STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018.

(1)

TAHUN 2013-2018

(Realisasi Tindak Tutur dan Kesantunan pada Forum Debat Politik)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Master Humaniora

oleh

HEDI SETIADI NIM 1103943

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT

TAHUN 2013–2018

(Realisasi Tindak Tutur dan Kesantunan pada Forum Debat Politik)

disusun oleh Hedi Setiadi

Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merumuskan strategi komunikasi politik para calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat tahun 2013–2018 yang direalisisasikan melalui tindak tutur para kandidat pada forum debat politik. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis realisasi kesantunan yang dilakukan dengan menggunakan strategi kesantunan. Penggunaan tindak tutur yang tepat dalam penyampaian visi-misi serta strategi kesantunan yang baik oleh kandidat dapat menimbulkan citra diri yang baik sehingga masyarakat pun dapat tertarik dan memilihya pada saat hari pemilihan. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan data berupa tuturan dari para kandidat berjumlah lima pasangan dalam sebuah forum debat kandidat yang ditayangkan di sebuah stasiun TV swasta nasional. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teori tindak tutur Searle (1979) dan teori kesantunan Brown dan Levinson (1987). Hasil analisis menujukkan bahwa para kandidat menggunakan semua jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif dengan karakteristik berbeda setiap sesi forum debat. Hal ini dikarenakan setiap sesi memiliki konteks komunikasi yang berbeda. Di sisi lain, pada saat debat antar kandidat, para kandidat tetap menggunakan strategi kesantunan untuk menjaga wajah sendiri dan menyelamatkan wajah mitra tutur (lawan politiknya). Para kandidat menggunakan strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Untuk menyelamatkan wajah positif, para kandidat paling banyak menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri dan melibatkan mitra tutur dalam suatu kegiatan. Sementara, untuk menyelamatkan wajah negatif, para kandidat sering menggunakan pemagaran (hedge) dan meminimalkan tekanan atau ancaman terhadap mitra tutur.


(3)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci: Komunikasi Politik, Debat Kandidat, Teori Tindak Tutur, dan Teori Kesantunan

POLITICAL COMMUNICATION STRATEGY OF THE CANDIDATES FOR GOVERNOR AND VICE GOVERNOR CANDIDATE SELECTION

THE HEAD AREA OF WEST JAVA IN 2013-2018 (The Realization of Speech Acts and Politeness on The Forum

of Political Debate)

Compiled By: Hedi Setiadi

Abstract

This research was conducted with the aim of formulating strategies of political communication the candidates for governor and vice governor of West Java in 2013-2018 were realized through speech acts of the candidates on the forum of political debate. In addition, this study also analyzes the realization of politeness performed using politeness strategies. Proper use of speech acts. In the delivery of the vision-mission and strategy of politeness either by the candidate may give rise to good self-image so that people can be interested in and select it on the day of election. This study uses a qualitative description of the data in the form of speech of the candidates. In candidates debate forum that aired on a private television stations nationwide. Data analysis was performed using speech act theory Searle (1979) and the theory of Politeness Brown and Levinson (1987). Results of the analysis showed that the candidates use all kinds of speech acts was assertive, directive, commissive, expresive, and declarative with different characteristics of each session of the forum debate, because each session has the different communication context. On the other hand, during debate between the candidates and continue to keep themselves face to save face speech or still use politeness strategies to keep his own face and save hearer (political opponents).

The candidates use politeness strategies of positive and negative politeness strategies to save the positive face of the candidates most widely uses marker that indicates the similarity identity and engage in an activity hearer. While saving the negative face of the candidates often use hedging (hedge) and minimize pressure or threat to the hearer.


(4)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keywords: Political Communication, Candidate Debate, Speech Acts Theory, and The Theory of Politeness.


(5)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….

LEMBAR PERNYATAAN ………..……….

ABSTRAK ………...

KATA PENGANTAR ………. i

UCAPAN TERIMA KASIH ………….……… ii

DAFTAR ISI………... iv

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 6

1.3. Tujuan Penelitian ……… 6

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6

1.5. Definisi Operasional ………... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS ………. 10

2.1. Teori Tindak Tutur...……….……….. 10

2.2. Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi…………..………... 12

2.3. Jenis-jenis Tindak Tutur ……….……… 13

2.4. Konsep Wajah dalam Teori Kesantunan………. 19

2.5. Strategi Kesantunan Brown dan Levinson ………. 24

2.5.1. Strategi Kesantunan Positif .……… 27

2.5.2. Strategi Kesantunan Negatif ..……….. 30

2.5.3. Debat sebagai Satu Jenis Tindak Tutur ... 32

2.5.4. Hedge Sebagai Strategi Kesantunan Negatif... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 35

3.1. Pendekatan Penelitian ………. 35

3.2. Data dan Sumber Data ……… 36

3.3. Prosedur Pengumpulan Data………... 36


(6)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………. 42

4.1. Realisasi Tindak Tutur Para Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Periode 2013-2018…………...….. 42

4.1.1. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Penyampaian Visi-Misi…….. 44

1) Tindak Tutur Asertif. ………..……… 45

2) Tindak Tutur Direktif ………..……… 48

3) Tindak Tutur Ekspresif ……..………. 48

4) Tindak Tutur Komisif………... 50

5) Tindak Tutur Deklaratif …..……… 52

4.1.2. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Pertanyaan dari Panelis ……. 54

1) Tindak Tutur Asertif……… 55

2) Tindak Tutur Ekspresif……… 59

3) Tindak Tutur Komisif……….. 61

4.1.3. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Debat antar Kandidat ………. 63

1) Tindak Tutur Asertif……… 64

2) Tindak Tutur Direktif ……….. 74

3) Tindak Tutur Ekspresif……… 80

4) Tindak Tutur Komisif ………. 82

5) Tindak Tutur Deklaratif ……….. 84

4.1.4. Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Penyampaian Orasi ………… 85

1) Tindak Tutur Asertif……… 86

2) Tindak Tutur Direktif ……….. 87

3) Tindak Tutur Ekspresif……… 90

4) Tindak Tutur Komisif ………. 92

5) Tindak Tutur Deklaratif ……….. 94

4.2. Realisasi Kesantunan Para Kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Periode 2013-2018……… 95


(7)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2.1. Strategi Kesantunan Positif ………. 97

a) Melebih-lebihkan rasa kagum terhadap mitra tutur……… 98

b) Meningkatkan rasa tertarik terhadap mitra tutur ………. 98

c) Menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri ….. 99

d) Mencari persetujuan dengan mengulang ujaran………..100

e) Menghindari pertentangan dengan persetujuan semu………... 101

f) Menunjukkan kesamaan melalui basa-basi dan presuposisi…… ...102

g) Menggunakan lelucon ……….102

h) Membuat penawaran dan janji ………103

i) Menunjukkan rasa optimisme ……….104

j) Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu ...………104

k) Memberikan pertanyaan atau meminta alasan ………105

l) Menawarkan suatu tindakan timbal balik ………105

4.2.2. Strategi Kesantunan Negatif………106

a) Mengungkapkan secara tidak langsung sesuai konvensi...107

b) Menggunakan bentuk pemagaran (hedge)... 107

c) Bersikap pesimis... 108

d) Meminimalkan tekanan atau ancaman terhadap wajah mitra tutur ...109

e) Memberikan penghormatan... 110

f) Menggunakan permohonan maaf... 111

g) Memakai bentuk impersonal... 111

h) Menyatakan tindakan pengancaman wajah sebagai aturan yang bersifat umum... 112

i) Menyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang) kepada mitra tutur ... 113

4.3. Pembahasan…..……….……… 114


(8)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.2. Kesantunan para kandidat yang direalisasikan melalui berbagai

strategi kesantunan... 116

BAB V KESIMPULAN………. 118

5.1. Simpulan………... 118

5.2. Saran ………...121

DAFTAR PUSTAKA ………...122

LAMPIRAN...125


(9)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya sebagai upaya penyelamatan wajah. Pada bab ini, dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Kampanye politik dapat diartikan pula sebagai bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk memperoleh dukungan politik dari rakyat (Arifin, 2003:25). Dari sudut pandang linguistik kampanye-kampanye politik sangat menarik untuk diamati, karena aktivitas tersebut memperlihatkan bentuk bahasa yang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk tujuan yang jelas dan terpusat. Tujuan-tujuan persuasi ditempuh dengan berbagai cara, dari kampanye yang bersifat negatif sampai kampanye yang bersifat positif. Kampanye negatif ditempuh para politikus untuk menyerang lawan politiknya dengan membeberkan kejelekan-kejelekannya. Sementara, kampanye positif adalah “menjual” keunggulan -keunggulannya (Orwell,1986:60).

Politik merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk kegiatan yang menunjang keberlangsungan kehidupan politik adalah pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan secara nasional yaitu pemilihan presiden (pilpres), atau secara regional yaitu pemilihan kepala daerah (pilkada), baik daerah tingkat satu maupun daerah tingkat dua. Sebagai bentuk keikutsertaan dalam kehidupan politik, masyarakat Jawa Barat


(10)

2

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan pilkada pada tanggal 24 Februari 2013. Pada tahapan akhir pilkada tersebut, dikukuhkan gubernur dan wakilnya untuk masa periode 2013-2018.

Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan bentuk kampanye yang handal dalam hal menjangkau khalayak luas. Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena perubahan sistematika pemilihan kepala daerah dari yang sebelumnya dipilih oleh legislatif menjadi dipilih langsung oleh masyarakat. Menurut Ruslan (2005:35), kampanye politik merupakan jenis kampanye yang pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

Komunikasi politik memfokuskan pada kegunaannya yaitu untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat dengan sektor kehidupan politik pemerintah. Bahwa komunikasi politik tidak hanya menitikberatkan pada penerimaan norma politik dan tingkah laku pada sistem politik yang sedang berlangsung, tetapi juga pada bagaimana mewariskan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Artinya sisi komunikasi sangat dipentingkan dalam proses pewarisan tersebut.

Dengan demikian, komunikasi politik harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi efektif, atau dengan kata lain dibutuhkan ragam politik yang memiliki ciri yang berbeda dengan ragam biasa. Tampubolon (1999:2) menyebutkan bahwa ragam politik adalah bahasa dalam fungsi politik, sehingga dalam ilmu politik ragam politik disebut sebagai bahasa politik (language of

politics). Bila dihubungkan dengan pengelolaan kekuasaan atas rakyat dan negara,

maka bahasa politik juga disebut sebagai bahasa kekuasaan language power (Laswel,1965:3). Dalam hal ini bahasa adalah alat kekuasaan yang digunakan


(11)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bukan sekedar untuk mempengaruhi tetapi juga untuk membentuk opini dan

perasaan masyarakat. Sebaliknya bahasa juga digunakan rakyat untuk “menguasai para penguasa”, sehingga berfungsi ganda yaitu untuk mempengaruhi

penguasa dan menguasai.

Arifin (2003:68) menerangkan bahwa salah satu jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye politik yang ditujukan kepada khalayak umum, baik melalui hubungan tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar, radio, televisi, film, spanduk, baligo, poster, folder dan selebaran serta medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian pesan politik melalui media massa merupakan jenis kampanye yang handal dalam hal menjangkau khalayak luas. Oleh karena itu, dipilihlah forum debat kandidat yang disiarkan di televisi sebagai salah satu bentuk kampanye resmi bagi para kandidat.

Forum debat kandidat atau dialog kandidat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas kandidat, karena dalam forum ini para kandidat akan menjelaskan latar belakang pencalonan serta agenda yang akan dilakukan seandainya terpilih. Para kandidat dapat pula meyakinkan rakyat dengan pikiran-pikiran konstruktif dan kritis. Masyarakat secara bebas dan demokratis akan mengetahui agenda yang ditawarkan para kandidat. Para kandidat pun dituntut bersaing dengan program dan visi-misi yang jelas dengan yang ditawarkan kandidat lain secara sehat.

Debat kandidat gubernur dan wakil gubernur Jabar tersebut disiarkan oleh salah satu stasiun televisi nasional pada tanggal 20 Februari 2013. Debat ini terdiri atas empat sesi, yaitu sesi 01 pemaparan visi-misi, sesi 02 uji kandidat oleh para panelis. Kemudian pada sesi 03 acara debat dengan cara para kandidat diuji oleh kandidat lainnya. Sesi terakhir adalah sesi orasi para kandidat untuk mendapatkan dukungan dan meyakinkan para calon pemilih.


(12)

4

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan pilkada Jabar yang persiapannya sudah dimulai sejak tahun 2012 tersebut diikuti oleh ada lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pasangan kandidat pertama adalah pasangan dari tim independen. Kemudian pasangan kedua dari Partai Golkar. Diikuti pasangan ketiga dari Partai Demokrat, Gerindra, PAN, dan PKB. Pasangan keempat didukung oleh Partai PKS, PPP, PBB dan Hanura. Pasangan kelima dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Pada forum debat kandidat, kelima pasangan tentu harus menggunakan bahasa dengan baik dan lugas. Konteks bahasa apa yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini tentu sangat diperhitungkan.

Untuk menarik dukungan massa agar memilihnya, seorang kandidat harus menggunakan strategi. Hal pertama yaitu visi-misi. Seorang kandidat harus memiliki visi-misi berisi program-program kerja yang akan dilakukan selama kepemimpinannya. Program-program kerja yang tertuang dalam visi-misi tersebut harus dapat dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat. Forum debat ini merupakan salah satu momen terbaik dalam penyampaian visi-misi para kandidat. Para kandidat dituntut untuk menggunakan berbagai strategi komunikasi. Strategi komunikasi tersebut dapat dilihat dari realisasi tindak tutur antar-kandidat tersebut pada forum debat kadidat. Austin (1962:8) mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), selain memang mengucapkan kalimat tersebut. Searle (1979:2) mengklasifikasikan tindak tutur ke dalam lima kategori berdasarkan pada jenis dan hakikat tindakan yang dilakukan penutur, yaitu 1) asertif (mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan), 2) direktif (meminta orang lain untuk melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan), 3) ekspresif (evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu), 4) komisif (mengikat penuturnya untuk melakukan apa yang disebutkan di dalam tuturannya), dan 5) deklaratif (menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru). Hal yang paling menarik dari kajian tindak tutur ini adalah bahwa satu tindak tutur ternyata dapat


(13)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan maksud dan fungsi komunikasi yang bermacam-macam.

Selain visi-misi, dalam situasi persaingan antar-kandidat, para kandidat harus bisa menciptakan citra diri yang baik. Selama forum debat kandidat, citra diri kandidat tidak hanya dilihat dari sikap diri (gestur), namun juga dari penggunaan bahasa. Citra diri pun harus dibangun oleh para kandidat dengan menunjukkan kesantunan berbahasa mereka. Kesantunan itu penting dalam penyelamatan wajah mereka sendiri maupun lawan politiknya. Kandidat yang dapat menjaga wajah dirinya dan wajah kandidat lainnya akan mendapat citra baik di mata masyarakat pemilih.

Konteks situasi bisa mengubah cara berbahasa seorang politisi, begitu pun para kandidat ini. Dalam interaksi politik, bahasa mengemban fungsi sebagai wahana penyampai kebijaksanaan, memperoleh penghargaan, dan untuk meyakinkan. Para politisi memanipulasi bahasa untuk membentuk pola pikir masyarakat/orang-orang. Hal ini ditujukan untuk membuat kebohongan-kebohongan tampak menjadi sebuah kejujuran dan membunuh/merusak dengan terhormat dan menampilkan sebuah kekerasan menjadi angin segar (Orwel, 1986:157). Dengan demikian bahwa para politisi menggunakan bahasa bukan saja untuk menyatakan pendapatnya, melainkan untuk menyembunyikannya. Hal itu karena dibalik pikiran terdapat kepentingan-kepentingan yang harus dipertahankan. Untuk menyembunyikan pikiran-pikiran politik tersebut, bahasa politik harus ditata sedemikian rupa karena dalam struktur linguistiknya penuh dengan muatan kekuasaan yang tersembunyi.

Dalam teori kesantunan berbahasa, ada tindak-tindak tutur tertentu yang dapat mengancam wajah dirinya atau wajah orang lain. Brown dan Levinson (1987:62) mengungkapkan bahwa wajah merupakan atribut pribadi yang ada pada semua masyarakat dan bersifat universal. Setiap orang memiliki dua wajah atau keinginan yaitu wajah/keinginan positif serta wajah/keinginan negatif. Wajah


(14)

6

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

positif merupakan keinginan individu untuk diakui secara sosial, sedangkan wajah negatif mengacu pada keinginan individu untuk tidak diganggu dan bebas dari imposisi. Setiap orang memiliki hak dan bahkan kewajiban untuk memuliakan wajahnya sendiri dan juga wajah anggota masyarakat lainnya (Aziz 2008:13).

Brown & Levinson (dalam Nadar,2009:32-34) menerangkan bahwa tindakan yang berpotensi melanggar wajah negatif meliputi yang terkandung dalam:

a. tindak tutur direktif, seperti memerintah dan meminta, menyarankan, menasehati, memperingati, mengancam, menantang,

b. tindak tutur komisif, seperti menawarkan dan menjanjikan, dan

c. tindak tutur ekspresif, seperti memuji atau ungkapan-ungkapan perasaan negatif (kebencian dan kemarahan).

Kemudian, tindakan yang mengancam wajah positif didominasi oleh tuturan asertif, seperti menyangkal, menyakatan ketidaksetujuan, mengkritik, merendahkan, mempermalukan, mengeluh, memarahi, mendakwa, mengancam, menakuti, dan menentang. Oleh karena itu, agar tindak tutur yang diungkapkan tidak melanggar kesantunan, baik wajah negatif atau pun positif, para kandidat menggunakan strategi kesantunan.

Dari penjabaran fenomena tersebut, penting kiranya membahas bagaimana sebuah bahasa digunakan dalam interaksi politik. Pemahaman terhadap strategi komunikasi politik antar-kandidat yang tercermin dalam realisasi tidak tutur dan upaya pencitraan diri yang tercermin dalam penggunaan strategi kesantunannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana realisasi tindak tutur para kandidat pasangan calon gubernur Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat?


(15)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana realisasi kesantunan para kandidat pasangan calon gubernur Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan strategi komunikasi politik yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya sebagai upaya penyelamatan wajah. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan utama tersebut dijabarkan menjadi beberapa tujuan, yaitu:

1. mendeskripsikan realisasi tindak tutur para kandidat pasangan calon gubernur Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat,

2. menganalisis realisasi kesantunan para kandidat pasangan calon gubernur Jabar periode 2013-2018 pada forum debat kandidat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.

1. Memberikan gambaran secara umum tentang berbagai tindak tutur dan kesantunan berbahasa politisi Indonesia. Berikutnya, dengan sudah hadirnya era reformasi dan demokratisasi dapat dipahami penanda kesantunan berbahasa para politisi, dan secara umum dapat diketahui mengapa suatu tuturan bisa dikatakan santun dan tuturan yang lain tidak santun.

2. Memberikan pemahaman tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa politisi dapat membantu mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi kampanye politiknya, karena mempunyai cara-cara tertentu yang mereka anggap santun untuk menyampaikan gagasan mereka.

3. Memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa kampanye politik dan dalam


(16)

8

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cakupan yang lebih luas memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran Pragmatik Indonesia.

4. Menambah khazanah kepustakaan atau bahan literatur dalam bidang linguistik khususnya pragmatik.

1.5 Definisi Operasional

Untuk dapat memahami cakupan analisis data dan pembahasannya, berikut ini merupakan penjabaran mengenai definisi operasional.

1. Kampanye dalam penelitian ini merupakan acara debat kandidat yang disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun televisi swasta nasional pada tanggal 20 Februari 2013. Acara ini dibagi menjadi empat sesi, yaitu sesi 01 pemaparan visi-misi, sesi 02 uji kandidat oleh para panelis, sesi 03 debat antar kandidat, dan sesi 04 orasi para kandidat untuk mendapatkan dukungan dan meyakinkan para calon pemilih.

2. Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif (Cholisin,2007:114). Komunikasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan kekuasaan. Proses ini berlangsung disemua tingkat masyarakat dan setiap tempat yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya bahkan diantara anggota masyarakat dengan para penguasanya.

3. Debat yang memiliki arti berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti–bukti


(17)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mendukung kasus dari masing–masing pihak yang berdebat. Secara umum debat sendiri dapat dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif dan negatif. Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan di dukung oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka dan juga untuk mempertahankan serta menyerang mitra tutur dalam program-program kerja serta visi-misi para kandidat.

4. Tindak tutur yang digunakan dalam peneletian ini adalah tindak tutur berdasarkan teori Austin. Dalam teorinya, Austin mengklasifikasikan daya yang terdapat dalam ujaran menjadi tiga, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Kemudian, Searle mengembangkan tindak tutur ilokusi tersebut dengan mengklasifikasikannya dalam lima jenis, yaitu asertif, direktif, eskpresif, komisif, dan deklaratif.

5. Kesantunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi-strategi kesantunan yang digunakan oleh Brown & Levinson (B&L). Brown & Levinson (dalam Grundy,2008:199) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kesantunan, seseorang dapat mengunakan 4 strategi kesantunan, yaitu strategi langsung tanpa basa-basi (bald on-record strategy), strategi kesantunan negatif (negative politeness strategy), strategi kesantunan positif (positif politeness strategy), dan strategi tidak langsung (off-record

strategy). Namun, strategi yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi

kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini bisa fokus dan lebih cocok dengan data yang ada serta akan lebih mendalam. Selain itu juga dikarena kedua strategi ini memiliki keunikan dan keberagaman strategi yang terdiri dari sub-sub strategi yang sangat menarik untuk diteliti. Tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut face threatening act (FTA) Tindakan yang mengancam tersebut dapat mengarah pada ancaman wajah negatif dan


(18)

10

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wajah positif. Tindakan yang mengancam wajah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tindakan yang mengancam wajah positif lawan tutur, dan tindakan yang mengancam wajah negatif lawan tutur. Karena pada dasarnya kesantunan positif ditujukan terhadap wajah positif lawan tutur, yaitu citra positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur. Sedangkan kesantunan negatif pada dasarnya ditujukan terhadap bagaimana memenuhi dan atau menyelamatkan sebagian wajah negatif lawan tutur, yaitu keinginan dasar lawan tutur untuk mempertahankan apa yang dianggap sebagai wilayah dan keyakinan dirinya. Sehingga, redressive actions dapat berbentuk kesantunan positif atau kesantunan negatif. Dengan demikian penelitian mengenai strategi komunikasi politik pada forum debat kandidat ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam dengan dua strategi ini.


(19)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis tindak tutur dan kesantunan para kandidat gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat dalam acara debat kandidat kampanye pemilihan kepala daerah periode 2013-2018. Acara tersebut ditayangkan oleh stasiun televisi swasta nasional. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif, yakni mendeskripsikan wujud satuan linguistik dalam bentuk tindak tutur ilokusi berdasarkan teori yang dikemukakan Searle dan realisasi kesantunan yang terdapat dalam debat kampanye politik yang digunakan para kandidat untuk mempengaruhi dan menguasai massa.

Creswell (1998:15) memandang penelitian kualitatif sebagai proses penelisikan dan eksplorasi permasalahan sosial. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggambarkan fenomena secara menyeluruh (holistik), menganalisis kata-kata, melaporkan tinjauan informan secara rinci, dan melakukan penelitiannya dalam latar alamiah. Pendekatan deskriptif bertujuan membuat deskripsi sesuatu objek kajian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti, sehingga didapat gambaran data secara ilmiah. Sifat kualitatif penelitian ini mengarah pada pembahasan permasalahan tentang tindak tutur dan kesantunan para kandidat dalam debat publik. Untuk memecahkan masalah penelitian ini, ada tiga tahapan


(20)

36

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penganalisisan data, dan (3) penyajian hasil analisis data (Sudaryanto,1993:5).

3.2 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini adalah data bahasa berupa tuturan para kandidat yang merupakan calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018. Tuturan tersebut terjadi pada konteks forum debat kandidat pada tanggal 20 Februari 2013. Acara debat tersebut ditayangkan stasiun televisi swasta nasional. Tayangan debat ini dibagi menjadi empat sesi. Sesi pertama merupakan sesi penyampaian visi-misi setiap kandidat. Pada sesi kedua, para kandidat diberi kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan dari para panelis. Sesi puncak merupakan kesempatan untuk para kandidat saling bertanya dan berdebat opini. Sesi empat adalah sesi penyampaian orasi terakhir kepada masyarakat sebagai penutup.

Data penelitian ini didapat dari para kandidat yang berjumlah lima pasangan. Pasangan dengan nomor urut 1 berasal dari tim independen. Pasangan nomor urut 2 didukung oleh Partai Golkar. Pasangan nomor urut 3 mendapat dukungan dari Partai Demokrat, Gerindra, PAN dan PKB. Pasangan nomor urut 4 ditempati oleh kandidat yang berstatus sebagai gubernur petahana (incumbent) dan didukung oleh partai PKS, PPP, PBB dan Hanura. Pasangan terakhir urutan 5 merupakan pasangan dari partai PDIP. Pada lima pasangan tersebut terdapat dua pihak yang berbeda, yaitu pihak petahana, dan empat pasangan lain berperan sebagai lawan politik.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bagian data dan sumber data, penelitian ini menggunakan tuturan lima pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jabar 2013-2018 pada forum debat sebagai data. Oleh karena itu,


(21)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internet, yaitu dengan mengunduh video tayangan di Youtube. Hal ini dikarenakan tayangan forum debat kandidat ini hanya ditayangkan sekali saja dan terbatas. Pada video hasil unduhan tersebut sudah dapat mewakili tayangan aslinya karena menayangkan acara tersebut secara lengkap dari awal hingga akhir, serta menunjukkan visualisasi sehingga konteks tuturan dapat diketahui dengan jelas. Untuk menunjang prosedur pengumpulan data tersebut, digunakan seperangkat komputer (laptop) dengan sambungan internet.

Dalam penelitian ini, konsep yang dipilih adalah analisis tindak tutur dan realisasi kesantunan berbahasa calon kandidat. Pada forum debat ini, dapat terlihat strategi para kandidat saat menyampaikan visi dan misi, janji-janji, sumpah, serta pernyataan kesanggupan (keyakinan). Semua hal tersebut dianggap sebagai sebuah tuturan yang mendorong masyarakat untuk melakukan apa yang disampaikan para kandidat, yaitu memilih para kandidat sebagai gubernur Jabar.

Setelah video diunduh, data berupa tuturan lima kandidat kemudian diproses dengan melakukan transkripsi. Data ditranskrip sesuai dengan aslinya tanpa mengurangi/melebihkan satu kata pun atau bahkan mengubahnya. Dari hasil transkrip ini, data kemudian dikaji berdasarkan analisis tindak tutur dan realisasi kesantunan. Prosedur pun diakhiri dengan penyajian data yang disertai deskripsi dan pembahasannya.

3.4 Teknik Analisis Data

Creswell (2010:274) menjelaskan bahwa proses analisis data secara keseluruhan melibatkan upaya untuk memaknai data berupa teks. Agar dapat memaknai data dengan baik, peneliti perlu melakukan analisis-analisis yang berbeda terhadap data, kemudian memperdalam pemahaman terhadap data, dan menginterpretasi makna-makna yang lebih luas dari data. Oleh karena itu, untuk mengawali analisis, data yang telah ditranskrip kemudian dibaca secara cermat


(22)

38

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk membangun pemahaman umum atas data yang didapat dan pemaknaan secara menyeluruh.

Data kemudian dipisahkan berdasarkan nomor kandidat. Kandidat pertama diberi kode K1, kandidat kedua diberi kode K2, kandidat ketiga diberi kode K3, kandidat keempat diberi kode K4, dan kandidat kelima diberi kode K5. Selain itu juga, data dipisahkan berdasarkan sesi-sesi forum debat kandidat. Hal ini dilakukan karena setiap sesi acara memiliki perbedaan konteks. Pada sesi pertama, para kandidat menyampaikan visi-misi masing-masing. Komunikasi terjalin hanya satu arah yaitu penutur kepada masyarakat sebagai mitra tutur pasif. Pada sesi kedua, para kandidat diharuskan menjawab pertanyaan dari panelis. Pada konteks ini, para kandidat diminta menyatakan jawaban berupa pendapat dan solusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di Jabar. Hal-hal yang ditanyakan panelis berkaitan dengan visi-misi masing-masing kandidat. Panelis yang bertanya pun berjumlah dua orang. Pada sesi dua, komunikasi yang terjalin adalah dua arah, antara para kandidat dan para panelis. Sesi ketiga merupakan sesi puncak acara debat tersebut. Pada sesi ini, para kandidat akan diminta saling melontarkan pernyataan dan perdebatan. Konteks komunikasi yang terjalin adalah dua arah yang saling bersinergi. Sesi terakhir memberi kesempatan pada para kandidat untuk berorasi sebagai penutupan. Pada konteks ini pun, komunikasi hanya satu arah saja.

Proses terakhir adalah pengidentifikasian tindak tutur ilokusi pada data berdasarkan teori tindak tutur Searle. Data diklasifikasikan berdasarkan lima jenis tindak tutur, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Jumlah frekuensi setiap tindak tutur akan dideskripsikan. Untuk mempermudah analisis data tersebut, digunakan tabel-tabel klasifikasi dan analisis sebagai berikut.

Klasifikasi Tindak Tutur Para Kandidat pada Sesi Penyampaian Visi-Misi, Pertanyaan Panelis, Debat Kandidat dan Penyampaian Orasi


(23)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kandidat Tindak Tutur

K1 Pertanyaan saya, bila anda terpilih menjadi orang nomor satu di Jabar, langkah apa yang akan anda ambil untuk menyelamatkan hal semacam itu?

Direktif Bertanya program bila

terpilih menjadi gubernur K2 InsyaAllah kami akan memberikan

perhatian dan bantuan kepada desa sebesar Rp. 500 juta perdesa /pertahun. Itu dalam rangka mengurangi kemiskinan.

Komisif Memberikan janji dengan

bantuan berupa uang

Kemudian, untuk pengidentifikasian realisasi kesantunan, digunakan teori kesantunan Brown and Levinson. Realisasi kesantunan dalam teori B&L berhubungan erat dengan strategi kesantunan negatif dan kesantunan positif. Brown and Levinson (dalam Grundy,2008:199) menyatakan bahwa untuk mempertahankan kesantunan, seseorang dapat mengunakan strategi kesantunan negatif yang berjumlah 10 strategi, yaitu:

Strategi 1: Ungkapkan secara tidak langsung sesuai konvensi dengan membuat perintah.

Strategi 2: Gunakan pertanyaan dengan partikel tertentu.

Strategi 3: Lakukan dengan hati-hati dan jangan terlalu optimistic.

Strategi 4: Kurangi kekuatan atau daya ancaman terhadap wajah lawan tutur. Strategi 5: Berikan penghormatan.

Strategi 6: Gunakan permohonan maaf.

Strategi 7: Jangan menyebutkan penutur dan lawan tutur.

Strategi 8: Nyatakan tindakan mengancam wajah sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku.


(24)

40

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Strategi 9: Nominalisasikan pernyataan,

Strategi 10: Nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang) atau tidak kepada lawan tutur.

Selain itu, kesantunan dapat dilakukan dengan menggunakan strategi kesantunan positif, yaitu:

Strategi 1: Berikan perhatian khusus terhadap lawan tutur.

Strategi 2: Lebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur. Strategi 3: Tingkatkan rasa tertarik terhadap lawan tutur

Strategi 4: Gunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok

Strategi 5: Upayakan kesepahaman dengan lawan tutur

Strategi 6: Hindari pertentangan/ketaksepahaman dengan lawan tutur

Strategi 7: Presuposisikan atau timbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dan lawan tutur

Strategi 8: Buatlah lelucon (joke)

Strategi 9: Presuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya

Strategi 10: Buatlah penawaran dan janji Strategi 11: Tunjukkan rasa optimisme

Strategi 12: Usahakan untuk melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu

Strategi 13: Berikan dan mintalah alasan

Strategi 14: Tawarkan suatu tindakan timbal balik Strategi 15: Berikan rasa simpati kepada lawan tutur

Realisasi Kesantunan Para Kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat


(25)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kandidat Tindak

Tutur

Positif Negatif

1 K4 Teh Rieke, tadi bicara masalah kartu Jabar Bangkit, kalau menurut pendapat saya apa tidak perlu kartu Jabar Bangkit itu, karena saya pikir berkenaan dengan administrasi, database kependudukan dan mengalokasikan anggaran yang cukup pada sektor kesehatan.

Asertif Penggunaan

pemagaran/ Hedge

2 K5 Apa yang anda lakukan

pada lima tahun terakhir ini

ketika kondisi yang

dihasilkan seperti ini

sangat belum

menggembirakan.

Asertif Meminimalkan

tekanan atau

ancaman terhadap mitra tutur

3 K4 Jadi saya kira, kita berdialog empat kali, Teh Rieke dan Kang Teten selalu salah data melulu nih, kacau nih.

Asertif Menggunakan

penanda yang menunjukkan jatidiri sesama suku Sunda.


(26)

42

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018


(27)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kode

Kandidat

Tuturan Jenis tindak tutur Ilokusi

Host “Baik kita akan dengarkan visi dan misi pasangan… mohon tenang… (menenangkan sorak sorai pemirsa) ya, mohon tenang, terima kasih terima kasih”. “Silahkan pak Dikdik, pak Cecep, waktu Anda satu menit dimulai dari sekarang”.

1 “Bimillahirrohmanirrohim, Assalamu’allaikum wr. wb., sampurasun.

Visi kami dari pasangan nomer satu, independent, berangkat dari ada 26 permasalahan di Jawa Barat, pdahal ketika disanding, dengan 8 isu strategi, dengan arah kebijakan dan tujuh modal dasar begitu kita crash pada hasil akhir, kok tidak ketemu korelasinya.

Maka berangkat dari itu kami rumuskan visi TAWADHU, sebetulnya itu adalah misi spirit dasar, THAWADHU merasa kecil dihadapan Tuhan tetapi ketika diurai menjadi Tertib, Aman, Wibawa, Asri, Dinamis, Harmonis dan Unggul, yang kami jabarkan dalam

tujuh…”.

Ekspresif dalam bentuk salam Asertif dalam bentuk penjelasan

Deklaratif dalam bentuk Memberikan

nama

Mengucapkan salam memulai pembicaraan

Menjelaskan mengenai visi-misi

pasangan ini

Memberikan nama tentang visi-misi dengan TAWADHU


(28)

126

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan kesepakatan bersama, kita mulai dengan pasangan nomer urut dua yang

mendapat kesempatan pertama kali untuk diuji visi dan misinya”.

“Bapak berdua punya waktu untuk menyampaikan visi dan misi, satu menit kita mulai dari sekarang”. (Bertanya kepada pasangan Irianto - Tatang, pasangan nomer urut dua)

2 “Terima kasih.

Dari fakta yang ada Jawa Barat memiliki penduduk 49 juta hampir mencapai 50 juta, ternyata ada angka kemiskinan hampir mencapai 5 juta, itu 10%. Dari fakta yang ada ternyata 80% angka kemiskinan adanya dipedesaan.

Sehingga kami membuat visi, JABAR MULIA (Makmur, Unggul, Lestari, Inovatif dan Agamis).

InsyaAllah kami akan memberikan perhatian dan bantuan kepada desa sebesar Rp 500 juta perdesa/pertahun. Itu dalam rangka mengurangi kemiskinan, pengangguran.

Ekspresif dalam bentuk berterimakasih

Asertif dalam bentuk penjelasan

Deklaratif dalam bentuk memberikan

nama

Komisif dalam bentuk berjanji

Mengucapkan terimakasih

Menjelaskan dan memberikan

keterangan

Menyatakan slogan pasangan ini dengan JABAR MULIA

Memberikan janji

Host “Baik, mohon tenang, mohon tenang… ya.. tenang…. Besok masih ada kampanye, sisakan


(29)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tiga, visi dan misi Anda, silahkan pak Dede dan pak Lex”. 3 “Terima kasih.

Assalamu’allaikum wr. wb.

Jawa Barat kita pahami semuanya memiliki potensi-potensi yang begitu besar sekali, namun kita tidak hanya bisa berbicara program-program yang kering, juga kita tidak hanya bisa bicara tentang angka, data dan statistik.

Untuk memimpin Jawa Barat kita memerlukan pemimpin yang mau memberikan sebuah keteladanan, yang mau hidup sederhana, yang memberikan empatinya, memberikan simpatinya kepada rakyat.

Untuk itu kami menyatakan sebuah visi Babarengan Baraya Menuju Jabaraya, Babarengan Baraya (Bahagia, Sejahtera, dan Berkarya) Menuju Jabaraya (Jabar Berjaya).

Dan kami menawarkan tiga misi utama menjemput yang tertinggal, berdaya babarengan,

Ekspresif dalam bentuk terimakasih

Ekspresif dalam bentuk salam

Asertif dalam bentuk penjelasan

Asertif dalam bentuk penjelasan

Deklaratif dalam bentuk memberikan

nama

Mengucapkan terimakasih

Mengucapkan salam sebelum memulai

pembicaraan

Menjelaskan dan memberi keterangan

Menjelaskan dan memberi keterangan

Menyatakan slogan pasangan ini Babarengan Baraya


(30)

128

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan juga berkah dalam keragaman. Demikian terima kasih”. Komisif dalam bentuk menawarkan

sesuatu

Menawarkan sesuatu yang berhubungan

dengan visi

Host “Kami kembali dan kini saatnya kita mendengarkan visi dan misi dari pasangan nomor urut empat, pak Ahmad Heryawan dan bapak Dedi Mizwar, mohon tenang… mohon tenang... mohon tenang…, terima kasih (sambil menenangkan penonton). Silahkan pak, waktu Anda kita mulai, satu menit”.

4 “Assalammu’alaikum wr. wb. Panelis dan hadirin sekalian semua.

Kita ingin kemajuan bahkan kita diperintahkan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dari pada hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari sekarang.

Oleh karena itu kami tawarkan sebuah visi Jawa Barat kedepan adalah Jawa Barat yang Maju dan Sejahtera untuk Semua.

Kami ambil kalimat Maju, karena kemajuan adalah tujuan kita semuanya, tentu unsur kemajuan, faktor kemajuan yang paling utama adalah manusia, oleh karena itu ketika kita ingin maju maka SDMnya lah yang pertama kali harus kita selesaikan.

Kemudian infrastrukturnya, kemudian ilmu pengetahuan dan teknologinya, kemudian yang berikutnya adalah Sejahtera, terpenuhinya sandang, pangan dan papan secara mandiri dan

Ekspresif dalam bentuk salam Direktif dalam bentuk pengharapan Komisif dalam bentuk menawarkan sesuatu Asertif dalam bentuk penjelasan Asertif dalam bentuk penjelasan Mengucapkan salam Mengharapkan sesuatu yang lebih

baik Menawarkan sesuatu Menjelaskan dan memberi keterangan Menjelaskan dan memberi keterangan


(31)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Host “Baik, kita akan lanjutkan paparan visi dan misi dan kemudian uji kandidat oleh para

panelis kita, pasangan nomer urut lima, mendapatkan kesempatan kedua, silahkan ibu dan

bapak”. (Mempersilahkan pasangan kelima Rieke & Teten) 5 “Assalammu’alaikum wr. wb., sampurasun.

Jawa Barat memiliki potensi yang luar biasa bukan hanya kekayaan alamnya saja, kita memiliki industri manufaktur, industri kreatif, agro industri dan sebagainya dan konon kita hidup di tanah yang paling subur di seantero nusantara.

Oleh karena itu kami menawarkan sebuah paradigma baru dalam pemerintahan yang tidak membagi-bagikan uang kepada rakyat namun kita membangun sebuah pemerintahan yang tidak akan memposisikan rakyat sebagai peminta-minta.

Kita akan membangun sebuah sistem yang berkelanjutan yang akan memberikan rakyat kedaulatannya kembali kepada rakyat, menjadi rakyat yang berdikari (berdiri diatas kakinya sendiri).

Dan sebagai seorang ibu saya akan berjuang tidak ada lagi rakyat yang berjuang ditolak dari rumah sakit, anak-anak putus sekolah akan mendapatkan kejar paket B, kejar paket C,

Ekspresif dalam bentuk salam Asertif dalam bentuk penjelasan

Komisif dalam bentuk menawarkan

sesuatu

Komisif dalam bentuk berjanji

Komisif dalam bentuk berjanji

Mengucapkan salam

Menjelaskan dan memberi keterangan

Menawarkan sesuatu

Memberikan janji


(32)

130

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahkan anak dari keluarga tidak mampu akan berhak mendapatkan pendidikan sampai


(33)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Allan, keith. 1998. Speech Acts.

Tersedia: http//www.arts.monash.edu.au/spelling/speech_act_allan_html/ diunduh pada tanggal 13 November 2012.

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi

danKomunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Austin, J.L. 1962. How to Do Thingswith Words. London: Oxford University Press.

Aziz, E. Aminudin.2000. Refusing in Indonesian. Tesis Ph.D. tidak diterbitkan. Department of Linguistics, Monash University.

___________. 2001. Gaya Ki Sunda mengatakan “TIDAK”: sebuah telaah sosiolinguistik terhadap variabel sosial yang mempengaruhi realisasi kesantunan dalam pertuturan menolak oleh orang Sunda. Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I, Bandung, 22-25 Agustus 2001.

___________. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang terserak, Menggugat yang semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Brown, P. dan S. C. Levinson. 1987. Politeness: some universals in language

usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.

Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications, Inc.

___________. 2010. Research Design Qualitative,quantitative, and Mixed

Method Approaches. California: SAGE Publication, Inc.

Eelen, G. 2001. A critique of politeness theories. Manchester: St Jerome.

Goffman, Erving. 1967. Interaction ritual: Essays in face-to-face behavior. New York: Pantheon Books.


(34)

123

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics: Third Edition. London: Hodder

Gunnarsson Louise Britt.(2003). Professional Discourse. New York. Continuum International Publishing Group.

Holmes, J. 1990. An Introduction to Sociolinguistics. England: Longman Group UK Limited.

Hu, Hsien Chin. 1944. “The Chinese Concept of “Face””. American Anthropologist 46(1): 45-64.

Lakoff, R. (1977). What you can do with words: Politeness, Pragmatics and performatives: in Rogers, P. (ed). Proceedings of Texas Conferences and Performatives, Airlinton. VA: Center of Applied of Linguistics.PP. 79-105.

Lasswel, Harold D. 1965.Studies in quantitative Sematics : Language of Politics. Cambridge, Mass : The Mitt Press.

Leech, Geoffrey. 1983. The Priciples of Pragmatics (terjemahan oleh Oka, M.M.D). Jakarta : Universitas Indonesia.

Mey J.1993. Pragmatics, An Introduction. Blackwell.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha ilmu Orwell, George.1986. Exploring Language : Politics and The English Language. Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

Ruslan, Rosady. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Tampubolon. P. Daulat. 1999. Gejala-gejala Kematian Bahasa : Suatu Observasi

Ragam Politik Orde Baru.Dalam PELBA 12. Pusat Kajian Bahasa

Budaya Unika Atma Jaya Yogyakarta : Kanisius.

Searle, John R. 1969. A Taxonomy of Illocutionary Acts. Dalam A.P. Martinich (ed). 1996. The Philosophy of Language. New York dan Oxford: Orford University Press.


(35)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Searle, John, Ferenc Kiefer and Manfred Bierwisch (Eds). 1983. Speech Act Theory and Pragmatics. Dordrecht, Holland: D. Reidel Publishing Company.

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wardaugh, Ronald. 2010. An Introduction to Sosiolinguistics. New York: Basil Blackwell.


(1)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan juga berkah dalam keragaman. Demikian terima kasih”. Komisif dalam bentuk menawarkan

sesuatu

Menawarkan sesuatu yang berhubungan

dengan visi Host “Kami kembali dan kini saatnya kita mendengarkan visi dan misi dari pasangan nomor urut

empat, pak Ahmad Heryawan dan bapak Dedi Mizwar, mohon tenang… mohon tenang... mohon tenang…, terima kasih (sambil menenangkan penonton). Silahkan pak, waktu Anda kita mulai, satu menit”.

4 “Assalammu’alaikum wr. wb. Panelis dan hadirin sekalian semua.

Kita ingin kemajuan bahkan kita diperintahkan untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dari pada hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari sekarang.

Oleh karena itu kami tawarkan sebuah visi Jawa Barat kedepan adalah Jawa Barat yang Maju dan Sejahtera untuk Semua.

Kami ambil kalimat Maju, karena kemajuan adalah tujuan kita semuanya, tentu unsur kemajuan, faktor kemajuan yang paling utama adalah manusia, oleh karena itu ketika kita ingin maju maka SDMnya lah yang pertama kali harus kita selesaikan.

Kemudian infrastrukturnya, kemudian ilmu pengetahuan dan teknologinya, kemudian yang berikutnya adalah Sejahtera, terpenuhinya sandang, pangan dan papan secara mandiri dan

Ekspresif dalam bentuk salam Direktif dalam bentuk pengharapan Komisif dalam bentuk menawarkan sesuatu Asertif dalam bentuk penjelasan Asertif dalam bentuk penjelasan Mengucapkan salam Mengharapkan sesuatu yang lebih

baik Menawarkan sesuatu Menjelaskan dan memberi keterangan Menjelaskan dan memberi keterangan


(2)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu secara lebih baik lagi.

Host “Baik, kita akan lanjutkan paparan visi dan misi dan kemudian uji kandidat oleh para panelis kita, pasangan nomer urut lima, mendapatkan kesempatan kedua, silahkan ibu dan bapak”. (Mempersilahkan pasangan kelima Rieke & Teten)

5 “Assalammu’alaikum wr. wb., sampurasun.

Jawa Barat memiliki potensi yang luar biasa bukan hanya kekayaan alamnya saja, kita memiliki industri manufaktur, industri kreatif, agro industri dan sebagainya dan konon kita hidup di tanah yang paling subur di seantero nusantara.

Oleh karena itu kami menawarkan sebuah paradigma baru dalam pemerintahan yang tidak membagi-bagikan uang kepada rakyat namun kita membangun sebuah pemerintahan yang tidak akan memposisikan rakyat sebagai peminta-minta.

Kita akan membangun sebuah sistem yang berkelanjutan yang akan memberikan rakyat kedaulatannya kembali kepada rakyat, menjadi rakyat yang berdikari (berdiri diatas kakinya sendiri).

Dan sebagai seorang ibu saya akan berjuang tidak ada lagi rakyat yang berjuang ditolak dari rumah sakit, anak-anak putus sekolah akan mendapatkan kejar paket B, kejar paket C,

Ekspresif dalam bentuk salam Asertif dalam bentuk penjelasan

Komisif dalam bentuk menawarkan

sesuatu

Komisif dalam bentuk berjanji

Komisif dalam bentuk berjanji

Mengucapkan salam

Menjelaskan dan memberi keterangan

Menawarkan sesuatu

Memberikan janji


(3)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahkan anak dari keluarga tidak mampu akan berhak mendapatkan pendidikan sampai perguruan tinggi”.


(4)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Allan, keith. 1998. Speech Acts.

Tersedia: http//www.arts.monash.edu.au/spelling/speech_act_allan_html/ diunduh pada tanggal 13 November 2012.

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik: Paradigma-Teori-Aplikasi Strategi danKomunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Austin, J.L. 1962. How to Do Thingswith Words. London: Oxford University Press.

Aziz, E. Aminudin.2000. Refusing in Indonesian. Tesis Ph.D. tidak diterbitkan. Department of Linguistics, Monash University.

___________. 2001. Gaya Ki Sunda mengatakan “TIDAK”: sebuah telaah sosiolinguistik terhadap variabel sosial yang mempengaruhi realisasi kesantunan dalam pertuturan menolak oleh orang Sunda. Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I, Bandung, 22-25 Agustus 2001.

___________. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang terserak, Menggugat yang semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Brown, P. dan S. C. Levinson. 1987. Politeness: some universals in language usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Cholisin, dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: UNY Press.

Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. New Delhi: Sage Publications, Inc.

___________. 2010. Research Design Qualitative,quantitative, and Mixed Method Approaches. California: SAGE Publication, Inc.

Eelen, G. 2001. A critique of politeness theories. Manchester: St Jerome.

Goffman, Erving. 1967. Interaction ritual: Essays in face-to-face behavior. New York: Pantheon Books.


(5)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grundy, Peter. 2008. Doing Pragmatics: Third Edition. London: Hodder

Gunnarsson Louise Britt.(2003). Professional Discourse. New York. Continuum International Publishing Group.

Holmes, J. 1990. An Introduction to Sociolinguistics. England: Longman Group UK Limited.

Hu, Hsien Chin. 1944. “The Chinese Concept of “Face””. American Anthropologist 46(1): 45-64.

Lakoff, R. (1977). What you can do with words: Politeness, Pragmatics and performatives: in Rogers, P. (ed). Proceedings of Texas Conferences and Performatives, Airlinton. VA: Center of Applied of Linguistics.PP. 79-105. Lasswel, Harold D. 1965.Studies in quantitative Sematics : Language of Politics.

Cambridge, Mass : The Mitt Press.

Leech, Geoffrey. 1983. The Priciples of Pragmatics (terjemahan oleh Oka, M.M.D). Jakarta : Universitas Indonesia.

Mey J.1993. Pragmatics, An Introduction. Blackwell.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha ilmu Orwell, George.1986. Exploring Language : Politics and The English Language. Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

Ruslan, Rosady. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Tampubolon. P. Daulat. 1999. Gejala-gejala Kematian Bahasa : Suatu Observasi Ragam Politik Orde Baru.Dalam PELBA 12. Pusat Kajian Bahasa

Budaya Unika Atma Jaya Yogyakarta : Kanisius.

Searle, John R. 1969. A Taxonomy of Illocutionary Acts. Dalam A.P. Martinich (ed). 1996. The Philosophy of Language. New York dan Oxford: Orford University Press.


(6)

Hedi Setiadi,2015

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Searle, John, Ferenc Kiefer and Manfred Bierwisch (Eds). 1983. Speech Act Theory and Pragmatics. Dordrecht, Holland: D. Reidel Publishing Company.

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wardaugh, Ronald. 2010. An Introduction to Sosiolinguistics. New York: Basil Blackwell.


Dokumen yang terkait

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Kebijakan Dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Analisis Pada : Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

4 96 75

Representasi Identitas Budaya Sunda dalam Iklan (Analisis Semiotika Iklan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Representasi Identitas Budaya Sunda dalam Iklan (Analisis Semiotika Iklan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Periode 2013-2018 Ahmad H

0 2 15

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT 2013-2018 DI METRO TV DENGAN PERILAKU POLITIK MAHASISWA.

0 0 2

Solusi Atas Isu Politik Tentang Calon Independen Dan Ajakan Golput Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT KOTA BANDUNG DALAM MEMILIH CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT 2013.

0 0 1

STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PROSES SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013.

0 0 1

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 - repository UPI T LIN 1103943 Title

0 0 1

PELAKSANAAN KONSULTASI CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, PENGESAHAN DAN PELANTIKAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

0 0 4

Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018

0 0 10