68
4.2 Gambaran Umum Responden
Penelitian mengenai harapan jemaat desa dan kota terhadap pelayanan pendeta yang dilakukan di jemaat di
Gereja Masehi Injili di Timur, khususnya pada Klasis Alor Tengah Utara. wilayah pelayanan Klasis Alor Tengah Utara
adalah wilayah yang sangat luas dengan medan pelayanan yang terletak dikota dan didesa, adapun wilayah pelayanan
ada di kota mudah dijangkau sedangkan di desa medan pelayanannya berbukit-bukit dan tidak rata ditambah lagi
dengan kurangnya sarana transportasi yang ada sehingga cukup menyulitkan untuk dijangkau. Sebagian besar wilayah
pelayanan tersebar di 3 kecamatan dan hanya sedikit yang masuk dalam wilayah kecamatan Alor selatan yakni sebagian
kecil wilayah pelayanan Mahuting Selatan. Klasis ALTAR memiliki 9 Jemaat Mandiri dan 8 Jemaat bermata Jemaat,
dengan pembagian sebagai berikut: Jemaat Mandiri Adalah: Jemaat Diaspora Padakikka,
Jemaat Kamengtakali, Jemaat Mebung, Jemaat Fanating, Jemaat Imanuel Mola, Jemaat Imanuel Ruilak, Jemaat Paulus
69
Baumi, Jemaat Padangtia Batunirwala dan Jemaat Maranatha Waimi.
Jemaat bermata Jemaat antara lain: Jemaat Mahuting Barat, Jemaat Mahuting Selatan, Jemaat Lembur Tengah,
Jemaat Lembur Selatan, Jemaat Lembur Timur, Jemaat Likwatang, Jemaat Lulangkang, Jemaat Gerbang Indah.
Sehingga penelitian ini dilatarbelakangi oleh harapan jemaat terhadap karakteristik pendeta dalam hal ini mengenai
komitmen, gaya kepemimpinan, dan kemampuan komunikasi dalam menjalankan pelayanannya baik di kota maupun di
desa.
4.3 Perbedaan Karakter Masyarakat Kota dan Desa.
Dalam masyarakat
modern, sering
dibedakan antara
masyarakat pedesaan
rural community dan masyarakat
perkotaan urban community. Menurut Soekanto 1994, per-bedaan tersebut sebenarnya
tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun
70
kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota. Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,
pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-
masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur
serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-
kadang dikatakan “berlawanan” pula.
Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin 1972 sebagai
berikut: Msayarakat Pedesaan:
1. Perilaku homogeny
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan
kebesamaan 3.
Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
4. Isolasi social sehingga statik
5. Kesatuan dan keutuhan kultural
71
6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7. Kolektivisme
Msayarakat Kota: 1.
Perilaku heterogen
2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri
dan kelembagaan 3.
Perilaku yang beorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4. Mobilitas social, sehingga dinamik
5. Kebaura dan diversifikasi cultural
6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilai secular
7. individualisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan
yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya
berkelompok atas
dasar sistem
kekeluargaan Soekanto, 1994. Selanjutnya Pudjiwati 1985, menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah
72
pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting.
Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di
samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan
umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-
kesulitan yang dihadapi.
4.4 HASIL PENELITIAN a. Hasil Penelitian Harapan Jemaat Kota Terhadap