BAB II KAJIAN TEORI
A. Tema
1. The Glory of Bharatayuda Seiring dengan perkembangan teknologi, kebudayaan, dan dunia
pendidikan banyak terjadi pergeseran nilai-nilai seperti budi pekerti, moral, sopan santun, dan nilai budaya yang seakan luntur dari kehidupan
masyarakat terlebih remaja akibat kemajuan teknologi yang begitu pesat. Masyarakat khususnya remaja cenderung lebih memilih jenis-jenis hiburan
yang lebih modern, praktis, dan murah meriah. Selain itu saat ini masyarakat menjadi lebih terbuka dengan budaya baru yang identik
dengan modernisasi, seraya menanggalkan identitas budaya tradisi bangsa sediri. Salah satu seni Budaya Indonesia yang mulai ditinggalkan dan
dilupakan adalah wayang. Saat ini cerita wayang sudah jarang diminati oleh remaja. Hal ini dikarenakan telah tergesernya cerita wayang dengan
permainan yang lebih modern. Cerita wayang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan moral yang efektif, sehingga diharapkan cerita
wayang yang ditampilkan terdapat nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang dapat diserap oleh para remaja. Baik pesan secara positif maupun
negatif. Oleh sebab permasalahan-permasalahan di atas, maka Program
Studi Tata Rias dan Kecantikan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ingin menampilkan cerita wayang Bharatayuda. Cerita
Bharatayuda memiliki pesan moral yang baik dan menceritakan tentang
11
cinta tanah air, kesetiaan, keberanian dan segala bentuk kejahatan dan keangkuhan harus di musnahkan. Maka diapilih tema besar untuk
pagelaran tata rias dan kecantikan angkatan 2010 yaitu The Glory of Bharatayuda yang memiliki arti Keagungan dari peperangan dua keluarga
yang masih merupakan saudara satu ibu yang memperebutkan negara. 2. Sinopsis Cerita
Bharatayuda adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurushetra antara keluarga pandawa. Perang ini
merupakan klimaks
dari kisah
Mahabharata, yaitu
sebuah wiracarita terkenal dari India. Perang Baratayuda merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang dipimpin oleh
Puntadewa atau Yudistira melawan
sepupu mereka,
yaitu para Kurawa yang dipimpin oleh
Duryudana. Para Kurawa yang
menantang untuk bermain dadu, ternyata hanyalah sebuah jebakan bagi pandawa. Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus
menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata
di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Akhirnya keputusan
diambil lewat perang Baratayuda yang tidak dapat dihindari lagi. Perang Bharatayudha yang terjadi selama delapan belas tahun berhasil membunuh
banyak satriya Kurawa.
3. Karakter Tokoh Srikandi Srikandi atau Dewi Srikandi adalah salah satu tokoh di wiracerita
Mahabarata. Ia adalah puteri Raja Drupada dengan Dewi Gandawati dari kerajaan Panchala. Dikisahkan Srikandi lahir karena keinginan
kedua orangtuanya, Prabu Drupada dan Dewi Gandawati, yang menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Karena kedua
kakaknya, Drestadyumna dan Dropadi lahir dari upacara Putrakama Yadnya. Srikandi adalah istri dari Raja Arjuna. Srikandi merupakan
titisan Dewi Amba yang tewas terkena panah Bisma, kakek para Pandawa dan Kurawa. Srikandi memiliki tabiat seperti seorang pria
yaitu suka berperang. Ia memiliki watak yang mudah marah tetapi juga cepat reda, ia juga senantiasa menjaga kehormatan suaminya.
Dalam Mahabharata dikisahkan, di kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama Amba, yang cintanya ditolak oleh
Bisma. Amba yang merasa terhina, berdoa agar nantinya menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginan Amba terpenuhi dan ia
bereinkarnasi menjadi Srikandi. Dewi Srikandi senang dalam olah keprajuritan dan ia juga mahir
menggunakan senjata panah. Kepandaiannya dalam ilmu memanah di dapatnya dari Arjuna, yang kemudian menjadi suaminya. Namun, dari
pernikahan itu, mereka tidak dikaruniai seorang putera. Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak
sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian