EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO
STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2013/2014)

Oleh
Desy P Herdyen

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran TSTS ditinjau dari pemahaman
konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri 21 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 siswa sebanyak
192 siswa dan terdistribusi dalam 8 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah
siswa kelas VIII G yang diambil secara acak. Desain penelitian ini adalah one
group posttest only design.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


berupa soal tes pemahaman konsep matematis sebanyak lima soal. Berdasarkan
hasil analisis data, persentase siswa yang memahami konsep matematis yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih dari 70% yaitu 95,6%.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata Kunci : pemahaman konsep matematis, TSTS.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 Desember 1992 sebagai
anak pertama dari pasangan Bapak Hermansyah,S.E. dan Ibu Yenni Fitri,S.Pd.

Penulis telah menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak(TK) Kartika II-5
Bandar Lampung pada tahun 1998, pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kartika II-5
Bandar Lampung pada tahun 2004, pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pada tahun 2013 penulis
mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Empulau Ulu,
Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan mengikuti program
Pengalaman Praktek Lapangan (PPL) di SMA N 1 Liwa, Kabupaten Lampung
Barat. Penulis menyelesaikan studinya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung setelah menulis skripsi dengan judul ”Efektivitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Ditinjau Dari
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”. Dalam menyelesaikan
skripsinya penulis melakukan penelitian di SMP N 21 Bandar Lampung.

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan segala
kerendahan hati, skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda Hermansyah dan Ibunda Yenni Fitri tercinta yang selalu berjuang
untuk membesarkan dan mendidikku dengan kasih sayang yang luar biasa, yang
selalu mengajarkan keikhlasan, serta selalu menempaku untuk kuat dalam
menghadapi terjalnya kehidupan.

Salsabila Novi Yanti, Rizkya Nur Annisa, Sabrina Rahmadini dan Andika Andri

Yohan. Terimakasih atas doa, dukungun, kasih sayang, dan semangatnya sehingga
dapat diselesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabat dan orang yang kucintai.

Almamaterku tercinta.

Moto

“Saya Berjalan Lambat, Tetapi Saya Tidak Akan Mundur”
“Tataplah Ke Depan, Karena Kesuksesan Mu Hanya Ada Di Depan.
Teruslah Melangkah Dan Berusaha Karena Kesuksesan Akan Dapat
Teraih Dengan Kemauan Yang Kuat Dan Semangat Yang Tinggi”
(Penulis)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang
diharapkan.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir
guna memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu perlu koreksi dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
petunjuk, kritik, saran, dan partisipasi dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karea itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen
Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, menyumbangkan banyak ilmu,
memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi

terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran,
menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi dan semangat
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dra.Arnelis Jalil, M.Pd, selaku pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
5. Bapak Haninda Barata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Lampung.
6. Kedua orang tua tercinta Ayah Hermansyah S.E. dan Ibu Yenni Fitri S.Pd.
yang selalu mendidik, mendukung, mendoakan, memberikan motivasi,
nasihat, semangat, serta kasih sayangnya kepada penulis. Jasa kalian tak dapat
terbalas dengan apapun dan sampai kapanpun.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Ibu Hj. Yuliati, S.Pd, selaku kepala sekolah SMP Negeri 21 Bandar Lampung.
9. Ibu Kusnul Khotimah, S.Pd, M.Pd, selaku guru mitra yang telah banyak
membantu dalam penelitian.


iii

10. Siswa siswa SMP Negeri 21 khusus nya kelas VIII G yang telah membantu
penulis dalam penelitian.
11. Adik – adik tercinta Novi, Ica dan Sabrina yang selalu memberikan motivasi,
semangat, dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat tercinta, Anggi Oktaviarini Komara, Anniya Mutiara Tsani,
Ardiyanti, Elfira Puspita Wardani, Engla Ocatavia Aidi, Khairuntika dan Rika
Ridayanti, yang selalu memberikan semangat, kritik, saran, dan ide-ide
kreatifnya, serta mewarnai kehidupan kampusku. Semoga persahabatan ini
menyatukan kita sampai dikemudian hari. Sukses untuk kita.
13. Andika Andri Yohan yang selalu mendoakan, mendukung, memotivasi, dan
mendengarkan keluh kesah penulis. Terima kasih telah meluangkan waktu
untuk mengisi hari-hari bersamaku.
14. Keluarga Besar ku, terimakasih atas segala bantuan, dan dukungannya.
15. Masyarakat Way Empulau Ulu khususnya pihak-pihak yang telah membantu
penulis saat KKN dan PPL Guru di SMA N 1 Liwa, serta Karang Taruna,
maupun pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Sahabat tercinta Diasti Rastosari.
17. Teman – Teman mateamtika 2010 kelas A dan B yang telah bersama –sama
berjuang dalam masa perkuliahan.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iv

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandarlampung,
Penulis,

Desy P Herdyen

v

Oktober 2014

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah .............................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

4

D. Kegunaan Penelitian .........................................................................


4

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran ...............................................................

7

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS .................................

9

3. Pemahaman Konsep Matematis ..................................................... 11
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 13
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 15


III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 16
B. Desain Penelitian ............................................................................... 17
C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 17
D. Data Penelitian ................................................................................... 18
E. Teknik Pengumpul Data .....................................................................

19

1. Teknik Pengumpul Data ................................................................

19

a. Validitas .....................................................................................

19

b. Reliabilitas Tes ..........................................................................


20

F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 21
1. Uji Normalitas ...............................................................................

22

2. Uji Hipotesis ..................................................................................

23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa .....................

24

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep.....................................

25

B. Pembahasan ........................................................................................ 26
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 29
B. Saran .................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 31
LAMPIRAN ........................................................................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus .........................................................................................

34

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................

37

A.3 Lembar Kerja Kelompok ...............................................................

61

B. Perangkat Tes
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post test .....................................................

90

B.2 Rubrik Skoring Test Pemahaman Konsep ..................................

91

B.3 Soal Post test ...............................................................................

92

B.4 Kunci Jawaban Post test .............................................................

94

C. Analisis Data
C.1 From Validitas Soal Post Test ....................................................

96

C.2 Uji Reabilitas Instrumen .............................................................

98

C.3 Pengujian Hipotesis .....................................................................

99

C.4 Analisis Uji Normalitas ...............................................................

100

C.5 Data Nilai Post test ......................................................................

104

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan
Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Tujuan nasional tersebut dapat dicapai melalui pendidikan.

Pada

dasarnya pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan,
wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan
usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui suatu proses
pembelajaran.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya guru,
siswa, dan lingkungan sekitar.

Dalam proses pembelajaran, guru harus

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat
meningkatkan keaktifan dan daya kreativitas.

Hal ini diharapkan dapat

berimplikasi terhadap pemahaman konsep yang dipelajari. Pemahaman konsep
matematika merupakan bagian penting dari hasil pembelajaran karena merupakan
dasar untuk belajar matematika secara bermakna.

2
Pada kenyataannya di Indonesia pemahaman konsep matematis siswa masih
rendah. Hal ini berdasarkan hasil survey TIMSS tahun 2011 bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika di Indonesia masih rendah. Hal ini diketahui
bahwa Indonesia berada diurutan ke 38 dari 42 negara peserta dengan rata-rata
skor siswa Indonesia untuk kelas VIII adalah 386. Skor ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2007, saat itu Indonesia menempati peringkat 33 dari
49 negara dengan skor 397. Sedangkan dalam studi ini rata-rata skor internasional
yang harus dicapai adalah 500. Dari hasil studi TIMSS tersebut dapat dilihat
bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di Indonesia masih
rendah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep matematis
siswa adalah kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran di kelas. Rendahnya pemahaman konsep yang diperoleh dengan
cara mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa melalui tes pemahaman
konsep sehingga dapat di lihat dari nilai ujian semester siswa. Proses
pembelajaran yang kurang baik mempengaruhi pemahaman konsep matematis
siswa. Proses pembelajaran yang dialami siswa itu sendiri dan pengetahuan yang
telah didapat oleh siswa di sekolah akan mudah dilupakan oleh siswa.
Akibatnya, selain rendahnya pemahaman konsep matematis siswa, siswa juga
tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran matematika. Rendahnya
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa juga terjadi di SMP Negeri 21
Bandar Lampung.

Hal ini didapat berdasarkan hasil observasi dengan guru

bidang studi matematika kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung. Hasil
observasi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan di SMP

3
Negeri 21 Bandar Lampung masih berupa pembelajaran konvensional, sehingga
siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran.

Pemahaman konsep bagi siswa penting, maka untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa diperlukan proses pengajaran yang baik.

Proses

pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu alternatif yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk membantu siswa memahami konsep
dengan baik. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang
diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar
anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok
dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat model pembelajaran kooperatif tipe Two
Ttay Two Stray (TSTS) yang tidak hanya membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan
kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran
kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran yang sistem belajaranya
yaitu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi
dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang
nantinya dua siswa bertugas sebagai pemeberi informasi dari tamunya, dan dua
siswa lagi bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah. Model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS menekankan pada pemberian dan pencarian informasi
kepada kelompok lain. Dengan begitu, tentunya siswa dihadapkan pada kegiatan
mendengarkan apa yang di utarakan oleh temanya ketika sedang bertamu, yang

4
secara tidak langsung suswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan
oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
efektifvitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari pemahaman
konsep matematis terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung
Pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21
Bandar Lampung ?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

5
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan masukan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep
matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
2. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :
a. Bagi sekolah, diharapkan menyumbangkan pemikiran ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan matematika.
b. Bagi guru, diharapkan menjadi alternatif dalam menggunakan model
pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis siswa.
c. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini dapat diharapkan sebagai bahan
referensi bagi penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh
atau akibat, selain itu efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Efektivitas pembelajaran ditinjau dari: Aspek hasil pembelajaran terhadap
pemahaman konsep matematis siswa.

2.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay To Stray adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang member kesempatan kepada kelompok untuk
membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu
kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai

6
pemeberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu ke kelompok
lain secara terpisah.

3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa untuk dapat
mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide –
ide matematika dan sesuai dengan indikator kemapuan pemahaman konsep
dalam penelitian merujuk pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen
Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 yaitu,
Menyatakan ulang sebuah konsep,

Mengklasifikasi obyek-obyek menurut

sifat-sifat tertentu, Memberi contoh dan non contoh dari konsep, Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, Mengembangkan
syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan,
dan memilih prosedur atau operasi tertentu pada materi kubus dan balok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti
mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan
dengan memberikan hasil yang memuaskan.

Efektivitas adalah bagaimana

seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk
memperoleh hasil yang baik. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian
antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Hamalik (2002:171) menyatakan bahwa

“pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk
belajar”. Dengan kata lain, suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa
secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya
pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.

Eggen dan Kauchak (Fauzi, 2002:2) mengemukakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan
penentuan informasi (pengetahuan).

Siswa tidak hanya pasif menerima

pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan

8
pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa.
Sedangkan menurut Simanjutak dalam Arifin (2010) juga menyatakan bahwa
suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan
apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai.
Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat
kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa.

Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan krtuntasan
minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan
ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing –
masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan
berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang
berbeda–beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda–beda. Ketuntasan belajar
siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup
semua kemampuan matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa.
Dalam penelitian ini, kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah
tempat penelitian adalah lebih dari 70.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah suatu ukuran keberhasilan dari suatu pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dilihat dari
pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep
matematis siswa mencapai 70% pada kelas yang diterapkan model pembelajran
kooperatif tipe TSTS.

9

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivitas. Pembelajaran ini
muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah
yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok adalah memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam proses berpikir di
pembelajaran. Selama bekerja dalam kelompok, tugas siswa dalam kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling
membantu teman sekelompoknya.
Sesuai dengan pendapat Suherman, dkk.

(2003:260) bahwa pembelajaran

kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Pembelajaran kooperatif

menuntut siswa untuk bekerjasama memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru dan menuntut siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
Rifaldi (2010:20) mengungkapkan bahwa:
“Kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan atas kerja
kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan
membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh
guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama
secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang
dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok
harus saling membantu menguasai bahan ajar”.

10
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan, pembelajaran kooperatif
adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur
sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota
bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk
meningkatkan pembelajaran lainnya Salah satu alternatif untuk pengajaran
tersebut adalah menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS).
Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal, dua
berkunjung) model ini dikembangkan oleh Kagan (1992), menurutnya bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak
didik.

Menurut Suprijono (2013:93-94), pembelajaran dengan model TSTS terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu:
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen.
2. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan
permasalahan kepada setiap kelompok kemudian mereka mendiskusikannya.
3. Setelah diskusi kelompok selesai, dua orang masing-masing kelompok
berkunjung ke kelompok lain untuk mengetahui hasil kerja kelompok lain.
Sedangkan, dua orang yang tinggal memiliki tanggung jawab untuk menerima
tamu dan membagikan hasil kerja kelompoknya kepada yang berkunjung.
Setelah selesai, dua tamu tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing.
4. Setiap kelompok membahas dan mencocokkan hasil kerja yang mereka
dapatkan.

11
Pangaribuan (2013:7) meyatakan:
“Kelebihan tipe two stay two stray yaitu (1) Terdapat pembagian kerja
kelompok yang jelas, (2) Siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dan (3)
Dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan susah diatur saat proses
belajar mengajar. Dijelaskan pula oleh Pangaribuan (2013:7) bahwa
Kelemahan tipe two stay two stray yaitu memerlukan waktu yang lama jika
tidak dapat mengontrol waktu dengan baik dan guru tidak dapat mengetahui
kemampuan siswa masing-masing dalam proses memberi dan mencari
informasi materi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, masing-masing
unsur yang terlibat harus dapat mengontrol waktu agar pembelajaran yang
dilakukan berjalan secara efektif”.
Jadi, pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang member kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan
informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat
siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemeberi informasi dari tamunya,
dan dua siswa lagi bertamu kekelompok yang lain secara terpisah. Pada saat
anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran
informasi yang bersifat saling melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksakan
maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi
baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai
tanggung jawab peseorangan. Implikasi selanjutnya adalah TSTS dapat membuat
siswa terbiasa untuk mengasah keterampilan berfikir dan menalar sehingga
tercapailah hasil belajar yang optimal.

3. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut
Sardiman (2004:42) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa
dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi

12
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Soedjadi (2000:13) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang
biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan definisi, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu
konsep yang didefinisikan.

Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. menurut Winkel
(2000:44) “konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama”.

Konsep matematika

disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk
mempelajari konsep selanjutnya. Ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hayso
dalam Wanhar (2008:30) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi
tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan
obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan
konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk
menjelaskan fakta.

Selain itu, Gagne dalam Wanhar (2008:31) menggolongkan konsep matematis
ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua, yaitu konsep berdasarkan pengamatan
dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematis
sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan hasil pembelajaran.

Dengan

pemahaman yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran
itu sendiri.

13

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes
pemahaman konsep. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 penilaian perkembangan anak
didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai
hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah:
“(1) Menyatakan ulang sebuah konsep: siswa mampu untuk mengungkapkan
kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya; (2) Mengklasifikasi
obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep: siswa
mampu mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifatsifat yang terdapat dalam materi; (3) Memberi contoh dan non-contoh dari
konsep: kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan
contoh dari suatu materi; (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis: siswa mampu untuk memaparkan sebuah konsep
secara berurutan yang bersifat matematis; (5) Mengembangkan syarat perlu
atau syarat cukup suatu konsep: siswa mampu untuk menyelesaikan soal
dengan tepat sesuai dengan prosedur; (6) Menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu: siswa mampu untuk menyelesaikan
soal dengan tepat sesuai dengan prosedur; (7) Mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah siswa mampu menggunakan konsep serta
prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan seharihari”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yangv telah
diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil
belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes
pemahaman konsep.

B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau
dari pemahaman konsep matematis siswa SMP ini terdiri dari satu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran

14
kooperatif tipe TSTS sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep
matematis siswa SMP.

Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan hal utama yang
perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa
guru harus mengembangkan minat dan aktivitas belajar siswa.
dengan

memilih

menyenangkan.

strategi

atau

model

pembelajaran

Salah satunya

yang

efektif

dan

Untuk dapat menguasai pemahaman konsep secara maksimal

lebih mudah dilakukan dengan cara bekerjasama (berdiskusi) dibandingkan
bekerja sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menjadi salah
satu solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari empat orang dengan konsep dua tinggal dan dua berkunjung.
Langkah-langkah model pembelajaran TSTS meliputi pembagian kelompok
secara heterogen beranggotakan empat orang lalu guru membagikan tugas yang
akan didiskusikan kepada kelompok masing-masing. Pada saat diskusi, siswa
saling bertukar ide dalam memecahkan masalah yang dapat mereka tuangkan
dalam bahasa matematis seperti simbol, ataupun diagram. Siswa dituntun untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya disini, karena mereka
bekerjasama mencoba menghubungkan ide-ide yang didapat dari masing-masing
siswa. Setelah selesai berdiskusi, dua orang dari setiap kelompok berkunjung ke
kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang akan
dikunjungi. Dalam kunjungan ke kelompok lain, komunikasi matematis siswa
juga digunakan karena siswa yang dikunjungi bertanggung jawab menyampaikan

15
hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang berkunjung. Apabila telah selesai,
dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok masing-masing
kemudian mereka membahas serta mencocokkan hasil kerja dan informasi yang
mereka dapatkan.

Dengan demikian diharapkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau
dari pemahaman kosep matematis siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) efektif ditinjau
dari pemahaman kosep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap
SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 siswa sebanyak 192
siswa dengan nilai rata-rata 47,76 yang terdistribusi dalam 8 kelas seperti pada
tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Distribusi Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 21
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014
NO.
Kelas
Banyak Siswa
Rata –rata nilai
1

VIII.A

24

50,2

2

VIII.B

23

47,9

3

VIII.C

24

48,8

4

VIII.D

25

47,5

5

VIII.E

22

47,1

6

VIII F

24

47,2

7

VIII G

24

47,2

8

VIII H

26

46,3

192

47,76

Populasi

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik random

sampling yaitu dengan mengambil satu kelas secara acak dari delapan kelas
VIIIA – VIIIH sehingga diperoleh kelas VIII G sebagai kelas sampel.

17

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
Budiyono (2003:82) menjelaskan bahwa tujuan penelitian eksperimen semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan sampel yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Sesuai dengan
penjelasan tersebut maka variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

Desain yang digunakan

adalah one group posttest only design yaitu peneliti hanya meneliti pada satu kelas
sampel saja dengan menerapkan model pembelajaran TSTS, dan di akhir
pertemuan diberikan posttest berupa tes kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa untuk mengetahui efektivitas pembelajaran TSTS ditinjau dari
pemahaman konsep matematika siswa.

C. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah dalam penelitian yang dilakukan memiliki beberapa tahapan
yang dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1)

Tahap Persiapan Penelitian
Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah :
a.

Observasi awal, melihat kondisi sekolah seperti jumlah kelas, jumlah
siswa, karakteristik siswa, dan cara guru mengajar di kelas VIII SMP
Negeri 21 Bandarlampung.

18

b.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian. RPP
ini dibuat sesuai dengan model yang akan digunakan selama penelitian ini, yaitu RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

c.

Memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai
keadaan lapangan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

d.
2)

Melakukan validasi instrumen dan uji coba soal tes (7 Maret 2014)

Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah :
a.

Memberikan perlakuan pada kelas sampel. Dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. (21 Maret – 2 Mei 2014)

b.
3)

Mengadakan posttest pada kelas sampel. (9 Mei 2014)

Tahap Analisis Data
Tahap-tahap analisis data penelitian ini adalah :
a.

Menganilisis data hasil penelitian.

b.

Menyusun hasil penelitian

c.

Menyimpulkan hasil penelitian.

D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang
diperoleh melalui tes pemahaman konsep setelah pembelajaran terhadap kelas
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

19

E. Teknik Pengumpul Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes tertulis,
yang dilakukan setelah pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep yang dibahas dalam pembelajaran.

1) Instrumen Tes

Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam
bentuk tes uraian.

Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan

pemahaman konsep. Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang digunakan
dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik.

Tes yang telah

disusun, diantaranya harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

a) Validitas

Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematika ini dapat diketahui dengan
cara membandingkan isi yang terkandung dalam instrumen tes pemahaman
konsep matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
Penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan indikator pembelajaran dilakukan
oleh guru mata pelajaran matematika. Penilaian terhadap kesesuaian isi instrumen
tes dengan kisi-kisi instrumen tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang
digunakan dalam instrumen tes dengan bahasa siswa, yang dilakukan dengan
menggunakan daftar check list ( ) oleh guru mata pelajaran matematika. Setelah
dikonsultasikan, diperoleh bahwa seluruh instrumen tes telah sesuai dengan kisi-

20

kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai dengan
kemampuan bahasa siswa.

b.) Reliabilitas Tes

Setelah dinyatakan valid, maka instrumen diuji cobakan. Penguji cobaan
instrumen dilakukan pada kelas setelah menempuh atau mempelajari materi.
Setelah dilakukan uji coba, langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil uji
coba untuk mengetahui reliabilitas. Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai
nilai reliabilitas yang tinggi apabila instrumen yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur apa yang hendak diinginkan.

Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha
dalam Arikunto (2005:109), yaitu:

r11

n
n 1

2

2
t

i

1

2
t

dengan

Keterangan :
= koefisien reliabilitas instrumen (tes)

n

= banyaknya butir soal (item)
= jumlah varians dari tiap-tiap item tes
= varians data total

N

= banyaknya data
= jumlah data total
= jumlah kuadrat data total

X i2
N

Xi
N

2

21

Lebih lanjut arikunto menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu
apabila r11 ≥ 0,70 berarti instrumen tes memiliki kriteria reliabilitas yang baik.
Berdasarkan ( Lampiran C.2 ) hasil perhitungan, diperoleh nilai (r11) adalah 0,72.
Nilai (r11) tersebut telah memenuhi kriteria reabilitas yang baik karena koefisien
reliabilitasnya lebih dari 0,70. Oleh karena itu, instrumen tes kemampuan
pemahaman konsep matematis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan
data.

F. Teknik Analisis Data

Data yang akan dianalisis adalah nilai tes pemahaman konsep matematika siswa.
Dari nilai tersebut pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar dengan model pembelajaran kooferatif tipe
Two Stay Two Stray lebih dari persentase siswa sebelum diberi perlakuan
pembelajaran kooferatif tipe Two Stay Two Stray. Pengujian pencapaian kriteria
efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Menurut Sudjana (2005:273), uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah
data populasi berdistribusi normal atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk uji ini

adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

22

Uji normalitas pada data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa juga
dilakukan dengan menggunakan rumus chi-Kuadrat:

Dengan:
X2 = harga Chi-kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapan
k = banyak kelas interval
Kriteria pengujian, jika x 2 hitung

x 2 tabel dengan taraf nyata 5%, maka data berasal

dari kelompok data yang berdistribusi normal. Dengan criteria uji yaitu data
berdistribusi normal jika x 2 hitung

x 2 tabel .

Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal kemampuan pemahaman
konsep matematis didapat hasil yang disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep
Matematis
Kelas
Keputusan Uji
Sampel

6,71

7,81

H0 diterima

Berdasarkan Tabel 3.2, dapat diketahui bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematis pada kelas sampel memiliki
dengan

= 5% berarti H0 diterima.

. Pada taraf signifikansi
Jadi, kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

23

2) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa data pemahaman konsep
matematis siswa berditribusi normal. Oleh karna itu dilakukan uji proposi.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.
H0 :

= 70 % (

= persentase siswa tuntas belajar )

H1 :

> 70 % (

= persentase siswa tuntas belajar )

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

Keterangan:
x
= banyak siswa tuntas belajar
n
= banyak sampel
0,70 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Menurut (Sudjana, 2005: 235) kriteria uji: tolak H0 jika zhitung ≥
taraf nyata 5%.
(0,5–α).

Harga z0,5

z 0, 5

dengan

dipilih dari daftar normal baku dengan peluang

29

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014. Hal ini ditunjukan oleh pencapaian persentase ketuntasan belajar siswa
pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS mencapai
persentase ketuntasan yang ditargetkan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Diharapkan agar guru mempertimbangkan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran dan mendengarkan pendapat siswa dalam
menentukan anggota kelompok untuk berdiskusi agar terjadi kerjasama yang
baik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guna
mencapai persentase ketuntasan yang ditargetkan.
2.

Diharapkan agar pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan
penelitian mengenai efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two

30
Stay Two Stray (TSTS) ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa,
hendaknya melakukan penelitian dengan waktu yang efektiv pelaksanaan
pembelajarannya memperoleh hasil yang optimal.

31

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2010. Meningkatkan Pemahaman Konsep Menghitung Volume Kubus Dan
Balok Melalui Representasi Enaktif, Ikonik, dan Simbolit Pada Siswa Kelas V
A SD Negeri 8 Manggoda Kota Kendari. (Online) Tersedia: http://arifin –
penelitian.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-pemahaman-konsep.html (27
Agustus 2014)
Arikunto, suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi
Aksara
Budiyono. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya.
Depdiknas. 2004. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Fauzi, K. M. S. 2002. Pemebelajaran Matematika Realistik pada Pokok Bahasan
pembagian di SD. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Lie, A. (2007). ”Cooperative Learning”. Jakarta: Grasindo
Novalia, Herlin. 2013. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two
Stay Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Bandar Lampung;
Universitas Lampung.
Pangaribuan, Rismawaty. 2013. Model kooperatif tipe two stay two stray
meningkatkan aktivitas belajar PKN kelas IV SDN 11 Sungai Raya.
Pontianak: Skripsi Universitas Tanjung Pura.
Rifaldi, Muamar Agung. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two
Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa
Kelas X.5 SMAN 2 Junrejo, Kota Batu. [online]. Tersedia:
Http://Www.Academia.Edu/3501645/Penerapan_Pembelajaran_Kooperatif_

32
Model_Two_Stay_Two_Stray_Tsts_Untuk_Meningkatkan_Aspek_Kognitif_
Dan_Aspek_Afektif_. [14 Juni 2014].
Sardiman, AM. 2004. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Maematika Di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. PT Tasito. Bandung. Edisi Keenam.
Suherman, E, Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICA
UPI.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Leraning Teori dan Pembelajaran PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

TIMSS and PIRLS. 2011. Relationships Among Reading, Mathematics, and
Science Achievement at the Fourth Grade-Implications for Early Learning
Michael and Mullis: TIMSS & PIRLS International Study Center. [online].
Tersedia:
http://timss.bc.edu/timsspirls2011/downloads/TP11_Relationship_Report.pdf.
[29 Agustus 2014].
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya :
Kencana Prenada Media Group.
Wanhar. 2008. Hubungan antara Pemahaman Konsep Matematis dengan
Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Fisika. [Online]. Tersedia:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13093035.pdf. (10 Febuari 2014)
Winkel,W.S. 2000. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia