GAMBARAN PENERAPAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY PADA
INDIVIDU YANG MENGALAMI ANXIETY DISORDER
Nancy Naomi GP Aritonang ABSTRACT
Anxiety is a negative emotion condition that happened when an individual can not do an anticipation to the worst dangered situation in the future. Anxiety being indigence or being
an anxiety disorder when happened intensely in particular period of time, also has negative impact to cognition dan perform functions. Anxiety disorders commonly have signed with
distorted cognitions or often called automatic thought by Beck. Handling anxiety disorder can be take placed with a few of psychotherapy, include Cognitive Behavior Therapy or CBT;
that focused to modified cognition directly, in order to being more rational or positive thought
This research using descriptive qualitative, in direction to acquire a descriptive applied CBT to an individual with anxiety disorder, which dynamic, broad and in-depth.
Subject in this research is an adult women, have been diagnosed with anxiety disorder, dan willing to go through Cognitive Restructuring Technique, that combined with Assertion
Trainning.
Applied CBT results show that CBT has positive impact in cognitions, emotions and behaviors changes of subjects. Through challenging processes, subject experience cognition
changes, from distored to rational thought, that subject feels worthy, also happened changes in negative emotions to being a more positive emotion, from an anxiety or fear of losses
being more pleasant and be grateful. Besides subject has changes in assertive behavior, who can refuse others demand directly.
Key words: Anxiety, Maladaptif Behavior, Cognitive Behavior Therapy, Cognitive Restructuring, Assertion Trainning
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Anxiety dapat muncul pada setiap orang, namun anxiety dapat menjadi suatu gangguan anxiety disorder apabila kecemasan terjadi tanpa adanya suatu ancaman atau bahaya yang
dapat dinilai; ataupun ketika kecemasan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi kognisi,
mengakibatkan hambatan memori, performa dan konsentrasi, serta mengancam kesejahteraan individu Keable, 1997. Penelitian d
i Amerika Serikat menemukan bahwa salah satu
masalah kesehatan mental terbesar di Amerika Serikat adalah anxiety disorder Kessler, et.all, 1994, dalam Accocela, 1996. The National Comorbidity Study Neale Kring
Davidson, 2004 juga melaporkan hasil penelitiannya bahwa satu dari empat orang didiagnosa mengalami setidaknya satu anxiety disorder. Fakta-fakta di atas menunjukkan
bahwa saat ini anxiety merupakan suatu fenomena yang umum. Anxiety Disorder merupakan reaksi individu ketika mempertimbangkan dirinya
berada dalam keadaan bahaya, yang ditandai dengan pikiran berulang tentang kematian, atau tentang terjadinya peristiwa-peristiwa yang membahayakan di waktu yang akan datang,
sehingga individu kehilangan objektifitas dalam mengevaluasi kecemasan yang tidak beralasan, serta cenderung melakukan generalisasi pada stimulus yang diterima Beck, 1976.
Selain itu, anxiety dapat menjadi tidak wajar atau bersifat patologis apabila anxiety disebabkan oleh “irrational thinking”, khawatir yang berlebihan, dan menghindari situasi
yang menimbulkan anxiety, sehingga mengarahkan pada gaya hidup yang terbatas dan kualitas hidup yang buruk Craighead Craighead Kazdin Mahoney, 1994. Selain
ditandai dengan kecemasan yang berkepanjangan, anxiety disorder berkaitan dengan antisipasi terhadap kejadian yang tidak menyenangkan pada masa depan Beck, 1976.
Dijelaskannya lebih lanjut bahwa anxiety dapat menjadi masalah klinis apabila memenuhi kriteria dari satu atau beberapa gangguan kecemasan atau anxiety disorder, yang
dalam DSM IV-TR 2000, dikategorikan atas tujuh kategori dasar, yaitu Generalized Anxiety Disorder, Phobia, Panic Disorder, Obsessive-Compulsive Disorder, Posttraumatic Stress
Disorder PTSD, Acute Stress Disorder dan Anxiety Disorder No Other Specified Neale, dkk, 2004. Anxiety disorder ini ditandai dengan gejala-gejala fisiologis ataupun perubahan
pola perilaku yang berlebihan pada kurun waktu tertentu, dan dapat menyebabkan hambatan
pada beberapa aspek hidup, termasuk hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan, sosial atau aspek penting lainnya.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat gejala-gejala yang secara umum tampak pada individu anxiety disorder. Penelitian Byrne dalam Matos, dkk 2008 pada
remaja yang mengalami kecemasan, menemukan bahwa individu dengan tingkat kecemasan yang tinggi menunjukkan hambatan dalam perilaku, self-concept yang rendah dan performa
pendidikan yang rendah. Sejalan dengan yang ditulis pada Psicologosclinicos 2009, bahwa anxiety disorder juga dapat menyebabkan hambatan dalam fungsi sosial, pendidikan dan
pekerjaan, bahkan dalam kondisi yang lebih parah dapat menyebabkan hambatan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Beck dalam Flanagan Flanagan, 2004 menyatakan bahwa pemikiran atau kognisi individu dengan gangguan kecemasan cenderung bersifat negatif, maladaptif atau tidak
rasional irrational belief. Pemikiran irasional muncul secara otomatis ketika individu menghadapi kecemasan, yang disebut juga dengan automatic thought. Greenberger
Padesky 2004 menyatakan hal yang serupa bahwa faktor kognisi atau pemikiran merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadinya anxiety disorder; secara umum menunjukkan
pikiran negatif negative thought atau maladaptif, cenderung memikirkan bahaya secara berlebihan, serta sering khawatir dan berpikir tentang hal yang buruk. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa anxiety erat kaitannya dengan kognisi, dan distorsi dalam berpikir atau dapat dikatakan bahwa anxiety disorder dapat berasal dari kognisi yang terdistorsi.
Menjelaskan lebih lanjut tentang perbaikan distorsi kognisi pada individu dengan anxiety disorder, Greenberger Padesky 2004 menambahkan bahwa individu yang
mengalami anxiety disorder dapat mengalami perubahan perilaku dan perubahan fisik, namun terlebih dahulu dilakukan perubahan kognisi agar menjadi lebih positif.
Perubahan kognisi dan „core beliefs‟ yang menyebabkan gangguan emosional dapat
dilakukan dengan menempatkan kembali pikiran-pikiran yang sehat dan akurat, atau yang dikenal dengan Cognitive Behavioral Therapy atau CBT Pucci, 2005; Abbatiello, 2006.
CBT dapat membantu individu mengatasi gangguan psikologis dengan memodifikasi kognisi agar menjadi lebih adaptif sehingga dapat menghadapi situasi sulit secara efektif, dan pada
akhirnya perilaku yang tampak juga menjadi lebih adaptif Spiegler Guevremont, 2003. Sejalan dengan yang dikatakan Beck dalam Hackney Cormier, 2001 bahwa CBT dapat
digunakan untuk mengurangi gangguan emosional dan pola perilaku maladaptif, dengan cara mengkoreksi pikiran, persepsi, dan keyakinan individu.
Beberapa penelitian menemukan bahwa CBT efektif dalam mengatasi berbagai masalah psikologis, termasuk anxiety disorder. Penelitian Young, dkk pada tahun 1997-1998 Young
Klap Shoai Wells, 2008 yang dilakukan pada 1,642 orang dewasa, menemukan bahwa CBT efektif dalam mengatasi pasien yang mengalami anxiety disorder. Penemuan
lainnya yang ditemukan oleh Bannan 2005 menemukan bahwa CBT merupakan manajemen klinis yang secara statistik signifikan dalam mengatasi pasien yang mengalami kecemasan
dan depresi dengan gejala-gejala psikologis spesifik rasa bersalah, self-esteem dan hopelessness, dan social functioning dependency, interpersonal behavior dan resistance.
Berdasarkan berbagai penelitian terdahulu, CBT telah terbukti efektif dalam menangani individu dengan gangguan psikologis, termasuk anxiety disorder, sehingga menimbulkan
pertanyaan, bagaimana jika CBT diterapkan pada individu yang mengalami anxiety disorder?
I.2. Tujuan Penelitian