Tledek geger juga dapat muncul dari kegegeran penari tayub yang biasanya ditarikan oleh seorang perempuan namun ditarikan oleh seorang laki-
laki. Menurut beberapa sumber, keberadaan penari laki-laki yang berperan sebagai perempuan telah muncul semasa perang Diponegoro mencapai daerah
Wonosobo. Pada saat itu pemimpin perang di daerah Wonosobo adalah Tumenggung Jogonegoro yang juga merupakan orang kepercayaan Pangeran
Diponegoro sekaligus penyiar agama Islam, oleh karena situasi perang yang tidak memungkinkan untuk mendatangkan penari perempuan pada saat prajurit
membutuhkan hiburan, kemudian mereka mendandani laki-laki layaknya perempuan untuk menari tayub.
Oleh karena masyarakat Dusun Giyanti menganggap kesenian tersebut merupakan sesuatu yang menarik dan dapat menjadi hiburan bagi masyarakat
serta mengandung tradisi dari nenek moyang, sehingga masyarakat Dusun Giyanti mempertahankan dan melestarikan kesenian lengger tersebut sampai
saat ini.
2. Bentuk Kesenian Lengger
Dalam pertunjukan lengger biasanya kostum yang dipakai adalah baju rompi, jarik, stagen, sabuk, celana panji, parasamir, dan iket khas Wonosobo untuk penari pria
atau penari topeng, serta penari lengger biasanya menggunakan jamang bulu, baju, selendang, stagen dan jarik. Untuk asesoris yang biasanya digunakan oleh seorang
penari topeng biasanya menggunakan iket khas Wonosobo yang melambangkan
mahkota, topeng, serta kalung, untuk penari lengger asesoris yang digunakan biasanya jamang bulu yang melambangkan kecantikan seorang perempuan, serta selendang.
Hasil wawancara dengan penari lengger mengenai bagaimana dia dapat menari lengger, sebagaimana yang diungkapkan saudara Sukin selaku penari lengger:
Saya dapat menari lengger bermula dari kesukaan saya terhadap tarian lengger, dari itulah saya mencoba ikut belajar menari sambil melakukan pementasan
nyantrik di sebuah sanggar yang ada di dusun ini Giyanti. Sukin, 8 Januari 2012
Pada pertunjukan lengger, penari lengger merupakan pusat pertunjukan, yaitu penari selalu menari di tengah panggung, atau lebih tepatnya disebut arena. Lazimnya
terdapat 2 sampai 4 penari penari lengger, mereka biasanya menari secara berpasangan dengan penari topeng dan bergantian dengan penari lengger yang lain. Selama
menunggu giliran menari, mereka duduk di samping arena dan sikap dasar penari lengger adalah duduk dengan tegap. Ketika musik gamelan mulai terdengar dengan
membawakan tembang tertentu penari lengger wanita mulai turun untuk menari. Tidak lama berselang, muncul seorang penari lengger pria yang menggunakan topeng dan
menari sesuai karakter gending serta topeng yang dikenakanya. Sang penari yang menggunakan topeng, apapun karakternya menari seolah-olah mengejar penari lengger
wanita, penari lengger wanita selalu menghindar sehingga gerakanya selalu memutar, memanfaatkan ruangan untuk berkelit sehingga pola pelantaianya cenderung lekung-
melingkar. Gerakan penari lengger wanita menggambarkan stereotip seorang perempuan jawa yang sopan dan lemah lembut. Seorang penari lengger wanita tidak
pernah mengangkat kedua lenganya melebihi pundak, langkah kecilnya kadang seperti
berjinjit, dan kadang sesekali melempar pandanganya ke arah penonton diirringi dengan sedikit senyuman.
Akan tetapi jumlah penari lengger dalam sebuah pertunjukan tidak harus 2 sampai 4 orang, namun sangat dipengaruhi oleh jumlah financial yang dimiliki oleh si
pengundang. Semakin banyak penari lengger yang diundang berarti dia memiliki dana yang mencukupi. Ada kebanggaan tersendiri bila dalam suatu pertunjukan terdapat
penari lengger yang cukup banyak. Dari sudut penari lengger sendiri, apabila dalam suatu pertunjukan terdapat beberapa penari maka sang penari lebih ringan kerjanya.
Dapat dibayangkan apabila pertunjukan lengger diadakan malam hari sedangkan hanya ada satu penari lengger dan harus menari sepanjang malam tanpa henti, berbeda
dengan penari topeng yang biasanya menggunakan banyak penari, dimana seorang penari hanya membawakan satu tarian yang sesuai dengan karakter atau watak topeng
yang dikenakannya. Dalam setiap pertunjukan lengger sering terjadi kerasukan, dimana penari
topeng yang menari bersama lengger atau bahkan penonton yang menyaksikan pertunjukan lengger kehilang kesadaran dan mulai bertingkah sesuatu yang tidak
wajar. Namun pada masa lalu lengger itu sendirilah yang kerasukan. Bahkan di masa lalu lengger dapat mengobati orang yang sakit. Pigeaud menyebutkan lengger dianggap
seperti dukun yang dapat mengobati penyakit tertentu Pigeaud, 1938 : 275. Karena itulah masyarakat percaya bahwa yang merasuki lengger tersebut adalah roh dari nenek
moyang atau roh penunggu di dusun mereka. Banyak diantara masyarakat yang memantikan peristiwa kerasukan tersebut, para masyarakat berharap dengan
dirasukinya seorang lengger maka mereka dapat meminta berkah atau kesembuhan
pada keluarga mereka yang sedang menderita suatu penyakit. Sakitnya seseorang diyakini karena terganggunya keseimbangan antara si sakit dengan alam di sekitarnya.
Masyarakat pada waktu itu menganggap suatu penyakit dapat dikarenakan pengaruh- pengaruh kekuatan gaib yang mengganggu pada diri manusia, karena semua benda
dipercayai mempunyai jiwa dan penyakit yang diderita disebabkan oleh roh-roh halus yang mengganggu akibat perbuatan salah dari seseorang yang sakit tersebut atau
karena dibuat oleh orang lain dengan memanfaatkan kekuatan gaib, atau mungkin juga terkena sawan. Penari lengger akan orang yang sakit tersebut dengan cara meludahi
atau mengusap air liurnya ke kening orang yang sakit. Dari peran ganda inilah yang mungkin menyebabkan penari lengger adalah seorang pria. Sampai saat ini dalam
pertunjukan rakyat yang menggunakan peristiwa kesurupan sebagai bagian dari pertunjukanya selalu menggunakan pawang alam gaib atau dukun. Hadi, 2006
: 19 Untuk menjadi seorang dukun tidaklah mudah, terdapat suatu proses yang
berat yang harus dilalui dan setiap dukun memiliki laku berbeda yang harus ditempuh untuk mendapatkan kekuatan supranatural tersebut. Umumnya pengetahuan seorang
dukun tentang laku ini diturunkan dari seorang dukun yang lain yang dianggap sebagai gurunya, akan tetapi ada juga yang secara spontan dukun tersebut mendapatkanya,
seperti yang diungkapkan bapak Slamet yang juga sebagai dukun lengger. Saya tidak tahu bagaimana kekuatan itu datang kepada saya, tiba-tiba saya dapat melihat segala
sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Kemudian saya mencari tahu sendiri tentang apa yang sebenarnya telah terjadi pada saya.
Slamet, 8 Januri 2012. Ada beberapa jalan untuk memperoleh kemampuan gaib, antara lain dengan puasa,
bersemedi, ataupun dengan mantra-mantra. Pada prinsipnya untuk mendatangkan kekuatan tersebut seseorang harus merubah cara makan secara normal dengan cara
berpantang atau tidak makan sesuatu dalam kurun waktu tertentu. Demikian juga dengan mantra, umumnya dituliskan dalam bahasa-bahasa asing, seperti arab,
sansekerta, dan jawa kuna ataupun jika menggunakan bahasa yang dapat dikenal orang lain, maka strukturnya dibolak-balik sehingga dirasa asing di telinga orang lain.
Sejak digantinya penari lengger pria menjadi penari lengger wanita dapat dianggap sebagai batas antara pertunjukan sebagai sarana ritual dan pertunjukan
sebagai hiburan. Dalam pertunjukan lengger biasanya diiringi oleh Niaga yang memegang alat
musik sendiri-sendiri sesuai dengan keahlianya. Menurut bapak Dwi Pranyoto selaku penabuh gamelan atau Niaga mengungkapkan:
Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan lengger yaitu kendang yang berfungsi sebagai pembawa irama, demung berfungsi sebagai penentu ketukan, saron,
peking dan bonang penerus berfungsi sebagai pengisi irama, bonang barung sebagai pembuka iringan serta kempul legong, bende dan gong. Para niaga inilah yang
mengiringi para penari dalam pertunjukan lengger sehingga terdapat satu-kesatuan yang komplek antara penari dan niaga. Dalam setiap pertunjukan terdapat 9 orang
penabuh gamelan atau niaga yang memegang masing-masing alat musik sesuai keahlian serta seorang sinden yang bertugas menyanyikan tembang-tembang.
Dwi Pranyoto, 7 Januari 2012
Dalam perkembanganya, pertunjukan lengger bukan lagi menjadi sarana ritual yang lengkap dengan semua kesakralan yang ada di dalamnya, melainkan
berubah menjadi hiburan untuk masyarakat serta menurut bapak Sosro Wardoyo selaku Kepada Dusun Giyanti mengungkapkan bahwa “pertunjukan lengger adalah sarana
menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat di Dusun Giyanti, coba bayangkan seandainya tidak ada perekat kesatuan dan persatuan dalam masyarakat, pasti akan
menjadi pecah belah tidak karuan kan ” Sastro Wardoyo, 14 Januari 2012.
Pertunjukan lengger sendiri banyak dipentaskan dalam acara-acara yang dianggap penting dalam masyarakat, seperti hajatan, sukuran, selametan, agustusan, hiburan,
serta setiap ulang tahun Kota Wonosobo pertunjukan lengger pasti dipentaskan.
3. Struktur dan Waktu Pertunjukan