Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa
ABSTRAK
EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)
Oleh
ISMI VITA MUTAHIRIA
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk me-ngetahui efektivitas metode penemuan terbimbing ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan adalah post-test only control design dengan populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dan sampel adalah siswa kelas VIII-G dan VIII-H yang ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Data pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari tes uraian. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015.
(2)
EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)
Oleh
Ismi Vita Mutahiria
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 2 April 1993. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan dari Bapak Drs. Hi. Munatsir Amin dan Ibu Hj. Nurwasis.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kesuma Bandarlampung pada tahun 1999, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Segala Mider pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA YP Unila pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Rindu, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat. Selain itu, penulis melaksana-kan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat yang terintegrasi dengan program KKN tersebut.
(7)
i
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala
, Dzat Yang Maha Sempurna.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah Rasulullah
Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku
kepada:
Ibuku tercinta Nurwasis dan Almarhum Bapakku tercinta Munatsir Amin,
yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan selalu
mendoakan kesuksesanku. Terimakasih atas segalanya, walaupun
dipenghujung perjuangan menyelesaikan sarjana ini Bapak meninggalkan
kami semua pada tanggal 11 November 2014.
Kakak-kakakku tercinta Muhammad Sulthoni, Dian Ekawati, Tri Indah
Noviana, Iin Hazalina, Agung Mairina, dan Maha Dewanto yang telah
memberikan dukungan dan semangatnya
Seluruh keluarga besar yang terus m
emberikan do’a dan dukungannya
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh
kesabaran
Semua sahabat-sahabatku yang tulus membantu, memberi dukungan, dan
do’
anya
(8)
MOTO
Jika kau bersyukur dan bersabar,
Allah pasti memberi yang
terbaik bahkan lebih dari yang
engkau pinta
“
Al Khair Mukhtarallah
…”
(yang terbaik adalah pilihan
(9)
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan yang membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang, yaitu Rasulullah Muhammad Shalallahu ‟Alaihi Wasalam.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Ibu Nurwasis dan Almarhum Bapak Munatsir Amin tercinta, terimakasih atas bantuan moril dan materilnya serta doa yang selalu diucapkan untuk kesuksesanku.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah membe-rikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selaku
(10)
iii Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran, memotovasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu dan Bapak Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Kakak-kakakku tercinta Muhammad Sulthoni, Dian Ekawati, Tri Indah
Noviana, Iin Hazalina, Agung Mairina, dan Maha Dewanto yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku serta keluarga besar lainnya.
8. Keluarga kecil kampus tersayang, Emak (Nourma Ervitasari), Yulik (Yulisa), Mbak Ria (Ria Oktavia), Adek (Dewi Utami), Beb Lai (Laili Fauziah Sufi), Wenti (Venti Martaliza), Abay (Bayu Imadul Bilad), Abang (Muhammad
(11)
iv Yusuf), Agus (Agus Sugiarto), Kiyai (Didi Giatno), dan Nci Pin (Anita Ervina Astin) yang selama ini memberiku semangat, mengajariku, dan selalu menemani saat suka dan duka.
9. Sahabatku tercinta sejak SMP, Rinta Wulandari, Arma Cita Monica, Mega Fitri Nemara, dan Tiara Wahyuni yang selama ini memberiku semangat, memotivasi untuk menyelesaikan sarjana ini, dan selalu menemani saat suka dan duka.
10. Sahabatku tercinta sejak SMA, Mariam Ramadhona, Gita Kurniati, dan Nazwa Masiah yang telah memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan sarjana ini dan selalu menemani saat suka dan duka.
11. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika: Ade Irma, Agung, Agus, Kakak Aan, Bang Aliza, Mbak Vina, Ketua Kelas Uli, Ayu An, Ayu F, Ayu Sekar, Ayu Ta, Ayu Ti, Abay, Citra, Dedes, Desy, Dewi, Mbak Dian, Didi, Mbak Dina, Emi, Emilda, Enggar, Eni, Fitri, Flo, Fufu, Kakak Gilang, Hani, Ketua Angkatan Bang Heizlan, Ige, Ikhwan, Indah, Ista, Iwan Ndut, Laili, Ippeh, Lidia, Hasbi, Elcho, Panji, Yusuf, Muthiah, Nana, Niluh, Nourma, Pobby, Abi, Ria, Rizka, Oca, Bundo, Siska, Siti, Suci, Titi, Veni, Venti, Winda, Wulan, Yola, dan Yulisa, yang selama ini selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan, serta kebersamaannya yang telah terjalin seperti keluarga.
12. Kakak-kakak angkatanku terkasih Mbak Hesti, Mbak Lia, Kak Umpu, Kak Yose, Mbak Amel, Mbak Vera dan yang lainnya terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya.
(12)
v 13. Kakak-kakakku angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaanya.
14. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Padang Rindung, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat Ambar, Sefti, Mbak Pit, Pipit, Teteh Kinan, Abang Rio, Mas Sur, Najib, Uda Topan atas kebersamaan selama kurang lebih tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.
15. Bapak Azzadin Az selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.
16. Ibu Kepala SMP Negeri 10 Bandarlampung beserta guru-guru, staf, karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.
17. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015, khususnya siswa kelas VIIIG dan VIIIH atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
18. Ibu dan Bapak Peratin Desa Padang Rindu, Mbak Oci, guru-guru SMA Negeri 1 Pesisir Utara, Bapak dan Ibu Krui, dan seluruh keluarga baru di Pesisir Barat yang sudah membantu dan memberikan dukungan.
19. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima aksih atas bantuan selama berada di gedung G.
20. Almamater Universitas Lampung tercinta.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga mendapat balasan pahala dari Allah Subhnahu Wa Ta‟ala atas kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Kekeluargaan yang
(13)
vi sudah terikat semoga selalu terjalin tali silaturahmi di antara kita, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin ya Robbal „Alamin.
Bandarlampung, Agustus 2015 Penulis
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 9
B. Metode Penemuan Terbimbing ... 12
C. Pembelajaran Konvensional ... 17
D. Pemahaman Konsep Matematis ... 18
E. Penelitian yang Relevan ... 20
F. Kerangka Pikir ... 21
G. Anggapan Dasar ... 24
H. Hipotesis ... 24
III.METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 26
B. Desain Penelitian ... 27
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27
D. Data Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
F. Instrumen Penelitian... 29
G. Analisis Instrumen Tes ... 31
1. Validitas ... 31
2. Reliabilitas ... 32
3. Tingkat Kesukaran ... 33
(15)
viii
H. Analisis Data ... 36
1. Uji Normalitas ... 36
2. Uji Homogenitas Varians ... 38
3. Uji Hipotesis ... 39
4. Uji Proporsi ... 40
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
1. Uji Hipotesis ... 43
2. Uji Proporsi ... 43
3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 44
B. Pembahasan ... 46
V. KESIMPULAN A. Simpulan ... 51
B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA
(16)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Desain Penelitian Post-test Only Control Design... 27
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 30
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas... 33
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal... 34
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba... 34
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda... 35
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba... 36
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 37
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis... 39
Tabel 4.1 Data Hasil Post-test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 42
Tabel 4.2 Rekapitukasi Data Hasil Uji – t... 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 44
Tabel 4.4 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 45
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Penemuan
Terbimbing ... 56
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 88
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 117
B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Post-test ... 149
B.2 Soal Post-test ... 152
B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test ... 154
B.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 159
B.5 Form Penilaian Post-test ... 160
B.6 Surat Keterangan Validasi ... 162
C. ANALISIS DATA C.1 Hasil Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Kelas Uji Coba) ... 163
C.2 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 165
C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Item Hasil Tes Uji Coba ... 167
C.4 Hasil Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Metode Penemuan Terbimbing ... 168
C.5 Hasil Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Konvensional ... 169
(18)
xi C.6 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing ... 170
C.7 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional... 174
C.8 Uji Homogenitas Varians ... 178
C.9 Uji Hipotesis ... 180
C.10 Uji Proporsi ... 183
C.11 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing ... 185
C.12 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 188
D. LAIN-LAIN D.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ... 191
D.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 193
D.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 195
D.4 Surat Penelitian Pendahuluan ... 197
D.5 Surat Izin Penelitian ... 198
(19)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, baik di negara yang sudah maju maupun sedang berkembang. Kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh kualitas pendidikan di negara itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan potensi diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.
Pentingnya pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan pendidikan di suatu negara merupakan tanggung jawab semua elemen bukan hanya pemerintah, tetapi juga banyak pihak lain, yaitu pendidik, orang tua, guru serat masyarakat yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Fungsi pendidikan nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II Pasal 3, adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
(20)
2 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri, maka pendidik harus memiliki potensi dan dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan agar pelajaran mudah diterima oleh peserta didik.
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengoptimalkan siswa menguasai konsep dengan membiasakan berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur. Dalam membimbing siswa, guru harus dapat berpikir dan bernalar untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dengan berbagai masalah serta menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Salah satu yang menjadi pokok bahasan pendidikan adalah kurangnya siswa dalam memahami konsep. Untuk membandingkan prestasi matematika di Indonesia dengan negara-negara di dunia dapat dilihat dari hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). TIMSS adalah studi Internasional tentang prestasi matematika dan Sains siswa Sekolah Menengah Pertama. Hasil studi TIMSS pada tahun 2011 menyatakan dalam rata-rata skor matematika di Indonesia sebesar 386 berada diperingkat 38 dari 42 negara dengan rata-rata skor internasional, yaitu 500 (TIMSS, 2011). Demikian pula hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012, yang menyatakan bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia masih lemah, yaitu dengan skor 375 menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara dengan skor tertinggi 613 (OECD, 2012).
Dari hasil studi TIMSS dan PISA, prestasi matematika di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Untuk meningkatkan pemahaman konsep
(21)
3 matematis, bukanlah suatu hal yang mudah, karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep matematika. Namun, peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut, guru harus pandai memilih dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode yang dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
Guru harus pandai memilih pembelajaran yang efektif untuk siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan, pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran yang sering diterapkan di sekolah-sekolah adalah metode ceramah atau biasa disebut pembelajaran konvensional. Pada metode ceramah guru sering kali menempatkan siswa sebagai penerima informasi (pasif) dan guru sebagai pemberi informasi (aktif).
Metode ceramah jarang melibatkan siswa untuk berperan aktif. Dalam metode ini, guru banyak berperan dengan menggunakan sumber pembelajaran, sehingga sedikit sekali kesempatan siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Hal tersebut terjadi karena guru jarang memberi kesempatan siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Siswa yang kurang memiliki kemampuan dalam menyimak, sering kali akan merasa bosan ketika guru terus-menerus menjelaskan materi yang ingin disampaikan.
(22)
4 Dari proses pembelajaran di atas, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa maka perlu diadakan perlakuan yang berbeda terhadap siswa. Salah satunya mengubah cara pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah-sekolah dengan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima oleh siswa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan matematika tersebut maka perlu metode lain yang harus diterapkan di sekolah, salah satunya adalah Metode Penemuan Terbimbing. Dimana siswa banyak berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam belajar. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis, siswa dituntut agar dapat menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi bersama teman-teman sekelompoknya. Guru sebagai fasilitator, dimana ketika siswa menemukan kesulitan dalam memahami konsep, guru membimbing siswa dalam menye-lesaikan masalah yang ditanyakan. Guru tidak langsung memberikan jawaban kepada siswa terkait dengan hal yang ditanyakan. Namun, guru memancing pengetahuan siswa agar dapat berfikir lebih jauh dan dapat memecahkan masalah tersebut.
Permasalahan yang ditemukan di SMP Negeri 10 Bandarlampung adalah masih rendahnya nilai ujian matematika yang diperoleh dari hasil ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Hasil mid semester yang memiliki rata-rata nilai kurang dari 70, hal tersebut menyatakan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas memenuhi standar nilai matematika di sekolah tersebut. Untuk meningkatkan nilai matematika siswa, maka guru harus memulai pembelajaran tersebut dengan pemahaman awal siswa, yaitu pemahaman konsep matematis.
(23)
5 Selain itu, dapat juga diterapkan metode lain dalam upaya peningkatan nilai matematika siswa. Karena metode pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 10 Bandarlampung juga masih menggunakan metode ceramah, dimana guru berperan aktif dalam pemebelajan, sehingga siswa hanya mengandalkan guru dalam mengetahui konsep yang akan dipelajari.
Penelitian dengan metode penemuan terbimbing ini dilakukan dalam upaya adanya pengaruh pemahaman konsep matematis siswa. Karena dalam metode ini, menekankan siswa untuk memahami suatu konsep dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa dipacu untuk aktif, cepat memahami, dan kreatif terhadap masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Keefektifan pembelajaran pada penelitian ini dilihat dari dua aspek, yaitu meningkatnya pemahaman konsep matematis siswa dan persentase ketuntasan belajar di kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing. Dalam hal ini, penelitian ini mengangkat judul “Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas penerapan metode penemuan
terbimbing dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun
(24)
6 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode penemuan terbimbing ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing. 2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah seberapa besar pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Khusus guru, dapat memilih model yang cocok dengan karakter siswa dan kondisi kelas agar siswa tidak bosan ketika pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk siswa dapat meningkatkan pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki agar dapat diterapkan pada kemampuan pemahaman konsep matematis yang diberikan oleh guru. Dan manfaat bagi peneliti lain adalah sebagi informasi yang dapat digunakan untuk penelitian yang sejenis.
(25)
7 E. Ruang Lingkup Penelitian
Berikut ini beberapa istilah yang terdapat pada penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas Pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari 2 aspek, yaitu:
a. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa tuntas belajar dengan mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 70 mencapai lebih dari atau sama dengan 60% siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.
2. Metode Penemuan Terbimbing merupakan metode yang banyak melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Metode ini pada pelaksanaannya melibatkan siswa untuk menemukan konsep berdasarkan petunjuk guru. Guru membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep. Dalam menemuan suatu konsep, siswa belajar bersama anggota kelompoknya. Hal tersebut untuk memudahkan siswa dalam bertukar pikiran.
3. Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru-guru di sekolah. Dimana guru berperan aktif dalam menjelaskan materi ketika pembelajaran sedang berlangsung. Siswa mendengarkan apa yang
(26)
8 disampaikan oleh guru, kemudian guru memberikan kesempatan untuk bertanya, dan setelah itu siswa diberikan soal-soal latihan untuk melihat kemampuan siswa setelah pembelajaran.
4. Kemampuan Pemahaman Konsep adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang memuat indikator kemampuan pe-mahaman konsep.
Adapun indikator pemahaman konsep matematis siswa mengacu pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, yaitu:
a. Menyatakan ulang sebuah konsep;
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
(27)
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004: 7) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Siddiq (Rahayuningtyas, 2010: 7) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, terjadinya pembelajaran apabila terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Sumber belajar dalam pembelajaran juga diperlukan untuk acuan pendidik dalam memberikan ilmu pendidikan.
Menurut Hamalik (2002: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam memperoleh pembelajaran di suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran dapat belangsung, maka harus ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang berperan sebagai perancang, penilai proses dan hasil
(28)
10 pembelajaran. Agar menghasilkan hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam kelas sesuai karakter siswa dan kondisi kelas. Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas seluas-luasnya untuk belajar. Proses pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Ketika siswa aktif dalam pembelajaran, maka dapat terlihat bahwa banyak hal yang mulai didapatkan siswa dari pembelajaran tersebut. Banyaknya siswa yang bertanya dalam proses pembelajaran, menggambarkan bahwa keingintahuan siswa tinggi terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Huda (2013: 38) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif. Pembelajaran dihasilkan melalui keterlibatan aktif individu dalam merefleksikan pengalaman dan tindakan yang ia praktikkan di lingkungan tertentu. Oleh sebab itu, siswa harus aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang optimal dari apa yang telah ia pelajari.
