PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK

(1)

PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK NEGERI 2 BANDARLAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMK

Oleh

RIAN ANDRI PRASETYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

PENGGUNAAN KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 DAN IMPLIKASINYA

PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK

Rian Andri Prasetya

ABSTRAK

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah membaca dan menandai setiap penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, kemudian menghitung jumlah penggunaan, ketepatan dan ketidaktepatan kata berimbuhan yang terdapat pada laporan praktik kerja industri, serta mempersentasikan ketepatan maupun ketidaktepatan kata berimbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 2.932 kata berimbuhan yang terdiri atas prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks. Penggunaan prefiks berjumlah 1.089 atau 37,14% dengan ketidaktepatan penggunaan prefiks sebanyak 6 kata atau sebesar 0,2% dari jumlah keseluruhan. Penggunaan konfiks berjumlah 628 kata atau sebesar 21,42% dengan ketidaktepatan penggunaan konfiks sebanyak satu kata atau 0,03% dari jumlah keseluruhan. Penggunaan simulfiks berjumlah 764 kata atau 26,06% dengan ketidaktepatan penggunaan sebanyak 28 kata atau sebesar 0,96% dari jumlah keseluruhan. Penggunaan sufiks berjumlah 451 kata atau sebesar 15,38% dari jumlah keseluruhan dan tidak ditemukan ketidaktepatan dalam penggunaan.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL... ii

PERSETUJUAN.. ... iii

PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Proses Morfologis ... 10

2.2 Proses Pembuahan Afiks ... 11

2.3 Kaidah Morfofonemik ... 12

2.3.1 Prefiks Atau Awalan ... 12

2.3.1.1 Morfofonemik Prefiks {meN-} ... 13

2.3.1.2 Morfofonemik Prefiks {peN-} ... 16

2.3.1.3 Morfofonemik Prefiks {ber-} ... 18

2.3.1.4 Morfofonemik Prefiks {ter-} ... 20

2.3.1.5 Morfofonemik Prefiks {per-} ... 20

2.3.2 Konfiks ... 21

2.3.2.1 Morfofonemik Konfiks {peN-an} . ... 21

2.3.2.2 Morfofonemik Konfiks {ber-an} ... 22


(7)

. 2.3.4 Sufiks ... 25

2.3.4.1 Morfofonemik Sufiks {-an} ... 25

2.4 Metode Agih ... 26

2.5 Praktik Kerja Industri ... 28

2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Desain Penelitian ... 33

3.2 Sumber Data ... 33

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4 Teknik Analisis Data ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Hasil Penelitian ... 37

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Penggunaan Kata Berprefiks ... 43

4.2.2 Penggunaan Kata Berkonfiks ... 53

4.2.3 Penggunaan Kata Bersimulfiks ... 58

4.2.4 Penggunaan Kata Bersufiks ... 62

4.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72


(8)

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), jika pada Sekolah Menengah Atas (SMA) pembelajaran teori lebih banyak dibanding praktik maka pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih banyak praktik dibanding teori. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran SMK bertujuan untuk membentuk lulusan yang siap kerja dan mandiri

walaupun tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMA lebih menitikberatkan lulusannya untuk melanjutan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan adalah membentuk lulusan yang siap memasuki dunia kerja, dipekerjakan, atau sebagai wiraswasta. Untuk memenuhi tujuan tersebut pemerintah menyusun kurikulum yang

menitikberatkan pada aplikasi ilmu oleh siswa pada tiap jurusan. Salah satu pembelajaran yang harus diikuti siswa untuk mendukung tujuan tersebut adalah dengan mengikuti kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Kegiatan ini dilaksanakan sebagai pembelajaran menerapkan ilmu yang didapat oleh siswa di sekolah. Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dapat dilaksanakan siswa


(9)

di instansi pemerintah maupun badan usaha yang berkaitan langsung dengan jurusan dan bidang keahlian masing-masing siswa SMK.

Kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan oleh siswa SMK kelas XI (sebelas) pada semester genap sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam silabus SMK. Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan

penghubung antara program pembelajaran di sekolah dan program pencapaian keahlian yang didapat melalui pengalaman siswa untuk terjun langsung dalam dunia kerja. Pengalaman yang didapat oleh siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri kemudian dilaporkan ke dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan praktik kerja industri. Laporan praktik kerja industri ini merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis siswa yang berisi tentang informasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama menjalani kegiatan praktik kerja industri.

Laporan praktik kerja industri (prakerin) terdiri atas 4 bab yaitu pendahuluan, uraian umum, uraian khusus, dan penutup. Penulisan laporan praktik kerja industri memerlukan pengetahuan mengenai ragam bahasa baku, dengan menggunakan ragam bahasa baku yang baik dan benar maka siswa dapat menyampaikan dengan baik kegiatan serta pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan dan dialami oleh siswa selama mengikuti kegiatan prakerin dan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi adik-adik kelas yang juga akan melaksanakan kegiatan prakerin. Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diterima di kalangan masyarakat luas sebagai bahasa resmi (Widodo,1996:15). Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah


(10)

dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai kerangka rujukan norma atau kaidah bahasa dalam pemakaian. Sebagai kerangka rujukan, ragam bahasa baku berisi rujukan yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Dalam pemakaiannya, ragam bahasa baku senantiasa

mempertimbangkan fungsi komunikasi dalam suasana formal, sekaligus kebenaran pemakaian kaidah bahasa (Fuad, 2009:12). Ragam bahasa baku mempertimbangkan kebenaran pemakaian kaidah bahasa. Sehubungan dengan hal tersebut, menguasai penggunaan ragam bahasa baku sangat penting bagi siswa yang akan menulis laporan praktik kerja industri agar setiap kegiatan maupun kejadian dapat tersampaikan dengan baik.

Ragam bahasa baku menuntut penggunaan kata maupun bentuk kata yang tepat pada setiap kalimatnya. Kalimat tersusun dari kata-kata yang beragam, mulai dari bentuk tunggal maupun bentuk kompleks. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan kata dengan tepat sangat memengaruhi makna sebuah kalimat. Kecermatan seorang penulis dalam menggunakan kata harus sesuai dengan kaidah/aturan yang baku. Menurut Kridalaksana (dalam Sutawijaya, 1996:28) kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Satuan gerak merupakan sebuah kata karena dapat diujarkan dalam bentuk yang bebas. Satuan gerak merupakan sebuah kata yang terdiri atas morfem. Definisi diatas menjelaskan bahwa kata mungkin terdiri atas lebih dari satu morfem. Bentuk bergerak, mempertanggungjawabkan, permainan, dan membuat merupakan sebuah kata yang terdiri atas lebih dari satu morfem.


(11)

Salah satu sifat bahasa adalah bersistem atau sistematis yang berarti bahwa di dalam bahasa terdapat aturan atau kaidah-kaidah yang mengikat. Penggunaan bahasa yang terikat pada aturan-aturan atau kaidah membuktikan bahwa bahasa itu teratur. Salah satu kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia adalah kaidah pembentukan kata yang terdiri dari pemajemukan, pengulangan, dan

pembubuhan afiks. Proses pembubuhan afiks lebih dominan muncul dalam setiap kalimat. Salah satu kaidah yang ada dalam proses pembubuhan afiks adalah kaidah morfofonemik. Ramlan (1983:83) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah perubahan-perubahan fonem yang timbul akibat pertemuan morfem dengan morfem lainnya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks di dalamnya terdapat kaidah-kaidah dalam perubahan fonem yang terjadi. Salah satu contoh kaidah morfofonemik adalah bentuk dasar keras yang bertemu dengan prefiks meN- bentuknya akan berubah menjadi mengeras. Hal ini terjadi karena di dalam kaidah morfofonemik prefiks meN- apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawalan fonem /k/ maka meN- akan berubah menjadi meng- dan fonem /k/ pada bentuk dasar mengalami peluluhan. Penggunaan kata berimbuhan paling dominan muncul dalam setiap kalimat. Oleh karena itu, menulis laporan praktik kerja industri membutuhkan kecermatan dalam penggunaan imbuhan pada kata. Imbuhan atau afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana dalam Sutawijaya, 1996:28). Berikut ini contoh penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik yang ditulis siswa dalam laporan praktik kerja industri.


(12)

Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik dalam hal ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang mempunyai kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan.

Kata mempunyai pada kalimat di atas merupakan contoh kata berimbuhan yang diturunkan dari meN- + punyai. Jika dikaji dari kaidah morfofonemiknya penggunaan kata mempunyai pada kalimat di atas tidak tepat karena imbuhan {meN-} pada kata mempunyai akan mengalami perubahan fonem. Perubahan fonem itu terjadi apabila {meN-} ditambahkan pada bentuk dasar yang berawalan fonem /p/, /b/, dan /f/ sehingga {meN-} berubah menjadi {mem-}. Fonem /p/ pada bentuk dasar punya akan luluh kedalam fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi memunyai. Berikut ini perbaikan kalimat di atas Banyaknya data yang akan diolah menuntut kegiatan harus serba cepat yang didukung dengan peralatan pengolahan data elektronik yang baik, dalam hal ini adalah komputer yang harus ditunjang dengan spesifikasi yang memunyai kemampuan atau kecepatan yang dapat diandalkan”.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk komunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia (Permen 22 tahun 2006). Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang dijadikan tolak ukur dalam ujian nasional mencakup empat aspek keterampilan, yaitu

keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat aspek keterampilan tersebut diajarkan


(13)

secara terpadu dan berkaitan erat satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan karakterisitik dan tingkatan siswa dalam belajar bahasa dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa secara lisan berkaitan dengan kemampuan

mendengarkan dan kemampuan berbicara, sedangkan kemampuan secara tulisan berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis.

Kemampuan berbahasa Indonesia secara lisan antara lain mampu menyampaikan informasi aktual secara emosional, menyatakan sikap

intelektual, serta menyatakan sikap moral. Kemampuan berbahasa Indonesia secara tertulis diarahkan agar siswa memiliki kegemaran menulis sehingga mampu meningkatkan pengetahuannya, menyampaikan informasi aktual, menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral dan mampu memanfaatkannya dalam kegiatan sehari-hari (Permen 22 tahun 2006).

Keterampilan berbahasa Indonesia secara tertulis juga merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan kepada siswa secara serius karena pembelajaran menulis berkaitan dengan proses belajar untuk berpikir secara kreatif. Siswa dalam pembelajaran menulis akan lebih dituntut untuk terus menambah pengetahuannya, baik yang berkaitan dengan tema, isi karangan, ataupun teknik penulisan yang baik (Akhadiah, 1997:24).

Pembelajaran keterampilan menulis di SMK berkaitan erat dengan pembelajaran mengenai kata berimbuhan. Khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK kelas X (sepuluh). Hal ini sejalan dengan kompetensi dasar yang berkaitan dengan memilih kata, bentuk kata, dan


(14)

ungkapan yang tepat. Siswa dituntut untuk dapat memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan agar siswa dapat terampil dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya kepada orang lain melalui lisan maupun tulisan. pembelajaran selanjutnya yaitu siswa dituntut untuk mampu menulis dengan memanfaatkan kategori dan kelas kata.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang telah di uraikan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti penggunaan kata berimbuhan khususnya kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan Praktik Kerja Industri siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan

implikasinya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK. Penulis membatasi penelitian ini pada imbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Penelitian yang berkaitan dengan imbuhan sebelumnya sudah pernah diangkat oleh Supri Yanti (2008, mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah) dengan judul “Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Latar Belakang Proposal Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Periode Januari-April Tahun 2007”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unila, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan. Subyek penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitan

sebelumnya meneliti proposal skripsi, sedangkan penelitian kali ini meneliti laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung. Penelitian ini juga diimplikasikan terhadap pembelajaran siswa di SMK.


(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, “Bagaimanakah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan Praktik Kerja Industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMK?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013 dan implikasinya pada pembelajaran bahasa

Indonesia di SMK.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut

1. siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung dapat mengetahui dan memahami bentuk kesalahan dalam penggunaan kata berimbuhan;

2. guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk menekankan pembelajaran mengenai kata berimbuhan;

3. hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian di bidang bahasa Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Sumber penelitian adalah laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.


(16)

2. Subjek analisis adalah penggunaan kata berimbuhan yang dibatasi pada penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan praktik kerja industri siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2013.

3. Jenis imbuhan yang diteliti pada penelitian ini adalah imbuhan yang mengalami proses morfofonemik yang terdiri atas prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Morfologis

Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Sejalan dengan pendapat tersebut, Alam Sutawijaya dkk (1996:35) mengemukakan bahwa proses morfologis adalah proses pembentukan morfem menjadi kata.

Proses morfologis merupakan bagian dari linguistik yang dibahas dalam bidang morfologi. Morfologi dalam bidang linguistik membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentuk-bentukan kata (Chaer, 2008:3). Sejalan dengan pendapat

tersebut, Ramlan (1985:19) mengemukakan bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap arti kata. Selanjutnya, menurut Samsuri (1987:190) morfologi membicarakan bentuk kata dengan

menggabungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas


(18)

Proses morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi: (1) proses pembubuhan afiks;

(2) proses pengulangan; dan (3) proses pemajemukan.

Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks

(morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 1996:183). Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada proses pembubuhan afiks.

2.2 Proses Pembubuhan Afiks

Proses pembubuhan afiks adalah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan, 1983:47). Pembubuhan afiks, artinya sebuah kata dasar apabila diberi imbuhan akan menjadi sebuah kata baru yang maknanya juga baru. Melalui proses pembubuhan ini akan menghasilkan kata berimbuhan.

Dalam KBBI (2008: 692), kata berimbuhan adalah kata yang sudah mendapatkan imbuhan/afiks (prefiks, infiks, sufiks, atau konfiks). Sejalan dengan hal itu, Chaer (1998:45) mengemukakan bahwa kata berimbuhan adalah kata yang dibentuk dari kata dasar/bentuk dasar dengan imbuhan/afiks. Kata berimbuhan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik.


(19)

2.3 Kaidah Morfofonemik

Morfofonemik atau morfofonemis adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem

direalisasikan dalam tingkat fonologi.

Chaer (2008:43) mengemukakan bahwa morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Selanjutnya menurut Ramlan (1983:83) morfofonemik ialah

mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengaan morfem lain. Proses morfofonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadi dalam afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 1996:183).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Ramlan karena penelitian ini membahas

perubahan-perubahan kata yang terjadi dari proses bertemunya morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan kata berimbuhan yang mengandung prefiks, konfiks, simulfiks, dan sufiks.

2.3.1 Prefiks atau awalan

Menurut Chaer (2008 : 23) prefiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar. Bentuk prefiks yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks se-, dan prefiks ke-. Prefiks atau awalan adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar (Keraf, 1984:94). Berikut ini uraian kaidah morfofonemik kata prefiks.


(20)

2.3.1.1Morfofonemik Prefiks {meN-}

Prefiks {meN-} dapat berubah bentuknya sesuai dengan fonem awal bentuk dasar diletakkannya. Adapun proses morfofonemiknya seperti berikut. 1. Prefiks{meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem

/p/, /b/, /f/ bentuknya akan berubah menjadi {mem-}.

Fonem /p/, /b/, /f/ akan luluh, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.

Contoh : meN- + paksa memaksa meN- + fitnah memfitnah meN- + bawa membawa

Pada umumnya dasar yang bermula dengan fonem /f/ berasal dari bahasa asing dan perlu diperhatikan bahwa fonem /p/ dari paksa menjadi luluh ke dalam fonem /m/. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks {per-} atau dasarnya berawal dengan {per-} dan {pe-} tertentu (Alwi, dkk., 2003:111).

Contoh: meN- + permainkan mempermainkan meN- + pererat mempererat

2. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /t/ atau /d/ bentuknya akan berubah menjadi {men-}.

Contoh: meN- + tari menari meN- + tulis menulis meN- + tarik menarik


(21)

Perlu diperhatikan bahwa fonem /t/, sperti yang terdapat pada kata tarik menjadi luluh ke dalam fonem /n/. Pada dasar yang dimulai dengan {ter-} seperti pada kata terinjak, fonem /t/ kadang-kadang luluh, kadang-kadang tidak. Dengan demikian, kata yang sering dipakai umumnya cenderung luluh, sedangkan yang jarang dipakai sering muncul tanpa peluluhan (Alwi, dkk., 2003:111).

3. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c/, /s/, /j/ bentuknya berubah menjadi {meny-}.

Contoh: meN- + cuci mencuci meN- + serang menyerang meN- + jerat menjerat

4. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /u/, /e/, /a/, /i/, /o/, /ə/, /k/, /g/, /h/, dan /x/ bentuknya berubah menjadi {meng-}.

Contoh: meN- + uap menguap meN- + keras mengeras

meN- + goyang menggoyang

5. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /y/, /r/, /l/, /w/, /m/, /n/, /ny/, /ng/ bentuknya berubah menjadi {me-}.

Contoh: meN- + yakin meyakinkan meN- + lupakan melupakan meN- + wariskan mewariskan

6. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata, bentuknya kan berubah menjadi {menge-}.


(22)

Contoh: meN- + tik mengetik meN- + cat mengecat

7. Prefiks {meN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah menjadi {meng-}.

Contoh: meN- + kejar mengejar meN- + goreng menggoreng meN- + hilang menghilang meN- + ajar mengajar meN- + ikat mengikat meN- + urut mengurut meN- + ekor mengekor meN- + obral mengobral Makna prefiks {meN-}

Menurut Kridalaksana (1996: 40-67) prefiks {meN-} berfungsi sebagai pembentuk verba, dan adjektiva. Makna yang terkandung dalam kata berimbuhan {meN-} ialah makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas (Alwi, dkk., 2003:87).

Makna prefiks {meN-} pembentuk verba:

1. „melakukan‟, contoh: melukis, menggoreng; 2. „memakai‟, contoh: mencangkul, menjala;

3. „hidup sebagai, hidup di‟, contoh: menjanda, menduda;

4. „membuat‟, contoh: menumis, menjebak;


(23)

6. „menuju ke ...‟, contoh: mengudara, mendarat;

7. „mencari atau mengumpulkan‟ contoh: merotan, merumput;

8. „menjadi‟, contoh: membantu, membentuk;

9. „berlaku seperti atau menyerupai‟, contoh: membeo, menyemut.

Makna prefiks {meN-} pembentuk adjektiva: 1. „menjadi‟, contoh: merakyat; dan

2. „mengarah ke‟, contoh: mengurang, melebih.

2.3.1.2Morfofonemik prefiks {peN-}

1. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/, /b/, /f/ bentuknya berubah menjadi {pem-}.

Contoh: peN- + pikir pemikir peN- + buat pembuat peN- + fitnah pemfitnah

2. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/, /d/, /s/ maka bentuknya akan berubah menjadi {pen-}.

Contoh: peN- + tari penari peN- + dosa pendosa peN- + survei pensurvei

3. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /s/, /c/, /j/ maka bentuknya berubah menjadi {peny-}.


(24)

4. Prefiks {peN-} apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata maka bentuntuknya berubah menjadi {penge-}.

Contoh: peN- + tik pengetik peN- + bom pengebom

5. Prefiks {peN-} apabila diikutti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /y/, /r/, /l/, /w/ maka bentuknya akan berubah menjadi {pe-}.

Contoh: peN- + yoga peyoga peN- + rasa perasa peN- + lompat pelompat peN- + waris pewaris

6. Prefiks {peN-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /k/, /g/, /x/, /h/ dan fonem vokal bentuknya berubah menjadi {peng-}.

Contoh: peN- + kejar pengejar peN- + garap penggarap peN- + hancur penghancur peN- + angkut pengangkut peN- + ikat mengikat peN- + urut pengurut peN- + ekor pengekor peN- + obral pengobral Makna prefiks {peN-}


(25)

(1) „pelaku‟ dengan kata lain dapat dikatakan menyatakan makna „agentif‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pelari, pemain, penembak, pengarang.

(2) „alat‟ makna ini terdapat dalam kata-kata: pemotong, pemukul, pemancar.

(3) „menyatakan memiliki sifat yang tersebut pada kata dasar‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: penakut, periang, pemalas, pemalu.

(4) „yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar‟. Makna ini terdapat dalam kata-kata: pengeras, penguat, pendingin, pemanas, penghancur.

2.3.1.3Morfofonemik Prefiks {ber-}

(1) Prefiks {ber-} jika diikuti bentukndasar yang berawal dengan fonem /r/ atau /ər/ (suku pertama), bentuknya akan berubah menjadi {be-}.

Contoh: ber- + rantai berantai ber- + kerja bekerja

(2) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar {ajar} maka bentuknya menjadi {bel-}

Contoh: ber- + ajar belajar

(3) Prefiks {ber-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas, ialah bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ atau berakhir dengan suku pertama /ər/ dan bentuk dasarnya bukan morfem {ajar}, maka bentuknya tidak berubah.


(26)

Contoh: ber- + main bermain ber- + malam bermalam Makna prefiks {ber-}

Prefiks {ber-}menurut Kridalaksana (1996: 44-84) berfungsi sebagai pembentuk verba, adjektifa, dan numeralia. Makna prefiks {ber-} pembentuk verba:

1. „sedang mengerjakan‟, contoh: berjoget, berjudi, berlari; 2. „mengusahakan sebagai mata pencaharian‟, contoh:

berladang, berternak;

3. „memanggil‟, contoh: berayah, beradik, bertuan;

4. „memperoleh, menghasilkan‟ contoh: beranak, berbunyi, berhasil;

5. „menjadi atau berlaku seperti‟ contoh: berhamba, bersitegang; 6. „refleksi‟, contoh: berhias, bercukur;

7. „memakai‟, comtoh: bersepatu, bercelana; 8. „memunyai‟, contoh: bernama, beristri; 9. „mengendarai‟ contoh: bermobil, bersepeda;

10. „dalam keadaan‟, contoh: bersedih, bersuka, berduka; 11. „kumpulan/kolektif, contoh: berdua, berlima;

12. „melakukan perbuatan‟, contoh: bermain, bekerja, belajar, dll.


(27)

2.3.1.4Morfofonemik Prefiks {ter-}

(1) Prefiks {ter-} berubah menjadi {te-}, jika bertemu dengan dasar fonem yang berawal /r/ atau suku pertama berakhir dengan /ər/. Contoh : teramah, terasa, terobek, dan lain-lain.

(2) Prefiks {ter-} jika diikuti bentuk dasar selain yang tersebut di atas ialah bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ atau berakhir /ər/ pada suku pertama, maka bentuknya tidak berubah. Contoh: teringat, terpejam, terbuai, dan lain-lain.

Makna Prefiks {ter-}

Prefiks {ter-} menurut Kridalaksana (1996: 48) berfungsi sebagai pembentuk verba. Makna prefiks {ter-} pembentuk verba:

1. „sudah di‟, „perfektif‟, contoh: terikat, ternama, tersurat, tertulis 2. „spontan/ tiba-tiba‟, contoh: terduduk, teringat,terkejut

3. „ketidaksengajaan‟, contoh: terjatuh, terkilir, tertabrak, dan lain-lain.

2.3.1.5Morfofonemik Prefiks {per-}

1. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berawalan dengan fonem /r/ bentuknya akan berubah menjadi {pe-}.

Contoh: per- + rampok perampok

2. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang berupa morfem dasar {ajar} maka bentuknya akan berubah menjadi {pel-}.

Contoh: per- + ajar pelajar

3. Prefiks {per-} jika diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/ bentuknya tidak berubah tetap menjadi {per-}.


(28)

Makna Prefiks {per-}

Prefiks {per-} menurut Kridalaksana (1996: 47) berfungsi sebagai pembentuk verba. Makna prefiks {per-} pembentuk verba:

1. „menjadikan atau membuat sesuatu jadi‟, contoh: perbudak, perkuda; 2. „memanggil atau menganggap sebagai‟, contoh: pertuan, peristrilah; 3. „membagi atau membuat jadi‟, contoh: pertiga, perlima;

4. „membuat lebih‟, contoh: perendah, perbesar, perbagus, dan lain-lain.

2.3.2 Konfiks

Konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang bersama-sama membentuk satu arti (Keraf, 1984:114). Berikut uraian kaidah

morfofonemik untuk kata berkonfiks.

2.3.2.1Morfofonemik Konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} mengalami perubahan bentuk menjadi {pem-an}, {pen-an}, {peny-{pen-an}, {pe-{pen-an}, {penge-{pen-an}, {peng-an}.

Contoh: peN- + pinjam + -an peminjaman peN- + jual + -an penjualan peN- + rasa + -an perasaan Makna konfiks {peN-an}

Konfiks {peN-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut:

1. „cara melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: penampilan cara menampilkan.

2. „hal melakukan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pembelian hal membeli, penulisan.


(29)

3. „hasil perbuatan yang tersebut pada kata sejalan‟, contoh: pengucapan hasil dari usaha mengucap.

4. „alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan pada kata yang sejalan‟, contoh: pendengaran alat untuk mendengar, pernapasan alat untuk bernapas.

5. „ tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan‟, contoh: perkuburan tempat untuk mengubur.

6. „proses‟, contoh: pengelolaan, pengolahan, dan lain-lain.

2.3.2.2Morfofonemik Konfiks {ber-an}

Konfiks an} dengan variasi bentuknya {be-an}, dan bentuk tetap {ber-an}.

Contoh : ber- + pergi + -an bepergian ber- + datang + -an berdatangan Makna konfiks {ber-an}

Konfiks {ber-an} dapat menyatakan makna sebagai berikut: 1. „melakukan kegiatan (dasar)‟, contoh: berdatangan, bepergian; 2. „resiprokal‟, contoh: berciuman, berpelukan, berduaan;

3. „berelasi (dasar)‟, contoh: berdekatan, bermusuhan, berjauhan;

4. „posesif‟, contoh: beralasan, berhalangan, berlawanan, dan sebagainya; 5. „saling‟, contoh: bersentuhan, bersalaman, berpapasan, dan sebagainya.

2.3.2.3Morfofonemik Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} mengalami variasi bentuk menjadi {pe-an}, dan ada yang tetap menjadi {per-an}.


(30)

Contoh: per- + main + -an permainan Per- + gerak + -an pergerakan

Makna Konfiks {per-an}

Konfiks {per-an} mempunyai makna sebagai berikut:

1. „menyatakan tempat‟, contoh: pelabuhan, pekuburan, peternakan, dan sebagainya;

2. „menyatakan hasil perbuatan‟, contoh: permainan, pemalsuan, pengaduan, dan sebagainya;

3. „menyatakan peristiwa itu sendiri atau hal perbuatan”, contoh: pengajaran, pencaharian, peraturan, dan sebagainya.

2.3.3 Simulfiks

Simulfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang tiap-tiap unsur tetap mempertahankan arti dan fungsinya masing-masing (Keraf, 1984:115).

2.3.3.1Morfofonemik Simulfiks {meN-kan}

Simulfiks {meN-kan} mengalami perubahan bentuk yang hampir sama dengan prefiks {meN-} menjadi {mem-kan}, {men-kan}, {meny-kan}, {meng-kan}, dan {me-kan}.

Contoh: meN- + baca + -kan membacakan meN- + tamat + -kan menamatkan meN- + terang + -kan menerangkan


(31)

Makna simulfiks {meN-kan}

Simulfiks {meN-kan} menyatakan makna sebagai berikut:

1. „melakukan perbuatan untuk orang lain‟, contoh: menuliskan, membacakan, menyanyikan;

2. „menyebabkan menyanggap‟, menjatuhkan, mengurbankan,

mendewakan;

3. „menyebabkan...menjadi‟, contoh: merobekkan, merusakkan;

4. „menyebabkan melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang

dilekati‟, contoh: menerbangkan, mendirikan;

5. „membawa atau memasukan...ke suatu tempat‟, contoh: memojokkan,

memenjarakan;

6. „melakukan perbuatan dengan sungguh-sungguh‟, contoh: mendengarkan, merasakan, menyanyikan, dan sebagainya.

2.3.3.2Morfofonemik Simulfiks {meN-i}

Simulfiks {meN-i} mengalami perubahan bentuk sesuai dengan proses morfofonemiknya, sama halnya dengan prefiks {meN-} yang mengalami perubahan bentuk menjadi {mem-i}, {men-i}, {meny-i}, {meng-i}, dan {me-i}.

Makna simulfiks {meN-i}

1. „melakukan perbuatan berulang-ulang‟ atau „ intensitas‟, contoh: menaburi, menulisi, memukuli;

2. „memberikan sesuatu‟, contoh: membubuhi, menggarami, menyabuni;


(32)

4. „objeknya menyatakan makna tempat‟, contoh: menduduki, menghadiri;

5. „objeknya menyatakan makna penerimaan‟, contoh: menugasi,

membebani.

Persamaan simulfiks {meN-i} dan {meN-kan}.

Kedua simulfiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif transitif.

Contoh: Pelaut menyeberangi lautan. Pelaut menyeberangkan kapalnya. Perbedaan simulfiks {me-i} dan {me-kan}.

1. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-i} merupakan objek yang tidak bergerak dan sebagai objek penyerta.

2. Objek yang mengikuti kata kerja berafiks {me-kan} merupakan objek yang bergerak dan sebagai penderita.

2.3.4 Sufiks

Sufiks atau akhiran merupakan proses membubuhkan afiks pada akhir bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya dapat dijumpai tiga macam sufiks, yaitu {-an} {-i}, dan {-kan} (Widodo, 1996:27). Proses morfofonemik yang terjadi pada sufiks hanya pada sufiks {-an}, berikut penjelasan mengenai proses morfofonemik pada sufiks {-an}.

2.3.4.1Sufiks {-an}

Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks {-an} dapat berupa a) pemunculan fonem dan b) pergeseran fonem.


(33)

a. Pemunculan Fonem

Pemunculan fonem yang terdapat dalam morfofonemik sufiks {-an} terdiri dari fonem /w/, /y/, dan fonem glotal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /u/. Pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Perlu untuk dicatat bahwa dalam sistem ejaan yang berlaku saat ini fonem /w/, dan /y/ pada morfofonemik sufiks{-an} tidak dituliskan. Pemunculan fonem glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan fonem vokal /a/.

Contoh : himbau + an himbauwan hari + an hariyan

(per) usaha + an (per) usaha?an b. Pergeseran Fonem

Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks {-an} diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufiks {-an}.

Contoh : jawab + an ja.wa.ban pikir + an pi.ki.ran lompat + an lom.pa.tan

2.4 Metode Agih

Metode agih merupakan suatu metode yang memiliki alat penentu yang berasal dari bahasa yang diteliti. Metode ini memiliki teknik dasar yang disebut teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini mengawali kerja analisisnya dengan


(34)

menguraikan satuan bahasa atas unsur-unsurnya (Sudaryanto, 1993:4). Teknik bagi unsur langsung adalah teknik analisis data dengan cara membagi suatu kontruksi menjadi beberapa bagian dan bagian – bagian atau unsur- unsur itu dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk kontruksi yang dimaksud. Manfatnya adalah menentukan bagian- bagian fungsional suatu kontruksi. Alat penentu teknik unsur langsung adalah institusi

kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Institusi kebahasaan artinya, kesadaran penuh yang tak dirumuskan, tetapi terpercaya, terhadap apa dan bagiamana kenyataan yang bersifat kenyataan.

Berikut ini contoh menguraikan kata “berhalangan”. berhalangan berhalangan

halangan ber-an halang ber- halang -an

Dari proses penurunan kata “berhalangan” terdapat dua proses yang berbeda. Proses pertama adalah proses pembentukan kata berhalangan yang diturunkan dari konfiks{ber-an}digabungkan dengan dasar {halang} sedangkan pada proses kedua kata berhalangan berasal dari prefiks {ber-} digabungkan dengan {halangan}.

Dari uraian di atas, kata berhalangan tidak terbentuk dari dasar {halang} dan konfiks {ber-an} , tetapi dari prefiks {ber-} dengan bentuk yang sudah bersufiks {-an}, yakni {halangan}. Kata halangan tidak mengandung konfiks karena dipisahkannya {ber-} dari halangan justru meninggalkan bentuk berupa kata, yakni, halangan, yang maknanya juga dapat ditelusuri bila kemudian


(35)

digabungkan dengan prefiks {ber-}. Makna dari gabungan {ber-} dan {halangan} tidak hanya ditelusuri dari penggabungan itu sendiri, tetapi juga dari kaidah umum bahasa Indonesia mengenai prefiks {ber-}, yakni prefiks {ber-} bermakna „memunyai‟. Dengan demikian, berhalangan berarti „memunyai halangan‟. Sebaliknya jika {ber-an} pada kata berhalangan dianggap sebagai konfiks, dasarnya {halang} makna dari gabungan tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang ada di dalam konfiks {ber-an} karena makna „memunyai‟ tidak ada dalam kaidah konfiks {ber-an}.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa berhalangan tidak mengandung konfiks {ber-an} dan dasar {halangan}, tetapi dari prefiks {ber-} dengan dasar yang sudah bersufiks {-an}, yakni halangan (Alwi, dkk, 2003: 103-104).

2.5 Praktik Kerja Industri

Tuntutan persaingan dalam era global akan diwarnai: Persaingan tenaga kerja yang semakin ketat; Keterbukaan bursa kerja di tingkat Internasional;

Multyskill yang komperatif dan kompetitif; Kompetensi individu dan teamwork yang solid; Profesionalisme yang tinggi. Berdasar pada kenyataan tersebut perlu diadakan langkah yang proaktif, salah satu langkah tersebut adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM). Peningkatan tersebut dilakukan secara terprogram, bertahap dan berkelanjutan serta kontekstual dengan memadukan, menyinergikan seluruh sumber daya internal dan eksternal serta masyarakat.


(36)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai subsistem pendidikan nasional bertanggung jawab dalam menyiapkan SDM tingkat menengah yang handal, dituntut untuk menerapkan prinsip demand, job oriented, dan dual based program, yang berorienasi kepada kebutuhan pasar bahkan mampu mengembangkan inovasi untuk memengaruhi perubahan kebutuhan pasar sehingga dapat mewujudkan kepuasan pelanggan. Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang merupakan inovasi pada program SMK, dimana peserta didik melakukan praktik kerja (magang) di perusahaan atau industri yang merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) diilhami oleh dua sistem yang dilakukan di Jerman. Sistem ini mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum tahun 1994 dan dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 1999 serta dipertajam dengan kurikulum SMK tahun 2004. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Indonesia diselenggarakan selama beberapa bulan selama siswa mengenyam pendidikan selama tiga tahun di SMK. Pendidikan Sistem Ganda melalui program prakerin merupakan satu langkah nyata untuk membuat sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang

dilaksanakan di industri atau dunia usaha meliputi:

1. Praktik dasar kejuruan yang sebagian dilaksanakan di sekolah dan sebagian lainnya dilaksanakan di industri. Praktik dasar kejuruan dapat dilaksanakan di industri apabila industri pasangan memiliki fasilitas


(37)

pelatihan yang memadai. Namun, apabila industri pasangan industri tidak memiliki fasilitas pelatihan maka kegiatan praktik dasar kejuran

sepenuhnya diadakan di sekolah.

2. Praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau perusahaan.

2.6 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK

Pembelajaran di sekolah disusun untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan, dan peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kompetensi dasar harus memiliki indikator-indikator sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta sebagai dasar kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelas.

Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar bertujuan agar peserta didik memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya dalam pembelajaran maupun dalam keseharian peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia di SMK yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan terdapat pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006 . berikut ini adalah kompetensi dasar yang berkaitan dengan penggunaan kata berimbuhan.

Kompetensi dasar 1.6. Memilih kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat. Indokator pada kompetensi dasar ini antara lain, menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan tuntut situasi komunikasi secara tepat, menarik dan kreatif. Penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat tidak dapat


(38)

dilepaskan dari penggunaan kata berimbuhan. Pembelajaran mengenai kata berimbuhan dilaksanakan menggunakan teks bacaan yang diberikan kepada peserta didik sebagai bahan pembelajaran. Teks bacaan tersebut digunakan peserta didik untuk mencari penggunaan kata berimbuhan yang tepat mauun penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat.

Kompetensi dasar 1.15. Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata. Indikator pembelajaran dalam kompetensi dasar ini adalah menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan memperhatikan

keefektifan dan keefesiensian rincian. Pembelajaran mengenai kata berimbuhan pada kompetensi dasar ini menjadi lebih kompleks karena peserta didik tidak hanya menemukan dan menentukan penggunaan kata berimbuhan dalam teks secara tepat, peserta didik juga dituntut untuk dapat menggunakan kata berimbuhan secara tepat, efektif dan efisien dalam menulis rincian dari teks yang telah diberikan.

Pada uraian di atas telah dipaparkan beberapa materi pembelajaran siswa SMK tentang penggunaan kata berimbuhan yang baik dan benar dalam setiap

pembelajaran. Penerapan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kata bertujuan agar siswa mampu memahami dan menggunakan kata maupun bentuk kata secara tepat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan lebih memudahkan siswa dalam

berkomunikasi karena penggunaan kata dan bentuk kata yang tepat akan membuat orang lain mudah untuk menerima maksud yang disampaikan. Dengan demikian, penggunaan kata berimbuhan merupakan hal penting yang


(39)

harus dipahami karena penggunaan kata berimbuhan tidak pernah terlepas dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Penggunaan kata berimbuhan harus diajarkan dengan baik supaya dalam berkomunikasi maupun berinteraksi tidak terdapat


(40)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif. Desain penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994:73). Dalam hal ini, masalah yang dapat dideskripsikan adalah penggunaan kata berimbuhan dalam laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung.

Adapun metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional atau metode agih. Metode ini merupakan suatu metode yang memiliki alat penentu yang berasal dari bahasa yang diteliti. Metode kajian distribusional memiliki teknik dasar yang disebut teknik bagi unsur langsung (BUL).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan Praktik Kerja Industri

(Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung. Dari sebelas program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Bandar Lampung hanya program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang mewajibkan siswanya


(41)

ini hanya terbatas pada laporan praktik kerja industri yang disusun oleh siswa program keahlian Teknik Komputer Jaringan yang berjumlah 20 laporan praktik kerja industri.

Tabel 1. Data sampel yang digunakan sebagai objek penelitian Kode Laporan Nama Siswa Judul laporan prakerin

Laporan-1 Sinta Afriyani

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Mandala Lintas Nusa (Nusanet) Lampung

Laporan-2 Radot Yogi Alexander Simanungkalit

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT Prima Solusindo Bandar Lampung

Laporan-3 Astrit septian wulandari

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri CV Slara Niaga Komputer Bandar Lampung

Laporan-4 Laela Safitri Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri Cahaya Komputer Bandar Lampung

Laporan-5 M. Wildan Mubarok Laporan Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network

Laporan-6 Yona Annisa Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri

Laporan-7 Delian Ferydho

Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-8 Syahrul Priyono Jufri Laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri

Laporan-9 Nur Asma Laporan Praktik Kerja Industri

Laporan-10 Heddy Yusri

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung


(42)

Laporan-11 Egy Andre Pratama

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-12 Rahmad Fadil Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Bestnet Komputer

Laporan-13 Putri Safara Mahardika

Laporan Hasil Program Praktik Kerja Industri Syscom Simpur Center

Laporan-14 Muhammad Alif

Merakit Komputer dan Mendiagnosis Kerusakan Komputer (Laporan hasil Praktik Kerja Industri)

Laporan-15 Surya Allit Prayogi

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-16 Indriwan Rodfi Rizaldi

Praktek Kerja Industri pada Bina Eka Satriatama Network

Laporan-17 Okta Firmanto

Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung

Laporan-18 Muhammad Dani Ramanda

Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD

Laporan-19 Tommy Arief W Laporan Praktik Kerja Industri pada CiptaMandiri Computer

Laporan-20 Dony Puryadi Laporan Praktik Kerja Industri pada Cipta Mandiri Computer

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi, yaitu mencari dan mengumpulkan data dari laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar

Lampung. Data diambil tiga halaman pada setiap bab, jika ada bab yang kurang dari 3 halaman maka diambil seluruh halaman pada bab tersebut.


(43)

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. membaca laporan prakerin siswa Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2

Bandar Lampung secara berulang-ulang;

b. memberi kode (huruf) pada setiap sumber data yang telah dibaca;

c. menentukan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam laporan prakerin siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Lampung;

d. menguraikan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik untuk mengetahui bentuk imbuhan dan bentuk dasar dengan menggunakan teknik BUL;

e. mengklasifikasikan penggunaan kata berimbuhan sesuai dengan imbuhan yang digunakan;

f. memberi tanda lingkaran pada setiap penggunaan yang tepat dan tanda silang pada setiap penggunaan yang tidak tepat.

g. menghitung frekuensi penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik baik yang tepat maupun yang tidak tepat;

h. mempersentasikan penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik dalam latar belakang laporan prakerin siswa Sekolah Menengah Negeri 2 Bandar Lampung, untuk mengetahui jumlah penggunaan kata berimbuhan digunakan rumus

jumlah penggunaan yang tepat

x 100%


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan bahasan penelitian mengenai penggunaan kata berimbuhan dalam laporan Praktik Kerja Industri Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan tahun 2013, ditemukan 2932 penggunaan kata berimbuhan yang mengalami proses morfofonemik. Dari 2932 penggunaan kata berimbuhan yang menjadi data penelitian, terdapat 2897 kata berimbuhan yang penggunaannya tepat atau sebesar 98,8% dan 35 kata berimbuhan yang penggunaannya tidak tepat atau sebesar 1,54%.

Penggunaan kata berimbuhan yang ditemukan dalam penelitian meliputi, 1. penggunaan kata berprefiks sebanyak 1089 kata yang terdiri atas prefiks

{meN-} dengan alomorf yang ditemukan adalah {men-}, {mem-}, {me-i}, {meny-}, {menge-}, dan {meng-}; prefiks {ber-} dengan alomorf yang ditemukan yaitu {ber-}, {bel-} dan {be-}; prefiks {peN-} dengan beberapa alomorf yang ditemukan yaitu {pen-}, {pe-}, {pem-}, {peng-}, dan {peny-}; prefiks {per-} dengan alomorf yang ditemukan {per-}, {pe-}, {pel-}; prefiks {ter-} tidak ditemukan alomorfnya.

2. penggunaan kata berkonfiks sebanyak 628 kata yang terdiri atas konfiks {peN-an}, dengan alomorf yang ditemukan adalah {pen-an}, {pem-an}, {peng-an}, dan {peny-an}; konfiks {per-an)}sebanyak 232 kata dengan alomorfnya yaitu: {per-an}, {pel-an) dan {pe-an}; dan berkonfiks,{ber-an} sebanyak 42 kata.


(45)

3. penggunaan kata bersimulfiks sebanyak 764 yang terdiri alas {me-kan} dengan alomorf yang ditemukan yakni {me-kan}, {men-kan}, {meny-kan} {meng-kan}, {mem-kan}; dan {me-i} sebanyak 222 kata dengan alomorf yang ditemukan adalah {men-i}, {meny-i}, {meng- i}, dan {mem-i}.

4. penggunaan kata bersufiks ditemukan sebanyak 451 kata atau sebesar 15,38 % yang terdiri dari pemunculan fonem /w/ dan /y/ serta pergeseran fonem dasar yang berarti pergeseran suku kata pada bentuk dasar yang telah diimbuhkan sufiks {-an}.

Berdasarkan hasil dan bahasan penelitan mengenai penggunaan kata berimbuhan dalam laporan praktik kerja industri (prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013 ditemukan penggunaan kata berimbuhan yang penggunaannya tepat dari segi bentuk. Selain itu, ditemukan pula penggunaan kata berimbuhan yang tidak tepat dari segi bentuk. Ketidaktepatan dari segi morfofonemiknya terjadi pada kata berimbuhan }, {ter-}, {per-an}, {meN-kan},dan {meN-i} yakni ketidaktepatan dari segi kaidah morfofonemiknya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut 1. Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknva lebih mencermati kaidah

pembentukan kata salah satunya dalam hal penggunaan kata berimbuhan sehingga penggunaan kata berimbuhan dalam kalimat menjadi benar.

2. Ketua program keahlian TKJ hendaknya lebih teratur dalam menyimpan dokumen-dokumen laporan praktik kerja industri sehingga dapat dengan mudah digunakan jika suatu saat ada yang memerlukannya.


(46)

3. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Bandar Lampung, hendaknya mewajibkan seluruh siswa pada setiap program keahlian yang mengikuti kegiatan praktik kerja industri (prakerin) membuat laporan praktik kerja industri karena membuat laporan prakerin dapat dijadikan latihan siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta melatih keterampilan berbahasa siswa yang kelak akan sangat berguna pada saat siswa masuk ke dunia kerja.

4. Dalam mengajarkan tata pembentukan kata, handaknya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih memfokuskan pada pengajaran dari segi bentuk dan makna kata berimbuhan karena dalam tulisan siswa masih terdapat ketidaktepatan penggunaannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketepatan penggunaan kata berimbuhan, yaitu membiasakan siswa membuat karya tulis atau tugas-tugas dalam pembelajaran disekolah. Selanjutnya tugas-tugas tersebut diperiksa kemudian dikembalikan untuk dibahas dalam diskusi.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (Ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perum Balai Pustaka, Jakarta. 468 hlm.

Alwi, Hasan. 1966. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Depdikbud, Jakarta.

Amirin, Tatang. M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Chaer, Abdul. 1998. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Rineka Cipta, Jakarta. 412 hlm.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Jakarta. 1826 hlm.

Fuad, Muhammad, dkk. 2006. Penggunaan Bahasa Laras Ilmiah. Universitas Lampung, Bandarlampung. xii+174 hlm.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah, Ende flores. 197 hlm. ---. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta. 161 hlm.

Nawawi, Hadari. H, dkk. 1996. Penelitian Terapan. Gajah Mada University Pers, Yogyakarta. Hal 73.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta. 264 hlm.

Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. CV. Karyono, Yogyakarta.173 hlm.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Erlangga, Jakarta. 374 hlm.

Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. 208 hlm.


(48)

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa, Bandung. 205 hlm.

---. 1995. Pengajaran Morfologi. Angkasa, Bandung. 217 hlm. Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung, Bandarlampung. vxi+62 hlm.

Widodo, Mulyanto, dkk. 1996. MKU Bahasa Indonesia. Universitas Lampung, Bandar Lampung.iv+218 hlm.


(49)

KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Sumber Nama Judul Prakeri

A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H. I. J.

K.

L.

M.

N.

S.F

R.Y

A.S

L.S

M.W

Y.A

D.F

S.P N.A H.Y

E.A

R.F

P.S

M.A

Hasil Program Praktek Kerja Industri di P.t Mandala lintas Nusa lampung Program keahlian Teknik komputer dan Jaringan.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusido Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Slara Niaga Komputer Bandar Lmpung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di CV. Cahaya Komputer Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di cv. Bina Sastriatama Network.

Hasil Program Praktek Kerja Industri Di Zona Toshiba Simpur Senter.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri Hasil Program Praktek Kerja Industri

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di BESTNET KOMPUTR.

Hasil Program Praktek Kerja Industri di Syscom Simpur Center.

Merakit Komputer Dan Mendiagnosis Kerusakan Komputer. Laporan Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusindo Bandar Lampung.


(50)

P.

Q.

R.

S.

I.R

O.F

D.R

T.A

Hasil Program Praktek Kerja Industri di PT. Prima Teknologi Solusion Bandar Lampung.

Laporan Praktek Kerja Industri Pada Cipta Mandiri Computer.

Laporan Praktek Kerja Industri DNS Server dan SNMP OpenBSD.


(51)

Industri (Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun 2013

No. Data Pembentuk Bagi Unsur

Langsung Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Sekolah menengah kejuruan SMK… … dapat mencetak tenaga kerja yang siap pakai…

…praktik kerja lapangan siswa banyak yang hanya dapat menerka..

…siswa lebih banyak mengenal

Untuk kiat yang menjadi faktor

utama…

…apabila lebih dari satu tahun tidak lagi mengerjakan mengelas…

Melihat kenyataan diatas…

... mendukung siswa lulus sekolah… Praktik kerja industri dapat

memperoleh

... dilaksanakan sebagai usaha untuk menjalin

Dengan menjadi anggota APJll… …Update teknologi yang terus menerus

Sebagai contoh saya membuat ruang kosong/space ubuntu…

….Untuk menginformasi aturan yang

diperlukan sebelum…

Lalu sekarang dilanjutkan dengan menginstal

Mengisi kontraks/ikhtiar… Mengupdate kontraks/ikhtiar….

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

meN- + tengah meN- + cetak

meN- + terka

meN- + kenal meN- + jadi

meN- + las

meN- + lihat meN- + dukung meN- + peroleh

meN- + jalin

meN- + jadi meN- + terus

meN- + buat

meN- + informasi

meN- + instal

meN- + isi meN- + update

8 1 1 1 2 1 1 1 1 1 7 1 4 1 1 1 1


(52)

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.

menjalin kerja sama antara dunia pendidik dengan dunia industri…

…saat anda memulai menyalakan

computer anda….

Membuat mengisi kontrak/ikhtiar perjanjian…

…maka anda harus memakai kabel

UTP katagori 5…

…dengan menguji beberapa bit pertama dari IP Andress… Sekarang komputer anda dapat menakses internet.

Garis pemisah antara bagian network dan host tidak lengkap…

…APJJI adalah pengelola IIX …

Dengan kepuasan pelanggan Nusanet berkembang ...

…yang harus dibagikan ke seluruh pengguna jaringan internet…

Garis pemisah antara bagian network dan host tidak tetap…

kerja sama dunia pendidik dengan dunia industry…

... faktor utama penentu kadar keahlian profesional seseorang ... ... kritik yang membangun dari pembaca merupakan modal utama ... Nusanet berpusat di kota Medan dan sementara melayani…

…saya dari Nusanet bermaksud utuk

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

meN- + jalin

meN- + mulai

meN- + isi

meN- + pakai

meN- + uji

meN- + akses

peN- + pisah

peN- + kelola peN- + langgan

peN- + guna

peN- + pisah

peN- + didik

peN- + tentu

peN- + baca

ber- + pusat

ber- + maksud

1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2


(53)

36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.

sesuatu network dari network lain… ….kompatebel dengan TCP/IP berbasis jaringan….

... dikonfigurasikan sebelum dahulu agar bias berkomunikasi…

Berarti anda…

… anda telah berhasil melakukan test konteks terhadap radio…

Session status berubah menjadi REGISTERED

….saya dapat belajar banyak ilmu dari para Staff Nusanet….

….karena dengan bertambahnya

jaringan internet dari Nusanet …. ….saya dapat belajar banyak ilmu dari para Staff Nusanet….

Berdiri sejak tahun 1996 sebagai perusahaan Web Hosting dan Design.. …bergantung kepada kelas

network….

…byte pertamanya selalu bernilai antara…

Berjumlah 65.355 network dengan jumlah host…

... digunakan untuk jaringa berukuran kecil seperti LAN.

Sumber daya manusia terbaik Update teknologi yang terus-menerus… ….semua ruang bebas/free space yang tersedia

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

ber- + basis

ber- + komunikasi

ber- + arti ber- + hasil

ber- + ubah

ber- + ajar

ber- + tambah

ber- + ajar

ber- + diri

ber- + gantung

ber- + nilai

ber- + jumlah

ber- + ukur + -an

ter- + baik

ter- + sedia

1 2 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2


(54)

52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69.

….seluruh host yang tersambung dalam jaringan yang sama… Jadi pada kelas A terdapat 127

network…

Netrwork ID terdiri dari 24 bit dan host ID 8 bit…

… sehingga dapat terbentuk sekitar 2 juta network….

….anda harus login terlebih dahulu… Sekarang SSID roeter telah

terdeteksi

….dengan semua devisi terutama

Team Techinal Suport…

... sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, ...

Hal tersebut dapat dilihat dari ... ... melakukan test koneksi terhadap radio.

…kondisi nyata pelajar dalam kegiatan proses belajar… Materi praktik kejuruan megenai penggunakan

…masukan CD Driver yang disertakan pada paket penjualannya….

…sekolah menengah kejuruan yang siap pakai akan tetapi perusahaan ... ... masih menerapkan pendidikan… …tempat dan waktu pelaksanaan… …dan pelatihan bagi yang telah lolos seleksi….

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

ter- + sambung

ter- + dapat

ter- + diri

ter- + bentuk

ter- + lebih ter- + deteksi

ter- + utama

ter- + sedia

ter- + sebut ter- + hadap

per- + ajar

peN-an + guna

peN-an + jual

per-an + usaha

peN- + didik + -an peN-an + laksana peN- + latih + -an

1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 5 2


(55)

72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87.

sebagai masa uji coba… …penggunaan alat dan tidak semuanya dapat memanfaatkan …

…sesuai dengan hasil pengamatan

penelitian direktorat pendidikan menengah kejuruan…

…Dilihat dari kondisi pembelajaran yang belum kondusif…

Seseorang tidak semata-mata di ukur oleh penguasaan…

pengetahuan dan teknik kerja… ....byte pertamanya berkisaran antara 224-247..

... dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan kecepatan … ... perjanjian berlangganan untuk costumer lama.

peralatan yang lengkap dan modern yang disajikan di sekolah…

perusahaan jasa internet Indonesia….

Membuat mengisi kontrak/ikhtisar perjanjian untuk new customer…

…dengan adanya perbedaan

kecepatan akses….

… cara mengerjakan pekerjaan pada

bidang frifesi itu sendiri…

perbedaan tiap kelas adalah pada

ukuran dan jumlahnya…

merupakan pihak yang terdapat

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Konfiks + kata dasar

Simulkfiks+kata dasar

peN-an + guna

peN- + amat + -an peN-an + teliti

peN- + belajar + -an

peN-an + kuasa

peN-an + tahu ber- + kisar + -an

ber- + dasar + -kan

ber- + langgan + -an

per-an + alat

per-an + usaha

per- + janji + -an

per-an + beda

per- + kerja + -an

per-an + beda

meN- + rupa + -kan 1 1 1 1 2 1 1 4 2 7 3 2 2 2 2 3


(56)

89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. usaha…

…oleh karna itu sulit diharapkan untuk mampu memberikan….

…kejuruan SMK perlu mengadakan

kerja sma dengan dunia industri… …kemampuan yang lebih serta mendapatkan praktik …

Diharapkan siswa-siswi yang

melaksanakan praktik kerja industri... …siswa-siwa dapat

membandingkan

Meningkatkan lulusan yang berkualitas dari sekolah….

Jika sudah selesai menentukan besar ruang kosong…

Setelah mengecilkan drive… ...untuk membuat Ubuntu dan menggunakan semua ruang bebas…

…saat anda memulai menyalakan

computer anda…

Saya dari nusanet menawarkan Upgrade paket…

…untuk menghubungkan computer

pada internet….

…anda dapat membedakan

penggunaan kabel dengan ...

…peralatan praktik cukup memadai

Materi praktik kerja kejuruan mengenai penggunaan peralatan.. ... bagi para siswa agar memiliki

Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar Simulkfiks+kata dasar

meN- + beri + -kan

meN- + ada + -kan

meN- + dapat + -kan

meN + laksana + -kan

meN + banding + -kan

meN + tingkat + -kan

meN- + tentu + -kan

meN- + kecil + -kan meN- + guna + -kan

meN- + nyala + -kan

meN- + tawar + -kan

meN + hubung + -kan

meN- + beda + -kan

meN-i + pada meN-i + kena

meN- + milik + -i

1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 7


(57)

106. 107. 108. 109. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 123.

mengikuti praktik kerja lapangan ... Nusanet berpusat di kota Medan dan Sumatra melayani…

Pendapatan seluruh costumer meliputi

…kami menghargai waktu dan

keputusan anda…

... untuk melatih mental para siswa agar dapat....

...siswa dapat mengenal semua hal yang mereka belum ketahui... ...cara merakit dan....

...menginstal PC dengan baik dan.... ...bagi setiap siswa di mana sekolah menengah kejuruan SMK...

...kami memulainya dari melakukan observasi ke perusahaan industri.. ....untuk membantu perusahaan industri dan..

....Untuk membantu perusahaan industri dan menambah pengalaman ... Perusahaan mencapai seluruh

tujuannya dengan membangun tujuan yang dapat diukur...

....susunan organisasi yang baik akan memperlancar jalannya perusahaan... ...memilih menu sistem tools dan pilih submenu reboot...

...server banyak membantu dalam hal pelayanan client...

Simulkfiks+kata dasar

Simulkfiks+kata dasar

Simulkfiks+kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

meN- + layan + -i

meN- + liput + -i

meN- + harga + -i

meN- + latih

meN- + kenal

meN- + rakit meN- + instal meN- + tengah

meN- + mulai

meN- + bantu

meN- + tambah

meN- + capai meN- + bangun

meN- + perlancar

meN- + milih

meN- + bantu

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1


(58)

125. 126. 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140.

...ketika siswa telah mengerti tentang suatu materi...

...perangkat menunjang dalam bentuk teknologi mutakhir....

...bagi anda untuk mencari seluruh produk-produk....

Fasilitas dan layanan pelanggan PT.... ...kabel yang memiliki selubung pembungkus sedangkan unshielded.. ...pemancar didalam sebuah Access generator oleh transmiterr/pemancar... ... berfungsi sebagai pengolah.... ....file sharing penghubung antara windows dengan Linux...

... jaringan internet beserta

kelengkapan-kelengkapan pendukung. ... menggunakan perangkat penunjang dalam...

... memungkinkan pengguna untukbekerja sama, ...

... perusahaan penyedia layanan internet ...

teknologi mutakhir yang terus berkembang dan dikendalikan ... ... sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi, ... ...Prima Asia Network berhasil memberikan sumbangsih...

...dalam beragam paket diantaranya paket personal...

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

meN- + arti

meN- + tunjang

meN- + cari

peN- + langgan peN- + bungkus

peN- + pancar

peN- + olah peN- + hubung

peN- + dukung

peN- + tunjang

peN- + guna

peN- + sedia

ber- + kembang

ber- + gerak

ber- + hasil

ber- + ragam

1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1


(59)

143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. langsung....

...Berjalan baik pada 10Mbps dan Fast Ethernet....

berfungsi untuk Switch dalam jaringan yang bekerja berlapis...

...tanpa kabel ke berbagai perangkat access point....

Jaringan wireless mempunyai karakteristik yang berbeda...

...penggunaan untuk bekerja sama... ...Melalui internet atau internet perusahaan dan berfungsi... ...bersama-sama dalam suasana virtual....

...Server yang bertugas untuk menangani e-mail....

...Proxy server bertindak sebagai mediator....

...web yang umumnya berbentuk dokumen HTML....

...yang tidak terdapat disekolah seperti pengenalan hardware....

... Prakterk kerja industri tersebut sunguh-sungguh....

... pada awalnya lebih terfokus pada penyediaan jaaringan internet ... ... peradaban baru yang lebih terdepan dalam segala bidang.

...kebutuhan dan kepuasan pelanggan tersedia dalam beragam ...

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

Prefiks + kata dasar

ber- + jalan

ber- + lapis

ber- + bagai

ber- + beda

ber- + kerja ber- + fungsi

ber- + sama-sama

ber- + tugas

ber- + tindak

ber- + bentuk

ter- + dapat

ter- + sebut

ter- + fokus

ter- + depan

ter- + sedia

1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 7 1 1 1


(1)

1635. 1636.

1637. 1638. 1639.

1640. 1641.

1642. 1643. 1644.

1645. 1646. 1647. 1648. 1649.

1650.

1651.

1652.

1653. 1654.

1655.

bagian.

... melalui saluran telepon.

... menempuh ujian tengah semester di kelas dua ...

Tujuan pembuatan laporan ini adalah

Dukungan yang diberikan berupa ... ... kami berharap laporan ini

bermanfaat bagi ...

Susunan organisasi yang baik akan ... ... tanggung jawab masing-masing

bagian.

Fungsi dan peranan komputer ... ... mulai dari kepentingan hiburan, ... Bentuk dan ukurannya pun mengalami perkembangan ...

... mencapai ruangan 5x5 meter, ... ... sebatas ukuran kotak makanan ... ... agar CDROOM jadi urutan yang ... ... sampai tulisan muncul ...

... seperti tampilan gambar di bawah ini.

... dapat kami jadikan panutan untuk kami ...

... terus mempunyai hubungan kerja sama agar ...

... mudah-mudahan dapat saya kembangkan di ...

Semoga buku laporan ini ... ... pengalaman yang mencakup

tinjauan tentang ...

Memperluas pandangan siswa terhadap ...

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

salur + -an uji + -an

lapor + -an dukung + -an lapor + -an

susun + -an bagi + -an

peran + -an hibur + -an ukur + -an

rung + -an makan + -an urut + -an tulis + -an tampil + -an

panut + -an

hubung + -an

mudah-mudah + -an

lapor + -an tinjau + -an

pandang + -an

1 1

5 2 1

1 1

1 1 3

1 1 1 1 1

1

1

1

2 1


(2)

1656.

1657.

1658. 1659. 1660. 1661. 1662.

1663.

1664. . 1665.

1666. 1667.

1668.

1669.

1670. 1671.

1672.

1673.

1674.

Memperoleh masukan dan umpan balik ...

... perusahaan yang memiliki peranan

menyediakan ...

... maka terjadilah hubungan pendek ... ... merusak hasil rakitan kita.

... berisi rangkaian elektronik ... ... sangat rawan terhadap goncangan. ... dapat kami jadikan panutan untuk kami menjalankan sebuah usaha... ... dapat menyelesaikan laporan

praktik kerja industri ...

Terima kasih kepada pengurus,

pimpinan, pembimbing, ...

... tanggung jawab masing-masing

bagian.

... melalui saluran telepon.

... menempuh ujian tengah semester di kelas dua ...

Bagian kode yang melakukan tugas-tugas ...

... sebagai penghubung antara lapisan

hardware dan lapisan software ... ... secara bersamaan tanpa hambatan. ... yang dikerjakan dalam satu

rangkaian.

... diharapkan dapat dijadikan acuan

bagi lancarnya ...

Dengan dibuatnya laporan ini diharapkan juga ada kesamaan ... ... pihak sekolah dengan industri

pasangan.

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

masuk + -an

peran + -an

hubung + -an rakit + -an rangkai + -an goncang + -an panut + -an

lapor + -an

pimpin + -an

bagi + -an

salur + -an uji + -an

bagi + -an

lapis + -an

hambat + -an rangkai + -an

acu + -an

lapor + -an

pasang + -an

1

1

2 1 2 1 1

3

2

1

1 1

1

2

1 1

1

2


(3)

1675.

1676.

1677.

1678.

1679.

1680.

1681.

1682.

1683.

1684.

1685. 1686. 1687. 1688.

1689.

1690. 1691.

Harapan sebagai penulis di dalam penjelasan...

... mengambil manfaat dari isi laporan

tersebut ...

... meningkatkan bimbingan kepada siswa yang sudah mulai PKL. ... dapat mempermudah pimpinan

untuk mengetahui tugas ...

... tanggung jawab masing-masing

bagian.

... apabila terjadi gangguan pada layanan kami ...

... menempuh ujian tengah semester di kelas dua ...

... sangat diwajibkan untuk tingkatan

SMK dan sederajat...

... mengembangkan hubungan antara sekolah dengan dunia usaha ... Sebagai syarat mengikuti ujian

nasional.

... BSD adalah singkatan dari ... ... sebagai paket tambahan ...

... membaca tulisan yang dibuat oleh .. ... hanya pada bagian-bagian terpilih dari ...

... mendapat gambaran tentang situasi yang sebenarnya ...

Mengadakan kegiatan luar ruangan. Membuat pakaian seragam ...

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar

Sufiks + kata dasar Sufiks + kata dasar

harap + -an

lapor + -an

bimbing + -an

pimpin + -an

bagi + -an

ganggu + -an

uji + -an

tingkat + -an

hubung + -an

uji + -an

singkat + -an tambah + -an tulis + -an bagi+ -an

gambar + -an

ruang + -an pakai + -an

1

5

1

1

1

1

1

1

1

1

1 1 1 1

1

3 1


(4)

1.5 Melafalkan kata dengan

artikulasi yang tepat  Mengucapkan kata dengan suara yang jelas dan tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/lazim

 Melafalkan bahasa Indonesia baku, termasuk lafal bahasa daerah yang dibedakan berdasarkan konsep lafal baku bahasa Indonesia

 Artikulasi bunyi

 Perbedaan makna sebagai kesalahan artikulasi bunyi

 Konsep lafal baku bahasa Indonesia

 Menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan informasi

 Mengidentifikasi pelafalan kata yang tidak tepat

 Melafalkan kata yang telah teridentifikasi itu dengan suara yang jelas dan tekanan pada suku kata, serta artikulasi yang tepat/lazim

 Memperbaiki lafal bahasa Indonesia yang terpengaruh lafal bahasa daerah berdasarkan konsep baku bahasa Indonesia

 Jenis tes: * lisan * tulisan * perbuat-an

 Bentuk tes: * objektif * uraian

3 - -  Nara-sumber

 Rekaman

 Modul B. Ind. Tkt. Semenjana

 KBBI

1.6 Memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

 Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan tuntut sitausi komunikasi secara tepat, menarik, dan kreatif

 Memanfaatkan sinonim, atau parafrasa untuk menghindari pengulangan mubazir kata yang sama dalam satu kalimat/paragraf

 Membedakan pemakaian kata bersinonim yang memiliki nuansa yang berbeda berdasarkan makna leskikal, kontekstual, situasional, makna struktural, metaforis

 Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa

 Cara memanfaatkan sinonim dalam kaitannya dengan konteks

 Makna leksikal, makna kontekstual (situasional), makna struktural, metaforis

 Kalimat efektif

 Menentukan tema pembicaraan

 Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan tuntutan tema permbicaraan secara tepat, menarik, dan kreatif

 Mengklasifikasikan konteks kata yang termasuk ke dalam sinonim dan parafrasa dari konteks tema tersebut

 Menggunakan sinonim dan parafrasa secara tepat

 Membedakan pemakaian kata bersinonim yang memiliki nuansa yang berbeda berdasarkan makna leskikal, kontekstual, situasional, makna struktural, metaforis

 Menggunakan kata dan ungkapan yang sesuai dengan situasi komunikasi dalam hal ragam dan laras bahasa

 Jenis tes: * lisan * tulisan * perbuat-an

 Bentuk tes: * objektif * uraian

4 - -  Kamus Umum

 Kamus Khusus

 Lirik Lagu, Iklan, Teks

 Abdul Razak. (1992).

Kalimat Efektif.  Tarigan.

(1987).Peng ajaran Gaya Bahasa.  Kamus

Idiom

 Abdul Chaer. (1997).

Semantik Bahasa Indonesia.


(5)

1.15 Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata

 Menggunakan kata atau bentuk kata yang sama dalam perincian dengan memperhatikan keefektifan dan keefisienan rincian

 Teks yang mengandung rincian yang berupa:

 Kelas Kata

 Bentuk kata

 frasa

 kalimat efektif

 Membaca teks

 Membuat klasifikasi kata berdasarkan kelas kata dan bentuk kata dari teks yang dibacanya

 Menentukan penggunaan kata (beradsarkan kelas dan bentuknya) yang tepat dari teks tersebut

 Menyusun rincian yang efektif dan efisisen berdasarkan pemanfaatan kategori atau kelas kata

 Jenis tes: * lisan * tulisan * perbuat-an

 Bentuk tes: * objektif * uraian

6 - -  Teks

 Ramlan. (1987).

Kelas Kata  Modul B.

Ind. Tkt. Semenjana

1.16 Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat

 Menetapkan topik berdasarkan tema tertentu

 Membuat kerangka karangan

 Menentukan kalimat utama berdasarkan kerangka yang ditetapkan

 Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eskposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat

 Perencanaan Karangan: Penentuan tema, perumusan topik/judul, perumusan

tujuan/tesis/maksud karangan

 Langkah-langkah Menulis (Narasi, Deskripsi, Eksposisi)

 Kiat memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan dalam menulis sesuai dengan tema karangan/jenis karangan

 Membaca contoh teks tertulis dari sember tertentu

 Menemukan kalimat-kalimat utama yang terdapat dalam teks tersebut

 Menganalisis kesesuaian kalimat utama dengan judul teks

 Menentukan judul bagi tulisannya sesuai dengan tema yang ditentukan

 Menyusun kerangka berdasarkan judul

 Menentukan kalimat utama berdasarkan kerangka yang ditetapkan

 Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eskposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata dan ungkapan yang tepat

 Jenis tes: * lisan * tulisan * perbuatan

 Bentuk tes: * objektif * uraian

10 - -  Keraf, G. (1987). Diksi dan Gaya Bahasa  Modul B.

Indoensia Tkt. Semenjana

 Chaedar Alwasilah. (2005).

Pokoknya Menulis  Akhadiah,S.


(6)