MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang sedang berproses untuk memiliki keunggulan
kompetitif. Negara-negara yang maju menyelenggarakan pendidikan dengan sistem
yang menarik peserta didik. Maksudnya agar mereka belajar di negara tersebut.
Indonesia merupakan salah satu pasar potensial. Oleh sebab itulah, ada upaya
peningkatan sistem pendidikan dengan penyelenggaraan kelas khusus. Kelas khusus
dimaksudkan adalah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan (RSBI), sebagai langkah
awal menuju ke kelas SBI, Akselerasi (percepatan) untuk peserta didik berbakat, dan
Imersi. Program RSBI dan Imersi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar kegiatan belajar mengajar. Penyelenggaraan kelas khusus tersebut
diharapkan mampu mencetak SDM yang kompetitif pada tingkat internasional.
Ketertinggalan di berbagai bidang pada era globalisasi dibandingkan negaranegara tetangga menyebabkan pemerintah terdorong untuk memacu diri. Di antaranya
dengan upaya memiliki standar internasional. Sektor pendidikan termasuk yang
didorong untuk berstandar internasional. Tiga macam penyeleng- garaan kelas khusus
tersebut, merupakan sektor pendidikan yang mengarah ke standar internasional.

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

masa memang lebih banyak bersifat klasikal massal. Maksudnya berorientasi pada
kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah peserta didik.
Kelemahan yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah tidak
terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal.
Padahal, sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk
memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya
secara optimal.
Untuk itulah Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Di
samping itu, seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Sisdiknas Pasal 50,
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Hal ini merupakan pendidikan khusus
yang dimaksudkan untuk memberi layanan bagi peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.
Upaya Pemerintah sebenarnya telah dimulai tahun 1982. Dalam hal ini
ditangani

oleh

Balitbang


Dikbud

dengan

membentuk

Kelompok

Kerja

Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Kelompok kerja ini mewakili
unsur-unsur struktural serta unsur-unsur keahlian seperti Balitbang Dikbud, Ditjen
Dikdasmen, Ditjen Dikti, Perguruan Tinggi, serta unsur keahlian di bidang sains,
matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa, dan humaniora,
serta psikologi.

Kemudian, pada tahun 1984 Balitbang Dikbud menyelenggarakan perintisan
pelayanan pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, dan SMA di satu daerah
perkotaan (Jakarta), dan satu daerah pedesaan (Kabupaten Cianjur). Program

pelayanan

yang diberikan berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains

(Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa), matematika,
teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia),
humaniora, serta keterampilan membaca, menulis, dan meneliti. Pelayanan
pendidikan dilakukan di kelas khusus di luar program kelas reguler pada waktu-waktu
tertentu.
Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat ini pada tahun 1986
dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdik- bud.
Selanjutnya,

pada

tahun

1994

Departemen


Pendidikan

dan

Kebudayaan

mengembangkan program Sekolah Unggul (Schools of Excelent) di seluruh provinsi.
Hal ini merupakan langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan
khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan aneka bakat kreativitas yang
dimilikinya.
Akhirnya, program ini dianggap tidak cukup memberikan dampak positif pada
siswa berbakat untuk mengembangkan potensi intelektualnya yang tinggi. Keluhan
yang muncul di lapangan secara bersamaan didukung oleh temuan studi terhadap 20
SMU Unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21,75% siswa SMU Unggulan
hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf di bawah rata-rata,
sedangkan mereka yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7%

Reni dalam Depdiknas (2003:4). Kegagalan program tersebut sangat dimungkinkan
karena


faktor

kurang

lancarnya

sistem

komunikasi

manajerial

dalam

penyelenggaraannya.
Tahun 2003, tampak mulai ada persiapan penyelenggaraan kelas khusus.
Kelas

khusus


dimaksudkan

adalah

kelas

RSBI,

Akselerasi,

dan

Imersi.

Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun Anggaran
2007 Nomor: 564.a/C4/MN/2007 tertanggal 15 Juni 2007 tentang Penetapan Sekolah
Penyelenggara Program Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional

(SMA BI). Dalam SK tersebut dinyatakan bahwa SMA 1 Surakarta bersama 98 SMA
lain di Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara program RSBI.
Dalam Surat Keputusan Nomor : 564.a/C4/MN/2007 ditetapkan hal-hal
berikut.
1) Menetapkan 99 SMA Negeri dan Swasta seperti yang tersebut dalam lampiran
sebagai sekolah program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (SMA BI) tahun
2006 dan berlanjut tahun anggarn 2007.
2) Evaluasi terhadap 99 SMA Negeri dan Swasta dilakukan setiap tahun anggaran
secara bertahap.
3) Sekolah program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (SMA BI) harus
menyususn proposal dan menandatangani kesepakatan (MoU) antara Kepala
Sekolah dengan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

4) Sekolah program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (SMA BI) harus
melaksanakan semua hal yang tercantum MoU yang telah disepakati antara
Kepala Sekolah dan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Di

Jawa


Tengah

ada

10

SMA

yang

memeperoleh

kesempatan

menyelenggarakan program RSBI. Kesepuluh SMA yang dimaksud adalah: SMAN 1
Purwokerto, SMAN 1 Kebumen, SMAN 1 Klaten, SMAS Taruna Nusantara, SMAN
Pati, SMAN 1 Temanggung, SMAN 1 Magelang, SMAN 1 Salatiga, SMAN 3
Semarang, dan SMAN 1 Surakarta.
Mekanisme pendirian kelas khusus Program Percepatan Belajar di SMA
Negeri 3 Surakarta, didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pada bab IV pasal 5 Ayat 4 menegaskan bahwa warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh
pendidikan khusus (UU RI Nomor 20 Tahun 2003: 60). Di dalam bab V pasal 12 ayat
1 butir b dan f dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya. Tujuannya, agar dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing. Di samping itu, tidak menyimpang dari
ketentuan batas waktu yang ditetapkan (UU RI Nomor 20 Tahun 2003: 61).
Berdasarkan amanat yang tercantum di dalam undang-undang tersebut di atas,
pemerintah

memberi

kesempatan

kepada

masyarakat

(sekolah)


untuk

menyelenggarakan atau mendirikan sekolah khusus (akselerasi). Pada tahun 2003

SMAN 3 Surakarta menyelenggarakan sekolah khusus program akselerasi dengan
prosedur seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Dasar operasional penyelenggaraannya sebagai berikut.
1) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Nomor 111/C/LL/2003 tanggal 9 Januari 2003
perihal Program Percepatan Belajar.
2) Surat Persetujuan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Tengah tertanggal 24 Oktober 2002 tentang penyelenggaraan Program
Akselerasi.
3) Surat Edaran Direktorat PLB, tentang Program Perecepatan Belajar (Akselerasi).
4) Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Tengah Nomor: 421.7/0025859 tentang Penetapan Sekolah Lanjutan Atas
(SMA) Penyelenggara Percepatan Belajar
Mengenai dasar hukum penyelenggaraan kelas Imersi antara lain sebagai
berikut.
1. UU RI Nomor 22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas Pokok,

Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Tengah.
Berdasarkan hasil lokakarya maupun studi banding ke luar negeri bahasa
pengantar kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk kelas RSBI dan Imersi khususnya

menggunakan bahasa internasional. Dalam hal ini yang dianggap sesuai dengan
tantangan globalisasi Indonesia, adalah bahasa Inggris sebagai bahasa pilihannya.
Kendatipun tidak untuk semua mata pelajaran, terutama mapel Bahasa Indonesia dan
PPKn.
Hal itu diasumsikan bahwa harapannya untuk studi lanjut ke luar negeri
maupun dalam negeri unggulan. Bahasa Inggris khususnya menjadi salah satu kun ci
yang harus dimiliki oleh para siswa. Akibatnya, baik Kepala Sekolah maupun guru
secara umum diasumsikan berkategori profesional. Dengan sendirinya sesuai dengan
tuntutan pemenuhan kebutuhan proses pencapaian tujuan lulusan unggul- an.
Indikator lulusan unggulan diasumsikan terhadap penguasaan bahasa Inggris secara
aktif, hasil ujian bagus serta mudah masuk ke sekolah favorit jenjang pendidikan
berikutnya baik di dalam maupun luar negeri. Dengan demikian, untuk mencapai
tuntutan tersebut, diperlukan pemenuhan kriteria Kepala Sekolah dan guru
profesional serta ideal yang berkemampuan menguasai Bahasa Inggris sebagai bahan
pengantar dalam KBM.
Pemenuhan kriteria Kepala Sekolah dan guru profesional serta ideal berhu
bungan erat dengan sistem komunikasi manajerial Sumber Daya Manusia yang
bertumpu pada Kepala Sekolah dan guru. Kepala Sekolah adalah orang yang berada
di garis paling depan, yang mengkordinasikan upaya peningkatan pembela jaran
bermutu. Mulyasa (2005: 24) mengemukakan bahwa Kepala Sekolah meru- pakan
salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Wahjosumidjo (2005: 83) mengemukakan Kepala Sekolah adalah

seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, di
mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid yang menerima.
Kaitannya dengan pembelajaran, Kepala Sekolah harus dapat berkola- borasi
untuk mengembangkan keterampilan baru, perlakuan, dan pengetahuan untuk
mencapai tujuan. Indikator guru ideal juga mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Indikator guru ideal di antaranya adalah: 1) berkualifikasi pendidikan
memadai, 2) memiliki visi dan misi sebagai guru, 3) mampu men- transfer ilmu
kepada peserta didik, 4) mampu mengubah, 5) memotivasi peserta didik, 6) sesuai
dengan bidang kompetensinya, 7) menggunakan metode berva- riasi, 8) menguasai
materi, 9) berwawasan luas, dan 10) berkomunikasi dengan baik. Salah satu
komponen sistem komunikasi manajerial yang merupakan salah satu komponen yang
terdapat dalam indikator guru ideal diantaranya adalah baha- sa yang erat kaitanya
dengan komunikasi.
Penyampaian informasi, ide maupun gagasan diwujudkan dalam komuni- kasi
dua arah yang dapat memperlancar hubungan. Komunikasi tersebut seringkali
terhalang karena adanya kendala dalam komunikasi itu sendiri. Kendala-kendala
tersebut yaitu adanya faktor protectiveness (perlindungan). Dalam hal ini pimpin- an
seringkali tidak memberitahukan informasi tertentu pada bawahan atau timnya karena
takut akan menyakiti hati bawahan. Alasan lain adalah bahwa pimpinan menganggap
informasi tersebut harus dilindungi, dan bukan untuk konsumsi bawahan. Bawahan
tidak akan mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Adanya faktor

defensiveness (pertahanan) di mana seseorang bisa saja tidak mau menerima
informasi (menolak untuk mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi
apabila sudah terbentuk suatu emosi negatif terhadap orang yang memberi informasi.
Faktor berikutnya adalah adanya tendency to evaluate (kecenderungan untuk
menghakimi) di mana suatu keadaan yang apabila mendapat informasi dari seseorang
mengenai keburukan orang lain, pimpinan cenderung mengambil sikap mengevaluasi
tanpa mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan orang yang
dibicarakan tersebut. Terpengaruh oleh pandangan satu orang, pimpinan langsung
membentuk opini tertentu dan mengambil keputusan sepihak tanpa melibatkan orangorang yang terkait, dan tanpa mengumpulkan fakta lapangan yang cukup.
Hal tersebut bukanlah merupakan komunikasi dua arah, tetapi komunikasi
satu arah, atau bahkan bisa dikatakan bahwa tidak terjadi komunikasi sama sekali.
Selain itu, faktor narrow perspectives (perspektif yang sempit) juga menjadi kendala
dalam komunikasi sebab jarang meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari
lingkungan pekerjaan sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya
sendiri dan tidak mencoba melihat dari sudut pandang orang lain.
Pimpinan yang sering mengambil keputusan besar yang menyangkut
keputusan keuangan dan strategi operasional secara umum, seringkali tidak mempertimbangkan detail pelaksanaan pekerjaan dan sudut pandang para pekerjaan.
Bawahan hanya melihat suatu masalah dari sudut pandangnya sendiri (kepentingan
individu semata, tanpa mencoba memahami sebuah situasi dari sudut pandang yang
berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menye- babkan konflik (tiap orang

hanya melihat dari sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain).
Faktor berikutnya dalam hal insufficient time, di mana keterbatasan waktu untuk
menyampaikan informasi secara menyeluruh.
Kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan segera, seringkali waktu
berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi dilakukan dengan tergesa. Hal tersebut
mengakibatkan informasi yang disampaikan tidak lengkap. Dampaknya adalah orang
lain hanya menerima sebagian informasi (tidak utuh), sehingga ada ke- mungkinan
informasi tersebut salah dipahami.
Pemahaman mengenai berbagai kendala yang menghambat terjadinya
komunikasi dua arah, akan memudahkan dalam menyusun strategi untuk membangun
komunikasi dua arah tersebut. Sebagai alat sistem komunikasi manajerial, wujud
bahasa yang dipergunakan sesuai dengan kebutuhan komunikasi antar berbagai pihak.
Dalam dunia pendidikan misalnya komunikasi antara Kepala Sekolah dan guru pada
waktu rapat maupun diluar rapat, komu- nikasi antara guru dengan guru, guru dengan
murid, dan sebagainya. Jadi, bahasa yang dipilih banyak mengacu ke aktivitas formal
dan informal.
Di kalangan masyarakat pengguna jasa pendidikan, terselenggaranya kelas
khusus yaitu kelas Imersi tersebut informasinya tampak belum luas. Oleh karena itu,
juga diasumsikan masih perlunya dikembangkan sistem komunikasi mana- jerial
dengan iklan, hubungan masyarakat dan publisitas sebagai salah satu meto- de bauran
komunikasi sosialisasi.
Salah satu komponen sistem komunikasi manajerial diantaranya adalah ba-

hasa yang erat kaitanya dengan komunikasi. Komunikasi adalah sebuah proses
interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya. Pada awalnya
berlangsung sangat sederhana. Dimulainya dengan sejumlah ide yang abstrak atau
pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data, dan menyampaikan informasi.
Setelah itu, dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual.
Penyampaian informasi, ide maupun gagasan diwujudkan dalam komunikasi dua arah
yang dapat memperlancar hubungan. Seringkali terhalang karena adanya kendala
dalam komunikasi itu sendiri. Di antara kendala yang sering muncul dalam
komunikasi adalah protectiveness (perlindungan), defensiveness (pertahan- an)
terhadap informasi, tidak mau menerima informasi (menolak untuk mende- ngar
informasi yang disampaikan), dan tendency to evaluate (kecenderungan untuk
menghakimi). Selain itu, narrow perspectives (perspektif yang sempit) juga menjadi
kendala.
Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan konflik (tiap orang
hanya melihat dari sudut pandang sendiri, dan tidak mencoba memahami orang lain).
Alasan lain adalah keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara
menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan segera, seringkali
waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi dilakukan dengan tergesa-gesa.
Akibatnya, informasi yang disampaikan kepada orang lain pun tidak lengkap.
Dampaknya adalah orang lain hanya menerima sebagian informasi (tidak utuh),

sehingga

ada

kemungkinan

informasi

tersebut

salah

dipahami

(http://id.

wikipedia.org/wiki/Komunikasi).
Setelah memahami berbagai kendala yang menghambat terjadinya komunikasi
dua arah, akan lebih mudah untuk menyusun strategi guna membangun komunikasi
dua arah tersebut. Sebagai alat sistem komunikasi manajerial, wujud bahasa yang
dipergunakan sesuai dengan kebutuhan komunikasi antarberbagai pihak.
Untuk melayani pendidikan khusus sesuai UU Sisdiknas Pasal 50 (Depdiknas,
2003b: 33), di Surakarta telah diselenggarakan sekolah-sekolah plus atau kelas
khusus. Kelas khusus yang dimaksud antara lain Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) di SMA Negeri 1, Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMA Negeri 3,
dan Imersi di SMA 4 Surakarta.
Pelaksanaan SBI di SMA 1 Surakarta dimulai dengan membuka kelas rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional. Proses pembelajaran di kelas rintisan ini
menggunakan kurikulum 2004 yang diadaptasi dengan kurikulum mitra internasional
(yang dirujuk oleh pemerintah), dan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris.
Pelaksanaannya mulai pada tahun pelajaran 2005/ 2006. Program kelas akselerasi
dimulai tahun pelajaran 2003/2004. Sementara itu, program kelas imersi dimulai pada
tahun pelajaran 2004/2005. Oleh karena penyelenggaraan program sekolah tersebut
masih baru, maka menarik untuk diteliti. Fokus penelitian penulis tertuju pada sistem
komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi pemasaran
(sosialisasi) dalam penyelenggaraan kelas khusus tersebut.

Sistem komunikasi dalam hal ini mencakupi sistem komunikasi antara kepala
sekolah dengan guru, antara guru dengan guru, antara guru dengan peserta didik, dan
antara peserta didik dengan peserta didik. Di samping itu, juga antara peserta didik
dengan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai macam unsur.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, ada tiga masalah yang perlu dicari
jawabannya dalam penelitian ini.
1. Bagaimana sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran
komunikasi pemasaran pada penyelenggaraan kelas RSBI di SMA Negeri ?
2. Bagaimana sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran
komunikasi pemasaran pada penyelenggaraan kelas akselerasi di

SMA

Negeri?
3. Bagaimana sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran
komunikasi pemasaran pada penyelenggaraan Imersi di SMA Negeri?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut ada tiga hal
yang peru dibahas dalam penelitian ini.
1. Sistem komunikasi manajerial SDM dan bauran komunikasi sosialisasi
penyelenggaraan kelas RSBI SMA Negeri yang berlangsung pada saat ini..

2. Sistem komunikasi manajerial SDM dan bauran komunikasi sosislisasi
penyelenggaraan kelas Akselerasi di SMA Negeri yang berlangsung pada saat
ini.
3. Sistem komunikasi manajerial SDM dan bauran Komunikasi sosialisasi di
SMA Negeri yangb berlangsung pada saat ini.

D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai.
1. Mendeskripsikan sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan
bauran komunikasi sosialisasi penyelenggaraan kelas Imersi di SMA Negeri.
2. Mendeskripsikan system komunikasi sumber daya manusia dan bauran
komunikasi sosialisasi penyelenggaraan kelas Akselerasi di SMA Negeri.
3. Mendeskripsikan sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan
bauran komunikasi sosialisasi penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis dan praktis tersebut adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi tentang sistem komunikasi manajerial sumber
daya manusia serta bauran komunikasi pemasaran pada penyelengga- raan
kelas khusus.
b. Sebagai referensi ilmiah.
2. Manfaat Praktis
a. Menjadi sumber acuan dalam upaya penentuan model pengem- bangan
sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran
komunikasi pemasaran.
b. Sebagai bahan refleksi tentang sistem komunikasi manajerial sumber daya
manusia dan bauran komunikasi pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Bambang, Tri Manto, 2005. Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dalam
Mengimplementasikan MPMBS terhadap Keberhasilan Program MPMBS di
SMPN Karangtengah Kabupaten Wonogiri.. Surakarta: Tesis UMS.
Cangara, Hafied, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Chaer, Abdul & Leonie Agustina, 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Cetakan
kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Chen, Jui-Chen, 2006. Organization Communication, Job Stress, Organizational
Commitment, And Job Performance Of Accounting Profesionals In Taiwan
And America. Leadership and Organization Development Journal. Vol. 27. No.
4.
Depdiknas, 2003a. Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP,
dan SMA (Satu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik yang
Memiliki Potensi Kecerdasabn dan Bakat Istimewa). Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas, 2003b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan nasional. Jakarta: Departemen Pednidikan Nasional
Republik Indonesia.
Depdiknas, 2006c. Sistem Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional untuk
Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.
Hadiyanto, 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di
Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamongpranoto, Hapsoro, 2005. “Implementasi Program Pendidikan Imersi sebagai
Sistem Manajemen Peningkatan Kualitas di SMP Negeri 4 Surakarta”. Tesis,
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Heynes, Geraldine E, 2005. Manajerial Communication. New York: McGrawHill/Irwin.

Kotler, Philip,, Kertajaya, Hermawan, Huan Hooi Den, dan Liu Sandra, 2003.
Rethinking Marketing Sustainable Marketing Enterprise di
Asia.
Dialihbahasakan oleh Marcus P. Widodo dari buku Rethingking Marketing
Interprisein
Asia. Cetakan I. Pearson Education, Asia, Jakarta: PT
Prenhallindo.
Krainer, Konrad, 2007. Subject Related Education Management: Course Concept and
First Findings from Accompanying Research. TMME Monograph 3, 169.
Marino, 2006. Manajemen Partisipasi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMPN
1 Girimarto Kabupaten Wonogiri. Tesis. Surakarta: Pasca UMS.
Mulyasa, E., 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Dalam Etika Menyukseskan
MBS dan KBK). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nixon, Helen, 2007. Expanding the Semiotic Repertoire: Environmental
Communication In The Primary School. Australian Journal of Language and
Uteracy, Vol. 30 No 2, 2007, p. 102.
Peltola, Maija S., 2006. The Effect of Language Immersion Education on the
Preattentive Perception of Native and Non-native Vowel Contrasts. Springer
Science and Business Media, LLC.
Pawito. 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Rivai, Veithzal, 2004. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Soebardjo, 2003. “Manajemen Sekolah dan Peran Masyarakat pada Rintisan Kelas
Imersi.” Disampaikan dalam Workshop Perencanaan Kelas Imersi Tahun
2003. Dilaksanakan di Hotel Wina Wisata Bandungan. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
Supandi, 2005. ”Pengaruh Kepemimpinan, Pendidikan, Pelatiaha, dan Kemampuan
Berkomunikasi terhadap Kinerja Pamong Belajar Sanggar Kegiatan
Belajar.Se-Eks Karesidenan Surakarta”, Tesis, Pascasarjana, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Siagian, Sondang P., 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suparlan, 2005. Menjadi Guru Efektif. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat.
Suwarna, 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tim, 2003. “Buku Panduan Rintisan Kelas Imersi” Pemerintah Propinsi Jawa
Tengah.
Veen, Rood Van De,2006.Communicatinal and Creativity: Methodological Shifts in
Adult Education. Int.J. of Lifelong Education. Vol. 25. No.3 (May-June, 2006).
Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cetakan Jakarta: PT Raja
Grafindo.
http://indonesia.siutao.com/tetesan/komunikasi.php
findarticles.com/p/articles/mi_hb3336/is_200706/ai_n25323597 - 38k
www.math.umt.edu/TMME/Monograph3/Krainer_Monograph3_pp.169_180.pdf
http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Miscellaneous/Pemasaran_Proposal.
shtml.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem Diakses Tanggal 20 April 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi Diakses Tanggal 20 April 2008
http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-unsurkomunika- simenurut-harold-lasswel.

LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA – HPTP
(HIBAH PASCA)

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI
MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

Tim Peneliti:
Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum. (Ketua)
Prof. Dr. H. M. Wahyuddin, M.S. (Anggota)
Prof. Dr. H. Yetty Sarjono, M.Si. (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN
188/SP2H/PP/DP2M/III/2008, TERTANGGAL 06 MARET 2008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2008
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS DI SMA NEGERI
Abdul Ngalim, M. Wahyuddin, dan Yetty Sarjono
Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang sedang berproses untuk memiliki keunggulan kompetitif.
Negara-negara yang maju menyelenggarakan pendidikan dengan sistem yang menarik
peserta didik. Maksudnya agar mereka belajar di negara tersebut. Indonesia merupakan
salah satu pasar potensial. Oleh sebab itulah, ada upaya peningkatan sistem pendidikan
dengan penyelenggaraan kelas khusus. Kelas khusus dimaksudkan adalah Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasioan (RSBI), sebagai langkah awal menuju ke kelas SBI,
Akselerasi (percepatan) untuk peserta didik berbakat, dan Imersi. Program RSBI dan
Imersi menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kegiatan belajar mengajar.
Penyelenggaraan kelas khusus tersebut diharapkan mampu mencetak SDM yang
kompetitif pada tingkat internasional.
Ada tiga masalah yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini. 1)
Bagaimana sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi
sosialisasi penyelenggaraan kelas RSBI di SMA Negeri ? 2) Bagaimana sistem
komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi
penyelenggaraan kelas Akselerasi di SMA Negeri? 3) Bagaimana sistem komunikasi
manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi penyelenggaraan
kelas Imersi di SMA Negeri?
Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai. 1) Mendeskripsi- kan
sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi
penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri. 2) Mendeskripsikan
sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi
penyelenggaraan kelas Akselerasi di SMA Negeri. 3) Mendeskripsikan sistem
komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi kelas
Imersi penyelenggaraan di SMA Negeri.
Metode penelitian yang digunakan: kualitatif dengan langkah analisis reduksi,
display, verivikasi dan simpulan. Di samping itu juga dengan penafsiran (verstehen), dan
menggunakan counting, untuk mengetahui prestasi kelas khusus, dibandingkan dengan
kelas reguler.
Lokasi penelitian: 1) di SMA Negeri I Surakarta, 2) di SMA Negeri III Surakarta,
dan 3) di SMA Negeri IV Surakarta. Subjek penelitian: Kepala Sekolah, guru kelas
khusus, siswa dan orang tua siswa. Objek penelitian berupa sistem komunikasi manajerial
sumber daya manusia dan bauran komunikasi sosialisasi penyelenggaraan kelas khusus di
SMA Negeri.
Hasilnya dapat disajikan sebagai berikut. 1) Sistem komunikasi yang digunakan
dalam penyelenggaraan kelas RSBI., berupa perpaduan antara dua dan multiarah. Ragam
bahasanya formal dan informal, sesuai dengan konteks komunikasinya. Sifat
komunikasinya ada yang individual (perorangan) dan intitusional (kelembagaan).
Penggunaan bahasa Inggris dalam KBM berlangsung pada kelas X dan XI. Setelah kelas
XII justru terjadi pengurangan, dengan alasan untuk pemahaman soal-soal Ujian
Nasional. Dengan berkurangnya frekuensi penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
pengantar dalam KBM tersebut, sudah barang tentu akan mengurangi kualitas

penguasaan bahasa Inggris bagi para siswa. Belajar bahasa asing, jika tidak banyak
dipergunakan akan semakin lupa. Hal lain masih adanya kekhawatiran pihak pengelola,
jika penyelenggaraan kelas khusus hanya merupakan proyek saja. Artinya, tidak akan
berlangsung secara kontinyu. Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana relatif
istimewa. Karena istimewanya dalam hal fasilitas ruang serta jumlah siswa yang hanya
dibatasi secara ideal (27 orang), ternyata sempat menimbulkan kecemburuan bagi kalas
reguler. Hal itu tampak, bahwa pada saat kejadian semacam itu, siswa kelas SNBI tidak
dilibatkan dalam kepengurusan organisasi siswa. Namun, tampaknya karena adanya
upaya pendekatan dari pihak pengelolan, gap semacam itu menjadi hilang. Hal yang
menarik lagi, adalah lulusan SMP favorit dengan nilai ranking tinggi tidak semuanya
tertarik kelas RSBI, juga disebabkan oleh faktor biaya, dan karena program baru, juga
khawatir hanya percobaan. Dalam hal ini Kepala Sekolah sudah menyampaikan
informasi, bahwa tahun depan akan disediakan beasiswa untuk siswa unggulan yang tidak
mampu. Ini tercermin, juga adanya satu dua orang siswa yang ingin mengikuti tes
internasional, ternyata kandas, karena faktor biaya. 2) Di kelas Akselerasi, sistem
komunikasi yang digunakan juga berupa perpaduan antara dua dan multiarah. Ragam
bahasanya formal dan informal sesuai dengan konteks komunikasinya. Sifat
komunikasinya ada yang individual dan ada institusional. Penggunaan bahasa Inggris
justru lebih aktif, walaupun tidak diwajibkan. Tidak terjadi kecemburuan, karena tempat
belajarnya berbeda lokasi dengan kelas reguler. Sarana dan prasarana juga disiapkan
serba istimewa. Jumlah siswa hanya dibatasi secara ideal (24 orang). Mengenai calon
siswa lulusan SMP favorit, dan ranking tinggi tidak semuanya berminat ke kelas
akselerasi, juga disebabkan oleh faktor biaya. Kalau ada biaya pun, sebagian orang tua
atau calon siswa merasa akan lebih matang jika masuk ke kelas reguler. Di kelas reguler
akan lebih dapat mendalami dan memperluas cakrawala pandang pengetahuan, karena
waktunya lebih leluasa. Lulusannya, jika dibandingkan dengan kelas reguler masih rankin
tertinggi dua kali kelas akselerasi, dua kali kelas reguler. 3) Di kelas Imersi, sistem
komunikasinya juga perpaduan antara dua dan multiarah. Bahasa yang dipergunakan
ragam formal dan informal. Sifat komunikasinya ada yang individual dan ada yang
institusional. Sarana dan prasarana kelas imersi masih sama dengan kelas reguler. Jumlah
siswa juga dibatasi secara ideal (24 orang). Bahkan masih ingin diturunkan menjadi 20
orang. Dengan demikian, efektifitas pembelajaran lebih terjamin. Prestasi siswanya ratarata juga lebih baik daripada kelas reguler. Namun, pada kelas akhir juga terjadi
pengurangan bahasa Inggris. Bahkan ada guru pengganti salah satu mata pelajaran yang
minim penggunaan bahasa Inggrisnya, dan merasa lebih sedikit penguasaannya
dibandingkan siswanya. Kendatipun dalam hal penguasaan materi guru pengganti jauh
lebih tinggi. Dengan demikian, upaya pencapaian target kompetisi inernasional tentunya
akan berkurang. Berdasarkan fenomena tersebut, salah satu faktornya tampak perlunya
model pengembangan sistem komunikasi manajerial SDM maupun bauran komunikasi
sosialisasi.
vi
Kata kunci : model, komunikasi, manajerial, SDM, dan bauran komunikasi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Pengatu alam semesta. Dengan rahmat
dan berkah-Nya

penelitian tentang ”Model Pengembangan Sistem Komunikasi

Manajerial penyelenggaraan Kelas Khusus di SMA Negeri” tahun I ini dapat
diselesaiakan. Peneliti yakin bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak berikut tidak akan
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih kepada berbagai pihak berikut.
1. Direktur Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masysrakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia yang telah berkenan mendukung biaya proyek penelitian ini.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penelti untuk melakukan kegiatan penelitian Hibah Pasca ini.
3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta beserta staf, yang
telah berkenan memproses usulan penelitian Hibah Pasca ini sampai berhasil, dan
membantu kelancaran dalam pelaksanannya hingga selesai.
4. Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang sejak awal
memberikan dukungan proses pengususlan sampai dengan pelaporan penelitian ini.
5. Kepala Sekolah dan Ketua Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
SMA Negeri 1 Surakarta, yang telah memberikan ijin sekaligus memberikan berbagai
informasi data untuk proses penelitian ini.
6. Kepala Sekolah dan Ketua Program Kelas Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta yang
juga telah mengijinkan peneliti sekaligus memberikan informasi data untuk proses
penelitian ini.

7. Kepala Sekolah dan Ketua Program kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta yang telah
memberikan ijin sekaligus memberikan ninformasi data untuk penelitian ini.
8. Drs. Rusmanto, Isminatun, S.Pd., dan Arin, S.Pd., mahasiswa Magister Pengkajian
Bahasa serta Magister Manajemen Pendidikan, yang telah membantu tim peneliti
dengan bekerja keras untuk menggali data, demi hasil penelitin ini optimal
Dalam proses pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berupaya semaksimal mungkin demi hasil yang optimal. Namun, peneliti menya dari, bahwa hasil penelitin
ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, tegur sapa, kritik, serta saran-saran
yang konstruktif akan peneliti terima dengan senang hati demi perba- ikan untuk
penelitian selanjutnya. Akhirnya peneliti berharap, penelitian ini ada manfaatnya bagi
upaya pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya,

bidang pendidikan dan

humaniora khususnya.
Surakarta, 27 September 2008
a.n. Tim Peneliti,

Abdul Ngalim

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
SUMMERY

ii
iii

RINGKASAN HASIL PENELITIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

v
vii
ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian

1
1
10
11
11
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
B. Kajian Teori
1. Sistem
2. Komunikasi
3. Manajerial
4. Sekolah sebagai Suatu Sistem
5. Sumber Daya Manusia
6. Bauran Komunikasi Sosialisasi

13
13
15
15
17
27
30
30
38

BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Objek Penelitian
D. Fokus
E. Sumber Data
F. Teknik Pengumpulan dan Penyediaan Data
G. Proses Analisis Data

42
42
42
42
43
43
44
45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

46
46
63

BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

74
74
78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN