Coporate Governance Landasan Teori 1.

21 e. Fairnes Kewajaran, dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan harus mengutamakan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip kewajaran. Kelimanya memiliki keterkaitan penting dalam penerapan prinsip good corporate governance yang dapat di buktikan dalam laporan keuangan Beasly, 1996 dalam Annisa 2011. Terdapat keterbatasan terkait dengan penelitian corporate governance sehingga perlu menggunakan proksi sebagai alat ukur Arifin et al., 2003 dalam Annisa 2011. Variabel yang digunakan sebagai proksi untuk corporate governance meliputi variabel-variabel seperti, kepemilikan institusional, struktur dewan komisaris, komite audit Annisa, 2011.

5. Komisaris Independen

Pelaksanaan dalam tata kelola perusahaan dan struktur perusahaan selalu ada posisi direksi dan komisaris, hal ini sesuai dengan UU No. 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 92 ayat 1 menyebutkan bahwa direksi menjalalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Sedangkan pasal 108 ayat 1 mengatakan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. 22 Komisaris independen didefinisikan sebagai seorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai di rektur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut paraturan yang di keluarkan di BEI, jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah saham yang di miliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya tiga puluh persen 30 dari seluruh anggota komisaris, disamping hal itu komisaris independen memahami undang-undang dan peraturan yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam rapat umum pemegang saham Pohan, 2008. UU No 1 Tahun 1995 menjelaskan tentang perseroan terbatas UUPT, disebutkan bahwa tugas komisaris adalah mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Kriteria komisaris independen menurut Forum Corporate Governance Indonesia FCGI adalah sebagai berikut: a. Komisaris independen bukan merupakan anggota menejemen 23 b. Bukan merupakan pemegang saham mayoritas atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham. c. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu. d. Bukan merupakan penasehat profesional perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut. e. Bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut. f. Tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan.lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris perusahaan. g. Harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis maupun dengan hubungan lainnya yang dapat atau secara wajar dapat dianggap campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai komisaris untuk bertindak demi kepentingan perusahaan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL YANG TERDAFTAR DI BEI

2 68 20

DAMPAK KARAKTERISTIK EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI EMPIRIS TERHADAP PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 9 94

PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, CORPORATE Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 201

0 4 14

PENGA Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

2 5 19

PENDAHULUAN Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

0 6 4

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 0 6

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE (Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI)

0 0 19

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI - Perbanas Institutional Repository

0 2 17