PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH OTONOMI BARU (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Barat)
ABSTRAK
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH OTONOMI BARU (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Barat)
Oleh Julyan Fadhly
Otonomi daerah yang di gelar januari 2001 melalui Undang-Undang No. 22 tahun 1999, memberi peluang kepada pemerintah dearah untuk mengelola potensi sumber daya di daerah masing-masing, dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagai daerah otonom baru pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Barat, melihat bahwa pariwisata merupakan sumber daya unggulan daerah, oleh karena itu pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Barat menetapkan percepatan pembangunan pembangunan di pariwisata. Penelitian ini bertujuan, (1) untuk mendeskripsikan dan menganalisis program-program percepatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Pesisir Barat. (2) Untuk mendeskripsikan program-program percepatan pembangunan di kabupaten Pesisir Barat telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat kabupaten Pesisir Barat. (3) Untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembangunan Daerah Otonomi Baru (DOB).Metode yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini dengan wawancara mendalam dan dokumentasi.Berdasarkan hasil penelitian ini berfokus percepatan pembangunan Kabupaten Pesisir Barat difokus pada bidang pariwisata hal ini dikarenakan, potensi wisata Kabupaten Pesisir Barat cukup baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi daerah Kabupaten Pesisir Barat.
(2)
Abstract
Accelerating The Development of New Autonomous Regions (A Case Study of The Western PesisirDistrict)
By
Julyan Fadhly
Autonomous regions are held in January 2001 through government regulation no. 22 1999, provides an opportunity for local governments to manage the resource potential in each area, with the aim to improve the welfare of the society . As the new autonomous regions, westernPesisirregency see that the tourism is an excellent resource, therefore Pesisir Barat regency acceleration of development in tourism. This research was intended to(1) To describe and analyze the accelerated development programs undertaken by the government district of the West Coast. (2) To describe the accelerated development programs in the West Coast District in accordance with the needs of local communities of the West Coast (3) describe any obstacles encountered in the development of new autonomous regions ( DOB) This Method used is descriptive type with a qualitative approach. Data collection techniques used in this study with in-depth interviews and the results of this study focuses dokumentasi.Berdasarkan accelerated development of the western coastal District in focus on the tourism sector this is because, the tourism potential of the western Coast District reasonably well so as to provide benefits to the local district of the western coastal District
.Keywords : Region autonomy, Accelerating the development of new autonomous regions
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulisdilahirkan pada tanggal 3Juli 1992 di Krui
Kabupaten Pesisir Barat. Penulis merupakan anak ke satu
pasangan Bapak H.Syakirin Mukhtar, Spd. M.Pddan Ibu
Hj. Rohayati. Krui merupakan daerah yang menjadi
langkah awal bagi penulis untuk membangun jati diri dan
mencari pengalaman hidup. Taman kanak-kanak aysyiah merupakan pendidikan
formal pertama yang dijalani penulis pada Tahun 1994 dan dilanjutkan ke
Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 3Pesisir Tengah Krui tahun 1994 hingga 2004
Kemudian, penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Pesisir
Tengah Krui dari Tahun2004 hingga 2007 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN
1 1 Pesisir Tengah Kruidari Tahun 2007 hingga 2010 Pada Tahun 2010 penulis
(8)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah
SWT
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orang tuaku tercinta
ayahanda H.Syakirin Mukhtar
dan
Ibunda Hj. Rohayati
Terima kasih atas semua jasa-jasa dan
kasih sayang yang kalian berdua berikan
kepadaku Dan
(9)
MOTO
Jadikanlah Yang Biasa Saja Menjadi
Luar Biasa
(Penulis)
Hidup Terasa Hampa Bila Tidak Ada
Tujuan
(penulis)
Sesungguhnya di Balik Kesulitan itu
Ada Kemudahan
(10)
SANWACANA Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rhidonya yang telah
memberi kekuatan sipenulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Percepatan Pembangungan Daerah Otonomi Baru (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Barat). Sipenu;is tidak akan menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk
menyampaikan beribu terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Eko Budi Sulistyo, S.sos, M.AP sebagai pembimbing utama dan
atas bimbing yang telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan
tenaga selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga akhir.
2. Bapak Dr.Bambang Utoyo,M.Siselaku pembahas dan penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu perbaikan melalui kritik, saran,
serta masukan yang diberikan demi kesempurnaan bagi skripsi ini hingga
akhir.
3. Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Pemerintahan Kabupaten Pesisir
Barat, baik kepala dinas, anggotan dan staf lainnya yang telah meluangkan
waktunya dalam memberikan bantuan dalam melakukan proses
(11)
4. Terima kasih baut keluarga ibu, bapak yang tercinta dan adek, kakak yang
telah memberikan parhatian dan semangatnya dalam meyelesaikan skripsi
ini
5. Bapak Dr. Dedi Hermawan, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fisip Unila atas kemudah dan bantuan yang telah diberikan
sehingga mempermudah pembuatan skripsi ini hingga selesai.
6. Bapak Syamsul Ma’arif,S.IP, M,Si selaku pebimbing akademik atas semua kebaikan dan perhatiannya yang berarti bagi penulis
7. Ibuk Ani Agusman Pupawati, S.AN., M.A terimaskih atas bimbingannya
walau hanya sebentar ilmu yang telah ibuk berikan sangat bermanfaat bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
8. Bapak dan ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Negara fisip unila yang
telah memberikan ilmu bermanfaat bagi bagipenulis, mengucapkan terima
kasih terhadap ilmu yang telah ibu bapak berikan kepada penulis
9. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
10.Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara 2010, uyung,
dudung, woro, nona, desmon, aden, rido, mas loy, hepsa, satria, ardi, thio,
rahma, putri, maya, maya, pandu, karina, nuzul, nurul, erisa, yulia, sari,
sahara, rofi, tasya, ica, gusti, rana, enggi, cahya, nurul, abil, bek, marita,
tami, hani nurul dan kawan-kawan yang lain yang tisak bisa saya sebutkan
(12)
11.Teman-teman administrasi negara 2007 2008, 2009, bang merah, bang
indra , bang angga, bang brok dan yang lainnya tidak bisa saya ucapkan
satu persatu
12. Kepada sahabat-sahabatku karena kalianlah yang memberikanku
semangat dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung,29 Agustus 2014
Penulis
(13)
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Otonomi Daerah ... 8
B.Kebijakan Otonomi Daerah ... 12
C. Pengertian Pemekaran ... 14
D. Pengertian Daerah Otonomi Baru ... 19
E. Pengertian Pembangunan Daerah ... 20
F. Kebijakan Percepatan Pembangunan di Daerah Otonomi Baru... ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 24
B. Fokus Penelitian ... 25
C. Lokasi Penelitian ... 27
D. Jenis dan Sumber Data ... 28
E. Metode Pengimpulan Data ... 31
F. Teknik Analisis Data... 33
(14)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39 1.Gambaran Umum Kabupaten Pesisir Barat ... 39 B.Program- program Percepatan Pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat ... 46 C.Pembahasan Program Percepatan Pembangunan Daerah Otonom
Baru ... 113 D.Kondisi Ekonomi Berdasarkan Sektor Potensi ... 114 E. Fasilitas Pendukung di Kabupaten Pesisir Barat ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 119 B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel ... Hlm
1.Data Informan ... 36
2. Daftar Nama Kecamtan Dan Luas Wilayah ... 42
3. Daftar Jumlah Pendudu Per Kecamatan ... 43
4. Dafrar Jumlah Penduduk Per Kelompok Umur ... 44
(16)
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir ... 24
2. Dokumen Gambar Wisata ... 30
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang
sistem pembangunan dan pemerintahannya terpusatkan di pulau jawa, sehingga
mengalami kemajuan yang sangan pesat, baik di bidang industri maupun penataan
kotanya, pembangunan pada zaman Orde Baru yang di pusatkan di pulau jawa
menyebabkan daerah-daerah di Indonesia mengalami ketertinggalan dalam
pembangunan yang mengakibatkan kesenjangan terhadap daerah tertinggal
sehingga lahirlah sebuah ide pemekeran untuk memajukan daerah yang jauh dari
Ibu kota Indonesia.Pembentukan daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 78
Tahun 2007, tentang kebijakan otonomi. daerah sesungguhnya ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam naungan wilayah NKRI yang
semakin kokoh melalui strategi pelayanan kepada masyarakat yang semakin
efektif dan efisien dan adanya akselerasi pertumbuhan dan perkembangan potensi
daerah yang semakin cepat.
Dalam bahasa yang sederhana yaitu untuk mewujudkan pembangunan yang lebih
adil dan lebih merata. Masing masing daerah otonom didorong dan dipacu untuk
tumbuh dan berkembang secara mandiri sesuai kewenangan yang diberikan untuk
(18)
2
tersebut memungkinkan daerah-daerah untuk dapat menjadi sebuah daerah
otonom sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Setelah reformasi Indonesia
mengalami perubahan-perubahan di daerah, yang membuat masyarakat di daerah
ingin memekarkan menjadi daerah otonomi baru, yang pada saat ini tertingal jauh
dari kabupaten lain, sehinga membuat euforia masyarakat di daerah
berlomba-lomba untuk memekarkan daerahnya agar mengalami perubahan menjadi lebih
berkembang dan maju pesat berdasarkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa pembentukan daerah
otonom baru dapat dilakukan melalui penggabungan dan pemekaran daerah.
Ketentuan tersebut penggabungan daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus
kedalam daerah lain yang bersandingan. Sedangkan pemekaran adalah suatu
proses membagi satu daerah administratif (daerah otonom) yang sudah ada
menjadi dua atau lebih daerah otonom baru.
Oleh karena itu pemekaran atau pembentukan daerah baru merupakan jalan keluar
yang tepat untuk melaksanakan pemerataan pembangunan di daerah tertinggal,
saat ini banyak sekali daerah-daerah yang telah resmi di mekarkan di Indonesia
salah satunya yakni kabupaten Pesisir Barat. Kabupaten Pesisir Barat merupakan
kabupaten baru yang diharapkan dapat berkembang seperti, Ibu kota Negara baik
dari segi penataan kota, pemerintahan,pembangunan dan kemajuan di bidang
industri daerah sehingga dapat membuat masyarakat hidup lebih sejahtera dan
membuat kabupaten baru ini menjadi lebih maju dari Kabupaten lainya yang ada
(19)
3
Masyarakat menuntut pemekaran daerahnya karena mengalami kesenjangan
sosialekonomi yang masih banyak dialami masyarakat Kabupaten Pesisir Barat,
sehingga masyarakat menuntut keadilan perbaikan ekonomi yang masih jauh dari
harapan sedangkan ibu kota terdahulu mengalami kemajuan yang sangat pesat bila
dibandingkan, masyarakat Kabupaten Pesisir Barat pada saat ini dari
permasalahan ini masyarakat ingin memisahkan diri dari Kabupaten terdahulu,
yang tujuan ingin memperbaiki infratruktur daerah serta memperbaiki
perokonomian masyarakat. Proses tuntutan pemekaran daerah otonomi bari ini
sangat panjang yang telah lama dicita-citakan masyarakat Pesisir Barat sehingga
terwujud cita-cita tersebut pada saat ini menjadi Kabupaten Pesisir Barat.Di
kawasan indonesia bagian timur dan wilayah perbatasan, merupakan kawasan
yang paling tinggi permintaan untuk pemekaran daerah otonomi baru, tunutan
otonomi ini mulai muncul akibat dari rezim sentralistis pada zaman Orde Baru
yang telah menimbulkan kepincangan pembangunan selama kekuasaannya, hasil
dari kepincangan pembangunan yang terpusatkan di pulau jawa, yang pada
akhirnya mengakibat daerah tersebut menjadi terbelakang terutama di indonesia
bagian timur dan daerah perbatasan. Pemberian pelaksaan otonomi baru ini sangat
tepat,dalam rangka mencegah runtuhnya serta menyelamatkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Kartasasmita Ginanjar, (1994)Pembangunan adalah pembangunan secara sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara rencana”. Pembangunan dalam paradigma governance bertujuan mewujudkan interaksi antara pemerintah, dunia usaha
(20)
4
gavernance. Fenomena pemekaran wilayah di Indonesia tidak lepas dari ikut
sertanya peraturan Undang-Undang. Banyaknya pemekaran wilayah yang berawal
dari kesenjangan kehidupan yang dialami masyarkat Indonesia.
Tetapi pada faktanya pemekaran suatu daerah masih banyak mengalami
kegagalan, yang berawal dari oknum-oknum pegawai yang mengalami masalah
kasus korupsi, yang telah menyalahgunakan amanat dari presiden, banyaknya
kasus korupsi di daerah otonomi baru mengakibatkan kegagalan dalam
pelaksanaan percepatan pembangunan daerah otonomi baru, yang merugikan
negara, permasalahan utama dalam gagalnya pelaksaannya daerah otonomi baru
berawal dari pilkada, secara teoritis untuk memilih bupati atau gubernur. Sabagai
contoh ada 173 kepala daerah yang terjerat kasus korupsi.
Berdasarkan hasil evaluasi badan pemeriksaan keuangan (BPK) mengatakan
bahwa daerah otonomi baru banyak dinyatakan gagal dari awal pembentukan
daerah otonomi baru dari tahun 1999-2007, sehingga merugikan uang negara dan
(BPK) memberi peringatan agar tidak mengajukan pembentukan daerah otonomi
baru karena berdampak negatif bagi perekonomian. Dari hasil evaluasi tersebut
dikatakan bahwa, pemekaran yang di lakukan oleh pemerintah banyak mengalami
kegagalan sehigga merugikan perekonomian negara, tetapi berdampak positif apa
bila daerah yang ingin menjadi daerah otonomi baru mempersiapkan diri secara
matang.
Hasil dari prariset yang telah di lakukan pada masyarakat di Kabupaten Pesisir
Barat menyetujui adanya pemekaran daerah menjadi Kabupaten Pesisir Barat
(21)
5
Pesisirketika belum adanya pemekaran, serta jarak tempuh ke pusat pemerintahan
Lampung Barat sangat jauh dan menghabiskan banyak waktu. Disetujuinya
Kabupaten tersebut sudah diperkirakan sebelumnya karena telah lolos tanpa
catatan dalam proses penyeleksian, penelitian, dan pendalaman data layak dan
tidaknya menjadi sebuah daerah otonom baru yang dilakukan Panitia Kerja
(Panja) antara DPOD dan Komisi II DPR (Radar Lambar, 26-04-2013).
Ide dan perjuangan pemekaran daerah sebenarnya sudah sejak lama diinginkan
oleh masyarakat Pesisir Barat, namun pemekaran baru di setujui dan di resmikan
pada tahun 2013. Saat ini Kabupaten Pesisir Barat telah berdiri sendiri yang
sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Barat.Dengan demikian
proses percepatan pembangunan di Pesisir Barat sudah dimulai, yaitu pada lokasi
kantor pemerintah daerah,perbaikan infrastruktur dan pengelolaan daerah
pariwisata. Denganadanya pengelolaan daerah pariwisata dan percepatan proses
pembangunan tersebut, akan menjadikan Kabupaten Pesisir Barat menjadi lebih
maju dan berkembang, karena Kabupaten tersebut memiliki banyak tempat wisata
dan merupakan salah satu tujuan wisata Provinsi Lampung.
Olehkarenaitupercepatan pembangunan pada daerah otonomi baru yakni
Kabupaten Pesisir Baratdiharapkan kedepannya dapat menjadi kawasan daerah
pariwisata yang dapat mendongkrak perekonomian daerah serta dapat membuka
banyak lapangan kerja sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat
Pesisir Barat.Sebagai daerah otonomi baru menarik untuk diteliti,karena perlu
adanya Percepatan pembangunan di daerah. Ada beberapa alasan
diantaranyapembentukan daerah otonomi baru tidak statissesuai aturan yang
(22)
6
terjadi dilapangan baik dari segi aturan maupun proses interaksi dari berbagai
stakeholders yang berkepentingan.
Dalam proses pemekaran daerah otonom baru. Hal menarik lainnya kenapa
peneliti tertarik dengan pemekaran Pesisir Barat karena baru saja dimekarkan dari
KabupatenLampung Barat besarnya tuntutan pemerintah Pusat
agarmenghentikanpemekaran didaerah, karena pemekaran daerah terbukti
berdampak negatif terhadap daerah otonom baru. Peneliti melihat bahwa
permasalahan ini sangat menarik untuk diteliti. Fakta yang mengatakan bahwa
pemekaran yang sekarang dilakukan banyak berdampak negatif, akan tetapi
Kabupaten Pesisir Barat tetap saja dimekarkan oleh pemerintah pusat,dan
mempercepat pembangunan daerah otonomi baru di Kabupten Pesisir Barat
dengan menggunakan strategi Pariwisata dalam mewujudkan percepaten
pembangunan di daerah otonomi baru. Penelitian ini sangat penting karena
merupakan salah satu tolak ukur untuk menjadikan barometer, hasil dari kebijakan
pemerintah untuk memajukan daerah tertinggal, yang berdasarkan data banyak
mengalami kegagalan dalam proses pelaksanaan daerah otonomi baru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah program-progaram percepatan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Barat ?
2. Apakah program-program percepatan pembangunan di kabupaten Pesisir
Barat telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Pesisir Barat ?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembangunan Daerah
(23)
7
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis program-program percepatan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Barat.
2. Untuk mendeskripsikan program-program percepatan pembangunan di
Kabupaten Pesisir Barat telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Kabupaten Pesisir Barat.
3. Untuk mendeskrifsikan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam
pembangunan Daerah Otonomi Baru (DOB).
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara akademis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
suatu manfaat yang baik serta menambah ilmu pengetahuan bagi ilmu
administrasi negara, khususnya dalam studi administrasi pembangunan
1. Praktis dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
Kabupaten Pesisir Barat khusus bagi pemerintah daerah dalam
mewujudkan program-program percepatan pembangunan yang dilakukan
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Otonomi Daerah
Menurut Simanjuntak, (2010:102) dalam bahasa Yunani, auto berarti „sendiri‟ dan namous berartikan „hukum‟ atau „peraturan‟ Dalam Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “otonomi” adalah sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undang yang berlaku, sedangkan menurut Suryaningrat,
(1985) istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani auto yang berarti sendiri dan
namous yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri.
Menurut Oppenhein, (dalam Ibrahim, 1991:50)mendefiniskan otonomi daerah
adalah bagian organisasi dari Negara, maka daerah otonom mempunyai kehidupan
sendiri yang besifat mendiri dengan kata lain tetap terikat dengan Negara
kesatuan.daerah otonomi ini merupakan masyarakat hukum yaitu berhak mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri, sedang menurut Isworo, (2007) otonomi
daerah adalah merupakan pancaran kedaulatan rakyat. Otonomi diberikan oleh
(25)
9
ataupunpemerintah daerah. Dengan demikian, pernyataan bahwa otonomi
merupakan milik masyarakat berarti masyarakat tersebut sebagai subjek dan
bukannya objek.
Menurut Undang-undang No 32 Tahun 2004:66, otonomi daerah adalah mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonom, dan tugas
pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam Sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan menurutAbdullah dalam Tri
Puja Kesuma (2002:11) berpendapat bahwa Otonomi daerah sebagai prinsip
berarti menghormati kehidupan regional menurut riwayat, adat dan sifat-sifat
dalam kerangka negara kesatuan. Tiap daerah mempunyai historis dan sifat
khusus yang berlainan dari riwayat dan sifat daerah lain. Karena itu, pemerintah
harus menjauhkan segala urusan yang bermaksudkan akan menginformasikan
seluruh daerah menurut suatu model.
Menurut pasal 1Undang-Undang No 32 Tahun 2004:69 yang dimaksud dengan
daerah otonomi adalah kesatuan masyarakat huhkum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
(26)
10
Menurut simanjuntak (2013:70) mendefinisikan otonomi daerah adalah hak,
kewenangan dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undang. Hakikat otomi daerah adalah upaya memperdaya daerah
dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab
untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas
dan potensi daerah sendiri. Sedangkan menurutSimanjuntak (2013:66)
mendefinisikan otonomi daerah adalah bagaimana pemerintah daerah dapat
mengelola daerah dengan baik, tidak ada kesenjangan antara masyarakat dengan
pemerintah, dengan masyarakat sendiri guna mencapai tujuan yang tidak
menyimpang dari peraturan perundang-undang.
Menurut Manan, (2002:24-25) mendefinisikan otonomi adalah sebuah tatanan
ketatanegaraan bukan hanya tatanan administrasi Negara Sebagaimana tatanan
ketatanegaraan otonomi berkaitan dengan dasar-dasar bernegara dan sususnan
organisasi Negara. Paling tidak ada dua arahan dasar susunan ketatanegaraan
dalam perumusan Indonesia merdeka yaitu demokrasi dan penyelenggaraan
negara berdasarkan atas hukum.Otonomi bukan sekedar pemekaran
penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai efesiensi dan efektivitas
pemerintahan.
Menurut Kaho, (1997)mendefinisikan otonomi daerah adalah “mula-mula
otonomi atau berotonom berarti mempunyai peraturan sendiri atau mempunyai
(27)
11
otonomi itu berkembang menjadi pemerintahn sendiri” sedangkan menurut Logeman, (dalam Abdullah 2003:10) menyatakan bahwa “Otonomi adalah kebebasan untuk memelihara dan memajukan kepentingan khusus daerah, dengan
keuangan sendiri, menentukan hukum sendiri dan pemerintahan sendiri.”
Menurut Syaukani, (2000:147) mendefinisikan otonomi daerah adalah daerah
yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat selfgovernment yang diatur dan
diurus oleh pemerintah setempat. Karena itu, otonomi lebihmenitik beratkan
aspirasi masyarakat setempat dari pada kondisi. Sedangkan menurut,
Koesoemahatmaja, (1971:9) mendefinisikan otonomi daerah adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan warga
Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Wayong, (1975:5) mendefinisakan otonomi Daerah adalah kebebasan
untuk memelihara dan menunjukkan kepentingan khusus suatu daerah dengan
keuangan, hukum dan pemerintahan sendiri. Pembagian kekuasaan yang adil
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan pilihan yang tepat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa daerah otonomi
merupakan daerah kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom
untuk mengurus permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dengan kebebasan
dalam menyelesaikan permasalahan dengan mandiri tanpa bantuan dari
pemerintah pusat, sehingga dapat bekerja dengan bebas dan fleksibel dalam
(28)
12
daerah dapat mengelola dan mengatur daerah dengan baik tidak ada kesenjangan
antara masyarakat dan pemerintah.
B. Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia
Dalam perkembangan kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan, meskipun Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi
acuan konstitusi telah menetapkan konsep dasar tentang kebijakan otonomi
kepada daerah-daerah, tetapi dalam perkembangan sejarahnya ide otonomi daerah
itu mengalami berbagai perubahan bentuk kebijakan yang disebabkan oleh
kuatnya tarik-menarik kalangan elit politik pada masanya. Apabila perkembangan
otonomi daerah dianalisis sejak tahun 1945, akan terlihat bahwa
perubahan-perubahan konsepsi otonomi banyak ditentukan oleh para elit politik yang
berkuasa pada saat itu.
Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan mengenai pemerintahan daerah
sebagaimana proses lahirnya Undang-Undang tentang otonomi daerah, (1)
Undang-Undang No. 1 Tahun 1945Kebijakan Otonomi daerah pada masa ini lebih
menitik beratkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah hanyalah kepanjangan tangan
pemerintahan pusat dan diperbahrui menjadi, (2)Undang-Undang No. 22 Tahun
1948 pada periode ini dimulai kebijakan otonomi daerah lebih menitik beratkan
pada desentralisasi. Tetapi masih ada dualisme peran di kepala daerah, disatu sisi
punya peran besar untuk daerah, tapi juga masih menjadi alat pemerintah pusat
dan diperbaharui menjadi, (3) Undang-Undang No.1 Tahun 1957 kebijakan
otonomi daerah pada masa ini masih bersifat dualisme, di mana kepala daerah
(29)
13
Dan di perbahuri menjadi, (4) Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959, pada masa
ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres
ini kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong
praja dan diperbaharui menjadi, (5) Undang-Undang No.8 Tahun 1965pada masa
ini kebijakan otonomi daerah menitik beratkan pada desentralisasi dengan
memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi
diterapkan hanya sebagai pelengkap saja dan diperbaharui menjadi, (6)
Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah
terjadi kefakuman dalam pengaturan penyelenggaraan pemerintahan di daerah
sampai dengan dikeluarkanya Undang-Undang No.5Tahun 1974 yaitu
desentralisasidekonsentrasi dan tugas perbantuan, sejalan dengan kebijakan
ekonomi pada awal Ode Baru, maka pada masa berlakunya Undang-Undang No.5
Tahun 1974 pembangunan menjadi isu sentral dibanding dengan politik.
Pada penerapannya, terasa seolah-olah telah terjadi proses depolitisasi peran
pemerintah daerah dan menggantikannya dengan peran pembangunan yang
menjadi isu nasional dan diperbaharui menjadi, (7) Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 pada masa ini terjadi lagi perubahan yang menjadikan pemerintah daerah
sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
dengan mengedapankan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab dan
diperbahuri menjadi, (8) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pada masa ini
daerah otonomi baru mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonom dan tugas pembantuan diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan perbaikan
(30)
14
memperhatikan prinsip demokrasi pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
khusus suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarakan proses perjalan undang-undang diatas dapat disimpulkan bahwa
proses lahirnya sebuah undang-undang yang bertujuan untuk memperbaiki pola
sistem pemerintah dari Orde Lama samapai reformasi adalah bertujuan untuk
memperbaiki sistem pemerintah yang selama ini pola pembangunan yang
terpusatkan di pusat sehingga mengakibatkan kesenjangan pembangunan antara
daerah-daerah dan ibukota, sehingga lahirlnya undang-undang yang mengatur
agar pembangunan dapat merata diseluruh Indonesia.
C. Pengertian Pemekaran
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah yang mengandung semangat desentralisasi, terbuka pintu selebar-lebarnya untuk melakukan pemekaran daerah. “Pemekaran daerah dan penggabungan sesuai amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2004”. Karena itu berbagai tingkat kota atau kabupaten dan provinsi pemekaranpun segera dimulai lembaran baru
yang akan dimulai bagi Indonesia. Sesuai rerformasi 1998, yang mengakhiri masa
Orde Baru yang berotoriter dan sentralistis, situasi ini menjadi momentum bagi
pemekaran-emekaran di seluruh nusantara, yang dimulai dari pemekaran
kabupaten Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara pada tahun 1998 yang melahirkan
kabupaten Mandailing Latal dan kabupaten Toba Samosir serta tahun berikutnya
diikuti kabupten lainnyadan sekarang bermunculan kabupaten baru, dan tercata
(31)
15
Timur yang merdeka dan saat ini Indoesia terdiri dari 33 provinsi dan 491
kabupaten dan kota (Depdagri.go.id). dalam simanjuntak (2013:172)
Menurut Makaganza,(2008) mendefinisikan pemekaran daerah adalah
sebenaranya dipakai sebagai upaya memperhalus bahasayang menyatakan proses “perpisahan” atau „pemecahan”satu wilayah untuk membentuk satu unit administrasi lokal baru. Dilihat dari kacamata filosofi harmoni, istilah perpisahan
atau perpecahan memiliki makna yang negatif sehingga istilah pemekaran daerah
dirasa lebih cocok digunakan untuk menggambarkan proses terjadinya
daerah-daerah otonom baru pasca reformasi di Indonesia.
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, pembentukan daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2007,
kebijakan otonomi daerah sesungguhnya ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam naungan wilayah NKRI yang semakin kokoh
melalui strategi pelayanan kepada masyarakat yang semakin efektif dan efisien
dan adanya akselerasi pertumbuhan dan perkembangan potensi daerah yang
semakin cepat. Dalam bahasa yang sederhana yaitu untuk mewujudkan
pembangunan yang lebih adil dan lebih merata. Masing-masing daerah otonom
didorong dan dipacu untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri sesuai
kewenangan yang diberikan untuk mengelola potensi daerahnya masing-masing.
Dengan demikian diharapkan bangsa Indonesia di masa datang akan lebih mampu
bersaing dengan bangsa bangsa lain di dunia dalam persaingan global yang
semakin ketat. Sedangkan menurutKaloh, (2007:5) mendefinisikan pembentukan
(32)
16
kepada masyarakat, sehingga kehidupan masayarakat akan secara cepat terangkat
dan terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan seiring meningkatnya
kesejahteraan;(2) Memperpendek span of control (rentang kendali) manajemen
pemerintahan dan pembangunan, sehingga fungsi menajeman pemerintahan akan
lebih efektif, efisien dan terkendali;(3) Untuk proses pemberdayaan masyarakat
dengan menumbuhkankembangkan inisiatif, kreatifitas dan inovasi masyarakat
dalam pembangunan; (4) Menumbuhkan dan mengembangkan proses
pembelajaran berdemokrasi masyarakat, dengan keterlibatan mereka dalam proses
politik dan pembangunan.
Menurut Effendy, (2008:2) mendefinisikan pemekaran wilayah adalah merupakan
suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan
meningkatkan pelayanan dan mempercepat. Sedangkan menurut Kumorotomo,
(2009 pemekaran wilayah adalah;(1) Pemekaran merupakan efek samping yang
logis dari kebijakan desentralisasi. Cepatnya pertumbuhan daerah administratif
baru di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota terjadi karena kini lebih banyak
sumberdaya yang telah dialihkan oleh pemerintah pusat ke daerah.
Menurut Ferrazzi dalam Kumorotomo, (2009:1)mendefinisikan secara teoritis,
pemekaran adalah sebenarnya merupakan akibat logis desentralisasi. Masalahnya,
pemekaran di Indonesia kini sudah kurang rasional dan landasan argumentasinya
lemah. Pemekaran tidak lagi mengedepankan tujuan desentralisasi untuk
mendekatkan pelayanan publik kepada rakyat, menciptakan pemerintah daerah
yang responsif, dan meningkatkan kemakmuran di daerah. Sedangkan menurut
(33)
17
Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah
atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 dalam Undang-Undang
tersebutdinyatakan:Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas
minimal usiapenyelenggaraan pemerintahan.
Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan
mejadi lebih dari satu daerah, namun setelah Undang-UndangNo.22 Tahun 1999
diganti dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah,
maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, namun
istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari satu
daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.
Menurut Kaloh, (2007) mendefinisikan pemekaran daerah menjadi provinsi,
kabupaten, dan kota dapat dilihat dari tiga sisi logika yaitu:
1. Logika Formal (legislasi), memandang bahwa terjadinya pemekaran daerah
disebabkan adanya dukungan Undang-Undang, sekaligus dengan peraturan ini
memberikan peluang kepada setiap daerah untuk berapresiasi dengan
kesempatan ini, sehingga yang terjadi adalah banyak daerah di Indonesia
berlomba-lomba untuk menjadikan daerahnya masing-masing menjadi otonom
(logika ini adalah diluar terjadinya persoalan kebablasan pemekaran).
2. Logika Realitas, memandang bahwa pembentukan daerah (tidak memandang
(34)
18
sesuatu yang benar-benar urgen secara realitas. Bahwa untuk memecahkan
berbagai macam persoalan yang ada didaerah, alternatif pilihan terbaiknya
hanyalah pembentukan dan atau pemekaran wilayah/daerah.
3. Logika Politik, memandang bahwa adanya pergerakan-pergerakan sosial
politik kemasyarakatan di tingkat lokal dengan ide pemekaran daerah, dan
pada saat bersamaan dengan membawa dan mengusung etnisitas daerah
sebagai penguat menuju terjadinya pemekaran. Etnisitas menjadi motor
penggerak masyarakat didaerah.
Jadi pemekaran wiliyah mempunyai tujuan yang ingin memutuskan kesenjangan
pembangunan dari pemerintah pusat agar daerah yang di memekarkan dapat
berkembang secara mandiri dalam proses pembangunan di daerahnya agar dapat
memperbaiki dan mensejahterakan masyarakat di daerah yang selama ini
mengalami kesenjangan perekonomian dari pemerintah pusat yang diakibatkan
dari sistem Orde Baru yang sangat otoriter dan sentralistis.
Berdasarkan pembentukan daerah otonomi baru mengacu pada
Perundang-undangan yang kuat, yakni :
1. Undang-Undang Dasar
Sebagaimana telah disebut di atas Undang-undang Dasar 1945 merupakan
landasan yang kuat untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Pasal 18 UUD
menyebutkan adanya pembagian pengelolaan pemerintahan pusat dan daerah.
(35)
19
Tap MPR-RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah :
Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan kekuangan Pusat dan Daerah dalam rangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang–undangan.
Dari ketiga dasar perundang-undangan tersebut di atas tidak diragukan lagi bahwa
pelaksanaan Otonomi Daerah memiliki dasar hukum yang kuat. Sehingga
permasalahannya adalah bagaimana dengan dasar hukum yang kuat tersebut
pelaksanaan Otonomi Daerah bisa dijalankan secara baik dan optimal.
D. Pengertian Daerah Otonomi Baru
Daerah otonomi merupakan dampak dari gagalnya sebuah sistem pemerintah
dalam proses pembangunan yang mengakibatkan kesenjangan pembangunan yang
dialami darah-daerah tertinggal di Indonesia, otonomi daerah merupakan suatu
langkah yang penting dalam sejarah perjalanan bangsa, namun kenyataannya
otonomi diberikan pada daerah baru dengan sungguh-sungguh pada era reformasi.
Otonomi merupakan bahasa asing yang telah terserap dalam kosakata bahasa
Indonesia, berbicara mengenai dareah otonom tidak dapat dipisahkan dari
perjalanperundang-undang yang khususnya, undang-undang yang pernah
(36)
20
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Pada pasal 1 otonomi daerah
adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undang. Sedangkan menurut,
Mahfud(1996:66) mendefinisikan desentralisasi merupakan penyerahan
wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus daerah mulai dari kebijakan, perencanaan, dampai pada implementasi
dan pembiayaan dalam rangka demokrasi, sementara itu otonomi adalah
wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai
dengan dan dalam rangka desentralisasi.
E. Pengertian Pembangunan Daerah
Soedjono Hoemardani (1981:1)dalam Agus Hadiawan (2006:4)istilah
pembangunan yang merupakan terjemahan dari kata development baru kita kenal
setelah Perang Dunia ke kedua Dalam pengertian pembangunan terkandung arti
adanya suatu usaha untuk mengembangkan, memperbaharui , mengganti yang
tidak atau kurang baik dengan yang baik. Sedangkan menurut (Agus Hadiawan:
2006:4) dalam pengertian pembangunan tersebut terkandung pula arti adanya suatu
usaha agar benar-benar lebih maju terus dengan modernisasi dan pembaharuan
Menurut Ginanjar, (1994) mendefinisikan pembangunan adalah pembangunan secara sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara rencana”. Pembangunan dalam paradigma governance bertujuan mewujudkan interaksi antara pemerintah, dunia usaha
(37)
21
gavernance.
Menurut Afiffudin, (2010:42) mendefinisikan (1) pembangunan adalah
perubahan, dalam arti mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan
bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, (2) pembangunan adalah
pertumbuhan, yang dimaksud pertumbuhan ialah kemampuan suatu negara untuk
selalu berkembang baik secara kuantitatifmaupun secara kualitatif,
(3)pembangunan adalah suatu rencana yang tersusun secara rapi, perncanaan
mutlak dilakukan oleh dan dalam setiap organisasi, apapun tujuannya, apa pun
kegiatannya tanpa melihat apakah organisasi bersangkut besar atau kecil.
Menurut Rogers, (1983) dalam Zulkarimen Nasution (2001:28) mendefinisikan
pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial dengan partisipator yang luas
dalam suatu masyarakat yang dimaksud untuk kemajuan sosial dan material
(termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang
dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka
peroleh terhadap lingkungan mereka. Sedangkan menurut Tehranian, (1979)
mendefinisikan pembangunan adalah kemajuan progress pembangunan
(development) dan modernisasi sebagai suatu fenomena historis yang sama, yaitu
suatu transisi dari masyarakt yang agraris ke masyarakat industrial. Sedangkan
menurut Purwono, (2000) mendefinisikan pembangunan adalah merupakan upaya
manusia mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tujuan
(38)
22
Menurut Alexander, (1994) mendefinisikan pembangunan (development)
adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya. Sedangkan menurut Portes, (1976)pembangunan adalah
transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses
perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan
masyarakat.
Menurut Todaro, (2000) mendefinisikan pembangunan harus memenuhi tiga
konsep dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam
memenuhi dalam memenuhi pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan
(subtanance) memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau
jatidiri (self esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Sedangkan
menurut siagian, (2000) mendefinisikan pembangunan mencakup dua pengertian,
yaitu (1) administrasi, (2) pembangunan administrasi ialah keseluruhan proses
pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Pembangunan ialah biasanya didefinisakan sebagi “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu
Negara bangsa menuju modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Jadi
pembangunan merupakan suatu langkah perubahan yang diambil agar sebuah
kabupaten baru lahir dapat mengembangkan potensi yang ia miliki sehingga dapat
(39)
23
kabupaten Pesisir Barat dapat merasakan langsung efek dari pembangunan serta
dapat menikmati hasil dari proses pembangunan tersebut.
F. Kebijak Percepatan Pembangunan di Daerah Otonomi Baru
Berdasarkan Undang-Undang Dasar No. 12 Tahun 2008 bahwa dalam rangka
mewujudkan amanat Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan agarmampu melahirkan
kepemimpinan daerah yang efektifdengan memperhatikan prinsip demokrasi,
persamaan,keadilan, dan kepastian hukum dalam sistem NegaraKesatuan
Republik Indonesia.
Melalaui dari peraturan dan kebijakan Kabupaten Pesisir Barat seperti:
Bidang pariwisata, merupakan potensi yang besar bagi Kabupaten Pesisir Barat
yang sangat dominan sehingga dapat membantu pendapat asli daerah dan
memegang peran penting dalam mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat.
sehingga proses percepatan pembangunan di daerah otonomi baru yakni
Kabupaten Pesisir Barat, menggunakan sektor pariwisata dalam rangka
mempercepat pembangunan karena di Kabupaten Pesisir Barat yakni dengan luas
garis pantai yang panjang 270 km, dengan luas garis pantai yang panjang ini dapat
mendorong perekonomian masyarakat sehingga dapat mempercepat pembangunan
(40)
24
Kerangka Pikir \
Kebijakan desetralisasi
Sesuai dengan amat Undang-Undang Dasar No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Pemekaran Kabuapten Pesisir Barat
Potensi sumber daya alam Sektor pariwisata
Percepatan Pembangunan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pesisir Barat
Fokus: Program-program percepatan pembangunan di kabupaten Pesisir Barat dilihat dari aspek:
Bidang Pariwisata,merupakan potensi yang besar bagi Kabupaten Pesisir Barat yang sangat dominan sehingga dapat membantu pendapat asli daerah dan memegang peran penting dalam mempercepat pembangunan Kabupaten Pesir Barat.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program-program percepatanpembangunandi Kabupaten Pesisir Barat, karena banyaknya hambatan dalam setiap kegiatan urusan pemerintahan menyebabkan tidak optimalnya setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Tipe Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahjenis penelitian
studikasus. Menurut Smith dalam Emzir,(2010:20) penelitian studi kasus yaitu
suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses,
dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu,
kelompok, atau situasi. Studi kasus dapat menjadi berbeda dari bentuk-bentuk
penelitian kualitatif lain oleh fakta bahwa studi ini berfokus pada satu “unit tunggal” atau “suatu sistem terbatas”. Sedangkan menurut Holloway dan Daymon, (2008:162)pada umumnyastudi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi“kasusnya” dapat berupa organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kolompok sosial, komunitas, peristiwa,proses, isu, maupun kampanye.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus karena berusaha untuk
mengetahui program-program percepatan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Pesisir Barat, serta program-program percepatan
pembangunan di kabupaten Pesisir Barat, dan hambatan-hambatan apa saja yang
dihadapi dalam pembangunan di Dareah Otonomi Baru (DOB) dalam percepatan
pembangunan daerah otonomi baru di kabupaten Pesisir Barat yang diindikasikan
(42)
25
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif (menggambarkan) dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Nazir, (2005:55) penelitian deskriptif yakni tipe
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, hal tersebut
didasarkan karena penelitian ini menghasilkan data-data berupa kata-kata menurut
informan, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis
pula dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir,
berperasaan, dan bertindak), direduksi, ditriangulasi, di simpulkan (diberi makna
oleh peneliti), dan diverifikasi, adapun tujuannya adalah untuk menggambarkan
secara tepat mengenai suatu keadaan, sifat-sifat individu atau gejala yang terjadi
terhadap kelompok tertentu.
B. Fokus Penelitian
Menurut Moleong,(2004:97)dalam penelitian kualitatif hal yang harus
diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus memberikan batasan
dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan batasan ini
peneliti akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian.
Karena itu menurut Moleong, fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi
studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang
relevan dan mana data yang tidak relevan. Untuk dapat memahami secara lebih
luas dan mendalam, maka diperlukan pemilihan fokus penelitian. Spradley dalam
Sugiyono, (2006:234)mengemukakan ada empat Alternatif untuk menetapkan
fokus yaitu :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organisasi domain.
(43)
26
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori
yang telah ada.
Penelitianini peneliti memfokuskan masalah penelitian pada program-program
percepatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir
Barat,serta program-program percepatan pembangunan di Kabupaten Pesisir Barat
dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembangunan di Dareah
Otonomi Baru (DOB) dalam percepatan pembangunan daerah otonomi baru di
Kabupaten Pesisir Baratyang diindikasikan belum berjalan secara optimal, yang
antara lain meliputi :
1. Program-program percepatan pembangunan di kabupaten Pesisir Barat dilihat
dari aspek:
a. Bidang Pariwisata,merupakan potensi yang besar bagi Kabupaten Pesisir
Barat yang sangat dominan sehingga dapat membantu pendapat asli daerah
dan memegang peran penting dalam mempercepat pembangunan
kabupaten pesir barat.
2. Kebutuhan masyarakat terkait dengan pembangunan daerah Kabupaten Pesisir
Barat: Output/Keluaran kegiatan program-progam percepatan pembangunan
daerah otonomi baru, diharapkan dari program percepatan pembangunan dapat
membuat Kabupaten Pesisir Barat dapat berkembang dan lebih maju dan
tertata rapi sehingga dapat memperbaiki perekonomian dan mensejahterakan
masyarakat Kabupaten Pesisir Barat, sehingga Kabupaten Pesisir Barat dapat
berkembang dan mandiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat atau induk, dan
menciptakan sumber daya manusia yang unggul sehingga dapat membantu
(44)
27
3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program-program
percepatanpembangunandiKabupatenPesisir Barat, karena banyaknya
hambatan dalam setiap kegiatan urusan pemerintahan menyebabkan tidak
optimalnya setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah untuk
memajukan daerah Kabupaten Pesisir Barat.Pemerintah daerah dan dinas
terkait harus bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan pariwisata
di Kabupaten Pesisir Barat sehingga terciptanya sebuah percepatan
pembangunan di daerah otonomi baru dengan menggunakan strategi
pariwisata.
C. Lokasi Penelitian
Menurut Moleong, (2005:128)lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti
melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang
sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data
penelitian yang akurat. Dalam penentuan lokasi penelitian, cara terbaik yang
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki dengan
menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan. Selain di perlu
pertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian seperti, keterbatasan geografi
dan praktis seperti waktu, biaya serta tenaga. Sedangkanmenurut Suprayogo dan
Tobroni, (2001:48)
Untuk mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian, maka lokasi
penelitianini ditentukan dengan sengaja (purposive) yang akan dilakukan di
Kabupaten Pesisir Barat, beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi
(45)
28
1. Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu daerah Kabupaten yang baru
terbentuk di Provinsi Lampung, yang ingin mempercepat pembangunan di
daerah Pesisir Barat dalam bidang pariwisata
2. Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat berwenang, khususnya BAPPEDAdalam
menetukan program-program apa saja yang akan diterapkan dalam perceptan
pembangunan.
D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Menurut Nawawi dan Martin (2006:98)data merupakan bentuk tanggapan,
pendapat, kenyakinan, perasaan, hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang
tentang segala sesuatu yang dipertanyakan sehubungan dengan masalah
penelitian. Data penelitian terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Data Primeradalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti terdahulu. Adapun data
sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen.
2. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong, (2005:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang di dapat dari
(46)
29
dan lain-lain. Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat
yang dapat dijadikan sebagai acauan peneliti untuk mengumpulkan data yang
diinginkan sesuai dengan masalah dan fokus penelitian. Sumber-sumber data
dalam penelitian ini adalah:
a. Informan merupakan salah sumber data penting yang akan dapat memberi
informasi tentang penelitian, Informan merupakan kunci penting dalam
sebuah penelitian.
1. Kepala Bidang Penelitian dan PengembanganBAPPEDA Kabupaten
Pesisir Barat yakni dengan Bapak Siswandi, S.kom, MH
2. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Keratif Pemerintah Kabupaten
Pesisir Barat yakni dengan Bapak Drs. Guntur Panjaitan
3. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat
b. Dokumen-dokumen yang digunakan merupakan dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini, yang di dapat dari berbagai sumber
meliputi: peraturan-peraturan daerah, surat-surat keputusan,
catatan-catatan, arsip-arsip, foto dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan pelaksanaan program.
1. Profil dan Prospek Kab. Pesisir Barat tahun 2013
2. Struktur Pemerintahan Kab. Pesisir Barat,
3. Peta Kab. Pesisir Barat
4. Undang-Undang Dasar No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah
Daerah
5. Undang-Undang Dasar No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
(47)
30
6. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Barat No 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir BaratPasal 78
bPengembangan kawasan Wisata dan Olahraga Bahari di Tanjung
Setia-Way Jambu, Pulau Pisang dan Pulau Betuah dll.
7. Peraturan bupati kabupaten pesisir barat No 3 Tahun 2008 tentang
retribusi usaha kepariwisataan
c. Objek/pariwisatatempat yang digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan percepatan pembangunan di daerah otonomi baru
yakni pada Kabupaten Pesisir barat yang merupakan Kabupaten termuda
di Provinsi Lampung, yang diresmikan pada tanggal 19 april 2013.
Gambar Pariwisata Yang Dimiliki Kabupaten Pesisir Barat
Sumber dokumentasi penulis Sumber dokumentasi penulis
(a) (b)
(48)
31
Sumber dokumentasi penulis Sumber dokumentasi penulis
(c) (d)
Gambar wisata pulau pisang Gambar wisata labuhan jukung
Sumber dokumentasi jejak petualang Sumber dokumentasi penulis
(e) (f)
Gambar wisata repong damar Gambar wisata penangkaran penyu
E. Metode Pengumpulan Data
Pada tahap ini ada tiga macam metode yang digunakan dalam mengumpulkan
data, yaitu:
1. Wawancara Mendalam
Menurut Bungin,(2007:108) wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
seraya bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di
(49)
32
lama. Dalam penelitian ini Informan yang diwawancarai adalah aktor-aktor yang
terlibat dalam penyelenggaraan dan tata kelola pemerintahan, yakni:
a. Kepala bidang penelitian dan pengembangan bappeda Kabupaten Pesisir Barat
yakni dengan bapak Siswandi, S.kom, MH
b. Kepala dinas pariwisata dan ekonomi keratif pemerintah Kabupaten Pesisir
Barat yakni dengan Drs. Guntur Panjaitan
c. Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat
Upaya mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka
dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik “purposive sampling”
pada tahap awal dan dalam pengembangannya dilakukan secara “snowball sampling” sampai diperoleh data dan informasi yang lengkap. Dengan kata lain keterangan awal yang didapat berasal dari pihak yang dikategorikan sebagai
informan awal yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan
kemudian berkembang menjadi luas (snow balling) sampai ditemukan informasi
yang berkenaan dengan tujuan penelitian tersebut.
2. Observasi
Menurut Bungin, (2007:115) metode observasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu,
observasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
(50)
33
daerah penelitian seperti mengamati kondisi, bidang pariwisata yang merupakan
tempat pelaksanaan terkait program-program tentang pariwisata.
3. Dokumentasi
Menurut Bungin,(2007:121)metode dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Pada intinya
metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menulusuri data
historis. Sebagian besar datanya yang tersedia adalah dalam bentuk surat-surat,
catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya yang dapat mendukung
suatu penelitian.
F. Instrumen
Instrumen penelitian digunakan untuk membantu pengumpulan data, antara lain:
1. Peneliti sendiri, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap
fenomena yang terjadi di tempat penelitian dengan menggunakan alat panca
indra. Menurut Moleong, (2005:163) ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat
dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namum peran penelitilah yang
menentukan keseluruhan skenarionya.
2. Perangkat penunjang lainnya, seperti pedoman wawancara (interview guide)
yang bersifat terbuka (tidak rinci), pedoman dokumenter, dan menggunakan
alat bantu lainnya (buku catatan, ballpoint, pensil, Handphone, dan lain-lain).
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong, (2005:248)analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
(51)
34
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono,
(2006:277-284)teknis analisis data tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data (Data Reduction). Yaitu suatu proses merangkum, pemilihan hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan, dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan
atau diarahkan dari arti data tersebut. Pada penelitian ini penulis menyajikan data yang telah direduksi sebagai berikut :
2. Penyajian data (Data Display). Yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Pada penelitian ini, secara teknis data-data yang telah di organisir kedalam matriks analisis data akan disajikan kedalam bentuk teks naratif, gambar,
tabel, dan foto. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dalam wawancara terhadap informasi serta menghadirkan dokumen
sebagai penunjang data
3. Penarikan kesimpulan dan melakukan verifikasi (Conclusoin
drawing/verification). Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan secara
(52)
35
lokasi penelitian dan selama pengimpulan data. Peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang
sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan
yang tentatif. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi
secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat “grounded”, dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Gambar 1. Komponen-komponen analisis data : Model Interaktif adaptasi (Miles dan Huberman, 2007, 16-20
G. Teknik Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (Trustworthiness) data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria
tertentu. Moleong (2005:324) menyebutkan ada empat kriteria yang digunakan,
yaitu :
1. Derajat Kepercayaaan (Credibility)
Data Collection
Data Reduction
Conclusions: drawing/verifying
(53)
36
Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep
validitas internal dari non-kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan
penyelidikan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai. Adapun cara yang perlu diupayakan agar kebenaran hasil penelitian
dapatdipercaya, antara lain dengan triangulasi.
Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Denzim dalam Moleong, (2005:330) mengatakan tringulasi data
berarti menggunakan data dari sumber, metode, penyidik dan teori. Untuk
memeriksa kebenaran data, peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai
sumber, yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu pihak informan yang berasal
dari elemen yang berbeda. Selain tringulasi melalui berbagai sumber informan
yang berbeda, tringulasi juga dilakukan pada teknik pengumpulan data yaitu
dengan wawancara, dan dokumentasi. Setelah peneliti melakukan wawancara
dengan berbagai pihak, peneliti memeriksa kembali berdaasrkan
(54)
37
Tabel. 1
Data Informan Masyarakat N
o
Nama Topik Data Wawancara Observasi Dokumen Kesimpulan
1 Tuti royani pariwis ata Bagaimanakah progam-program percepatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pesisir Barat ? Apakahprogra m-progam percepatan pembangunan di kabupaten pesisir barat telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kabupaten Peisir Barat ? Hambatan-hambattan apa saja yang dihadapi dalam pembangunan daearh otonomi baru ? Belum terealiasai dengan baik Belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Masih tinggi tingkat korupsi yang dilakukan pejabat pemrintah daerah sehingga alokasi belum cukup untuk pembangunan program yang telah direncankan infrasturktur belum mendukung Profil dan prospek kab.pesisir barat tahun 2013 Struktur pemerinta han kabupaten pesisir barat Strategi dan rencana pengemba ngan pariwisata Peta kabupaten peisir barat Berdasarkan observasi dari masyarakat, masih kurang program-program yang dibuat olehpemerint
ah dan
belum sesuai dengan keingninan masyarakat
serta masih
tingginya tingkat
korupsi di
jajaran pemerintah
dan kurang
fasilitas infrastruktur
Dari berdasarkkan wawancara di atas sipenulis menyimpulkan bahwa program
yang telah dibuat pemerintah belum sepenunya terealisasikan dikarenakan
banyakpejabat pemerintah daerah yang memalukan tindakan korupsi, sehingga
mengakibatkan lambatnya pembangunan diKabupaten Pesisir Barat.
(55)
38
Nilai transfer berkenaan dengan pernyataan, sehingga hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu agar orang lain
dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus
memberikan uraian rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian
pembaca dapat mengerti terhadap hasil penelitian tersebut, sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di
tempat lain. Untuk melakukan keteralihan, peneliti mencari dan mengumpulkan
data kejadian empiris dalam konteks yang sama yaitu dengan melakukan
wawancara serta mengkaji data-data tentang Program Percepatan pembangunan
daerah otonomi baru.
3. Kebergantungan (Depandability)
Kebergantungan merupakan substitusi reliabilitas dalam penelitian non kualitatif.
Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Dalam penelitian kualitatif, uji
kebergantungan dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian ke lapangan, tetapi bias memberikan data. Peneliti ini perlu diuji
dependability-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada,
maka penelitian tersebut tidak dependable, Untuk mengetahui, mengecek serta
memastikan hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti mendiskusikannya
dengan dosen pembimbing, secara bertahap mengenai konsep-konsep yang
hasilkan di lapangan. Setelah hasil penelitian dianggap benar, diadakan seminar
hasil penelitian dengan mengundang teman sejawat, pembimbing, dan dosen
(56)
39
4. Kepastian (Confirmability)
Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan.
Sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian
(Confirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang
dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian
yang dimaksud berasal dari konsep objektifitas, sehingga dengan hasil penelitian
yang disepakati oleh banyak orang maka hasil penelitian tidak lagi subjektif tetapi
(57)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenaiPercepatan
Pembangunan Dearah Otonomi Baru (Studi Kasus Kabupaten Pesisir
Barat)maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat memanfaatkan potensi yang
dimiliki seperti pembangunan di bidang pariwisata,karenadi daerah
Kabupaten Pesisir Barat mempunyai potensi wisata yang sangat
dominan yang dapat diunggulkan, sehingga dapat memberikan suatu
manfaat bagi daerah tersebut. Dan dari potensi yang diunggulkan
dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat sehingga terciptanya
suatu komoditi unggulan yang dapat memberikan efek terhadap
otonomi daerah baru, dan memperbaiki perekonomian
masyarakat,sehingga komoditi unggulan tersebut dapat mempercepat
pembangunan di daerah otonomi baru, dan terlaksananya sebuah
keberhasilan dalam rangka mempercepat pembangunan di daerah
(58)
120
2. Kedala-kendala yang dihadapi dalan rangka mempercepat
pembangunan di Kabupaten Pesisir Barat, yakni Kabupaten Pesisir
Barat yang dihadapikendala utama adalah infrastruktur jalan dan
daerah yang rawan bencana alam, selama ini Kabupaten Pesisir Barat
hanya memiliki satu jalan lintas utama yang menghubungkan ke pusat
pemerintahan, jika hanya mengandalkan pemerintah dalam rangka
memperbaiki infrastruktur jalan maka akan berjalan lambat, sehingga
diperlukan kerjasama dengan pihak investor laindalam rangka
memajukan pariwisata di Kabupaen Pesisir Barat, kurangnya
ketersediaan dana dalam memajukan pariwista di Kabupaten Pesisir
Barat karena pariwisata sifatnya multi year, sehingga diperlukan
inovasi agar wisatawan ingin mengunjungi Kabupaten Pesisir Barat,
dan tak lepas dari peran serta masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah,memberikan pelatihan seperti pembuatan soufenir dll,
dalam rangka memajukan pariwisata di Kabupaten Pesisir
Barat,sehingga dapat memperbaiki kehidupan perekonomian
masyarakat Pesisir Barat, dan tak kalah pentingya yakni kurangnya
investor asing untuk menanamkan modal di bidang pariwisata di
(59)
121
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus harus dapat mengatasi masalah
utama di Kabuapen Pesisir Barat yang selama ini mengalami kerusakan
infrastruktur jalan yang berlokasi dari desa way redak sampai desa
tenumbang tepatnya di jembatan way basoh sehingga dapat menimbulkan,
kurangminatnya pihak investor lain untuk menanamkan modal di
Kabupaten Pesisir Barat, jika hanya mengandalkan pemerintah maka
berjalan lambat dalam mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat.
2. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus dapat bekerjasama dengan
pihak asing, dalam mengatasi kurang ketersedian dana dalam rangka
memajukan pariwisata yang dimilikiKabupaten Pesisir Barat, seperti
bekerjasama dalam bidang pariwisata dan sektor perikan dan perhotelan
dan memberikan kenyamanan dan keamanan dalam mengunjungi wisata
yang dimiliki Kabupaten Pesisir Barat sehingga diperlukan kerjasama
dengan masyarakat dan pihak investor lain sehingga dapat mengatasi
kekurangan ketersediaan dana.
3. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus dapat memperbaiki sarana dan
prasarana pariwisata, seperti infrastruktur pariwisata pantai yang lebih
baik serta memberikan keamanan, kenyamanan bagi wisatawan lokal
(60)
122
dalam rangka menarik minat investor lain yang bertujuan untuk
menanamkan modal, sehingga dapat memajukan potensi pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat serta mengoptimalkan sumber daya lainnyaa
seperti kehutanan, tambang, perikanan pertanian dan fasilitas pelayanan
transportasi perjalan dari ibu kota menuju Kabupaten Pesisir Barat yang
baik dan aman,sehingga mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat dapat berjalan dengan baik, sehingga kehidupan perekonomian
masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat dapat berkembang dan
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Siagian Sondang P. 2000. Administrasi pembangunan.jakarta: Bumi Aksara
Zulkarnaen Nasution.Komunikasi Pembangunan.Jakarta:Rajawali Pers
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Prof.H. Rozali Abdulah, S.H.2005. Pelaksanaan Otonomi Luas.Jakarta: Rajawali Pers
Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Antonius Simajuntak, Bungaran. 2013.Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia,jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Ratnawati, Tri. 2009. Pemekaran Daerah : Potitik Lokal dan Beberapa lsu Terseleksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Moleong Lexy J. M.A. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Perundangan tentang Otonomi Daerah. Yogyakarta : Pustaka Yustisia
(62)
J. Kaloh. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah (Solusi dalam menjawab kebutuhan lokal dan tantangan global. Jakarta. Rineka Cipta
Riyadi. 2003Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Tjiptoherijanto, 1987. Persepektifdarah dalam pembangunan nasional. Jakarta Indodesia
Dinamika Politik Lokal Dalam Pembentukan Daerah Otonom Baru (Studi Kasus Pemekaran Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) Tri Puja Kusuma. Definisi otonomi daerah. Hlm ke 14
(63)
Sumber lain :
http://www.scribd.com/doc/30385330/definisi-kebijakan-publik
http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.com/2012/05/pengertian-kebijakan publik.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-definisi-menurut.html
Depdagri.go.id
http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
http://obatkafe.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-definisi-otonomi-daerah.html
http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-untukku/pengertian-otonomi-daerah-untukku.html
http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/496-2/
(http://christdhawie.blogspot.com/2010/03/pengertian-otonomi-sistem-otonomi-dan.html)
http://boy-gamsel-sevenfold.blogspot.com/2011/07/otonomi-daerah.html
http://mashara-cahya.blogspot.com/2012/08/pengertian-otonomi-daerah.html
http://deddysumardi.wordpress.com/2012/05/20/memahami-pemekaran-daera
http://abo-oos.blogspot.com/2012/01/bab-ii-kajian-pustaka.html
Sumber Media Cetak:
(1)
120
2. Kedala-kendala yang dihadapi dalan rangka mempercepat
pembangunan di Kabupaten Pesisir Barat, yakni Kabupaten Pesisir
Barat yang dihadapikendala utama adalah infrastruktur jalan dan
daerah yang rawan bencana alam, selama ini Kabupaten Pesisir Barat
hanya memiliki satu jalan lintas utama yang menghubungkan ke pusat
pemerintahan, jika hanya mengandalkan pemerintah dalam rangka
memperbaiki infrastruktur jalan maka akan berjalan lambat, sehingga
diperlukan kerjasama dengan pihak investor laindalam rangka
memajukan pariwisata di Kabupaen Pesisir Barat, kurangnya
ketersediaan dana dalam memajukan pariwista di Kabupaten Pesisir
Barat karena pariwisata sifatnya multi year, sehingga diperlukan inovasi agar wisatawan ingin mengunjungi Kabupaten Pesisir Barat,
dan tak lepas dari peran serta masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah,memberikan pelatihan seperti pembuatan soufenir dll,
dalam rangka memajukan pariwisata di Kabupaten Pesisir
Barat,sehingga dapat memperbaiki kehidupan perekonomian
masyarakat Pesisir Barat, dan tak kalah pentingya yakni kurangnya
investor asing untuk menanamkan modal di bidang pariwisata di
(2)
121
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus harus dapat mengatasi masalah
utama di Kabuapen Pesisir Barat yang selama ini mengalami kerusakan
infrastruktur jalan yang berlokasi dari desa way redak sampai desa
tenumbang tepatnya di jembatan way basoh sehingga dapat menimbulkan,
kurangminatnya pihak investor lain untuk menanamkan modal di
Kabupaten Pesisir Barat, jika hanya mengandalkan pemerintah maka
berjalan lambat dalam mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat.
2. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus dapat bekerjasama dengan
pihak asing, dalam mengatasi kurang ketersedian dana dalam rangka
memajukan pariwisata yang dimilikiKabupaten Pesisir Barat, seperti
bekerjasama dalam bidang pariwisata dan sektor perikan dan perhotelan
dan memberikan kenyamanan dan keamanan dalam mengunjungi wisata
yang dimiliki Kabupaten Pesisir Barat sehingga diperlukan kerjasama
dengan masyarakat dan pihak investor lain sehingga dapat mengatasi
kekurangan ketersediaan dana.
3. Pemerintah Kabuapten Pesisir Barat harus dapat memperbaiki sarana dan
prasarana pariwisata, seperti infrastruktur pariwisata pantai yang lebih
baik serta memberikan keamanan, kenyamanan bagi wisatawan lokal
(3)
122
dalam rangka menarik minat investor lain yang bertujuan untuk
menanamkan modal, sehingga dapat memajukan potensi pariwisata di
Kabupaten Pesisir Barat serta mengoptimalkan sumber daya lainnyaa
seperti kehutanan, tambang, perikanan pertanian dan fasilitas pelayanan
transportasi perjalan dari ibu kota menuju Kabupaten Pesisir Barat yang
baik dan aman,sehingga mempercepat pembangunan di Kabupaten Pesisir
Barat dapat berjalan dengan baik, sehingga kehidupan perekonomian
masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat dapat berkembang dan
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Siagian Sondang P. 2000. Administrasi pembangunan.jakarta: Bumi Aksara Zulkarnaen Nasution.Komunikasi Pembangunan.Jakarta:Rajawali Pers Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Prof.H. Rozali Abdulah, S.H.2005. Pelaksanaan Otonomi Luas.Jakarta: Rajawali Pers
Kaho, Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Antonius Simajuntak, Bungaran. 2013.Dampak Otonomi Daerah Di Indonesia,jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Ratnawati, Tri. 2009. Pemekaran Daerah : Potitik Lokal dan Beberapa lsu Terseleksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Moleong Lexy J. M.A. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Perundangan tentang Otonomi Daerah. Yogyakarta : Pustaka Yustisia
(5)
J. Kaloh. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah (Solusi dalam menjawab kebutuhan
lokal dan tantangan global. Jakarta. Rineka Cipta
Riyadi. 2003Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Tjiptoherijanto, 1987. Persepektifdarah dalam pembangunan nasional. Jakarta Indodesia
Dinamika Politik Lokal Dalam Pembentukan Daerah Otonom Baru (Studi Kasus Pemekaran Di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung) Tri Puja Kusuma. Definisi otonomi daerah. Hlm ke 14
(6)
Sumber lain :
http://www.scribd.com/doc/30385330/definisi-kebijakan-publik
http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.com/2012/05/pengertian-kebijakan publik.html
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-definisi-menurut.html
Depdagri.go.id
http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
http://obatkafe.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-definisi-otonomi-daerah.html
http://www.untukku.com/berita-untukku/berita-ekonomi-dan-keuangan-untukku/pengertian-otonomi-daerah-untukku.html
http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/496-2/
(http://christdhawie.blogspot.com/2010/03/pengertian-otonomi-sistem-otonomi-dan.html) http://boy-gamsel-sevenfold.blogspot.com/2011/07/otonomi-daerah.html
http://mashara-cahya.blogspot.com/2012/08/pengertian-otonomi-daerah.html
http://deddysumardi.wordpress.com/2012/05/20/memahami-pemekaran-daera
http://abo-oos.blogspot.com/2012/01/bab-ii-kajian-pustaka.html
Sumber Media Cetak: