 Km2 dengan panjang 753 km yang digunakan untuk mengembangkan Tambak Udang d. Daerah Alluvia, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian

hilir (down steam) dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang dan Mesuji untuk pelabuhan


(59)

D. Iklim

Daerah Tulang Bawang memiliki satu tipe iklim yaitu iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata 280C.

E. Geologi dan Hidrologi

Pada bagian utara terdapat lapisan sedimen vulkanis dan celah (firaves errution) yang mengalami pelipatan di zaman peistosin tuan yang menghasilkan lapisan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan Palembang. Lapisan Palembang yang terdapat di Tulang bawang yaitu di daerah Menggala yang di tandai dengan sikapan endapan Tulfa Massan. Data tentang endapan mineral di kabupaten Tulang Bawang belum banyak ditemukan, sehingga potensi endapan bahan tambang belum banyak

diketahui. Dari literatur dan peta geologi dapat diiventariskan adanya bahan-bahan tambang (endapan mineral) diantaranya :

a. Minyak bumi, terdapat pada lapisan Palembang yang terakmulasi sebagai lanjutan dari endapan minyak bumi di daerah Palembang yaitu daerah sekitar Menggala.

b. Batu Bara Muda, endapannya terdapat pada lapisan sadimen formasi endosita, yaitu di bagian hulu Tulang Bawang.

c. Pasir Kuarasa, terdapat di sekitar Menggala.

Kabupaten Tulang Bawang memeliki potensi yang tinggi untuk


(60)

mengalir dari barat ke timur berpontensi untuk pengembangan irigasi, sungai-sungai yang dimaksud antara lain Way Tulang Bawang.

F. Potensi Demografi

1. Keadaan penduduk berdasarkan golongan umur

Pada tahun 2012, penduduk Kabupaten Tulang Bawang berjumlah 410.725 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 213.474 dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 197.251 jiwa, sehingga lebih banyak penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur, tahun 2013.

No Kelompok Umur

(tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa) Jumlah

(Jiwa)

1 0-4 22.896 21.554 44.450

2 5-9 20.696 19.723 40.419

3 10-14 20.539 19.540 40.080

4 15-19 19.610 18.054 37.664

5 20-24 18.468 19.273 37.742

6 25-54 92.134 83.934 176.068

7 55-59 6.622 5.129 11.751

8 60-64 4.744 3.665 8.409

9 65+ 7.764 6.377 14.141

Jumlah 213.474 197.251 410.725

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013. Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Tulang Bawang berusian masih produktif, dari umur 25-54 tahun sebanyak 176.068, menurut Sihotang (2007), usia produktif untuk tenaga kerja berkisar antara 15 – 64 ahun. Hal ini berari ebagian bear penduduk berusia produktif. Pada usia produktif, manusia mampu


(61)

menjalankan usaha secara optimal sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan potensi sumber daya yang dikeola.

2. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan pondasi terpenting untuk menunjang kemajuan masyarakat yang beradab, sehingga pemerintah Kabupaten Tulang Bawang senantiasa menempatkan bidang pendidikan menjadi salah satu prioritas terdepan dalam pembangunan. Skala prioritas pembangunan pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang diarahkan untuk meningkatkan daya akses masyarakat terhadap masyarakat yang bermutu, diantaranya melalui ketersediaan sarana dan parasana pendidikan di berbagai tingkatan di seluruh kecamatan dengan didukung peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar diberbagai disiplin ilmu. Secara rinci, jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, tahun 2013.

No Tingkat Pendidikan Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 Sekolah Dasar 22.476 20.233 42.979

2 SLTP/ Sederajat 5.702 6.027 11.729

3 SLTA/Sederajat 1.958 2.191 4.149

4 SMK/ Sederajat 768 689 1.457

5 Mahasiswa Universitas

Megeoupak

642 488 1.130

Jumlah 31.546 29.628 61.174

Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013. Berdasarka Tabel 4, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang adalah beragam. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Tulang Bawang berpendidikan sebanyak 42.979 jiwa.


(62)

Penduduk yang berpendidikan SLTP/Sederajat berada diperingkat kedua yaitu 11.729 jiwa.

3. Keadaan penduduk berdasarkan penggolongan agama

Berdasarkan penggolongan agama, penduduk Kabupaten Tulang Bawang mayoritas beragama islam. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan penggolongan agama dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan penggolongan agama, tahun 2013.

Agama Jumlah (jiwa)

Islam 398.751

Kristen Protestan 2.181

Keristen Katolik 2.277

Budha 4.750

Hindu 2.766

Jumlah 410.725

Sumber : Badan Pusat Stastistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013. Berdasarka Tabel 5, dapat dilihat bahwa bahwa penduduk Kabupaten Tulang Bawang mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebesar 398.751 kemudian sebagian kecil memeluk agama Keristen Protestan, Kristen Katolik, Budha, dan Hindu.

4. Keadaan sarana dan prasarana

Sarana dan prasana merupakan pendukung kegiatan sosial, ekonomi, dan keagamaan yang berlansung setiap harinya. Sarana adalah segala sesuatu yang daat dipakai sebagai alat dalam mencapi tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan hal utama untuk terselenggaranya suatu proses. Secara rinci sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Tabel 6.


(63)

Tabel 6. Sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang, 2013.

No Sara/Prasarana Jenis Jumlah

1 Pribadatan Mesjid 339

Mushola 1.274

Gereja 85

Pura 49

Vihara 7

2 Pendidikan Sumber :Taman Kanak-kanak 136

Sekolah SD 427

Sekolah SMP 71

Sekolah SMA 38

Sekolah SMK 39

Lembaga Keagamaan 8

Universitas 1

3 Kesehatan RSUD Tulang Bawang 2

Puskesmas 17

Posyandu 293

Praktek bidan 182

Praktek Dokter 87

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2013. Berdasarka Tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang sudah cukup baik terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan masyarakat. Tersedianya sarana dan prasarana diharapkan mampu untuk menunjang kegiatan yang dilakukan masyarakat. Sarana dan prasarana ibadah sangatlah penting keberadaan dalam suatu wilayah. Kabupaten Tulang Bawang yang penduduknya mayoritas beragama Islam memiliki sarana peribadatan berupa mesjid sebanyak 339 unit dan mushola sebanyak 1.274 unit.

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan pengetahuan suatu masyarakat. Selain ketersediaan sarana pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana

kesehatan seperti puskesmas, posyandu, praktek dokter, praktek bidan, dan rumah sakit sangatlah penting keberadaanya, hal ini karena kesehatan


(64)

merupakan modal utama seorang untuk beraktifitas. Adanya sarana dan prasarana kesehatan dapat memudahkan warga untuk memeriksa

kesehatan anggota keluarga setiap waktu. G. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Tulang Bawang mencakup pertanian, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan sedangkan sebagian lainnya sebagai nelayan, akan tetapi mata pencaharian masyrakat Tulang Bawang terbesar di sektor pertanian dan perkebunan. Kecamatan Rawa Jitu Selatan merupakan kecamatan potensial dalam produksi tanaman pangan karena padi, khususnya padi sawah sebagian besar dihasilkan di kecamatan ini. Sementara untuk komoditas jagung dan ubi kayu, sebagian besar di kecamatan Gedung Meneng dan Dente Teladas. Kecamatan Banjar Margo ini merupakan kecamatan terbanyak produksinya dalam menghasilkan komoditi karet untuk tanaman perkebunan rakyat di Tulang Bawang.

Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat secara jelas, mengenai sebaran luas areal tanaman pertanian dan perkebunan rakyat menurut jenis tanaman per Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Tabel 7.


(1)

merupakan modal utama seorang untuk beraktifitas. Adanya sarana dan prasarana kesehatan dapat memudahkan warga untuk memeriksa

kesehatan anggota keluarga setiap waktu. G. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Tulang Bawang mencakup pertanian, tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan sedangkan sebagian lainnya sebagai nelayan, akan tetapi mata pencaharian masyrakat Tulang Bawang terbesar di sektor pertanian dan perkebunan. Kecamatan Rawa Jitu Selatan merupakan kecamatan potensial dalam produksi tanaman pangan karena padi, khususnya padi sawah sebagian besar dihasilkan di kecamatan ini. Sementara untuk komoditas jagung dan ubi kayu, sebagian besar di kecamatan Gedung Meneng dan Dente Teladas. Kecamatan Banjar Margo ini merupakan kecamatan terbanyak produksinya dalam menghasilkan komoditi karet untuk tanaman perkebunan rakyat di Tulang Bawang.

Berdasarkan keterangan diatas dapat dilihat secara jelas, mengenai sebaran luas areal tanaman pertanian dan perkebunan rakyat menurut jenis tanaman per Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat pada Tabel 7.


(2)

Kecamatan

Sawit Karet Kopi Basah Kering

1. Banjar Agung 726 6.392 - 10 9.999 17.127 2. Banjar Margo 858 7.604 - 237 10.711 19.410 3. Banjar Baru 1.443 4.217 - 203 9.055 14.918 4. Gedung Aji 773 1.409 11 4.476 7.524 14.193 5. Penawar Aji 459 671 20 3.727 6.404 11.281 6. Meraksa Aji 462 785 - 450 4.045 5.742

7. Menggala 164 267 - 870 26.954 28.255

8. Penawar Tama 4.986 2.070 - 1.868 12.788 21.712 9. Rawa Jitu Selatan 551 24 5 13.435 940 14.955 10.Gedung Meneng 1.127 924 20 6.370 14.937 23.378 11.Rawa Jitu Timur - - - 930 7.657 8.587 12.Rawa Pitu 1.515 1.105 - 7.100 1.563 11.283 13.Gedung Aji Baru 1.950 673 - 2.936 7.132 12.691 14.Dente Teladas 1.888 3.173 37 4.880 23.481 33.459 15.Menggala Timur 373 2.365 - 1.356 10.202 14.296 Jumlah 17.275 31.679 93 48.848 153.392 251.287 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang, 2012

Berdasarka Tabel 7, dapat dilihat bahwa luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Kecamatan Penawar Tama sebesar 4.886 ha, perkebunan karet terbesar di Kecamatan Banjar Margo sebesar 7.604 ha, perkebunan kopi terbesar di Kecamatan Penawar Aji dan Rawa Jitu Selatan sebesar 20 ha, luas lahan sawah basah terbesar di Kecamatan Rawa Jitu Selatan sebesar 13.435 ha, sedangkan luas lahan sawah kering terbesar di Kecamatan Menggala sebesar 26.954 ha.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Peranan kelompok masyarakat (POKMAS) dalam Program Gerakan

Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang termasuk dalam kategori tinggi.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung di Kabupaten Tulang Bawang termasuk dalam sangat tinggi.

3. Terdapat hubungan yang nyata antara peranan Kelompok Masyarakat (POKMAS) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung, artinya semakin tinggi peranan pokmas dalam melaksanakan Program GSMK, maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GSMK di Kabupaten Tulang Bawang.


(4)

keseluruhan sudah cukup baik namun belum mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu perlu lebih ditingkatkan lagi khususnya dalam hal swadaya masyarakat dalam bentuk sumbangan material dan sumbangan dana.

2. Perlu untuk diadakannya kegiatan pelatihan-pelatihan khusus baik dalam hal kegiatan teknis maupun administratif kepada POKMAS guna

meningkatkan peranaan dari POKMAS terutama dalam kegiatan penyusunan proposal, penyebarluaskan dan mensosialisasikan program, penghimpunan potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan, penyiapan rekening kolektif, dan meyelenggarakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, mengingat sebagian besar pokmas masih banyak terkendala dalam beberapa kegiatan tersebut, sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Berry, D. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang. Lampung

Dajan, A. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994/1995. Sistem

Kepemimpinan dalamMasyarakat Pedesaaan Daerah Kalimantan Selatan.

Jakarta.

Effendi, Irwan. 2007. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembangunan Melalui Program Pemberdayaan. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Gitosaputra, S. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat dan

Pemberdayaan Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan untuk rakyat : Memadukan pertumbuhan

dan Pemerataan. Jakarta. Pustaka CIDESINDO.

Koentjaraningrat. 1974. Masyrakat Desa di Indonesia Masa Kini. FE-UI. Jakarta.

Konsultan Manajemen Pendamping LPM UNILA. 2013. Draft Laporan Akhir

Program Gerakan Serempak Membangun Kampung (GSMK). Kabupaten

Tulang Bawang. Lampung.

Madrie. 1988. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi

Masyrakat Desa Dalam Pembangunan Perdesaan di Lampung. Desertasi

Doktor pada Jurusan Penyuluhan Pembangunan, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Mantra. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Nazir, M. 1998. Meode Peneliian. Ghalia Indonesia : Bogor.


(6)

Siegel, S. 1994. Stastistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu sosial. Jakarta : PT Gramedia.

Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sugiarto. 2003. Metode Penelitian Survai. (Jakarta LP3ES).

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administasi. Bandung : Alvabeta. Supangat, A. 2007. Stastistik Dalam Kajian Deskriktif, Inferensi, dan

Nonparametrik. Kencana penada Media Group. Jakarta.

Undang-UndangRepublik Indonesia. 2004. UU RI Nomor 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan daerah. Jakarta. Indonesia.

Wijaya, S.H. 2011. Hubungan antara peranan peratin dengan tingkat kinerja Kelompok Masyarakat (Pokmas) Dalam Program Gerakan Membangun

Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Skripsi.

Universitas Lampung.

Zenda, S. 2011. Hubungan Antara Tingkat Peranan Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pekon (LPMP) Dengan Tingkat Kinerja Pengurus Kelompok Masyarakat (Pokmas) Dalam Program Gerakan

Membangun Bersama Rakyat (GMBR) Di Kabupaten Lampung Barat.