Latar Belakang Masalah Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Penyidik dalam Melakukan Penahanan Kepada Tersangka Anak Oleh Polres Salatiga T1 312008084 BAB I

6 Namun dalam penulisan skripsi ini, lebih memfokuskan pada pertimbangan-pertimbangan penyidik dalam melakukan penahanan kepada tersangka anak, disamping itu penulis mengacu pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perindungan Anak.

B. Latar Belakang Masalah

Kenakalan anak merupakan suatu perbuatan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam masyarakat. Tidak menutup kemungkinan sebagian dari mereka melakukan sesuatu yang wajar akan tetapi dampaknya justru merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri. Dengan kata lain, kenakalan dianggapnya sebagai sesuatu yang biasa dilakukan oleh seorang anak- anak pada umumnya justru menjurus ke suatu tindak kejahatan yang mereka harus berurusan dengan polisi. Upaya-upaya perlindungan anak 7 harus telah dimulai sedini mungkin agar kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan Negara. Dalam Pasal 2 ayat 3 dan 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak ditentukan bahwa: 8 “Anak berhak atas pemeliharaan maupun perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan- perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat 7 Menurut Pasal 1 butir 2 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 8 Lihat UU No 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat 1 huruf a: kesejahteraan anak adalah suatu tatanan kehidupan dan penghidupan yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembang an yang wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial” 7 pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar” kedua ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa perlindungan anak bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan adil, untuk mencapai kesejahteraan anak. Pasal 1 angka 2 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan bahwa: “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Bertitik tolak pada konsep perlindungan yang utuh, menyeluruh dan komprehensif maka undang-undang ini dalam hal ini Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 9 meletakkan kewajiban kepada anak berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta prinsip-prinsip Konvensi hak anak yang meliputi: 10 1. Non diskriminasi 2. Kepentingan yang terbaik bagi anak 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan dan 4. Penghargaan terhadap pendapat anak. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Penangkapan, penahanan, dan tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Peraturan khusus mengenai perkara anak diatur di dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak 11 , ketentuan ini meliputi 9 Selanjutnya disebut dengan UU Perlindungan Anak. 10 Lihat Undang-Undng RI No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 2. 11 Selanjutnya disebut sebagai UU Pengadilan Anak. 8 tata cara dalam penyidikan, penuntutan dan penahanan, serta pemidanaan. Dengan adanya undang-undang ini diharapkan petugas yang menangani perkara anak, khususnya dalam proses pemeriksaan penyidikan dapat memahami masalah anak yang diduga melakukan tindak pidana sehingga anak tersebut tidak dirugikan secara fisik maupun mentalnya. Suatu kenakalan anak dapat dibedakan menjadi kenakalan biasa dan kenakalan yang termasuk dalam kategori tindak pidana. Kenakalan biasa misalnya main gitar dengan bernyanyi keras-keras dipinggir jalan sampai tengah malam, kebut-kebutan dengan kendaraan di jalan umum, sedangkan kenakalan yang merupakan tindak pidana yaitu seperti, mencuri ayam tetangga dapat dipidana berdasarkan Pasal 362 KUHP, memperkosa teman sekolah diancam dengan Pasal 285 KUHP atau berkelahi dengan siswa sekolah lain dapat dihukum dengan Pasal 184 KUHP. Kasus kejahatan yang melibatkan anak akan membawa masalah dan perhatian tersendiri, mengingat anak perkembangannya masih labil, maka penanganannya masih perlu mendapat perhatian khusus selama pemeriksaan penyidikan oleh penyidik Polri. Dalam perkembangannya, tindakan-tindakan penyidik dalam kasus-kasus yang mana melibatkan tersangka anak masih sering terjadi berbagai macam permasalahan. Salah satu masalah di dalam penyidikan terhadap tersangka anak yaitu masalah tindakan penahanan anak. Tindakan penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau 9 hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini KUHAP. 12 Ketika penyidik dihadapkan dengan penahanan khususnya penahanan terhadap tersangka anak maka sejatinya ada beberapa hal yang menjadi dasar ketika melakukan penahanan yaitu dasar hukum dasar obyektif. Tindakan penahanan yang dapat dikenakan terhadap tersangkaterdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, atau tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 4 huruf b KUHAP. Dasar obyektif untuk Undang-undang Pengadilan Anak, penahanan anak yang dilakukan oleh penyidik terdapat pada Pasal 44 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3 Undang-undang Pengadilan Anak, yaitu: ayat 1 Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1 dan ayat 3 huruf a, berwenang melakukan penahanan terhadap anak yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. ayat 2 Penahanan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya berlaku untuk paling lama 20 dua puluh hari. ayat 3 Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, atas permintaan 12 HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Penerbit UMM Press, Malang, 2010, Hal; 67. 10 Penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum yang berwenang, untuk paling lama 10 sepuluh hari. Dasar kepentingan dasar subjektif, selain didasarkan ketentuan hukum yang berlaku sebagai dasar obyektif, maka tindakan penahanan kepada tersangka atau terdakwa juga didasarkan kepada kepentingan keperluan, yaitu untuk kepentingan penyidikan, untuk kepentingan penuntutan dan untuk kepentingan pemeriksaan disidang pengadilan Pasal 20 KUHAP, serta didasarkan pula pada keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangkaterdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana Pasal 21 ayat 1 KUHAP. 13 Berdasarkan ketentuan tersebut maka tidak setiap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dapat dikenakan penahanan, apabila tindak pidana yang dilakukan tersebut diluar ketentuan Pasal 21 ayat 4 KUHAP. Selama proses penyidikan terhadap tersangka anak, penyidik wajib 14 : a Penyidik memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan. b Dalam melaksanakan tugas penyidikan terhadap anak nakal, maka penyidik diwajibkan untuk meminta pertimbangansaran dari pembimbing kemasyarakatan, dan apabila diperlukan dapat juga meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama atau petugas kemasyarakatan lainnya. c Proses penyidikan terhadap anak nakal wajib dirahasiakan. 13 Ibid, hal 68. 14 Pasal 42 UU Pengadilan Anak. 11 Akan tetapi dilihat dari perkembangannya khususnya dalam hukum acara pidana di Indonesia nampaknya anak seringkali diberikan perlakuan sewenang- wenang. Penyidik yang menangani perkara anak dapat memperlakukan tersangka anak secara tidak wajar selama proses penahanan berlangsung seperti misalnya sel tahanan terhadap tersangka anak dicampur dengan tersangka dewasa. Di sisi lain, sebagai subjek hukum maka sejatinya anak memiliki hak dan kewajiban. Hak anak antara lain mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tua, mendapat pendidikan dan pengajaran baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Kewajiban anak misalnya belajar, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sejatinya penyidik harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam melakukan penahanan terhadap tersangka anak. Sebagai penegak hukum, polisi harus menggunakan cara-cara yang lugas, dan tegas, dalam rangka melaksanakan wewenang penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP yaitu: a. menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; 12 f. mengambil sidik jari dan memotret seorang; g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; i. mengadakan penghentian penyidikan; j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Dengan adanya Undang-undang Pengadilan Anak No 3 Tahun 1997, telah mengatur hukum acara sendiri terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana. UU Pengadilan Anak merupakan hukum khusus lex specislis , KUHAP dan KUHP merupakan hukum umum lex generalis , ini berarti dalam asas-asas dan ajaran- ajaran hukum pidana yang terkandung didalam KUHAP dan KUHP pun tetap berlaku untuk Undang-Undang Pengadilan Anak. 15 Undang-undang Pengadilan Anak tersebut dimaksudkan agar POLRI khususnya petugas penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap tersangka anak yang diduga melakukan tindak pidana, dapat menjadikan dasar pertimbangan dalam proses penyidikan. Sehingga pemeriksaan terhadap tersangka anak tidak disamakan dengan orang dewasa, tetapi lebih mengacu pada UU Pengadilan Anak khususnya yang dituangkan dalam Bab V mengenai penyidikan. 15 Paulus Hadisuprapto, Peradilan Restroratif: Model Peradilan Anak Masa Datang, pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang Kriminologi pada fakultas Hukum UNDIP Semarang, 2006, hal. 10. 13 Sedangkan dalam penahanan terhadap anak nakal, penyidik selama proses pemeriksaan harus memperhatikan hal-hal antara lain dilakukan dengan sungguh – sungguh mempertimbangkan kepentingan anak dan atau masyarakat dan tempat tahanan harus dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa. 16 Serta rekomendasi dari BAPAS untuk melakukan penahanan, bahwa faktanya BAPAS sering diabaikan terlambat.

C. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendekatan Restorative Justice dalam Penyelesaian Tindak Pidana Anak oleh Polres Tegal T2 322012002 BAB I

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak T1 312009038 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pasal 296 KUHP tentang Tindak Pidana Prostitusi oleh Polres Salatiga T1 312007078 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Penyidik dalam Melakukan Penahanan Kepada Tersangka Anak Oleh Polres Salatiga T1 312008084 BAB II

0 0 42

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Penyidik dalam Melakukan Penahanan Kepada Tersangka Anak Oleh Polres Salatiga T1 312008084 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Penyidik dalam Melakukan Penahanan Kepada Tersangka Anak Oleh Polres Salatiga

0 0 15

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB I

0 0 11

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB I

0 0 6

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Menguak Identitas Lesbian di Salatiga dalam Perspektif Erving Goffman T1 BAB I

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENANGGUHAN PENAHANAN TERHADAP TERSANGKA OLEH PENYIDIK - Unika Repository

0 0 10