Sutikno (2005: 25) berpendapat bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dapat berpengaruh pada minat siswa untuk belajar. Siswa akan lebih antusias belajar ketika suasana belajar menyenangkan tidak membuat siswa takut dalam bertanya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
(29)
11 Lebih lanjut, Sutikno (2005: 88) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat men-capai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dari pendapat tersebut, maka guru diharapkan dapat merencanakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah sehingga dapat berpengaruh juga terhadap hasil belajar yang diharapkan.
Simanjuntak (1993: 80) mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.
Menurut Mulyasa (2006: 193), pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang cocok dengan karakter siswa dan kondisi kelas. Dengan demikian, pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif dilihat dari dua aspek, yaitu apabila pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dan siswa yang tuntas belajar mencapai persentase yang diharapkan, yaitu lebih dari atau sama dengan 60%.
(30)
12 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkaan. Keberhasialan suatu pembelajaran dalam penelitian ini diukur dari indikator-indikator pemahaman konsep matematis serta persetase ketuntasan belajar siswa mencapai 60%.
B. Metode Penemuan Terbimbing
Proses pembelajaran metode penemuan merupakan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis serta logis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan bimbingan seorang guru. Suryosubroto (2006: 193) mengemukakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dalam pembelajaran, guru memperkenalkan siswa-siswanya untuk menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Metode penemuan ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut tingkat perkembangan intelektualnya. Siswa memiliki sifat yang aktif, ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu situasi secara utuh, dan bertanggung jawab terhadap sesuatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing, siswa diberikan lembar kerja yang dikerjakan secara berkelompok. Hal tersebut bertujuan agar siswa mudah bertukar pendapatnya. Guru sebagai fasilitator ketika pembelajaran sedang berlangsung. Guru membatu hal-hal sulit yang ditemukan oleh siswa ketika akan menemukan suatu konsep. Hal ini sependapat dengan Hudojo (1984: 5) menegaskan bahwa siswa memerlukan bimbingan setapak demi setapak untuk mengembangkan kemampuan memahami
(31)
13 pengetahuan baru. Sehingga siswa bereksperimen untuk menemukan suatu konsep. Pembelajaran juga berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk memiliki keingintahuan yang besar agar suatu konsep dapat ditemukan.
Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Sanjaya (2014) dan Rahmawati (2013) bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Karena salah satu kelebihan metode penemuan terbimbing, yaitu siswa menemukan konsep sendiri melalui bimbingan guru. Selama proses penemuan suatu konsep, siswa akan mengingat langkah-langkah apa saja yang dilalui utnuk mencapai tujuan penemuan konsep. Sehingga, apa yang telah ditemukan akan lebih lama ada diingatan siswa. Menemukan konsep sendiri juga memiliki rasa kepuasan tersendiri bagi siswa, karena siswa beranggapan bahwa dirinya memiliki potensi dalam diri untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan bimbingan guru.
Metode penemuan sebagai prosedur pembelajaran yang mempunyai tekanan siswa berlatih cakap mencapai tujuan dan siswa aktif mengadakan percobaan atau penemuan sendiri sebelum membuat kesimpulan dari yang dipelajari. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2002 : 22) yakni dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri. Dengan demikian, guru tidak langsung menyajikan rumus yang sudah ada. Namun guru memberi arahan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri rumus yang
(32)
14 akan digunakan. Untuk membuktikan apakah rumus yang ditemukan oleh siswa itu bernilai benar, maka guru memberi latihan soal sebagai latihan.
Menurut Gorman (Kasto, 2009: 25) bahwa pembelajaran dengan metode discovery (penemuan) dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan terbimbing). Guided discovery (penemuan terbimbing), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang dicarinya, memecahkan masalah dan menyusun kembali data-data sehingga membentuk konsep baru. Proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menitik beratkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dalam hal ini daftar kegiatan yang telah dipersiapkan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan Menurut Nasution dan Budiastra (Rahayuningtyas, 2010: 13-14) sebagai berikut:
(a) Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa, (b) Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, (c) Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya, mencoba sendiri atau melakukan percobaan, (d) Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan kemudian diolah, (e) Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban dari masalah di atas, kemudian ditarik kesimpulan umum.
Sedangkan pendapat dalam Widdiharto (2004: 5) agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru matematika sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
(33)
15 menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
2. Dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses, meng-organisasi data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.
3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil yang dilakukannya. 4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di
atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenran konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga pada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru memberikan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa hasil kebenaran dari penemuan.
Guru dapat melakukan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran di atas agar pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing dapat berjalan efektif. Namun, ada beberapa prinsip dalam metode penemuan terbimbing agar guru memahami cara belajar menggunakan metode penemuan terbimbing. Secara umum prinsip penemuan diungkapkan dalam Khotimah (2014: 15) sebagai berikut:
1. Siswa akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang mem-bingungkan/ kurang jelas;
2. Dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka;
3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki;
(34)
16 Menurut Abidin (2011) metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari penerapan metode penemuan terbimbing, yaitu:
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan ke-mampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya;
2. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat;
4. Siswa yang memperoleh pengetahunnya dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuan keberbagai konteks;
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Sementara kelemahan dari penggunaan metode penemuan terbimbing dalam Rahmawati (2014: 34) adalah: (a) untuk materi tertentu waktu lebih banyak tersita; (b) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah; (c) tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode penemuan terbimbing.
Dari pemaparan di atas, semua metode pastilah memiliki kelebihan dan kele-mahan. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran juga bergantung pada kerja sama antara guru dengan murid bukan hanya dari suatu metode yang diterapkan. Kelebihan dari metode penemuan terbimbing diharapkan bisa memberikan hasil positif terhadap peneitian yang akan dilakukan. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan bahan pengetahuan dan pembelajaran dalam penelitian.
(35)
17 Penemuan terbimbing pada penelitian ini adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memahami suatu konsep dengan cara menemukan sendiri konsep tersebut dengan bantuan bimbingan guru. Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing juga siswa belajar dengan membentuk kelompok-kelompok kecil agar memudahkan siswa dalam berdiskusi untuk menemukan konsep.
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, metode penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
C. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang paling umum dilaku-kan oleh guru di sekolah-sekolah. Menurut Sanjaya (2009: 177), pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Dalam pembelajaran konvensional guru yang berperan aktif pada proses pembelajaran. Guru menjelaskan dengan cara berceramah, memberikan contoh, kemudian siswa diberikan latihan, sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Guru juga menyediakan waktu untuk tanya jawab, namun untuk siswa yang kurang aktif akan cenderung diam dan menyimpan pertanyaannya, sehingga dalam menyelesaikan pekerjaan
(36)
18 dari guru siswa tersebut sering mengandalkan jawaban teman yang telah paham materi pembelajaran.
Menurut Depdiknas (2004: 51) dalam pembelajaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang menolelir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pensil tes yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Ruseffendi (2005: 17) menjelaskan pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.
Djamarah dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran konvensional yaitu tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien dari pada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan guru mudah menguasai kelas. Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional yaitu siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru.
D. Pemahaman Konsep Matematis
Belajar matematika merupakan proses aktif siswa untuk memahami konsep-konsep matematika. Hal ini berarti, bahwa belajar matematika merupakan proses untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki.
(37)
19 Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, maka siswa harus memahami konsep-konsep matematika terlebih dahulu.
Sardiman (2007: 42) mengungkapkan pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.
Sagala (2008: 71) menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hokum, dan teori. Lebih lanjut Wardhani (2008: 8) mengatakan bahwa konsep atau ide (abstrak) adalah yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek.
Menurut Jihad dan Haris (2012: 149) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.
Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis adalah pengetahuan atau pemikiran yang telah dimiliki oleh seseorang dalam mengemukakan ide atau gambaran yang berkaitan dengan matematika
Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu:
(38)
20 a. Menyatakan ulang sebuah konsep;
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu;
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki anak dengan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan mereka temukan dalam proses pembelajaran.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Sanjaya (2014) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Penemuan
Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”. Desain
penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK YPT Pringsewu tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam lima belas kelas, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 3 sebagai kelas eksperimen dan X TKR 1 sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive random sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
(39)
21 2. Rahmawati (2013) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Penemuan
Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Katibung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan sebagai sampel penelitian adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dan ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa metode penemuan terbimbing efektif diterapkan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
F. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode penemuan terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa.
Perbedaan metode pembelajaran yang ada di kelas dapat berpengaruh pada pemahaman konsep yang akan diterima oleh siswa itu pula. Ketika siswa dapat menemukan konsep dengan bimbingan guru, maka siswa akan lebih lama
(40)
22 mengingat apa yang telah ia temukan. Lain hal nya ketika siswa hanya menerima apa yang diberikan guru. Siswa yang memiliki daya ingat rendah akan cepat melupakan apa yang telah diberikan.
Dalam memilih suatu metode pembelajaran di kelas, guru harus pandai memilih metode yang cocok untuk menyampaikan suatu materi. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk materi yang akan disampaikan. Guru juga harus mampu menyesuaikan kondisi kelas agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Guru dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
Pembelajaran yang banyak melibatkan siswa akan lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis. Siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran akan lebih mengingat apa yang telah dipelajari, dibandingkan siswa yang hanya mendengarkan guru menjelaskan materi di depan kelas. Siswa yang hanya mendengarkan saat pembelajaran, cenderung menirukan apa yang telah guru berikan. Sehingga ketika guru mengganti sebuah konsep, maka siswa akan sulit mengerti.
Salah satu metode yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing. Banyak faktor yang membedakan cara belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dengan pembelajaran konvensional. Salah satunya adalah dalam metode penemuan terbimbing siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanyalah sebagai fasilitator, yaitu membimbing siswa. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional guru
(41)
23 sangatlah berperan aktif dalam pembelajaran, siswa hanya mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh guru.
Selama pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing siswa tidak menemukan konsep sendiri, tetapi dengan cara bekerja dengan anggota kelompoknya. Proses belajar dengan berkelompok dapat memudahkan siswa untuk bertukar pikiran, sehingga tujuan pembelajaran mudah dicapai secara bersama-sama. Siswa yang kemampuannya tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Guru dapat membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk memudahkan siswa dalam proses penemuan. Di dalam LKK, guru memberikan langkah-langkah untuk mempermudah siswa dalam menemukan suatu konsep. Guru harus memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Bimbingan guru bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan. Dalam langkah-langkah metode penemuan terbimbing, siswa tidak hanya menemukan suatu konsep saja. Guru juga memberikan beberapa latihan soal berkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Hal itu bertujuan untuk memantapkan atau menguji pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang telah ditemukannya. Selain itu, latihan soal yang diberikan pada siswa dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa melalui proses penemuan yang telah dilakukan siswa.
Setelah memberikan latihan soal, siswa bersama guru mengkonfirmasi kebenaran hasil yang telah didapat. Hal tersebut dilakukan dengan cara membacakan hasil
(42)
24 kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas. Siswa yang memiliki jawaban lain diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah ia dapatkan dari kerja sama kelompoknya. Konfirmasi bertujuan untuk menyatukan pikiran atau pendapat yang telah didapatkan dari kerja kelompok.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, metode penemuan terbimbing lebih melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa menemukan suatu konsep dengan bimbingan guru, sehingga siswa lebih mengingat konsep yang telah ia temukan. Hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Sehingga pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
G. Anggapan Dasar
Peneliatian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut :
1. Setiap peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi ajar dan kurikulum yang sama.
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing tidak diperhatikan.
H. Hipotesis
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
(43)
25 1. Hipotesis Umum
Pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
a. Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Persentase siswa yang tuntas (memperoleh nilai tidak kurang dari 70) mencapai 60%.
(44)
III.METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung yang terdiri dari sepuluh kelas, yaitu kelas VIII-A sampai kelas VIII-J dan tidak memiliki kelas unggulan. Seluruh kelas memiliki rata-rata kemampuan yang sama.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purpossive random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atas dasar pertimbangan bahwa kelas yang dipilih adalah kelas yang diasuh oleh guru yang sama dan memiliki rata-rata kemampuan yang setara. Teknik ini dilakukan secara bertahap, yaitu menghitung rata-rata nilai mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 setiap kelas pada populasi, memilih kelas yang diajar oleh guru yang sama, lalu mengambil dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang memiliki nilai rata-rata hampir sama. Karena terdapat tiga kelas yang diajar oleh guru yang sama, maka diambil secara acak dua kelas diantara tiga kelas tersebut. Didapat sampel penelitiannya ialah kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai ujian mid semester 65,37 dan VIII-G sebagai kelas kontrol dengan nilai rata-rata ujian mid semester 66,67.
(45)
27
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment), karena penelitian ini ingin mengetahui adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Desain yang digunakan adalah post-test only control design, karena panelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Adapun desain penelitian Post-test Only Control Group Design (Sugiyono, 2009: 112) digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Hasil Tes
E X O1
K - O2
Keterangan:
E = Kelas yang menggunakan pembelajaran metode penemuan terbimbing K = Kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional
X = Perlakuan pada kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing
O1 = Hasil tes pada kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing
O2 = Hasil tes pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Perencanaan
(46)
28 a. Melihat kondisi lapangan, seperti terdapat berapa kelas, jumlah siswa,
serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran. b. Menentukan sampel penelitian.
c. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing dan RPP dengan pembelajaran konvensional serta Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing.
d. Membuat instrumen penelitian. e. Menguji coba instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
b. Mengadakan post-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Mengambil kesimpulan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh dari tes kemampuan
(47)
29 pemahaman konsep matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran dengan materi Garis Singgung Lingkaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data berupa tes. Tes yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Instrumen tes berupa soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal.
F. Instrumen Penelitian
Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi garis singgung lingkaran. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes uraian yang terdiri dari 5 soal. Tes uraian yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal dengan bentuk seperti ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki.
Sebelum soal diujikan ke kelas eksperimen dan kontrol, soal diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba, yaitu kelas yang berada di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut untuk melihat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari soal post-test. Materi yang diambil untuk tes tersebut adalah Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis, dibahas, dan disimpulkan. Adapun kelebihan tes bentuk uraian menurut Arikunto (2011: 163) adalah :
1. Mudah disiapkan dan disusun.
2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
(48)
30 3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam Sartika (2011: 22) pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
No Indikator Ketentuan Skor
1. Menyatakan ulang sebuah konsep.
a. Tidak menjawab. 0
b.Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah. 1 c.Menyatakan ulang sebuah konsep dengan
benar. 2
2.
Mengklarifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.
a. Tidak menjawab. 0
b. Mengklarifikasi objek menurut sifat tertentu
tetapi tidak sesuai dengan konsepnya. 1 c. Mengklarifikasi objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya. 2
3.
Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis etapi salah. 1
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar. 2
4.
Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
a. Tidak menjawab. 0
b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah. 1
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar. 2
5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
a. Tidak menjawab. 0
b. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah tetapi tidak tepat. 1 c. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke
(49)
31 G. Analisis Instrumen Tes
1. Validitas
Dalam Jihad dan Haris (2012: 179) validitas isi bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang dibuat. Validitas isi dari suatu tes kemampuan pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes pemahamn konsep tersebut atau belum terwakili.
Kevalidan isi dari tes kemampuan pemahaman konsep ini terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian selanjutnya dikonsultasikan kepada guru mitra. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid. Pengesahan (validasi) isi pada dasarnya dan terpaksa didasarkan pada pertimbangan, dan pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk setiap situasi.
Selanjutnya instrumen tes diujicobakan pada kelompok siswa yang berada di luar sampel penelitian. Uji coba instrumen tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, tingkat kesukaran butir tes, dan daya beda butir tes. Dalam penelitian ini, uji coba soal dilakukan di kelas IX SMP Negeri 10 Bandarlampung.
(50)
32 Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid (lihat Lampiran B.6).
2. Reliabilitas
Menurut Jihad dan Haris (2012: 180) reliabilitas soal merupakan ukuran yang digunakan menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Sifat ini penting dalam segala jenis pengukuran. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2011: 86). Dengan kata lain, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang ajeg atau tetap. Untuk keperluan menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk uraian didasarkan pada pendapat Arikunto (2011: 109) yang menyatakan bahwa untuk mencari nilai reliabilitas, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut :
=
[
] [
∑
]
Keterangan :
= koefisien reliabilitas yang dicari
n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total
Nilai reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011: 195) disajikan padaTabel 3.3
(51)
33 Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Realibilitas
Nilai Keterangan
r11 < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11 < 1,00 Sangat tinggi
Arikunto (2011: 112) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik apabila
memiliki interpretasi nilai koefisien reliabilitas ≥ 70.
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang baik sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.
3. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah, sedang, atau sukar. Menurut Arikunto (2011: 207) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Arikunto (2011: 208) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:
P =
Keterangan :
(52)
34 B = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal
Js = jumlah skor maksimal pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran butir soal menurut Sudijono (2008: 372) digunakan kriteria indeks tingkat kesukaran yang tertera dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 15 Sangat Sukar
0,16 ≤ TK ≤ 30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 85 Mudah
0,86 ≤ TK ≤ 100 Sangat Mudah
Butir-butir soal tes dalam penelitian ini mengambil nilai tingkat kesukaran dengan interpretasi sedang. Karena Arikunto (2011: 210) berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70. Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba No. Butir
Item Indeks TK Interpretasi
1 0,633 Sedang
2 0,691 Sedang
3 0,674 Sedang
4 0,677 Sedang
5 0,654 Sedang
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran instrumen tes memiliki interpretasi sedang untuk semua soal, maka instrumen tes telah memenuhi kriteria tingkat kesukaran soal sesuai dengan kriteria yang digunakan.
(53)
35 Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.3.
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Menurut Arikunto (2011: 212) untuk kelompok kecil (kurang dari 100) seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Menurut Arikunto (2011: 213), rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:
Keterangan :
DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA : Rata-rata nilai kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata nilai kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : Skor maksimum butir soal yang diolah
Untuk menginterpretasi hasil perhitungan daya pembeda butir soal digunakan kriteria indeks daya pembeda yang menurut Arikunto (2011: 218) seperti teretera dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda
Skor Interpretasi
Sangat buruk
Buruk
Cukup baik, perlu direvisi
Baik
(54)
36
Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda > 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba
No. Butir Item Indeks DP Interpretasi
1 0,327 Baik
2 0,334 Baik
3 0,321 Baik
4 0,327 Baik
5 0,366 Baik
Berdasarkan Tabel 3.7 daya pembeda butir item soal yang diperoleh dari semua soal memenuhi kriteria daya pembeda soal sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.3. H. Analisis Data
Untuk data skor post-test siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata. Sebelum melakukan analisis kesamaan dua rata-rata perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor pemahaman konsep sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
(55)
37
penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 272-273) adalah:
a. Hipotesis
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Taraf signifikan: α = 0,05 c. Statistik uji
∑
Keterangan:
x2 = harga chi-kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
k = banyak kelas interval d. Keputusan uji
Statistik di atas berdistribusi chi-kuadrat dengan dk = (k – 3). Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika x2hitung≥ x2(1-α)(k-3), dengan taraf nyata α = 0,05
untuk pengujian. Dalam hal lainnya, H0 diterima. Hasil perhitungan uji
normalitas dapat disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Pembelajaran Keputusan Uji Penemuan Terbimbing 6.0056
7,81 Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Konvensional 3.6377
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing
(56)
38 2 2 2 1
s
s
F
memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0
diterima. Data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional juga memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian, data
kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol (H0) dan tandingannya (H1) menurut Sudjana (2005:
249-250) sebagai berikut:Hipotesis
Ho : (kedua populasi memiliki varians yang sama)
H1 : (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)
Satitistik uji: dengan ) 1 ( . . 2 2 2
n n x f x f n S i i i i Keterangan:S12 = varians terbesar
S22 = varians terkecil
(57)
39 xi = tanda kelas
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika F ≥ F⅟₂α (n1 - 1 , n2 – 1) unuk taraf nyata α =
0,05, dimana diperoleh dari daftar distribusi F. Untuk n1-1 adalah dk pembilang
(varians terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).
Setelah dilakukan uji normalitas, data post-test dari siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Pembelajaran Varians (s2) dk Kriteria Uji Penemuan
Terbimbing 110 27 1,81 1,88 memiliki varians kedua populasi yang sama
Konvensional 199 26
Berdasarkan Tabel 3.9, bahwa nilai Fhitung untuk data post-test dari siswa yang
mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih kecil dari Ftabel , dengan taraf =
0,05 dan dk = (26,27). Karena Fhitung < Ftabel, maka terima H0 diterima, artinya
kedua populasi mempunyai varians yang sama. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.8.
3. Uji Hipotesis
Pada uji normalitas dan homogenitas data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen.
(58)
40 Sehingga untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005: 243) adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional) H0 : µ1 > µ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional) b. Taraf Signifikan: α = 5%
c. Statistik Uji: t = ̅ ̅
√ dengan =
d. Kriteria Uji: terima H0 jika thitung , dimana didapat dari daftar
distribusi t dengan dk = (n1 + n2– 2) dan peluang ( . Untuk harga-harga
t lainnya H0 ditolak.
4. Uji Proporsi
Karena data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari popu-lasi yang berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji proporsi. Untuk mengetahui besarnya persentase siswa yang memahami konsep dalam pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih dari 60%,
(59)
41 dilakukan uji proporsi yang menggunakan uji proporsi satu pihak. Rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis sama
dengan 60%)
H1 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis lebih
dari 60%)
Statistik yang digunakan dalam uji ini dalam Sudjana (2005:233-234) adalah:
⁄ √ ⁄
Keterangan:
x : banyaknya siswa yang tuntas dengan metode penemuan terbimbing. n : banyaknya sampel pada kelas eksperimen
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikansi , dengan peluang
dengan kriteria uji: tolak H0 jika , dimana
didapat dari daftar normal baku dengan peluang . Untuk
(60)
51
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru metode penemuan terbimbing hendaknya digunakan sebagai salah
satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa agar mencapai hasil yang optimal dan suasana kelas yang kondusif.
2. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai metode penemuan terbimbing agar melakukan penelitian pendahuluan untuk mengkondisikan kelas yang akan dipakai untuk peneitian. Hal tersebut bertujuan untuk membiasakan siswa-siswa dalam menerima pembelajaran
(61)
52 dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Sehingga ketika penelitian berlangsung, pembagian waktu yang telah ditentukan dapat berjalan dengan optimal.
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2011. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No.506/C/Kep/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Disdikprov. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lampung: Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
_____________. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hudojo, Herman. 1984. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
Jihad, Asep., dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo.
Kasto. 2009. Perbandingan keefektifan metode penemuan terbimbing dan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau
(63)
54 dari motivasi belajar siswa. Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://digilib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.
Khotimah, Khusnul. 2014. Penerapan Model Student Teams Achievement
Divisions(Stad) Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di Kelas Xi Ips 1 Sma Islam 1 Surakarta Tahun
Pelajaran 2012/2013. (Tesis). [Online]. Diakses di
http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=39366 pada 11 Januari 2015.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
TIMSS. 2011. TIMSS 2011 Mathematics Achievement. [Online]. Diakses di https://timssandpirls.bc.edu/ pada 17 Februari 2015.
OECD. 2012. Pisa 2012 Results In Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do With What They Know. [Online]. Diakses di
http://www.oecd.org/pisa pada 17 Februari 2015.
Rahayuningtyas, Dwi. 2010. Peningkatan prestasi belajar siswa tentang konsep gaya pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas v SD Negeri Somongari Purworejo tahun pelajaran 2009 / 2010. (Tesis). [Online]. Diakses di
http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=13168 pada 11 Januari 2015.
Rahmawati, Ari Dwi. 2013. Efektivitas Penerapan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.
Rahmawati, Yusnita. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Dengan Pendekatan Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (Savi). Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://dglib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.
Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Bandung: Tarsito.
(1)
41 dilakukan uji proporsi yang menggunakan uji proporsi satu pihak. Rumusan hipotesis sebagai berikut:
H0 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis sama dengan 60%)
H1 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis lebih dari 60%)
Statistik yang digunakan dalam uji ini dalam Sudjana (2005:233-234) adalah:
⁄
√ ⁄ Keterangan:
x : banyaknya siswa yang tuntas dengan metode penemuan terbimbing.
n : banyaknya sampel pada kelas eksperimen
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikansi , dengan peluang dengan kriteria uji: tolak H0 jika , dimana didapat dari daftar normal baku dengan peluang . Untuk hipotesis H0 diterima.
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru metode penemuan terbimbing hendaknya digunakan sebagai salah
satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa agar mencapai hasil yang optimal dan suasana kelas yang kondusif.
2. Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai metode penemuan terbimbing agar melakukan penelitian pendahuluan untuk mengkondisikan kelas yang akan dipakai untuk peneitian. Hal tersebut bertujuan untuk membiasakan siswa-siswa dalam menerima pembelajaran
(3)
52 dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Sehingga ketika penelitian berlangsung, pembagian waktu yang telah ditentukan dapat berjalan dengan optimal.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2011. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP
No.506/C/Kep/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Depdiknas.
Disdikprov. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lampung: Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
_____________. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hudojo, Herman. 1984. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.
Jihad, Asep., dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo.
Kasto. 2009. Perbandingan keefektifan metode penemuan terbimbing dan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau
(5)
54
dari motivasi belajar siswa. Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://digilib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.
Khotimah, Khusnul. 2014. Penerapan Model Student Teams Achievement
Divisions(Stad) Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di Kelas Xi Ips 1 Sma Islam 1 Surakarta Tahun
Pelajaran 2012/2013. (Tesis). [Online]. Diakses di
http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=39366 pada 11 Januari 2015.
Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
TIMSS. 2011. TIMSS 2011 Mathematics Achievement. [Online]. Diakses di https://timssandpirls.bc.edu/ pada 17 Februari 2015.
OECD. 2012. Pisa 2012 Results In Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do With What They Know. [Online]. Diakses di
http://www.oecd.org/pisa pada 17 Februari 2015.
Rahayuningtyas, Dwi. 2010. Peningkatan prestasi belajar siswa tentang konsep gaya pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas v SD Negeri Somongari Purworejo tahun pelajaran 2009 / 2010. (Tesis). [Online]. Diakses di
http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=13168 pada 11 Januari 2015.
Rahmawati, Ari Dwi. 2013. Efektivitas Penerapan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi).
Bandarlampung: Universitas Lampung.
Rahmawati, Yusnita. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Dengan Pendekatan Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (Savi). Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://dglib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.
Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Bandung: Tarsito.
(6)
Sanjaya, Arief Ageng. 2014. Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi).
Bandarlampung: Universitas Lampung.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Sartika, Dewi. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipa TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Skripsi Unila: Tidak diterbitkan.
Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeda.
Suryosubroto, B. 2006. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Pres.
Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Widdiharto, Rachmadi. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika.