Keefektifan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Rokok dan Bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung The Efectiveness of Booklet for Improved Knowledge and Attitude about Cigarette and its Dangerous a
KEEFEKTIFAN MEDIA BOOKLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ROKOK DAN BAHAYANYA
DI SDN 01 PANJANG SELATAN KECAMATAN PANJANG BANDAR LAMPUNG
Oleh
PATRICK RAMOS PAKPAHAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRACT
The Efectiveness of Booklet for Improved Knowledge and Attitude about Cigarette and its Dangerous at SDN 01 Panjang Selatan, Panjang, Bandar
Lampung
By
Patrick Ramos Pakpahan
WHO reported that more than 6 million people die because of smoking behavior. Indonesia has been ranked 2nd for highest number of smoker. This behavior has already widespread in society, including elementary school teenagers. Smoking behavior in teenager associated with their knowledge, attitude at smoke and health education. Booklet as a media is one of health education media. Goals of this research are to know the effectiveness of booklet in increasing 6th grade SDN 01 Panjang Selatan’s knowledge and attitude. This research has been done by using quasy-experimental approach method with non-randomized control group pretest-posttest design plan, consisting of 39 people in experimental group and 40 people from SDN 1 Srengsem as control group. The sampling technique that used is purposive sampling. Sample in this research are student of 6th grade with knowledge pretest score <10. Instrument used in this research are booklet and questionnaires.
Mann-Whitney statistic result with α=0,05 shows that application of booklet is effective in increasing student’s knowledge past intervention (p=0,001) and three days after intervention (p=0,001) . Independent samples t–test result with α=0,05 shows that booklet ineffective in increasing student’s attitude both in past intervention (p=0,313) and three days after intervention with booklet (p=0,682) about cigarette and its dangerous at SDN 01 Panjang Selatan.
(3)
ABSTRAK
Keefektifan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Tentang Rokok dan Bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan
Panjang Bandar Lampung
Oleh
Patrick Ramos Pakpahan
WHO melaporkan bahwa lebih dari 6 juta orang meninggal dunia akibat merokok. Indonesia menempati urutan kedua untuk jumlah perokok di dunia. Perilaku ini sudah menjangkiti semua kalangan masyarakat termasuk remaja di Sekolah Dasar (SD). Perilaku merokok pada anak berkaitan dengan pengetahuan, sikap terhadap rokok dan pendidikan kesehatan. Media booklet adalah salah satu media pendidikan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan media booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap anak kelas VI di SDN 01 Panjang Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pendekatan quasy-experimental dengan rancangan non-randomized control group pretest-posttest design yang terdiri dari kelompok perlakuan sebanyak 39 orang dan kelompok kontrol dari SDN 1 Srengsem sebanyak 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelas VI SD dengan skor pretest pengetahuan <10. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah booklet dan kuesioner.
Hasil analisis statistik dengan Mann–Whitney dengan nilai α=0,05 menunjukkan media booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan baik sesudah intervensi (p=0,001) dan 3 hari setelahnya (p=0,001). Hasil uji t–test tidak berpasangan dengan α=0,05 menunjukkan bahwa media booklet tidak efektif dalam meningkatkan sikap siswa baik sesudah intervensi (p=0,313) maupun sesudah 3 hari intervensi booklet (p=0,682) tentang rokok dan bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan.
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Kerangka Penelitian ... 8
1. Kerangka Teori... 8
2. Kerangka Konsep ... 10
F. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Pendidikan Kesehatan ... 11
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ... 11
2. Teori Precede Proceed digunakan dalam Promosi kesehatan ... 11
3. Tujuan Pendidikan Kesehatan ... 15
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyuluhan kesehatan ... 16
5. Metode Penyuluhan Kesehatan ... 17
6. Media Penyuluhan ... 18
B. Pengetahuan ... 24
1. Pengertian Pengetahuan ... 24
2. Tingkat Pengetahuan ... 24
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 26
C. Sikap ... 27
1. Pengertian ... 28
2. Komponen Sikap ... 28
(7)
viii
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap ... 29
D. Usia Sekolah Dasar ... 31
E. Rokok ... 32
1. Pengertian ... 32
2. Jenis Rokok ... 33
3. Kandungan Rokok ... 34
4. Dampak Tembakau terhadap Kesehatan ... 36
5. Tipe Perokok ... 41
6. Faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang merokok... 42
III. METODE PENELITIAN ... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Populasi dan Sampel ... 45
D. Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 45
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 46
F. Definisi Operasional... 46
G. Alat dan Cara Penelitian... 48
H. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 48
I. Metode Pengukuran ... 50
J. Prosedur Penelitian... 51
K. Pengolahan dan Analisis Data ... 52
1. Pengolahan Data... 52
2. Analisis Data ... 53
a. Uji Normalitas data ... 53
b. Analisis Univariat ... 53
c. Analisis Bivariat ... 54
L. Etika Penelitian ... 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Gambaran Umum Lokasi SDN 01 Panjang Selatan ... 55
B. Gambaran Umum Lokasi SDN 1 Srengsem ... 56
C. Hasil Penelitian ... 56
1. Analisis Univariat... 57
2. Uji Normalitas ... 60
3. Analisis Bivariat ... 61
D. Pembahasan ... 64
1. Analisis Univariat ... 64
a. Karakteristik Responden ... 64
2. Analisis Bivariat ... 65
a. Pengetahuan dan sikap pretest ... 65
b. Keefektifan media booklet terhadap peningkatan pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok ... 66
(8)
c. Keefektifan media booklet terhadap peningkatan
sikap tentang rokok dan bahaya merokok ... 71
E. Keterbatasan Penelitian ... 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA
(9)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori ... 9
2. Kerangka Konsep ... 10
3. Model Preceed-Proceed ... 12
4. Desain Penelitian ... 43
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Jumlah Sampel Penelitian ... 45
2. Definisi Operasional Tabel ... 47
3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 57
4. Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 58
5. Distribusi statistik pengetahuan responden pretest, posttest I dan posttest II ... 59
6. Distribusi frekuensi sikap responden pretest, posttest I dan posttest II berdasarkan skor total.. ... 60
7. Hasil Uji Normalitas ... 61
8. Perbandingan Pengetahuan dan Sikap kelompok perlakuan dan kelompok Kontrol ... 62
9. Perbedaan rata - rata selisih nilai pretest dan posttest I pada pengetahuan dan sikap kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 63
10. Perbandingan selisih nilai pretest dan posttest II pengetahuan dan sikap kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ... 64
(11)
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2011). Perilaku merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem respirasi, kanker dan masalah kesehatan yang lainnya seperti impotensi, kehamilan premature, bayi baru lahir rendah (BBLR) dll (CDC, 2012).
Penyakit-penyakit ini dapat timbul karena rokok yang terbuat dari tembakau ini mengandung 7000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, 200 diantaranya adalah zat beracun. (Ericksen, 2012). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85% dan partikel. Diantaranya nikotin, karbon monoksida, tar adalah sebagian dari ribuan zat didalam rokok (Ahmad, 2010).
Selain menyebabkan penyakit, rokok juga telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke (Sari, 2007). Semua kelainan ini didapatkan akibat kebiasaan merokok yang dilakukan
(12)
sejak lama. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2011 lebih dari 6 juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Hal ini berarti tiap satu menit hampir sebelas orang meninggal dunia akibat racun pada rokok (Ericksen, 2012). Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian akibat merokok mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya dan akan didominasi oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia (Sari, 2007).
Masalah merokok adalah peningkatan prevalensi perokok yang menjadi semakin serius. Jumlah perokok di dunia mencapai lebih dari 1 miliar orang terdiri dari 800 juta pria dan 200 juta perempuan (Ericksen, 2012). Di negara berkembang, seperti Indonesia jumlah perokok usia ≥15 tahun sebanyak 34,2% tahun 2007 (Depkes RI, 2007), kemudian meningkat prevalensinya menjadi 34,7% di tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010) dan meningkat kembali tahun 2011, menurut GATS 2011 jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,8 % dengan prevalensi pria 67% dan perempuan 2,7% (WHO, 2013).
Indonesia merupakan negara dengan tingkat pengunaan rokok yang cukup tinggi. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia jumlah konsumsi rokok sebanyak 260.800 rokok (4%) (Michael Eriksen, 2012). Sementara itu untuk jumlah perokok, Indonesia sendiri menempati urutan ke-3 pada tahun 2008 dengan jumlah perokok sebanyak 65 juta perokok (WHO, 2008) dan menurut survey GATS 2011, peringkat Indonesia semakin bertambah menjadi peringkat 2 terbesar di dunia (Kemenkes RI, 2012). Perokok di masyarakat Indonesia tidak hanya di kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja muda. Untuk kalangan remaja sendiri
(13)
Depkes RI (2007) menunjukkan bahwa 3,5% anak-anak remaja lelaki dan 0,5% anak remaja perempuan usia 10-14 telah merokok.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2010, usia rata-rata seseorang mulai merokok secara nasional adalah usia 17,6 tahun. Namun untuk usia yang paling dini ada yang memulai merokok dari usia 5-9 tahun. Adapun prevalensi merokok berdasarkan usianya, usia perokok mulai merokok, dimulai dari usia 5-9 tahun sebanyak 1,7%, usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun 43,5%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29 tahun 4,3%, pada usia >30 tahun sebesar 3,9%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi tertinggi adalah anak pada umur 15-19 tahun dan untuk tertinggi kedua adalah umur 10-14 tahun atau anak seusia Sekolah Dasar (SD) kelas tinggi.
Lampung adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus perokok yang cukup tinggi. Menurut data Riskesdas tahun 2010, Lampung terdapat pada urutan ke-10 dari 33 provinsi di Indonesia dimana persentase jumlah perokok sebanyak 38% dan persentase ini di atas rata-rata jumlah perokok Indonesia yaitu 34,7%. Sementara untuk perokok pada usia 10-14 tahun, Lampung terletak pada urutan ke-9 dengan persentase sebanyak 20,4% berarti persentasenya diatas rata-rata nasional 17,5% (Kemenkes RI, 2010).
Menurut U.S. Department of Health and Human Services (2012) beberapa faktor yang mempengaruhi anak-anak usia muda merokok yaitu : lingkungan sosial dan fisik, lingkungan sosial kecilnya, kognitif dan proses afektifnya, faktor biologi dan genetik, dan faktor lainnya seperti ekonomi yang rendah,
(14)
akses, kemudahan serta harga dari rokok sendiri, pendidikan yang rendah dan keterpaparan terhadap iklan rokok, informasi dll (CDC, 2013). Sementara itu menurut Riskesdas (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi adalah pendidikan, status pernikahan dan status ekonomi ( Kemenkes RI, 2010 ).
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan pemerintah dalam usaha mengendalikan rokok di Indonesia sekaligus mendukung program MPOWER yang dirancang oleh WHO (WHO, 2013). Peraturan itu tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.109 tahun 2012 (PP RI, 2012), selain itu ada pula UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan (Tobacco Control Center, 2009), serta banyak undang-undang tentang kawasan bebas asap rokok (Kemenkes, 2011). Namun semua usaha untuk mendukung hal itu baik slogan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) juga tidak efektif untuk merubah perilaku ini (Damayati, 2007).
Kegagalan upaya-upaya ini seringkali diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap negatif terhadap rokok serta dampaknya (Rahayu, 2010). Menurut Ekawati (2010) dikatakan bahwa peningkatan pengetahuan sebesar 6,7% mengenai bahaya merokok dan perubahan sikap sebesar 4% untuk bisa berhenti merokok.
Menurut Green pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi dari perilaku seseorang. Ditinjau dari model precede-proceed untuk perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, masalah yang terjadi terletak pada fase-3
(15)
yaitu diagnosis pendidikan dan etiologi dan salah satu cara menanganinya adalah dengan pendidikan kesehatan di sekolah. (Depkes, 2008)
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan metode dan media yang berbeda-beda. (Notoadmojo, 2012). Media digunakan untuk mempermudah penyampaian pesan kepada target pendidikan. Salah satu media yang sering digunakan adalah media booklet. Pada media booklet ini kita dapat menampilkan gambar-gambar yang menarik dan lebih lengkap dibandingkan leaflet dan media ini juga tidak memerlukan arus listrik yang kadang menjadi kendala pendidikan kesehatan dengan media slide ( Notoadmojo, 2012 ).
Ada beberapa penelitian mengatakan tentang keefektifan dari booklet. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Zulaekah (2012) menunjukkan bahwa media booklet dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi sebanyak 17,44 point (p=0,001). Sementara itu Fitriastutik (2010) yang mengemukakan pendidikan kesehatan menggunakan media booklet memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan (p=0,004) dan sikap (p=0,46) tentang karies gigi di SDN 01, 02 dan 03 Bandegan.
Berdasarkan survey sebelumnya yang telah dilakukan di SDN 01 Panjang Selatan diketahui bahwa dari 39 responden ternyata 33,3 % responden sudah pernah merokok. Mayoritas anak tersebut memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang rokok.
Kurangnya pengetahuan dan sikap yang menyebabkan semakin bertambahnya jumlah perokok usia dini. Salah satu cara yang digunakan untuk
(16)
meningkatkan kedua hal itu adalah pendidikan keshatan. Salah satu media yang digunakan adalah booklet. Karena hal itu maka peneliti tertarik untuk meneliti keefektifan dari media booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dari siswa- siswi di SDN 01 Panjang Selatan kecamatan Panjang, Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah media penyuluhan booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang rokok dan bahayanya dan berapa peningkatannya pada siswa-siswi kelas VI di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang b. Apakah media penyuluhan booklet efektif dalam meningkatkan sikap
tentang rokok dan bahayanya dan berapa peningkatannya pada siswa-siswi kelas VI di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Mengetahui keefektifan penyuluhan kesehatan media booklet tentang merokok dan bahayanya dalam meningkatkan pengetahuan siswa siswi di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung.
b. Mengetahui keefektifan penyuluhan kesehatan media booklet tentang merokok dan bahayanya dalam meningkatkan sikap siswa siswi di SDN 01 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung.
(17)
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan pengetahuan siswa-siswi SD kelas VI tentang rokok dan bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan, kecamatan Panjang antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
b. Untuk mengetahui berapa besar peningkatan sikap siswa-siswi SD kelas VI tentang rokok dan bahayanya di SDN 01 Panjang Selatan, kecamatan Panjang antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi sasaran penyuluhan
a. Menambah informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman sasaran penyuluhan tentang merokok dan bahayanya, agar sasaran penyuluhan dapat ikut mencegah terjadinya merokok baik di kalangan sekolah maupun masyarakat sekitar.
2. Bagi institusi kesehatan
a. Sebagai informasi dan masukan bagi institusi kesehatan yang terkait dengan pengambilan keputusan, penetapan kebijakan dan perencanaan program kesehatan serta upaya penanggulangan untuk merokok usia dini dalam hal penyuluhan kesehatan.
3. Bagi peneliti
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian kesehatan khususnya dalam pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan siswa SD
(18)
E. Kerangka Penelitian
1. Kerangka Teori
Menurut Green & Kreuter (2005) pendekatan untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program promosi kesehatan adalah model Procede-Proceed. Ada 8 fase pada model ini yaitu penilaian sosial, penilaian epidemiologi, penilaian pendidikan & ekologis, administrasi & penilaian kebijakan & keselarasan intervensi, implementasi/pelaksanaan, proses evaluasi, pengaruh evaluasi, dan hasil atau keluaran evaluasi.
Dalam fase kedua, masalah kesehatan akan dianalisis berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama masalah kesehatan stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan. Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah kepada permasalahan kesehatan yang spesifik. Masalah kesehatan yang akan diidentifikasi pada fase ini adalah perilaku anak - anak SD dalam merokok
Fokus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-faktor
(19)
predisposisi, faktor-faktor enabling dan faktor-faktor penguat (Green & Kreuter, 2005).
Faktor predisposisi merupakan faktor yang berhubungan dengan sikap, kepercayaan dan pengetahuan. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah pada fase ini adalah dengan pendidikan kesehatan dan penilaian ekologi. Pendidikan kesehatan biasanya dengan metode dan media yang mendukung. Salah satu media yang digunakan adalah media booklet. Media ini sering digunakan karena mudah dipelajari dan memuat informasi yang lebih banyak sehingga dapat menimbulkan minat sasaran pendidikan.
Gambar 2. Kerangka Teori
(20)
2. Kerangka Konsep
Subyek penelitian Kontrol
Pre - test
Gambar 3. Kerangka Konsep
F. Hipotesis
a. Media booklet efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan Bandar Lampung .
b. Media booklet efektif untuk meningkatkan sikap siswa Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung
Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Selatan sebelum pendidikan
Pendidikan kesehatan dengan media booklet
Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Panjang Selatan setelah pendidikan dan 3 hari setelah pendidikan booklet
Pengetahuan dan sikap SDN 01 Srengsem sebelum pendidikan
Pengetahuan dan sikap siswa SDN 01 Srengsem setelah pendidikan dan 3 hari setelah pendidikan media booklet di SDN 1 Panjang Selatan
(21)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)
2. Teori Precede-Proceed digunakan dalam promosi kesehatan
Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan terkenal untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program pendidikan kesehatan adalah model Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Green & Kreuter
(22)
pada tahun 2005. Bagian Precede pada model (fase 1-4) berfokus pada perencanaan program dan bagian proceed (fase 5-8) berfokus pada pelaksanaa dan evaluasi. Delapan fase dari model pedoman perencanaan dalam membuat program promosi kesehatan, dimulai dengan keluaran yang lebih umum dan berubah menjadi keluaran yang lebih spesifik. Pada akhirnya, proses memimpin untuk membuat program, menghantarkan program dan mengevaluasi program. (Gambar 1. Menampilkan model Precede-Proceed untuk perencanaan program kesehatan dan evaluasi; tanda panah menunjukan jalur utama kegiatan menuju masukan program dan determinan kesehatan untuk hasil.)
Gambar 1. Model Precede-Proceed Sumber: Green & Kreuter, 2005, p.10.
(23)
Fase 1: Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, program menentukan bagaimana kualitas hidup dari masyarakat tersebut secara spesifik., Untuk mengetahui masalah itu maka sering digunakan indikator sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup.
Fase 2: Diagnosis epidemiologi
Masalah sosial pada fase pertama dalam hal kesehatan adalah hal yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Dalam fase ke-2 ini program mengidentifikasi faktor kesehatan atau faktor lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup.
Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis
Fokus dalam fase 3 bergantian menjadi faktor mediasi yang dapat mendorong atau penghindar sebuah lingkungan positif atau perilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor predisposisi, faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor-faktor-faktor penguat (Green & Kreuter, 2005).
Fase 4: Administrasi & Penilaian Kebijakan & Keselarasan Intervensi Pada fase ini berisi tentang upaya untuk memperbaiki status kesehatan dapat didukung atau dihambat oleh peraturan dan kebijakan yang ada. Sehingga dapat dilihat bahwa fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan
(24)
dan keselarasan intervensi dalam fase ke empat adalah pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah, tempar kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program.
Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan
Penyampaian program terjadi selama fase 5. Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program.
Fase 6: Proses Evaluasi
Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan program.
Fase 7: Pengaruh Evaluasi
Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku atau lingkungan.
Fase 8: Hasil atau Keluaran Evaluasi
Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
(25)
3. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku tersebut Green dalam (Notoadmojo, 2012) yaitu :
a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, billboard, dan sebagainya.
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan
(26)
sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
(27)
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
5. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:
a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) 2. Wawancara
b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu : 1. Kelompok besar
(28)
2. Kelompok kecil
c. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan- pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.
6. Media Pendidikan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) : a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
(29)
a. Tujuan yang akan dicapai
1. Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep- konsep 2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru b. Tujuan penggunaan alat bantu
1. Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan 2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah 3. Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan
Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012) : a. Berdasarkan stimulasi indra
1. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra penglihatan
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan pendidikan/pengajaran
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids) b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
1. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan setempat
(30)
c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan 1. Media Cetak
a. Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie, 2005)
b. Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk
(31)
menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.
Menurut Kemm dan Close dalam Aini (2010) booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Dapat dipelajari setiap saat, karena disain berbentuk buku. 2. Memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan dengan
poster.
Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet memiliki keunggulan sebagai berikut :
1. Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri. 2. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai. 3. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.
4. Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan.
5. Mengurangi kebutuhan mencatat.
6. Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah. 7. Awet
8. Daya tampung lebih luas
9. Dapat diarahkan pada segmen tertentu.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan adalah :
(32)
2. Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.
3. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
4. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
5. Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6. Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan. 7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. c. Flyer (selembaran)
d. Flip chart (lembar balik)
Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar. Keunggulan menggunakan media ini antara lain : mudah dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik. (Lucie, 2005) e. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto
(33)
2. Media Elektronik
a. Video dan film strip
Keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap. Sementara kelemahan media ini yaitu memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara kaset dengan alat pemutar, membutuhkan ahli profesional agar gambar mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan banyak biaya. (Lucie, 2005)
b. Slide
Keunggulan media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya memerlukan sambungan listrik, peralatannya beresiko mudah rusak dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap. (Lucie, 2005)
(34)
B. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
(35)
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
(36)
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi status kesehatan, intelegensi, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Wawan dan Dewi (2010) antara lain :
1. Faktor internal
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akhirnya dapat mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
(37)
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga
c. Umur
Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
d. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
2. Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
C. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan sesuatu yang tidak
(38)
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian rekasi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb dalam Notoadmojo (2012), sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
2. Komponen sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoadmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting.
(39)
3. Tingkatan sikap
Ada beberapa tingkatan dari sikap yaitu : a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) .
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Sebab dengan seseorang mengerjakan suatu pekerjaan terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Anwar (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :
a. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,
(40)
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan
garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar meupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f. Faktor Emosional, kadang kala suatu bentuk merupakan pernyataan yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
(41)
D. Usia Sekolah Dasar
Usia Sekolah Dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6-7 tahun seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode Sekolah Dasar terdiri dari periode kelas-kelas rendah, dan periode kelas tinggi.
Pada kelas-kelas rendah (umur 6-9 tahun), seorang anak biasanya memiliki ciri: a. Adanya korelasi positif yang cukup tinggi antara kondisi fisik dan prestasi. b. Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada dalam dunianya. c. Cenderung memuji diri sendiri.
d. Seringkali membandingkan dirinya dengan temannya.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f. Pada periode ini (utamanya usia 6-8 tahun), seorang anak menghendaki nilai rapor yang baik, tanpa melihat nilai rapornya.
Adapun pada kelas-kelas yang lebih tinggi (10-12 tahun) ini yang merupakan masa remaja sebabmenurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004). Remaja tersebut memiliki ciri :
a. Punya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit. b. Realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir periode (lulus SD) mulai terlihat minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai tanda mulai menonjolnya bakat – bakat khusus pada diri seorang anak.
(42)
d. Sampai usia 11 tahun, seorang anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak mulai mempunyai keterampilan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa tergantung bantuan orang lain.
e. Anak memandang angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya.
f. Mulai senang membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, sekaligus membuat peraturan sendiri, yang berbeda dari aturan yang sebelumnya (Kemenkes RI, 2008)
E. Rokok
1. Pengertian
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No. 109 tahun 2012)
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan rokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung namun
(43)
kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Gondodiputro, 2007).
2. Jenis Rokok
Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Menurut Jaya (2009), maka rokok dibagi :
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
1. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung 2. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren 3. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
4. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau b. Rokok berdasarkan bahan baku :
1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
(44)
c. Rokok berdasarkan Proses Pembuatannya : 1. Sigaret kretek tangan
2. Sigaret Kretek Mesin
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter :
1. Rokok Filter (RF) : rokok yang pada pangkalnya terdapat gabus 2. Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada pangkalnya tidak terdapat
gabus
3. Kandungan Rokok
Tembakau mengandung sekitar 7000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, dimana 200 zat kimia diantaranya adalah zat kimia beracun dan 69 diantaranya adalah karsinogenik (Eriksen, 2012). Beberapa zat racun tersebut (Gondodiputro, 2007) yaitu :
1. Zat racun utama a. Karbon Monoksida
Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang/karbon. Karbon Monoksida (CO) ini adalah zat dalam bentuk gas. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau mencapai 3-6%. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah, sedangkan arus pinggir akan tetap berada di luar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan ikatan antara hemoglobin dan oksigen. Karena hal itu maka ketika seseorang
(45)
merokok, maka bukan hanya kadar oksigen saja yang berkurang tetapi juga sel darah merah juga akan kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen.
b. Nikotin
Nikotin juga adalah salah satu zat racun yang terdapat dalam rokok. Di dalam rokok, kadar nikotin sebesar 0,5-3 ng, dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah kadar nikotin ada sekitar 40-50 ng/ml. Nikotin sendiri bukanlah termasuk komponen karsinogenik. Namun hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensikarbasol, dan nitroaminelah yang justru bersifat karsinogenik. Zat ini memiliki banyak pengaruh pada tubuh manusia. Pada paru-paru, nikotin akan menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif yang akhirnya mengakibatkan seseorang tersebut sulit untuk berhenti merokok. Pada jantung , zat ini akan mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi dan akhirnya hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena nikotin dapat menyebabkan perangsangan terhadap hormon katekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah.
c. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental yang berwarna coklat tua atau hitam yang adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Di dalam rokok, kadar tar antara 0,5-35
(46)
mg/batang. Zat ini adalah suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru.
2. Zat racun lainnya a. Kadmium b. Amoniak
c. Asam sianida (HCN) d. Nitrous Oxide e. Formaldehid f. Fenol
g. Asetol
h. Asam sulfida (H2S) i. Piridin
j. Metil Klorida k. Metanol
l. Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) m. Nitrosamina
4. Dampak Tembakau terhadap Kesehatan
Telah banyak terbukti bahwa dengan merokok berdampak terhadap status kesehatan. Hal ini terjadi karena merokok dapat menimbulkan katarak, pneumonia, kanker lambung, kanker pankreas, kanker cervix, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah panjangnya daftar
(47)
penyakit yang ditimbulkan oleh merokok seperti kanker paru-paru, oesophagus, laring, mulut dan tenggorokan, penyakit paru kronik, melebarnya gelembung pada paru-paru dan radang pada tengorokan, stroke, serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Hampir 90% kanker paru - paru disebabkan oleh merokok. Rokok yang terbuat dari tembakau juga dapat merusak sistem reproduksi, berkontribusi kepada keguguran, kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, kematian bayi setelah lahir dan penyakit-penyakit pada anak-anak. Namun demikian tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan penyakit tersebut, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal dengan perokok pasif. Telah terbukti bahwa perokok pasif berisiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma, dan penyakit paru lainnya.
Menurut Gondoniputro (2007), ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok yaitu :
1. Susunan saraf pusat
Efek tembakau terhadap susunan saraf pusat, hal ini disebabkan karena nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan gemetar pada tangan dan kenaikan berbagai hormon dan rangsangan dari sumsum tulang belakang menyebabkan mual dan muntah. Di lain tempat nikotin juga menyebabkan rasa nikmat sehingga perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sedangkan efek lain menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari
(48)
tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.(Gondoniputro, 2007) Selain itu juga merokok ini dapat meningkatkan resiko seseorang terkena stroke sebanyak 2 kali lebih besar.(CDC, 2012) Selain itu rokok juga dapat mengakibatkan semakin berkurangnya daya ingat seseorang
2. Penyakit Kardiovaskuler
Menurut Jaya (2009), senyawa kimia terkandung dalam rokok akan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, resiko hipertensi, dan penyumbatan arteri. Disamping itu rokok juga menurunkan HDL dan menurunkan tingkat elastisitas aorta yang menyebabkan terjadi pengumpalan darah dan menimbulkan penyakit seperti: aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan menebal dan mengerasnya pembuluh darah, sehingga menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit. Orang yang merokok biasanya memiliki 2-4 kali lebih mudah untuk terkena penyakit ini dibandingkan yang tidak merokok (CDC, 2012). Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sekitar 10% dari seratus pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran) sembilan puluh sembilan diantaranya adalah perokok.
(49)
Terjadi pengumpalan darah di arteri yang menyumbat suplai darah pada jantung sehingga mengakibatkan serangan jantung.
4. Serangan Otak (thrombosis Cerebral)
Terjadi pemblokiran pada pembuluh darah yang menuju ke otak sehingga dapat menyebabkan pingsan, stroke, dan kelumpuhan.
5. Gagal Ginjal
Terjadi pengumpalan darah pada arteri yang menyumbat suplai darah pada gunjal sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah, bahkan gagal ginjal
6. Tukak lambung dan tukak duodenum
Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yangdapat mengganggu lambungdengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asamlambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok.
7. Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusakpembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi alirandarah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan
(50)
waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area laindari tubuh.
8. Kanker
Merokok menyebabkan kanker paru – paru, mulut, naso – oro dan hipofaring, lubang hidung dan sinus paranasal, laring, esophagus, perut, pancreas, liver, ginjal (badan dan pelvis), ureter, kandung kemih, dan serviks uterin dan juga menyebabkan leukemia myeloid. Terdapat bukti bahwa merokok berperan meningkatkan risiko kanker kolorektal dan payudara. Risiko kanker meningkat berdasarkan meningkatnya jumlah rokok perhari dan meningkatnya durasi merokok, dan terdapat hubungan sinergistik antara merokok dan minum alcohol dengan kanker mulut, esophagus, dan paru. Berhenti merokok, menurunkan risiko terjadinya kanker. Kendati demikian terdapatnya kemungkinan terjadinya kanker paru setelah 20 tahun (PAPDI, 2010).
9. Penyakit pernafasan
Merokok, merupakan sebab utama penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Dalam 1-2 tahun merokok, seorang perokok muda akan terjadi perubahan inflamasi di jalur pernafasan kecil, kendati pengukuran funfsi paru pada perubahan ini tidak dapat memprediksi terjadinya obstruksi kronik jalur nafas. Setelah 20 tahun merokok, terjadinya perubahan patofisiologi pada paru secara proporsional seiring dengan intensitas dan durasi merokok. Inflamasi kronik dan penyempitan jalur nafas kecil
(51)
dan/atau digestif enzimatik dinding alveolar pada emfisema pulmonal menyebabkan pengurangan aliran nafas ekspirasi sehingga terjadi gejala klinis nafas terhambat pada 15 % perokok (PAPDI, 2010).
10.Penyakit pada perokok pasif
Asap rokok dapat dipisahkan menjadi dua komponen, asap utama yang dihisap oleh perokok dan asap sampingan yang tidak terfilter (dikeluarkan dari ujung rokok) yang dihisap secara pasif oleh bukan perokok. Paparan asap rokok dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru dan penyakit arteri koroner diantara bukan perokok. Juga meningkatkan insiden infeksi pernafasan, otitis media kronik, dan asma pada anak-anak (PAPDI, 2010).
5. Tipe perokok
Tipe perokok merokok dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Perokok aktif
Perokok ini adalah orang-orang yang langsung menghisap atau mengkonsumsi rokok. Dalam kehidupan sehari-hari sering menjumpai orang yang merokok disekitar kita, seperti di kantor, di pasar, tempat umum lainnya atau dalam rumah tangga kita sendiri.
2. Perokok pasif
Perokok ini adalah orang yang tidak merokok tetapi terpaksa menghisap rokok. Hal ini bisa terjadi pada saat perokok aktif mengeluarkan asap
(52)
utama yang dihisap perokok itu sendiri dan yang keluar ke udara sehingga terhisap oleh orang-orang yang ada di sekitar perokok. (Purba, 2009)
6. Faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang merokok
Menurut UDHHS (2012) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut merokok yaitu :
a. Faktor sosial demografi
Faktor ini berhubungan dengan status sosial-ekonomi remaja, tantangan dari perkembangan remaja tersebut, jenis kelamin dan ras/etniknya . b. Faktor lingkungan
Faktor ini dapat dilihat dari akseptabilitas dan ketersediaan dari produk tembakau, variabe interpersonal, variabel lingkungan yang dirasakan c. Faktor perilaku
Faktor ini dilihat dari prestasi akademik yang dicapai, masalah pada tingkah lakunya, pengaruh dari teman sebaya, partisipasi dalam aktivitas-aktivitas, dan kemampuan perilaku.
d. Faktor individual
Faktor ini dapat dilihat dari pengetahuan tentang penggunaan tembakau secara jangka panjang, harapan kegunaan dari penggunaan tembakau, dan yang berhubungan dengan harga diri dan personalitasnya.
e. Tingkah laku sebenarnya yang relatif terhadap penggunaan tembakau Faktor ini dapat dilihat dari niat peserta untuk merokok dan dari status merokok pasien.
(53)
43
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan
non-randomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010).
Rancangan ini digunakan dengan pertimbangan bahwa penelitian lapangan untuk memenuhi kriteria randomisasi dari true experiment design sangat sulit dan biayanya mahal. Di samping itu rancangan ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan dengan metode booklet dan kelompok yang dijadikan kontrol.
Adapun desain penelitian adalah sebagai berikut: O 1 x1 O2 O3
O4 O5 O6 Gambar 4. Desain penelitian
(54)
Keterangan :
O1 : Pre-test untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan perlakuan pendidikan media booklet
O2 : Post test I untuk menilai pengetahuan dan sikap sesudah dilakukan perlakuan pendidikan media booklet.
O3 : Post test II untuk menilai pengetahuan dan sikap 3 hari sesudah dilakukan perlakuan pendidikan media booklet.
X 1 : pendidikan media booklet.
O4 : Pre-test untuk menilai pengetahuan dan sikap pada kontrol O5 : Post test I untuk menilai pengetahuan dan sikap pada kontrol
O5 : Post test II untuk menilai pengetahuan dan sikap pada kontrol 3 hari sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2012. Pengambilan data dilakukan pada bulan November 2012.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem, Kecamatan Panjang Bandar Lampung.
(55)
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua keseluruhan objek penelitan atau objek yang diteliti. Dengan demikian populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Panjang Selatan pada tahun 2013 dan SDN 01 Srengsem.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang digunakan adalah dari data siswa SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem kelas VI tahun 2013. Besar sampel dalam penelitian diambil secara purposive sampling.
Tabel 1. Distribusi Jumlah Sampel Penelitian
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel Penelitian
1. Kriteria Inklusi: a. Kelas VI SD
b. Bersedia ikut dalam penelitian.
Sekolah Kelas Jumlah Murid
SDN 01 Panjang Selatan VI A 30 orang
VI B 30 orang
SDN 01 Srengsem VI A 35 orang
VI B 36 orang
(56)
c. Berada di tempat pada saat penelitian dilaksanakan
d. Memiliki pengetahuan cukup dan kurang dengan skor pengetahuan <10 e. Telah mengisi lembar pemantauan bahwa telah membaca
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak mengikuti proses penyuluhan dengan lengkap
E. Identifikasi Variabel penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan mempengaruhi variabel yang lain dan variabel terkait adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Dahlan, 2008). Dalam penelitian ini masing-masing variabelnya yaitu :
1. Variabel bebas
Variabel bebas penelitian ini adalah pendidikan kesehatan media booklet. 2. Variabel terkait
a. Variabel terikat penelitian ini adalah pengetahuan b. Variabel terikat lain pada penelitian ini adalah sikap.
F. Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu luas , maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :
(57)
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur Keefektifan Perbandingan
rerata selisih antara nilai pretest dan posttest I serta antara pretest dan posttest II Program lunak komputer Efektif bila p<0,05 Tidak efektif bila p>0,05 Pendidikan kesehatan media booklet
Salah satu cara pendidikan kesehatan dengan menggunakan media cetak tentang rokok yang berbentuk buku, berisi gambar – gambar dan tulisan yang menarik dengan jumlah halaman terdapat 20 halaman dengan isi yang terlampir
Lembar pemantauan Responden mengisi lembar pemantauan
0 = tidak membaca sampai selesai 1= membaca sampai selesai Nominal
Pengetahuan Pengetahuan anak SD tentang bahaya merokok Panjang Selatan yang didapat melalui indra penglihatan dan pendengaran yang nantinya akan diukur pretest, posttest I dan posttest II
Kuesioner Angket (Responden mengisi sendiri kuesioner)
Total skor pengetahu an 0 – 15
Interval
Sikap Tanggapan atau reaksi, dan pendapat siswa SDN yang nantinya akan diukur pada saat pretest, posttest I dan posttest II
Kuesioner Angket (Responden mengisi sendiri kuesioner) Range skor sikap yaitu skor: 12-48 Interval
(58)
G. Alat dan Cara Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah berupa
a. Media penyuluhan yaitu booklet yang telah dilakukan uji validitas b. Kuesioner
2. Cara pengambilan data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mendatangi sekolah SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem
a. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan memakai kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) kelas VI SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem
H. Uji Validitas dan Realibilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur . Uji validitas ini dilakukan untuk menguji apakah kuesioner yang kita gunakan mampu mengukur apa yang hendak kita ukur dengan cara melakukan uji korelasi antara skors (nilai) tiap-tiap item
(59)
(pertanyaan) dengan skors total kuesioner tersebut. Dan dalam penelitian ini menggunakan Pearson Product Moment dan diolah dengan perangkat lunak. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95%. Nilai r-hitung dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 20 orang adalah 0,444, dengan ketentuan :
a. Nilai r-hitung variabel ≥0,444 dikatakan valid b. Nilai r-hitung variabel <0,444 dikatakan tidak valid
Setelah dilakukan uji validitas terhadap kuesioner yang berisi 17 pertanyaan untuk pengetahuan dan 15 pertanyaan untuk sikap maka didapatkan hasil bahwa untuk pengetahuan soal yang bisa digunakan hanya terdapat 15 soal yang valid yaitu soal no 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16. Sementara untuk sikap terdapat 13 soal yang valid yaitu soal no 1,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat yang sama. (Notoadmojo, 2010) Uji yang digunakan yaitu uji Cronbach’s Alpha. Tabel uji realibilitas data terdapat pada lampiran
(60)
I. Metode Pengukuran
1. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan siswa kelas VI SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem tentang rokok dan bahaya rokok dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Alat penelitian yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah akan diberi nilai 0. Tingkat pengetahuan sendiri dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Baik, bila nilai responden ≥66,67 % dari nilai total seluruh pertanyaan pengetahuan, dengan skor ≥10
b. Kurang, bila nilai responden <66,67 % dari nilai total seluruh pertanyaan pengetahuan, dengan skor antara <10
2. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap siswa siswi kelas VI SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem tentang rokok dan bahayanya dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Alat penelitian yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan. Penyusunan kuesioner ini juga dikelompokkan dalam 6 pertanyaan favorable dan 6 pertanyaan unfavorable.
Tingkatan sikap dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala Likert, yaitu untuk pernyataan favourable bila menjawab:
(61)
a. Sangat setuju : nilai 4 b. Setuju : nilai 3
c. Tidak setuju : nilai 2 d. Sangat tidak setuju : nilai 1
Sedangkan pernyataan unfavourable bila menjawab a. Sangat tidak setuju : nilai 4
b. Tidak setuju : nilai 3 c. Setuju : nilai 2
d. Sangat setuju : nilai 1
J. Prosedur penelitian
Mengunjungi sekolah SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 1 Srengsem untuk
meminta izin penelitian
Menanyakan jumlah siswa siswi SDN 01 Panjang Selatan
dan SDN 01 Srengsem
Menentukan sampel secara purposive sampling Meminta surat izin ke Fakultas
Kedokteran untuk mengadakan penelitian di SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 1 Srengsem
Mengantarkan surat izin ke SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 1 Srengsem
Menyiapkan booklet dan kuesioner untuk penyuluhan Mendatangi kembali SDN 01 Panjang
Selatan dan SDN 1 Srengsem
Menentukan hari
dilaksanakan penyuluhan kesehatan dengan media booklet
(62)
Gambar 5. Alur Penelitian
K. Pengolahan dan Analisis data 1. Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak dengan α<0,05. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan
program komputer ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain :
a. Editing yaitu melakukan pengecekan jawaban kuesioner, apakah jawaban
yang diberikan sudah lengkap. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.
Membagikan booklet di SDN 01 Panjang Selatan dan dipersilahkan siswa siswi membaca booklet selama ± 45 menit
Mendatangi sekolah di hari berikutnya dan membagikan booklet dan inform consent
Memberikan pertanyaan setelah 45 menit disertai melakukan posttest
Menutup penyuluhan dan pengolahan data
Datang 3 hari setelah penyuluhan dan mengambil posttest kembali dan dilakukan games dan pemberian makanan
Menutup penyuluhan Hari pertama bertemu siswa SDN 01
Panjang Selatan dan SDN 1 Srengsem dan melakukan pretest dan disertai games sebagai ice breaking dan pengarahan untuk pengisian kuesioner
Menilai pretest dan penentuan sampel
(63)
b. Coding yaitu merubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah dalam analisis data. Setelah data terkumpul, masing-masing jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisis data. c. Data entry yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk
dilakukan pengolahan data sesuai kriteria.
d. Cleaning, yaitu pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoadmojo, 2010).
2. Analisis Data
Data diolah dengan alat bantu perangkat lunak. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat dan analisis data bivariat.
a. Uji Normalitas Data (p>0,05)
Pengujian normalitas data menggunakan Shapiro Wilk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal. Hasil uji normalitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik bila tidak berdistribusi normal. b. Analisis univariat
Analisis data univariat adalah dimana variabel-variabel yang ada dianalisis untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa kelas VI SDN 01 Panjang Selatan dan SDN 01 Srengsem.
(64)
c. Analisis bivariat
Analisis data bivariat adalah untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang dilakukan untuk penelitian ini dengan uji statistik t-test tidak berpasangan. Uji t-test tidak berpasangan digunakan untuk melihat perbandingan peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi media booklet antara kelompok kontrol dan perlakuan. Jika didapatkan hasil distribusi data yang tidak normal maka digunakan uji non-parametrik uji Mann-Whitney.
L. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk memperhatikan etika yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa penelitian kedokteran akan berhubungan langsung dengan manusia. Etika dalam penelitian ini meliputi : 1. Informed consent ( Lembar Persetujuan )
Merupakan lembar persetujuan yang memuat penjelasan-penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Apabila responden telah mengerti dan bersedia maka responden diminta untuk menandatangani surat persertujuan menjadi responden. Namun apabila responden menolajk, maka peneliti tidak akan memaksa
2. Confienttially (Kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul akan disimpan, dijamin kerahasiaannya.
(65)
78
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang keefektifan booklet dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang rokok dan bahayanya, maka disimpulkan : 1. Terdapat peningkatan rerata pengetahuan anak pada kelompok perlakuan
pada posttest I sebesar 4,51 poin dan pada saat posttest II sebesar 4,69. 2. Terdapat peningkatan rerata sikap anak pada setelah pendidikan kesehatan
anak pada posttest I sebesar 0,46 dan posttest II sebesar 0,15.
3. Media booklet efektif dalam meningkatkan pengetahuan anak SD baik pada setelah pendidikan media booklet maupun 3 hari setelah pendidikan media dengan nilai p masing – masing p=0,001 dan p=0,001.
4. Media booklet tidak efektif dalam meningkatkan sikap anak SD baik pada setelah pendidikan media booklet maupun 3 hari setelah pendidikan media dengan nilai p masing – masing p=0,313 dan p=0,682
5. Media intervensi booklet efektif terhadap dalam meningkatkan pengetahuan baik setelah pendidikan sebesar 4,51 poin (p=0,001) maupun 3 hari setelah pendidikan sebesar 4,6923 poin (p=0,001) namun tidak efektif dalam meningkatkan sikap anak SD baik pada saat sesudah pendidikan (p=0,313) maupun 3 hari setelah pendidikan kesehatan (p=0,682)
(66)
B. Saran
1. Kepada Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah perlu mengadakan program pendidikan kesehatan tentang rokok dan bahayanya bagi anak-anak didik yang terjadwal setiap bulan atau sesuai dengan kesepakatan bersama dengan komite sekolah dengan menggunakan berbagai metode partisipatif misalnya dengan simulasi atau jenis lainnya dan diusahakan agar tidak hanya menggunakan satu media atau metoda saja tetapi lebih banyak
b. Perlu diberikan pendidikan tentang rokok dan bahaya merokok kepada guru-guru di sekolah dengan tujuan agar guru dapat memberikan informasi tentang rokok saat memberikan pendidikan kesehatan tentang rokok dan bahayanya dan cara berhentinya juga.
2. Bagi peneliti lain
a. Hendaknya meneliti tentang keefektifan booklet tentang rokok ini dengan membandingkan dengan media pendidikan kesehatan selain booklet sehingga dapat mengetahui efektivitas booklet terhadap media lain
b. Hendaknya meneliti tentang bagaimana efektivitas booklet dalam meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang sampai tingkat pemahaman, aplikasi atau yang lainnya.
(1)
B. Saran
1. Kepada Pihak Sekolah
a. Pihak sekolah perlu mengadakan program pendidikan kesehatan tentang rokok dan bahayanya bagi anak-anak didik yang terjadwal setiap bulan atau sesuai dengan kesepakatan bersama dengan komite sekolah dengan menggunakan berbagai metode partisipatif misalnya dengan simulasi atau jenis lainnya dan diusahakan agar tidak hanya menggunakan satu media atau metoda saja tetapi lebih banyak
b. Perlu diberikan pendidikan tentang rokok dan bahaya merokok kepada guru-guru di sekolah dengan tujuan agar guru dapat memberikan informasi tentang rokok saat memberikan pendidikan kesehatan tentang rokok dan bahayanya dan cara berhentinya juga.
2. Bagi peneliti lain
a. Hendaknya meneliti tentang keefektifan booklet tentang rokok ini dengan membandingkan dengan media pendidikan kesehatan selain booklet sehingga dapat mengetahui efektivitas booklet terhadap media lain
b. Hendaknya meneliti tentang bagaimana efektivitas booklet dalam meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang sampai tingkat pemahaman, aplikasi atau yang lainnya.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. R. 2010. Merokok Haram. Jakarta : PT.Gramedia
Aini, F. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Santri
Tentang Kesehatan Reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Ta’dib Al Syakirim di Kota Medan Tahun 2010. Skripsi. Universitas Sumatera Utara ( USU ). Medan
Apriani, A. 2013. Perbedaan Pengaruh Metode Ceramah dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara. Tesis. Universitas Sebelas Maret
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar , S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
_______. 2005. Beberapa Sikap Yang Terdapat pada Individu. Diakses 5 Januari 2014. http://pkhbbrpSikapindividu/mmf/hdp.com.
Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Youth and Tobacco Use. National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health. Atlanta. diakses 10 November 2013. http://www.cdc.gov/tobacco/data_statistics/fact_sheets/youth_data/tobacc o_use/
Dahlan, M.,S. 2008. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan edisi 3. Jakarta : Sagung Seto.
Damayanti, R. 2007. Peran biopsikososial terhadap perilaku berisiko tertular HIV pada remaja SLTA di DKI tahun 2006. Disertasi. Fakultas Kesehatan Masyarakt. Universitas Indonesia. Depok
Departemen Kesehatan RI. 2008. Promosi Kesehatan di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan hlm 15
(3)
_______________________. 2007. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Djalli, Prof.Dr. H, 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. hlm 77 Effendi dan Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Ekawati, N.KM, D. Yulianti, M. Sri Nopiyani, S.G. Purnama, M. Subrata, dan Dewi Alit. 2010. Journal of Udayana. Bali
Eriksen, M., Judith M., dan Hana R. 2012. The Tobacco Atlas Fourth Edition. American Cancer Society : Georgia hlm 1, 18, dan 28
Fitriastuti, D. R. 2010. Efektivitas Booklet dan Permainan Tebak Gambar dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas IV terhadap Karies Gigi di SD Negeri 01, 02 dan 03 Bandengan Kecamatan Jepara
Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Green, L.W. & Kreuter, M.W. 2005. Health Program Planning: An Educational and Ecological Approach. Fourth Edition. McGraw-Hill. New York. Fertman, L.C., et al. 2010. Health Promotion Programs From Theory To
Practice. San Fransisco: Jossey-Bass. pg 72 – 74
Gondodiputro, S,dr.MARS. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk – Bentuk Sediaan Tembakau. Universitas Padjajaran. Bandung
Global Youth Tobacco Survey ( GYTS ). 2009. Indonesia ( Age 13 – 15 ) Global Youth Tobacco Survey Fact Sheet. Diakses 21 Oktober 2013
http://www.searo.who.int/entity/noncommunicable_diseases/data/ino_gyt s_fs_2009.pdf
Jaya, M. 2009 . Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Rizma. Jakarta hlm 55 – 59
Kementerian Kesehatan RI. 2012.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular Semester II. Kementerian Kesehatan. Jakarta . hlm 29 – 30
_____________________. 2011. Informasi Tentang Penanggulangan Masalah Merokok Melalui Radio. Kementerian Kesehatan . Jakarta. hlm 9 – 16 .Diakses 20 Oktober 2013 ( 13 : 30 ).
http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/informasi-penanggulangan-masalah-rokok-melalui-radio.pdf
(4)
_____________________. 2010. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Diakses 20 Oktober 2013. http://www.riskesdas.lit bang.depkes.go.id/laporan2010/reg.php. Lucie, S. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor :
Penerbit Ghalia Indonesia.
Machfoedz, I. 2005. Pendidikan Kesehatan bagian Promosi Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Fitriyama hlm 87
Notoadmojo, S, S.K.M, M.Com. H. 2012 . Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta hlm 21 – 23, 49, 51 – 60 , 64 – 66 , 132. ________________________. 2010 .Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta hlm 10 – 18
________________________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurfitri, E. 2008. Sistem Pemeliharaan dan Produktivitas Sapi Potong pada Berbagai Kelas Kelompok Peternak di Kabupaten Ciamis. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. 24 Desember 2012. Jakarta
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ( PAPDI ). 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Internal Publishing. hlm 87
Purba, Y,.C. 2009 .Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Remaja Laki – Laki terhadap Kebiasaan Merokok di SMU Parulian 1 Medan Tahun 2009. Skripsi. Universitas Sumatera Utara ( USU ). Medan. Puryanto. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Siswa Tentang Bahaya Rokok. STIKES Telangrejo. Semarang Puspitasari, D.R dan Muhammad HA. 2012. Perbedaan Persepsi Merokok Antara
Siswa Putra SD (Kelas IV-VI) Dengan Orang Tua Merokok dan Tidak Merokok. Jurnal Nursing Studies. Volume 1 No.1 hlm 81 – 86. Putri. 2010. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Rokok Terhadap
Perilaku Merokok Pada Siswa Kelas II SMK Bhinneka Patebon Kendal. STIKES Kendal. Kendal
Rahayu . 2010. Pengaruh Metode 5 As Terhadap Sikap Merokok. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
(5)
Rahmadi A, Yuniar, L, Yenita. 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap rokok dengan kebiasaan merokok siswa SMP di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 ( 1 )
Sadiman, A.S., Rahardjo, Heryono, A., Rahardjito. 2004. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Saragih, F,.S. 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Sehat dan Gizi Seimbang di Desa Merek Raya
Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Tahun 2010. Skripsi. Universitas Sumatera Utara ( USU )
Sari, M. 2007. PPOK terjadi karena asap rokok. Diakses 29 November 2013 http://wartakota.co.id/detail/berita/2011/06/110617_PPOK_terjadi_karena _asap_rokok.shtml.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto
Suryani, K., Rahayuwati, L. dan Kosasih, C. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan HIV/AIDS dengan Sikap Remaja terhadap Pencegahan HIV/AIDS di SMU Pasundan Bandung. Jurnal Keperawatan Unpad Vol 8 No. XIV
Tobacco Control Center. 2010. Profil Tembakau Indonesia 2009. Tobacco Control Center. Jakarta hlm 67 – 68, 121
U.S. Department of Health and Human Services. 2012. Preventing Tobacco Use Among Youth and Young Adults: A Report of the Surgeon General. U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health. Atlanta
Warman, Y. 2008. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Infragiri Hilir. Skripsi. Universitas Riau
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
World Health Organization ( WHO ). 2013. Media Centre – Tobacco. Diakses 19 November 2013 ( 12:35 )
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en /index.html.
_____________________________. 2013. WHO Report On Global Tobacco Epidemic, 2013. Pg 49 .Diakses 20 Oktober ( 12:35 )
(6)
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/85380/1/9789241505871_eng.pdf .
_____________________________. 2008. Media Centre – Tobacco. Diakses 19 November 2013. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en /index.html.
Yulianti, I. 2013. Booklet Untuk Meningkatkan Pengetahuan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Unnes Journal of Public Health 3 ( 2 )
Zulaekah, S. 2012. Efektifitas Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi Anak SD. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2): 121 – 128