MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menindaklanjuti penelitian tahun pertama yang menghasilkan temuan perlunya
model pengembangan sistem komunikasi manajerial dalam penyelenggaraan kelas
khusus. Hal ini terkait dengan keberhasilan dan masih adanya kendala. Hasilnnya
menunjukkan, bahwa di RSBI dan Imersi pada dasarnya menerapkan arah komunikasi
internal dan eksternal. Sementara di kelas Akselerasi dipadukan arah dua dan multiarah,
serta vertikal dan horizontal. Sifat komunikannya individual dan institusional. Bahasa
yang digunakan sesuai dengan konteks. Bahasa Inggris digunakan sebagai pengantar
KBM khusus untuk kelas SNBI dan Imersi.
Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang representatif. Jumlah siswa setiap
kelas SNBI pada tahun 2007/2008 55 siswa, dikelompokkan menjadi 2 kelas, tahun
2008/2009 90 siswa dikelompokkan menjadi 3 kelas, dan pada tahun 2009/2010 339
dibagi menjadi 10 kelas. Dengan demikian, memang sudah terbuka untuk penerimaan
siswa baru RSBI. Akselerasi 22 orang, dan Imersi 24 orang, untuk paralel 2 kelas.
Bahkan di kelas Imersi untuk tahun pelajaran 2009/2010 hanya merekrut 20 orang siswa
tiap kelas dengan paralel 2 kelas. Tersedianya fasilitas representatif dan jumlah siswa
ideal merupakan salah satu langkah menuju KBM efektif. Di samping itu, juga adanya
monitoring lulusan, terutama yang terkait dengan keberhasilan masuk ke perguruan

tinggi negeri, swasta, nasional maupun internasional.
Ada dua metode bauran komunikasi sosialisasi yang telah diterapkan. Advertensi
(advertisng) melalui radio, TV, surat kabar, dan situs internet. Publisitas dan hubungan
1

masyarakat (publicity and public relation) berupa surat edaran, sosialisasi ke SMP
potensial, aktivitas lomba akademik dan non akademik secara eksternal. Kepala Sekolah
penyelenggara kelas RSBI khususnya sudah menginformasikan melalui TA TV, akan
menyiapkan beasiswa untuk siswa yang berprestasi unggul tidak mampu. Metode
promosi yang terakhir merupakan contoh

adanya promosi pemberian hadiah (sales

promotion). Namun, belum dilakukan secara komprehensif.
Di antara kendalanya sebagai berikut. Penggunaan bahasa Inggris sebagai
pengantar KBM baru terbatas pada kelas X dan XI. Penyebabnya pada kelas XII perlu
pemahaman soal UN yang berbahasa Indonesia. Belum teraksesnya semua lulusan SMP
favorit, berkualitas terbaik, karena faktor biaya, kekhawatiran pada program baru, dan
kesan percobaan, serta kurang pematangan khususnya pada kelas akselerasi. Ada satu dua
orang siswa yang ingin tes kualifikasi internasional, kandas karena faktor biaya. Hasil

UN kelas khusus peringkat 10 besar masih ada yang didominasi kelas reguler. Nilai
bahasa inggris UN pun yang tertinggi masih diraih oleh kelas reguler.

Belum

dipergunakannya model hubungan langsung personal (direct personality communication)
dengan calon siswa berprestasi istimewa dari SMP favorit. Belum dipergunakannya
metode pemberian hadiah (sales promotion): bentuk beasiswa (yang sudah baru kelas
RSBI), studi S1 ke luar negeri yang dibiayai oleh sponsor atau donor, untuk siswa
berprestasi istimewa.
Adanya kendala tersebut tampak disebabkan oleh faktor kurangnya konsep model
pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, yang dapat
diimplementasikan secara efektif. Dalam hal ini meliputi sistem komunikasi manajerial
SDM maupun bauran komunikasi sosialisasi. Oleh sebab itulah pada penelitian tahun

2

kedua ini, dirancang untuk menemukan model pengembangan model pengembangan
sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus.
Sebenarnya pada tahun 1984 Balitbang Dikbud telah menyelenggarakan

perintisan pelayanan pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, dan SMA di satu
daerah perkotaan (Jakarta), dan satu daerah pedesaan (Kabupaten Cianjur). Program
pelayanan yang diberikan berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains (Fisika,
Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa), matematika, teknologi
(elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia), humaniora, serta
keterampilan membaca, menulis, dan meneliti. Pelayanan pendidikan dilakukan di kelas
khusus di luar program kelas reguler pada waktu-waktu tertentu.
Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat tersebut pada tahun 1986
dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud.
Selanjutnya, pada tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan
program Sekolah Unggul (Schools of Excelent) di seluruh provinsi. Hal ini merupakan
langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik
dengan cara mengembangkan aneka bakat kreativitas yang dimilikinya.
Akhirnya, program ini dianggap tidak cukup memberikan dampak positif pada
siswa berbakat untuk mengembangkan potensi intelektualnya yang tinggi. Keluhan yang
muncul di lapangan secara bersamaan didukung oleh temuan studi terhadap 20 SMU
Unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21,75% siswa SMU Unggulan hanya
mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf di bawah rata-rata, sedangkan
mereka yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7%, Reni dalam
Depdiknas (2003:4). Kegagalan program tersebut sangat dimungkinkan karena faktor

kurang lancarnya sistem komunikasi manajerial dalam penyelenggaraannya.
3

Untuk melayani pendidikan khusus sesuai UU Sisdiknas Pasal 50 (Depdiknas,
2003: 33), di Surakarta telah diselenggarakan sekolah-sekolah plus atau kelas khusus.
Kelas khusus yang dimaksud antara lain Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di SMA Negeri 1, Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMA Negeri 3, dan Imersi
di SMA Negeri 4 Surakarta.
Pelaksanaan SBI di SMA 1 Surakarta dimulai dengan membuka kelas Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Proses pembelajaran di kelas rintisan ini
menggunakan kurikulum 2004 yang diadaptasikan dengan kurikulum mitra internasional
(yang dirujuk oleh pemerintah), dan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris.
Pelaksanaannya mulai pada tahun pelajaran 2005/ 2006. Program kelas Akselerasi
dimulai tahun pelajaran 2003/2004. Sementara itu, program kelas imersi dimulai pada
tahun pelajaran 2004/2005. Dalam perkembangan lebih lanjut, sesuai dengan kebijakan
Depdiknas kurikulum 2004 tersebut diubah menjadi kurikulum berbasis sekolah, dan
terakhir dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Oleh


karena penyeleng- garaan program sekolah tersebut masih baru, maka menarik untuk
diteliti. Fokus penelitian penulis tertuju pada sistem komunikasi manajerial sumber daya
manusia dan bauran komunikasi pemasaran (sosialisasi) dalam penyelenggaraan kelas
khusus tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, ada dua masalah perlu dicari
jawabannya dalam penelitian ini.
1. Bagaimana desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus di SMA Negeri? (Tahun II)
4

2. Bagaimana implementasi desain model pengembangan sistem komunikasi mana
jerial penyelenggaraan kelas khusus di SMA Negeri? (Tahun III).

5

LAPORAN PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA – HPTP
(HIBAH PASCA)


MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI
MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

Tim Peneliti:
Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum. (Ketua)
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum. (Anggota)
Prof. Dr. H. M. Wahyuddin, M.S. (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN
074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009, TERTANGGAL 06 APRIL/2009

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2009

i

SUMMARY

A MODEL OF DEVELOPING MANAGERIAL COMMUNICATION SYSTEM
OF STATE HIGH SCHOOL SPECIFIC CLASS

This study is to follow up the findings of the first-year study stating that it is
necessary to find a development model of managerial communication system for a
specific class. This is related to the successfulness as well as any problem with
accessibility of new students, graduates of excellent Junior High School, who are
interested in the RSBI, Acceleration, and Immersion classes due to a variety of reasons.
Among these may include higher fee tuition for the classes than the regular, any anxiety
that this program will not be continuous, and a lack of reasonable management for the
Acceleration class. Based on the findings of research and discussion, including workshop
on a development of model design of managerial communication system for the specific
class, and forum of group discussion, it is noteworthy to make a book guide a Model of
Developing Managerial Communication System for the Specific Class.
There is one statement problem in this study (Year II), stating that what is a model
design of managerial communication system for the specific class in State Senior High
School? Thus, the study aims at finding a model design of managerial communication
system for the specific class in State Senior High School.
The finding of the study resulted in a model design of managerial communication
system for the specific class in State Senior High School. The design for the RSBI and

Immersion classes is based on internal and external communication. However, the
Acceleration class is on the basis of internal, external, two-way, multiple-way, vertical,
and horizontal communication. To solving the problems in the study of year 1, and vision
as well as mission, it is highly necessary to develop a variety of communication systems;
vertical, horizontal, and vertical structure. A vertical communication system refers to topdown in which Allah (God) instructs human beings to pray and worship to Him, and
bottom-up where human beings pray and worship to Him, and it is Him who blesses or
refuse due to meaningful lesson for themselves, and He is the Known. A horizontal
communication refers to human beings communicating with one another for sharing
mutual-benefits, and finding Allah‟s blessings, a part of praying to God in general (‘am).
A vertical structure refers to a headmaster formally having an assignment to
manage a teaching-learning process. He or she communicates with his subordinates, and
formally manages, guides, and instructs them to do an assignment in relation to a
teaching-learning process, included in the RSBI class. In contrast, his subordinates
remind his boss when he forgets or makes a faulty. Likewise, they can express an idea or
gives any suggestion for developing the education institution they have been managing.
A communication from the headmaster to educative and administrative staff is a
kind of top-down (structural). In contrast, the educative and administrative expressing an
idea to the headmaster is a kind of vertical communication (bottom-up).
A communication among teachers and their students, for example, science transfer
communication is a sort of vertical communication in top-down system (functional). It

means that a teacher functioning as a facilitator, educator, manager and leader
functionally remain on the upper level. But, the students who are younger in age, less
knowledge and less educated remain on the lower level and care the latest science
iii

transfer. Informally, nevertheless, it is very good idea that a teacher positions himself as a
partner of his students. If so, the students are very easy to find a wide and deep science
transfer.
However, if the students suggest that their teacher should speak more loudly,
explain information, change a method, and so on is an example of functional-vertical
communication (bottom-up). The students understand that in a learning contract, a
teacher has explained the materials for learning.
Because a functional communication contains a vertical communication, it is
certain that there is a horizontal communication. The functional-horizontal
communication can occur among teachers, students, and so on. Similarly, a teacher is
necessary to discuss multi-disciplines or develop learning with a Teacher‟s Discussion in
Study Field (MGMP). In addition, among the students can discuss a material presented by
one student.
Concerning a two-way and multiple-way communication, these can occur at an
internal and external communication. In the internal communication, a two-way

interaction between a headmaster and his or her vice may discuss a problem due to a
personal discussion. Actually, a communication between a teacher and his students is part
of a two-way communication. This can happen if its communication is among the
students or teachers and vice versa.
A multiple-way communication can happen in the workshop for discussing an
increased quality in the management of specific class. This usually happens when there
are some presenters that express a different idea discussed in terms of various aspects. In
other words, a multiple-way communication will happen if the communicants express
their different ideas.
Another communication that is considered to lack of getting attention is
interpersonal where if one person is facing a problem with taking a decision among more
options. Physically or in expressionistic, to get a solution to a question, “which option
does he or she take?” is an interpersonal communication. For example, when getting any
information through a socialization of operating the RSBI, Acceleration, Immersion and
regular classes, a „new‟ student often think and express to take a decision. A school
manager who understands the student‟s problem is sure to argue the specific class to
other managers. An inside-his-self communication as a result of alternatives is part of
interpersonal communication.
Regarding a variety of language, a language for communication system
development model for the specific class needs to be developed with a language used as a

way of effective communication. Concretely, it should have a language suitable to a
student‟s interest for make a competition in a national and international level. In this case,
it is related to be fluent in English.
In Sociolinguistics, a competency in multi-languages one person has lead to a
code switch, code mix or interference, for example, in the promotion management as a
concept of marketing communication mix. Its elements include a method of direct
marketing, personal selling, sales promotion, publicity and public relation.
It is the event that sometimes disturbs a communication using the Indonesian
language, but in fact, it is difficult to avoid whereas it seems that the integration is
developing the vocabularies of the language. This has been since the birth of the
Indonesian language. In sociolinguistics, thus, a variety of language as a model of
developing managerial communication system for the specific class is also varied. It
iv

means that it will be useful in formal forums such as meeting, teaching-learning activity,
and workshop and so on.
In addition, in pragmatics, a communicant also needs to understand what a
speaker means when he or she is talking to indirectly. Similarly, it needs to use a perlocution speech act. In this case, a speaker influences his partner to do something
compatible with him. For example, a speech in a promotion language is to influence a
„new‟ student in order to be interested in the program of specific class.
Keywords: model, communication, managerial, human resources, socialization, communication mix

v

Ringkasan

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI
MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI
Menindaklanjuti penelitian tahun pertama yang menghasilkan temuan perlunya
model pengembangan sistem komunikasi manajerial dalam penyelenggaraan kelas
khusus. Hal ini terkait dengan keberhasilan dan masih adanya kendala dalam rekrutmen
siswa baru, lulusan SMP unggulan yang belum semuanya tertarik pada kelas RSBI,
Akselerasi, dan Imersi, dengan berbagai alasan. Alasan dimaksudkan, antara lain dana
yang lebih tinggi dariapada kelas reguler, kekhawatiran baru percobaan dan tidak akan
berlangsung terus, kurang pematangan khusus untuk kelas Akselerasi. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, termasuk hasil lokakarya penyusunan desain model
pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, dan forum
grup diskusi (FGD), disusunlah panduan atau buku “Model Pengembangan Sistem
Komunikasi Manajerial Penyelenggaraan Kelas Khusus”
Masalah yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini (Tahun II), “Bagaimana
desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan Kelas
Khusus di SMA Negeri?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini (Tahun II), “Menemukan desain
model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas Khusus di
SMA Negeri.
Hasil penelitian ini, berupa desain model pengembangan sistem komunikasi penyelenggaraan penyelenggaraan kelas khusus. Secara singkat disajikan dalam ringkasan ini.
Desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas
RSBI dan Imersi, didasarkan pada sistem komunikasi internal dan eksternal. Sementara di
kelas Akselerasi, didasarkan pada komunikasi internal, eksternal, dua arah, multiarah,
vertikal, dan horizontal. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada penelitian
tahun pertama, serta visi dan misi yang ditetapkan, dikembangkan dengan berbagai
sistem komunikasi. Sistem komunikasi ilahiah vertikal dari arah atas ke bawah (top
down). Dalam hal ini Allah memerintahkan manusia untuk berdoa atau beribadah.
Sebaliknya dari bawah ke atas (bottom up). Wujudnya, manusia berdoa atau beribadah
yang ditujukan kepada Allah. Allah Yang Mahakuasa mengabulkan atau sebaliknya
tidak mengabulkan karena hikmah, dan Allah Yang Maha Tahu. Sementara itu,
komunikasi horizontal dalam wujud manusia berkomunikasi dengan sesama manusia
untuk saling memberia manfaat, dan mencari rida Allah, merupakan bagian dari ibadah
kepada Allah yang sifatnya umum (‘am).
Berikutnya, komunikasi struktural vertikal, secara resmi seorang kepala sekolah
memiliki tugas untuk mempimpin penyelenggaraan sekolah. Seorang pemimpin
melakukan komunikasi kepada bawahannya, secara formal membina, membimbing,
mengarahkan, atau memerintahkan yang dipimpin atau bawahan untuk melaksanakan
tugas yang terakait dengan pendidikan dan pengajaran. Termasuk untuk kelas RSBI,
Akselerasi maupun Imersi. Sementara itu, yang dipimpin dapat mengingatkan jika
pemimpin sedang lupa atau salah. Begitu juga, dapat dilakukan komunikasi yang baik
vi

dengan cara yang dipimpin (bawahan) menyampikan ide-ide atau masukan kepada
pemimpin demi perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan yang dilola.
Komunikasi yang diawali dari kepala sekolah ke guru maupun staf tatausaha,
adalah terjadinya komunikasi dari atas ke bawah (top down) struktural. Sebaliknya,
para guru, dan karyawan administrasi yang menyampaikan usulan masukan demi
kemajuan sekolah yang dilola kepada kepala sekolah merupakan contoh terjadinya
komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) struktural.
Selanjutnya, komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa, dalam wujud
penyampaian informasi keilmuan yang baru merupakan contoh komunikasi vertikal
dari arah atas ke bawah (top down) fungsional. Artinya, guru yang berfungsi sebagai
fasilitator, edukator, manajer maupun lider secara fungsional tetap berada pada bagian
atas. Sementara, siswa yang mungkin lebih muda usia, ilmu, maupun status
kependidikan berada di bagian bawah, untuk memperhatikan informasi keimuan yang
terkini. Kendatipun secara informal, sangat bagus apabila guru mendudukkan
posisinya sebagai mitra pembelajaran yang lebih senior. Jika hal ini terjadi siswa
merasa lebih mudah untuk menggali informasi keilmuan yang luas dan mendalam.
Sebaliknya, jika siswa mengajukan usulan agar guru lebih mengeraskan
suaranya, memperjelas informasinya, mengubah metode, dan sebagainya, merupakan
contoh komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) fungsional. Siswa telah
memahami, bahwa dalam kontrak belajar guru telah menyampaikan informasi perlunya siswa menyampaikan kekurangjelasan terhadap penyampaian informasi materi
pembelajaran yang sedang disajikan.
Karena dalam komunikasi fungsional terdapat komunikasi vertikal, sudah
barang tentu juga terdapat komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal fungsional
pun ada yang terjadi antar sesama guru, sesama siswa, dan seterusnya. Begitu juga
ketika guru perlu berdiskusi interdisiplin atau tentang pengembangan pembelajaran
mata pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Di samping itu,
juga ketika siswa berdiskusi dengan sesama siswa tentang materi mata pelajaran
tertentu yang dipresentasikan oleh salah satu siswa.
Arah komunikasi dua dan multiarah ini dapat dilakukan, baik dalam
komunikasi internal maupun eksternal. Dalam komunikasi internal, dua dan multiarah
ini dapat terjadi ketika kepala sekolah melakukan interaksi dengan salah satu wakil
kepala sekolah terkait untuk membahas permasalahan personal. Selanjutnya
komunikasi antara guru dengan semua siswa juga merupakan komunikasi dua arah.Ini
dapat terjadi, jika terjadi komunkasi antara siswa dengan guru, dan sebaliknya.
Komunikasi multiarah dapat terjadi dalam lokakarya (worshop), untuk
membahas perkembangan kualitas penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini, biasanya
terjadi pada saat beberapa pemresentasi berdiskusi dengan berbagai sisi pandang yang
berbeda. Dengan kata lain, komunikasi multiarah akan terjadi jika antar komunikan
menyampaikan bahasan yang berbeda-beda sisi pandang ide masing-masing.
Jenis komunikasi lain yang layak diperhatikan adalah komunikasi intrapersonal.Komunikasi intrapersonal terjadi apablia seseorang sedang menghadapi masalah
untuk menentukan salah satu pilihan dari beberapa alternatif. Secara fisik maupun
ekspresionistik, untuk menentukan jawaban, “Manakah pilihan yang ditetapkan?”
adalah bagian dari intrapersonal. Misalnya, ketika seorang calon siswa memperoleh
informasi dari sosialisasi penyelenggaraan RSBI, Aksselerasi, Imersi, dan kelas
reguler, sebagian calon siswa harus berpikir untuk menetapkan pilihannya. Pimpinan
vii

sekolah yang mengetahui permasalahan calon siswa tersebut meyakinkan, kelebihan
sekolah yang dilolanya. Komunikasi yaang terjadi pada diri seseorang dapat
menghasilkan sebagian alternatif komunikasi intrapersonal.
Pemilihan variasi bahasa adalah sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahasa
untuk komunikasi efektif. Secara konkret bahasa pilihan tersebut sesuai dengan
keinginan siswa untuk berkompetisi baik tinkat nasional maupun internasional. Dalam
hal ini terkait dengan pemilihan bahasa Inggris.
Dalam kajian sosiolinguistik, penguasaan berbagai bahasa oleh seseorang
dapat menimbulkan alih kode (code swiching), campur kode (code mixing), atau
interferensi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi terdapat konsep bauran
komunikasi pemasaran (the marketing communication mix). Yang termasuk komponen
metode promosi, pemasaran langsung (direct marketing), jual wiraniaga (personal
selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan hubungan masyarakat
(publicity and public relation).
Peristiwa interferensi dalam suatu komunikasi berbahasa Indonesia, merupakan
gangguan yang sulit dihindari. Sebaliknya, integrasi justru memperkaya perbendaharaan kata. Hal ini terjadi sejak lahirnya bahasa Indonesia. Dalam kajian sosiolinguistik,
justru variasi bahasa sebagai sebuah model pengembangan sistem komunikasi
manajerial penyelenggaraan kelas khusus, yang juga bervariasi. Artinya, bahwa
penggunaan bahasa dalam forum resmi, seperti rapat, aktivitas belajar mengajar,
lokakarya, dan sebagainya.
Dalam sosiolinguistik, seorang komunikan juga perlu memahami makna penutur ketika bertutur secara tidak langsung. Berarti juga memerlukan tindak tutur
perlokusi. Dalam hal ini penutur mempengaruhi mitra tutur. Sebagai misal, sebuah
tuturan dalam bahasa promosi, untuk mempengaruhi calon siswa baru agar tertarik
untuk masuk ke kelas khusus.

Kata Kunci: model, komunikasi, manajerial, sumber daya manusia, bauran komunikasi
sosialisasi

viii

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

Ada beberapa capaian indikator yang perlu disajikan dalam uraian ini.
Berdasarkan hasil lokakarya penyusunan desain model pengembangan sistem komunikasi
manajerial penyelenggaraan kelas khusus, dan forum grup diskusi (FGD), ada beberapa
komponen yang layak disajikan dalam desain model pengembangan sistem komunikasi.
Hasil penelitian ini, berupa desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial
penyelenggaraan kelas khusus.
1. Desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas
RSBI dan Imersi, didasarkan pada sistem komunikasi internal dan eksternal.
Sementara di kelas Akselerasi, didasarkan pada komunikasi internal, eksternal, dua
arah, multiarah, vertikal, dan horizontal.
2. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada penelitian tahun pertama, serta
visi dan misi yang ditetapkan, dikembangkan dengan berbagai sistem komunikasi.
Sistem komunikasi ilahiah vertikal dari arah atas ke bawah (top down) perlu
dikembangkan. Dalam hal ini Allah memerintahkan manusia untuk berdoa atau
beribadah. Sebaliknya dapat dilakukan komunikasi dari bawah ke atas (bottom up).
Wujudnya, manusia berdoa atau beribadah yang ditujukan kepada Allah. Allah Yang
Mahakuasa mengabulkan atau sebaliknya tidak mengabulkan karena hikmah, dan
Allah Yang Maha Tahu. Sementara itu, komunikasi horizontal dalam wujud manusia
berkomunikasi dengan sesama manusia untuk saling memberi manfaat, dan mencari
rida Allah, merupakan bagian dari ibadah kepada Allah yang sifatnya umum (‘am).
3. Komunikasi struktural vertikal, secara resmi seorang kepala sekolah memiliki tugas
untuk mempimpin penyelenggaraan sekolah.

Seorang pemimpin melakukan

komunikasi kepada bawahannya, secara formal membina, membimbing, mengarahkan, atau memerintahkan yang dipimpin atau bawahan untuk melaksanakan tugas
yang terakait dengan pendidikan dan pengajaran. Termasuk untuk kelas RSBI,
Akselerasi maupun Imersi. Sementara itu, yang dipimpin dapat mengingatkan jika
pemimpin sedang lupa atau salah. Begitu juga, dapat dilakukan komunikasi yang baik
dengan cara yang dipimpin (bawahan) menyampaikan ide-ide atau masukan kepada
pemimpin demi perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan yang dilola.
ix

Komunikasi yang diawali dari kepala sekolah ke guru maupun staf
tatausaha, adalah terjadinya komunikasi dari atas ke bawah (top down) struktural.
Sebaliknya, para guru, dan karyawan administrasi yang menyampaikan usulan
masukan demi kemajuan sekolah yang dilola kepada kepala sekolah merupakan
contoh terjadinya komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) struktural.
4. Komunikasi fungsional yang dilakukan oleh guru kepada siswa, dalam wujud
penyampaian informasi keilmuan yang baru merupakan contoh komunikasi vertikal
dari arah atas ke bawah (top down) fungsional. Artinya, guru yang berfungsi
sebagai fasilitator, edukator, manajer maupun lider secara fungsional tetap berada
pada bagian atas. Sementara, siswa yang mungkin lebih muda usia, ilmu, maupun
status kependidikan berada di bagian bawah, untuk memperhatikan informasi
keimuan yang terkini. Kendatipun secara informal, sangat bagus apabila guru
mendudukkan posisinya sebagai mitra pembelajaran yang lebih senior. Jika hal ini
terjadi siswa merasa lebih mudah untuk menggali informasi keilmuan yang luas dan
mendalam.
Sebaliknya, jika siswa mengajukan usulan agar guru lebih mengeraskan
suaranya, memperjelas informasinya, mengubah metode, dan sebagainya,
merupakan contoh komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) fungsional.
Siswa telah memahami, bahwa dalam kontrak belajar guru telah menyampaikan
informasi perlunya siswa menyampaikan kekurangjelasan terhadap penyampaian
informasi materi pembelajaran yang sedang disajikan.
Karena dalam komunikasi fungsional terdapat komunikasi vertikal, sudah
barang tentu juga terdapat komunikasi horizontal fungsional. Komunikasi
horizontal fungsional pun ada yang terjadi antar sesama guru, sesama siswa, dan
seterusnya.

Begitu juga ketika guru perlu berdiskusi interdisiplin atau tentang

pengembangan pembelajaran mata pelajaran melalui musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP). Di samping itu, juga ketika siswa berdiskusi dengan sesama
siswa tentang materi mata pelajaran tertentu yang dipresentasikan oleh salah satu
siswa.
5. Arah komunikasi dua dan multiarah ini juga dapat dilakukan, baik dalam
komunikasi internal maupun eksternal. Dalam komunikasi internal, dua dan
multiarah ini dapat terjadi ketika kepala sekolah melakukan interaksi dengan salah
x

satu wakil kepala sekolah terkait untuk membahas permasalahan personal.
Selanjutnya komunikasi antara guru dengan semua siswa juga merupakan
komunikasi dua arah.
Komunikasi multiarah dapat terjadi dalam lokakarya (worshop), untuk
membahas perkembangan kualitas penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini, biasanya
terjadi pada saat beberapa pemresentasi berdiskusi dengan berbagai sisi pandang
yang berbeda. Dengan kata lain, komunikasi multiarah akan terjadi jika antar
komunikan menyampaikan bahasan yang berbeda-beda sisi pandang ide masingmasing.
6. Jenis komunikasi lain yang layak diperhatikan adalah komunikasi intrapersonal.Komunikasi intrapersonal terjadi apablia seseorang sedang menghadapi
masalah untuk menentukan salah satu pilihan dari beberapa alternatif. Secara fisik
maupun ekspresionistik, untuk menentukan jawaban, “Manakah pilihan yang
ditetapkan?” adalah bagian dari intrapersonal. Misalnya, ketika seorang calon siswa
memperoleh informasi dari sosialisasi penyelenggaraan RSBI, Aksselerasi, Imersi,
dan kelas reguler,

sebagian calon siswa harus berpikir untuk menetapkan

pilihannya. Pimpinan sekolah yang mengetahui permasalahan calon siswa tersebut
meyakinkan, kelebihan sekolah yang dilolanya. Komunikasi yaang terjadi pada diri
seseorang dapat menghasilkan sebagian alternatif komunikasi intrapersonal.
7. Pemilihan variasi bahasa adalah sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahasa untuk
komunikasi efektif. Secara konkret bahasa pilihan tersebut sesuai dengan
keinginan siswa untuk berkompetisi baik pada tingkat nasional maupun
internasional. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan bahasa Inggris.
8. Dalam kajian sosiolinguistik, penguasaan berbagai bahasa oleh seseorang dapat
menimbulkan alih kode (code swiching), campur kode (code mixing), atau
interferensi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi terdapat konsep bauran
komunikasi pemasaran (the marketing communication mix). Yang termasuk
komponen metode promosi, pemasaran langsung (direct marketing), jual wiraniaga
(personal selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan hubungan
masyarakat (publicity and public relation).
Peristiwa interferensi dalam suatu komunikasi berbahasa Indonesia,
merupakan gangguan yang sulit dihindari. Sebaliknya, integrasi justru memperkaya
xi

perbendaharaan kata. Hal ini terjadi sejak lahirnya bahasa Indonesia. Dalam kajian
sosiolinguistik, justru variasi bahasa sebagai sebuah model pengembangan sistem
komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, yang juga bervariasi.
Artinya, bahwa penggunaan bahasa dalam forum resmi, seperti rapat, aktivitas
belajar mengajar, lokakarya, dan sebagainya.
Dalam kajian pragmatik, seorang komunikan juga perlu memahami makna
penutur ketika bertutur secara tidak langsung.

Berarti juga memerlukan

pemahaman tindak tutur perlokusi. Dalam hal ini penutur mempengaruhi mitra
tutur. Sebagai misal, sebuah tuturan dalam bahasa promosi, untuk mempengaruhi
calon siswa baru agar tertarik ke kelas khusus.

xii

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Pengatur alam semesta. Dengan rahmat
dan berkah Allah,

penelitian tentang ”Model Pengembangan Sistem Komunikasi

Manajerial penyelenggaraan Kelas Khusus di SMA Negeri” tahun kedua ini dapat
diselesaiakan. Peneliti yakin bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak berikut tidak akan
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu.
1. Direktur Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia yang telah berkenan mendukung biaya proyek penelitian ini.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penelti untuk melakukan kegiatan penelitian Hibah Pasca ini.
3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta beserta staf, yang
telah berkenan memproses usulan penelitian Hibah Pasca ini sampai berhasil, dan
membantu kelancaran dalam pelaksanannya hingga selesai.
4. Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang sejak awal
memberikan dukungan proses pengusulan sampai dengan pelaporan penelitian ini.
5. Kepala Sekolah dan Wakasek atau Pengelola Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta, yang telah memberikan ijin sekaligus
memberikan berbagai informasi data untuk proses penelitian ini.
6. Kepala Sekolah dan Wakasek Program Kelas Akselerasi SMA Negeri 3 Surakarta
yang juga telah mengijinkan peneliti sekaligus memberikan informasi data untuk
proses penelitian ini.

xiii

7. Kepala Sekolah dan Ketua Program kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta yang telah
memberikan ijin sekaligus memberikan informasi data untuk penelitian ini.
8. Triyatno, S.Pd., Miftahul Huda, S.Pd., Hesti, S.S. mahasiswa Magister Pengkajian
Bahasa serta Magister Manajemen Pendidikan, yang telah membantu tim peneliti
dengan bekerja keras untuk menggali data, demi hasil penelitin ini optimal.
Dalam proses pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berupaya semaksimal
mungkin demi hasil yang optimal. Namun, peneliti menyadari, bahwa hasil penelitian ini
masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, tegur sapa, kritik, serta saran-saran yang
konstruktif akan peneliti terima dengan senang hati demi perba- ikan untuk penelitian
selanjutnya. Akhirnya peneliti berharap, penelitian ini ada manfaatnya bagi upaya
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, bidang pendidikan dan humaniora
khususnya.
Surakarta, 18 Oktober 2009
a.n. Tim Peneliti,

Abdul Ngalim

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
SUMMERY
RINGKASAN HASIL PENELITIAN
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN KEDUA
A. Tujuan Penelitian
B. Manfaat Penelitian
III TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
B. Kajian Teori
1. Sistem
2. Komunikasi
3. Manajerial
4. Sumber Daya Manusia
5. Bauran Komunikasi Sosialisasi
IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Keabsahan Data
G. Teknik Analisis Data
V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
VII RENCANA PENELITIAN TAHAP KETIGA
A. Tujuan Khusus
B. Metode
C. Jadwal Penelitian
VIII DRAF BUKU AJAR
DRAF ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI NASIONAL
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
vi
ix
xiii
xv
xvi
1
1
4
6
6
6
7
7
10
10
11
16
18
21
23
23
23
23
24
24
24
25
26
26
40
68
68
70
72
72
72
74
76
124

xv

ARTIKEL ILMIAH YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN

146

LAMPIRAN
BIODATA PENELITI
DOKUMEN PENYERAHAN KE LAPANGAN
DOKUMEN LOKAKARYA
DOKUMEN SURAT IJIN DARI PEMKOT SURAKARTA

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Salinan Surat Pernyataan Pelaksanaan Penelitian
2. Surat Ijin Penelitian
3. Dokumen Penyerahan Mahasiswa ke Lapangan
4. Dokumen Lokakarya

xvii

DRAF ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI NASIONAL
PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL
KELAS IMERSI
DEVELOPING OF A MANAGERIAL COMMUNICATION SYSTEM
OF THE IMMERSION CLASS
Abdul Ngalim, Markhamah, dan M. Wahyuddin
ABSTRACT
This study is to follow up the findings of the first-year study stating that it is necessary to find a
development model of managerial communication system for a Immersion Class. In this study,
the researchers just examined a managerial communication system. The study (Year II) aims to
find a model of communication system development for the specific class – Immersion class – in
State Senior Higher School. The study used a qualitative method. The data gathering used
interview, workshop, and discussion group. The data descrptive analysis employed an interaction
and interpretation. The finding of the this study is that a managerial communication of the
Immersion class is based on the internal and external. To solve the problem of the study (Year I),
it is necessary to develop a variety of communication systems. The internal and external
communication. The vertical communication is a structural top-down and bottom-up. The
vertical communication is a functional top-down and bottom-up. The horizontal communication
is a structural. The vertical communication is a functional top-down and bottom-up. The
horizontal communication is a functional. Likewise, it needs to think about intrapersonal, and
indirect (perlocution) pragmatic communication for promotion.

PENDAHULUAN
Nixon (2007) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa komunikasi sosial di sekolah
membangun komunikasi dalam lingkungan pendidikan, mengkomunikasikan pengetahuan,
tindakan, dan lingkungannya. Faktor-faktor tersebut dikaji dengan class study yang
mengilustrasikan keseimbangan antara teori dan praktek dalam bentuk pembangunan makna
sebagai alat pembelajaran tentang lingkungan dan sebagai sarana komunikasi intern maupun
ekstern. Komunikasi dapat dilakukan oleh antara guru dengan peserta didik, peneliti dengan
sponsor, peneliti dengan yang diteliti, dan sebagainya. Bentuk komunikasi di antaranya
wawancara dan diskusi.
Penelitian tahun pertama (Ngalim, 2008) menghasilkan temuan perlunya

buku ajar

“Sistem Komunikasi Manajerial Penyelenggaraan Kelas Khusus”. Hal ini terkait dengan
keberhasilan dan masih adanya kendala. Kelas Imersi telah menyediaan fasilitas sarana dan
prasarana yang representatif. Jumlah siswa baru setiap rombel pada tahun pelajaran 2007/2008,

25 orang tiap rombel untuk 2 rombel. 2009/2010: 20 orang tiap rombel, untuk 3 rombel
Tersedianya fasilitas representatif dan jumlah siswa ideal merupakan salah satu langkah menuju
KBM efektif.
Ada dua metode bauran komunikasi sosialisasi yang telah diterapkan. Advertensi
(advertisng) melalui radio, surat kabar, dan situs internet. Publisitas dan hubungan masyarakat
(publicity and public relation) berupa surat edaran, sosialisasi ke SMP potensial, aktivitas lomba
akademik dan non akademik secara eksternal. Di SMAN 4 Surakarta, disediakan beasiswa untuk
siswa ranking I, satu semester, ranking II, 4 bulan, dan ranking III, dua bulan. Metode promosi
yang terakhir merupakan contoh adanya promosi pemberian hadiah (sales promotion).
Di antara kendalanya sebagai berikut. Penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar
KBM baru terbatas pada kelas X dan XI. Penyebabnya pada kelas XII perlu pemahaman soal UN
yang berbahasa Indonesia. Belum teraksesnya semua lulusan SMP unggulan, berkualitas terbaik,
karena faktor biaya, kekhawatiran pada program baru, dan kesan percobaan. Hasil UN peringkat
10 besar masih didominasi kelas reguler.

Adanya kendala tersebut tampak disebabkan oleh

faktor kurangnya konsep model pengembangan sistem komunikasi manajerial kelas Imersi, yang
dapat diimplementasikan secara efektif. Dalam hal ini meliputi sistem komunikasi manajerial
SDM maupun bauran komunikasi sosialisasi. Oleh sebab itulah pada penelitian tahun kedua ini,
dirancang untuk menemukan model pengembangan model pengembangan sistem komunikasi
manajerial kelas khusus, termasuk kelas Imersi.
Untuk melayani pendidikan khusus sesuai UU Sisdiknas Pasal 50 (Depdiknas, 2003: 33),
di Surakarta telah diselenggarakan sekolah-sekolah plus atau kelas khusus. Kelas khusus yang
dimaksud, salah satunya kelas Imersi di SMA Negeri 4 Surakarta. Program kelas imersi dimulai
pada tahun pelajaran 2004/2005. Dalam perkembangan lebih lanjut, sesuai dengan kebijakan
Depdiknas kurikulum 2004 diubah menjadi kurikulum berbasis sekolah, dan terakhir
dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Oleh karena

penyelenggaraan program sekolah tersebut masih baru, seperti disebutkan di muka perlu buku
acuan, “Sistem Komunikasi Manajerial Kelas Khusus”.

Pengertian Sistem Komunikasi Manajerial
Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin systēma dan bahasa Yunani sustēma adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi (http://id. wikipedia.org/wiki/Sistem).. Kata sustèma tampak
diintegrasikan ke dalam bahasa Inggris system yang berarti „cara‟ atau „jaringan‟. Ke dalam
bahasa Indonesia diintegrasikan menjadi “sistem” yang berarti „perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.
Komunikasi
Menurut Rivai (2004: 274) komunikasi adalah suatu proses memberi dan menerima
informasi sampai pada pemahaman makna, sehingga komunikasi sebagai arus informasi dan
penyampaian emosi yang berada dalam lapisan masyarakat baik dari atas ke bawah (vertikal),
maupun dari kanan ke kiri (horizontal).
Mulyana (2007: 46) mengemukakan, bahwa komunikasi semula bearasal dari kata Latin
communis yang berarti ‟sama‟, communico, communicatio atau communicare, yang berarti
‟membuat sama‟ (to make common). Arti tersebut menunjukkan, bahwa komunikasi merupakan
proses interaksi, dan saling menyampaikan informasi untuk membuat kesamaan persepsi.
Misalnya, komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar, tujuan utamanya adalah
peserta didik memahami konsep ilmu yang dikaji seperti yang dimaksud nara sumber atau
pendidik.

Manajerial
Dalam hal manajemen Mahendrawati (2005: 48) memaparkan adanya strategi dan
tantangan mengelola variasi produk. Kendatipun pembahasannya bertumpu pada pengelolaan
variasi produk barang, tampaknya pengelolaan produk jasa pun perlu memperhatikan strategi dan
tantangan. Sebagai ilustrasi, terselenggaranya kelas khusus, dari segi strategi merupakan bagian
dari upaya proses realisasi kompetisi unggulan kualitas. Sementara itu, tantangan yang harus
diantisipasi adalah dimungkinkan semakin banyak kompetetor dan variasi Sekolah Bertaraf
Internasional.
Usman (2008: 4) mengemukakan, bahwa kata manajemen berasal dari bahasa Latin, kata
manus yang berarti ‟tangan‟, dan agere berarti ‟menangani‟. Managere diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage. Dengan kata benda management, dan

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Berikut, management diintegrasikan
ke dalam bahasa Indonesia manajemen ‟pengelolaan‟.
Handoko (2003: 10) mendefinisikan manajemen seperti pada diagram berikut.
Manajemen

Perencanaan
Pengorganisasian
Penyusunan personalia
Pengarahan
Pengawasan

Anggota
Organisasi
(bawahan)

Tujuan
Organisasi

Dengan demikian, sistem komunikasi manajerial merupakan cara melakukan aktivitas manajerial
dengan alat bahasa tertentu. Artinya, aktivitas manajerial yang meliputi perencanaan,
pengelolaan, pengawasan sekolah perlu pemilihan ragam bahasa manajemen dan kepemimpinan.
Mengenai manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu dari bentuk reformasi
pendidikan dalam rangka perbaikan pendidikan, terutama untuk memperbaiki lingkungan
pengajaran dan pembelajaran. Di samping itu, MBS juga bentuk alternatif sekolah sebagai hasil
dari desentralisasi pendidikan (Nurkholis, 2006: 4-6).

Sumber Daya Manusia
Soebardjo (2003: 1) mengemukakan, bahwa upaya menciptakan SDM yang berkualitas
dapat dimulai dari dunia pendidikan. Selama ini output yang dihasilkan dari proses pendidikan
belum optimal. Lulusan dari sekolah maupun perguruan tinggi masih harus menambah
pengetahuan dan keterampilan agar dapat secara langsung dimanfaatkan dunia tenaga kerja.
Sementara bila ingin bersaing secara internasional, kondisi SDM di Indonesia umumnya dan
Jawa Tengah khususnya belum memenuhi harapan. Yang dimaksud sumber daya manusia dalam
hal ini adalah figur kepala sekolah, guru, dan siswa.
Menurut Hadiyanto (2004: 11) bahwa guru seharusnya mampu memainkan peran guru
ideal. Ciri guru ideal diantaranya adalah berkualifikasi pendidikan memadai, memiliki misi, visi
sebagai guru, mampu mentransfer ilmu kepada peserta didik secara efisian dan efektif, mampu
mengubah peserta didik dari yang tidak tahu dan tidak terampil menjadi tahu dan terampil, dari
yang belum dewasa menjadi dewasa, membentuk diri sendiri dan peserta didik menjadi berbudi
luhur, dan dapat menjadi teladan baik dari segi penguasaan ilmu, ketrampilan maupun akhlak.
Seorang pemenang I Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2002, Widiani, dalam Suparlan

(2005: 130) menyatakan tolok ukur guru yang beretos kerja tinggi adalah rajin, kreatif, aktif
Inisiatif, dan disiplin.
Dessler (2006: 5) mendefinisikan manajemen sumber daya

manusia, adalah

suatu

proses memperoleh , melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada kar- yawan,
memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan keadilan. Dalam hal ini
terkait dengan SDM pendidikan. Artinya, pendidik yang memiliki semangat untuk belajar,
mengajar, menilai, memberikan penghargaan kepada pihak terkait.
Sanjaya (2009: 3) mengemukakan, bahwa akhir dari pendidikan adalah kemampan anak
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berakhlak
mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Konsep ini
memberikan inspirasi idealistik, makro, dan kental terkait dengan keteladanan yang telah
disebutkan sebelumnya. Ide semacam itu jelas juga memerlukan model pengembangan sistem
komunikasi manajerial kelas khusus.

Bauran Komunikasi Sosialisasi
Menurut Kotler et al. (2003: 596-597), lima metode bauran komunikasi pemasaran: iklan
(Advetising), pemasaran langsung (direct marketing), promosi penjualan (sales promotion),
hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) jual wiraniaga (personal
selling). Dalam penelitian pendidikan ini sengaja digunakan istilah bauran komunikasi
sosialisasi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi pendidikan, bauran komunikasi sosialisasi
(the socialitation communication mix). Yang termasuk komponen metode sosialisasi, sosialisasi
langsung (direct socialization), sosialisasi personal langsung (direct personal socialization),
promosi sosialisasi (socialization promotion), publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and
public relation).Hal ini mengingat fungsinya untuk memperoleh siswa dan lulusan unggulan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini mengingat jenis
data dan analisisnya juga kualitatif. Data kualitatif berwujud model pengembangan sistem
komunikasi manajerial sumber daya manusia penyelenggaraan kelas Imersi.
Teknis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah reduksi, sajian data (display), verivikasi dan simpulan.

Prosedur awal yang ditempuh adalah penyusunan desain model pengembangan sistem
komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus. Moleong (2007: 13) mengemukakan salah
satu ciri penelitian kualitatif adalah penyusunan desain. Desain disusun, sesuai dengan kenyataan
di lapangan. Setelah itu, dibahas dalam forum lokakarya (workshop). Hasil pembahasan konsep
yang telah disempurnakan dengan berbagai masukan dari para peserta workshop, dijadikan
model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus. Dalam hal
ini tetap dilakukan pendekatan interpretasi dan interaksi.

HASIL PENELITIAN
Kepala SMA Negeri 4 Surakarta Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd. dan Wakasek kelas Imersi,
Drs. Sudjono, memaparkan tentang manajerial pengelolaan program Imersi. Dalam presentasinya
disajikan empat hal sebagai masukan. Empat hal dimaksudkan: 1. katagori sekolah, 2. esensi,
tujuan, dan penyelenggaraan kelas Imersi, 3. Perbedaan kelas Imersi dan RSBI. Katagori sekolah
yang disampaikan: Standar, Mandiri, dan Sekolah Bertaraf Internsional. Dasar hukum yang diacu,
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 50, ayat 3.
Isinya, bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
Secara etimologis, imersi berasal dari bahasa Inggris to immerse artinya „mecelupkan,
menyerap, dan melibatkan secara mendalam. Penafisrannya antara lain, siswa dapat belajar bahasa
Inggris lebih efektif, bila para siswa menggunakan bahasa tersebut sebagai alat untuk memperoleh
informasi yang bermakna dan kontekstual. Dalam hal ini, bahasa Inggris bukan sekedar sebagai
salah satu mata pelajaran saja. Bahasa Inggris juga sebagai salah satu bahasa pengantar dalam
proses pembelajaran. Ada lima tujuan yang ingin dacapai dalam penyelenggaraan kelas Imersi.
a.

Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya, dan di Provinsi Jawa Te- ngah
khususnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM menghadapi era globalisasi.

b.

Menghasilkan SDM yang berkualitas dan mempunyai daya saing global melalui penguasaan
bahasa Inggris.

c.

Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris utuk guru, tenaga pendidikan, dan para siswa.

d.

Meningkatkan kompetensi lulusan dalam penguasaan IPTEK.

e.

Mengembangkan potensi sekolah beserta SDM yang dimiliki untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Perbedaan pelaksanaan program Imersi dan SBI.

a.

Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris di Imersi:
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, TIK, dan Sejarah. Di SBI:
Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.

b. Jumlah siswa, di program Imersi maksimal 20 orang tiap kelas, paralel 3 kelas, di RSBI
terakhir pada penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2009/2010 di SMAN 1 329 orang untuk
10 kelas.
c. SDM guru di program Imersi wajib mampu berbahasa Inggris, di RSBI diharapkan mampu
berbahasa Inggris.
Di kelas Imersi, sistem komunikasinya perpaduan antara internal dan eksternal. Sarana dan
prasarana kelas imersi dide