menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat di Dusun Giyanti, coba bayangkan seandainya tidak ada perekat kesatuan dan persatuan dalam masyarakat, pasti akan
menjadi pecah belah tidak karuan kan ” Sastro Wardoyo, 14 Januari 2012.
Pertunjukan lengger sendiri banyak dipentaskan dalam acara-acara yang dianggap penting dalam masyarakat, seperti hajatan, sukuran, selametan, agustusan, hiburan,
serta setiap ulang tahun Kota Wonosobo pertunjukan lengger pasti dipentaskan.
3. Struktur dan Waktu Pertunjukan
a. Struktur Pertunjukan
Seperti kesenian lainnya, di dalam kesenian Lengger terdapat urut-urutan penyajian. Sajian karawitan gendhing Mayar sewu menjadi pertanda akan
dimulainya sebuah
pertunjukkan. Sembari
menunggu para
peraga mempersiapkan diri, tembang babadan pun dilantunkan. Di dalam tembang
tersebut ditembangkan lagu yang berisi tolak balak untuk menolak semua gangguan selama pertunjukkan. Kemudian seorang pawang muncul sambil
membawa sesaji. Sesaji yang digunakan terdiri dari bunga talon, daun sirih, rokok, minuman dari kopi, sulur dan daun jipang, bara api, kemenyan, dupa, dan
Torong gelas. Bacaan-bacaan mantra pun mengalir pelan dari mulut seorang pawang.
Kemenyan dan dupa kemudian dibakar. Semua ritual tersebut ditujukan untuk memohon kepada para roh agar mau merasuki para pemain dan melindungi
semua pemain selama berlangsungnya pertunjukan lengger. Secara berturut-turut urutan pertunjukan tari lengger sebagai berikut :
1. Babadana
Kata babadana berasal dari kata babad yang memiliki arti membersihkan dan dana yang berarti hutan. Tari ini memiliki arti sebagai
pembuka dan meminta keselamatan agar dalam pertunjukan yang sedang diadakan dapat berjalan dengan lancer.
2. Tari Sulasih
Nuansa mistis mulai dapat dirasakan ketika tari sulasih mulai dimainkan. Tari sulasih dibawakan oleh seorang penari pria yang
menggunakan topeng. Tarian ini ditujukan untuk mengundang roh Bidadari agar mau turun dan melindungi semua penari selama pentas
berlangsung. 3.
Tari Kinayaan Merupakan tari yang dibawakan oleh penari Topeng halus
alusan sebagai pembuka atau selamat datang kepada para Roh yang telah melindungi para pemain.
4. Tari Bribil
Pada saat tari Bribil ini penari topeng menggunakan Topeng Thelengan agak Gechul yang menggambarkan rasa cinta kasih. Hal ini
juga sebagai pertanda bahwa para dayang telah turun dan menyatu bersama penari lengger.
5. Tari Blenderan
Tari ini menggambarkan seorang wanita yang sedang bersolek karena masih dalam perasaan rindu.
6. Tari Rangu rangu
Pada saat tari ini dimainkan, penari topeng menggunakan topeng gagahan. Gerakan dari tarian ini ritmenya cepat dan cenderung kasar. Hal
tersebut menggambarkan perasaan dari tokoh yang diperankan. Perasan asmara yang begitu dalam sehingga lupa diri dan akhirnya kemasukan roh
jahat. Dalam tarian ini penari memakan belinggelastorong lampu dan meminum daun kembang.
7. Tari Jangkrik Genggong
Penari dalam tarian ini menggunakan topeng yang bringas. Gerakannya kasar dan lincah serta sering dalam keadaan lupa diri dan
akhirnya kemasukan roh. 8.
Tari Gondhang Keli Tari ini menggambarkan seseorang yang sedih meratapi nasibnya
yang sebatang kara dan lupa diri sehingga kemasukan roh kabur kanginan. Penari kemudian memakan bunga mawar merah dan putih, munyak
duyung, dan bara apiapi, selanjutnya memakan bunga kantil, dan meminta kembali sadar seperti semula.
9. Tari Sontoloyo
Muncul seorang penari dengan menggunakan topeng bertopi layaknya seorang komando yang gagah berani. Penari tersebut
menegaskan bahwa tokoh yang sedang diperankannya berpembawaan tegas dan bijaksana.
10. Tari Kebogiro
Penari topeng menggunakan topeng yang mukanya seperti kerbau sehingga menggambarkan seorang yang kemasukan roh kerbau yang
ganas dan kasar. Oleh karena gerakan dan gambaran tersebut maka tarian ini disebut juga sebagai tari kebogiro.
11. Gendhing Penutup
Merupakan gendhing yang dibawakan untuk mengakhiri pentas seni dan pertunjukkan .
Akan tetapi ada juga urutan lain yang mengungkapkan bahwa setelah babadana dan sulasih berturut-turut ditampilkan kinayan, kembang gadung,
jangkrik genggong, sumyar, rangsang tuban, siripithi, criping kuning, gunung sari, waelul, sarindoro, sontoloyo, kinanthi sanding, kebogiro, gondang keli, kembang
jeruk, samiran, tinoridin, gondosuli, cakar kumbang, cao glatak, sarung dayung, blindri, godhril, suthang walang, dan diakhiri gending-gending.Hadi, 2006 : 52
Pada kenyataanya belum tentu urut-urutan tersebut harus menjadi urutan yang pokok. Karena sering kali ada banyak kendala yang dihadapi dalam
pementasan lengger, antara lain dipengaruhi oleh durasi atau waktu pertunjukan, jumlah serta kemampuan penari lengger, koleksi topeng yang dimiliki. Namun
beberapa unsur pokok seperti babadana, sulasih, gondhang keli, sontoloyo, dan kebogiro yang wajib untuk ditarikan.
b. Waktu Pertunjukan
Tidak ada aturan yang baku mengenai waktu pertunjukan, dalam hal ini semua tergantung kepada orang yang mengundang tampilnya lengger dengan
pimpinan dari kelompok lengger. Akan tetapi biasanya pertunjukan lengger dipentaskan pada acara hajatan, syukuran ataupun slametan dilakukan malam hari
mulai sekitar pukul 20.00 sampai pagi, atau tergantung kompromi antara pimpinan lengger dengan si pengundang. Namun diluar acara tersebut kesenian
lengger dapat dipentaskan pada siang hari mulai sekitar 09.00 sampai selesai. Bahkan bisa juga tergantung oleh tingkat antusiasme dari para penonton, apabila
antusiasme penonton sangat baik dan pertunjukan tersebut banyak dikerumuni masyarakat biasanya waktu pentasnya bertambah panjang, akan tetapi apabila
antusiasme masyarakat kurang maka pertunjukan dapat segera diakhiri.
4. Elemen-elemen Dalam Pertunjukan Lengger