TA : Rancang Bangun Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku Pada UMKM Fredshoes.

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA UMKM FREDSHOES

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

LULUT FITRIYANINGRUM 10.41011.0019

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : Lulut Fitriyaningrum NIM : 10.41011.0019

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(3)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Daftar Pemesanan Produksi ... 9

2.2 Produksi ... 10

2.2.1 Jenis- jenis Proses Produksi ... 11

2.2.2 Pengendalian Proses Produksi ... 12

2.3 Persediaan ... 14

2.3.1 Pengertian Persediaan ... 14

2.3.2 Fungsi Persediaan ... 15


(4)

xi

2.4 Bahan Baku ... 19

2.4.1 Daftar Kebutuhan Bahan Baku (Bill of Material – BOM) ... 20

2.4.2 Waktu Tunggu (Lead Time) ... 21

2.4.3 Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) ... 22

2.5 Metode Economic Order Quantity (EOQ) ... 22

2.6 Sistem ... 26

2.7 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 27

2.8 Aplikasi ... 28

2.9 Metodologi Pengembangan Sistem ... 29

2.10 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ... 33

BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 35

3.1 Analisis Sistem ... 35

3.1.1 Identifikasi Masalah ... 36

3.1.2 Analisis Kebutuhan ... 38

3.2 Perancangan Sistem ... 41

3.2.1 Input Process Output Diagram (IPO Diagram)... 41

3.2.2 System Flow... 45

3.2.3 Context Diagram ... 49

3.2.4 Hierarchy plus Input-Process-Output (HIPO) ... 50

3.2.5 Data Flow Diagram (DFD) ... 50

3.2.6 Conceptual Data Model ... 54


(5)

xii

3.2.8 Struktur Tabel ... 56

3.3 Perancangan Desain Input/Output ... 60

3.3.1 Desain Input ... 61

3.3.2 Desain Output ... 70

3.4 Desain Uji Coba ... 73

BAB IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM ... 86

4.1 Kebutuhan Sistem ... 86

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 86

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 86

4.1.3 Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ... 87

4.2 Implementasi Sistem ... 87

4.2.1 Form Log In ... 87

4.2.2 Form Koneksi Database ... 88

4.2.3 Form Halaman Utama ... 88

4.2.4 Form Ganti Password ... 89

4.2.5 Form User Access ... 89

4.2.6 Form Master Pegawai ... 91

4.2.7 Form Master Pelanggan... 92

4.2.8 Form Master Produk ... 93

4.2.9 Form Master Bahan Baku... 94

4.2.10 Form Master Bill of Material (BOM)... 95

4.2.11 Form Master Satuan ... 96

4.2.12 Form Master Komponen Biaya ... 97


(6)

xiii

4.2.16 Form Laporan Pesanan Pelanggan ... 104

4.2.17 Form Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku ... 105

4.2.18 Form Laporan Kebutuhan Bahan Baku Berdasarkan EOQ.. 105

4.2.19 Form Laporan Produk Paling Laku ... 106

4.2.20 Form Laporan Bahan Baku Yang Sering Dipakai... 106

4.3 Uji Coba Fungsi Sistem ... 107

4.4 Perbandingan Aplikasi dengan Uji Coba Perhitungan Manual ... 159

BAB V. PENUTUP ... 163

5.1 Kesimpulan ... 163

5.2 Saran ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 164


(7)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Data Pesanan Pelanggan Tahun 2015 ... 3

Gambar 2.1. Metode Economic Order Quantity (EOQ) ... 24

Gambar 2.1 System Development Life Cycle (SDLC) Model Waterfall ... 30

Gambar 3.1 Alur Sistem UMKM Fredshoes Saat Ini (Current System) ... 37

Gambar 3.2 IPO Diagram Sistem Pengelolaan Persediaan Bahan Baku ... 42

Gambar 3.3 System Flow Penerimaan Pesanan Pelanggan ... 46

Gambar 3.4 System Flow Rekapitulasi Bahan Baku ... 47

Gambar 3.5 System Flow Proses Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi dengan Perhitungan EOQ... 48

Gambar 3.6 Context Diagram Sistem Perencanaan Persediaan Bahan Baku . 49

Gambar 3.7 HIPO Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku ... 50

Gambar 3.8 DFD Level 0 Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku ... 51

Gambar 3.9 DFD Level 1 Sub-Proses Pemeliharaan File Master ... 52

Gambar 3.10 DFD Level 1 Sub-Proses Pemeliharaan Transkasi ... 53

Gambar 3.11 DFD Level 1 Sub-Proses Pembuatan Laporan ... 54

Gambar 3.12 Conseptual Data Model Pengolahan Persediaan Bahan Baku ... 55

Gambar 3.13 Physical Data Model Pengolahan Persediaan Bahan Baku ... 55

Gambar 3.14 Desain Form Log In ... 61

Gambar 3.15 Desain Form Halaman Utama ... 61

Gambar 3.16 Desain Form Pelanggan ... 62

Gambar 3.17 Desain Form Pegawai ... 63

Gambar 3.18 Desain Form Bahan Baku ... 63


(8)

xv

Gambar 3.22 Desain Form Biaya Simpan ... 66

Gambar 3.23 Desain Form Satuan ... 67

Gambar 3.24 Desain Form Daftar Pesanan... 67

Gambar 3.25 Desain Form Transaksi Pemesanan atau Penerimaan Pesanan .. 68

Gambar 3.26 Desain Form Daftar Perhitungan Bahan Baku Menggunakan EOQ ... 69

Gambar 3.27 Desain Form Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Menggunakan EOQ ... 69

Gambar 3.28 Desain Output Nota Pemesanan ... 70

Gambar 3.29 Desain Output Laporan Pesanan Pelanggan... 70

Gambar 3.30 Desain Output Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku ... 71

Gambar 3.31 Desain Output Laporan Kebutuhan Bahan Baku Berdasarkan EOQ ... 71

Gambar 3.32 Desain Output Laporan Produk Paling Laku ... 72

Gambar 3.33 Desain Output Laporan Bahan Baku Sering Dipakai ... 72

Gambar 4.1 Form Log In ... 88

Gambar 4.2 Form Koneksi Database ... 88

Gambar 4.3 Form Halaman Utama ... 89

Gambar 4.4 Form Ganti Password ... 89

Gambar 4.5 Form User Access ... 90

Gambar 4.6 Form Master Pegawai ... 89

Gambar 4.7 Form Master Pelanggan ... 91

Gambar 4.8 Form Master Produk ... 92


(9)

xvi

Gambar 4.10 Master Bill of Material (BOM) ... 96

Gambar 4.11 Form Master Satuan ... 97

Gambar 4.12 Form Master Komponen Biaya ... 98

Gambar 4.13 Form Daftar Pemesanan ... 99

Gambar 4.14 Form Transaksi Pemesanan ... 99

Gambar 4.15 Form Cari Daftar Pelanggan ... 100

Gambar 4.16 Form Cari Daftar Produk ... 100

Gambar 4.17 Form Nota Pemesanan ... 101

Gambar 4.18 Form Transaksi Biaya Simpan ... 102

Gambar 4.19 Form Daftar Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Dengan EOQ ... 103

Gambar 4.20 Form Transaksi Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Dengan EOQ ... 103

Gambar 4.21 Form Laporan Perhitungan EOQ ... 104

Gambar 4.22 Form Laporan Pesanan Pelanggan ... 104

Gambar 4.23 Form Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku ... 105

Gambar 4.24 Form Laporan Kebutuhan Bahan Baku Berdasarkan EOQ ... 105

Gambar 4.25 Form Laporan Produk Paling Laku ... 106

Gambar 4.26 Form Laporan Bahan Baku Yang Sering Dipakai ... 106

Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Log In ... 108

Gambar 4.28 Hasil Uji Log In Berhasil Sesuai Hak Akses ... 108

Gambar 4.29 Peringatan Username dan/atau Password Salah ... 108

Gambar 4.30 Hasil Uji Form Master Pegawai ... 109

Gambar 4.31 Hasil Uji Form Master Pegawai ... 110


(10)

xvii

Gambar 4.35 Hasil Uji Form Master BOM ... 111

Gambar 4.36 Hasil Uji Form Master Komponen Biaya ... 111

Gambar 4.37 Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Pegawai Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 113

Gambar 4.38 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Pegawai 113

Gambar 4.39 Hasil Uji Combobox Pegawai ... 114

Gambar 4.40 Hasil Uji Data Pegawai Berhasil Diubah ... 114

Gambar 4.41 Hasil Uji Data Pegawai Berhasil Disimpan ... 114

Gambar 4.42 Hasil Uji Konfirmasi Data Pegawai Dihapus ... 114

Gambar 4.43 Hasil Uji Data Pegawai Berhasil Dihapus... 115

Gambar 4.44 Hasil Uji Button Cari Pegawai Berhasil ... 115

Gambar 4.45 Hasil Uji Button Bersih Pegawai Berhasil ... 115

Gambar 4.46 Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Pelanggan Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 117

Gambar 4.47 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Pelanggan ... 117

Gambar 4.48 Hasil Uji Data Pelanggan Berhasil Diubah ... 118

Gambar 4.49 Hasil Uji Data Pelanggan Berhasil Disimpan ... 118

Gambar 4.50 Hasil Uji Konfirmasi Data Pelanggan Dihapus... 118

Gambar 4.51 Hasil Uji Data Pelanggan Berhasil Dihapus ... 118

Gambar 4.52 Hasil Uji Button Cari Pegawai Berhasil ... 119

Gambar 4.53 Hasil Uji Button Bersih Pelanggan Berhasil ... 119

Gambar 4.54 Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Bahan Baku Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 121


(11)

xviii

Gambar 4.55 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Bahan

Baku ... 121

Gambar 4.56 Hasil Uji Combobox Bahan Baku ... 122

Gambar 4.57 Hasil Uji Data Bahan Baku Berhasil Diubah ... 122

Gambar 4.58 Hasil Uji Data Bahan Baku Berhasil Disimpan ... 122

Gambar 4.59 Hasil Uji Konfirmasi Data Bahan Baku Dihapus... 122

Gambar 4.60 Hasil Uji Data Bahan Baku Berhasil Dihapus ... 123

Gambar 4.61 Hasil Uji Button Cari Bahan Baku Berhasil ... 123

Gambar 4.62 Hasil Uji Button Bersih Bahan Baku Berhasil ... 123

Gambar 4.57 Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Produk Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 125

Gambar 4.64 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Produk .. 125

Gambar 4.65 Hasil Uji Data Produk Berhasil Diubah ... 125

Gambar 4.66 Hasil Uji Data Produk Berhasil Disimpan ... 126

Gambar 4.58 Hasil Uji Konfirmasi Data Produk Dihapus ... 126

Gambar 4.59 Hasil Uji Data Produk Berhasil Dihapus... 126

Gambar 4.60 Hasil Uji Button Cari Produk Berhasil ... 126

Gambar 4.61 Hasil Uji Button Bersih Produk Berhasil ... 127

Gambar 4.62 Hasil Uji Button Simpan, Ubah dan Hapus BOM Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 128

Gambar 4.63 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview BOM .... 129

Gambar 4.64 Hasil Uji Combobox BOM ... 129

Gambar 4.65 Hasil Uji Data BOM Berhasil Diubah... 129

Gambar 4.66 Hasil Uji Data BOM Berhasil Disimpan ... 129

Gambar 4.67 Hasil Uji Konfirmasi Data BOM Dihapus ... 130


(12)

xix

Gambar 4.71Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Komponen Biaya Tidak

Berfungsi Saat Form Load ... 132

Gambar 4.72 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Komponen Biaya ... 132

Gambar 4.73 Hasil Uji Data Komponen Biaya Berhasil Diubah... 133

Gambar 4.74 Hasil Uji Data Komponen Biaya Berhasil Disimpan ... 133

Gambar 4.75 Hasil Uji Konfirmasi Data Komponen Biaya Dihapus ... 133

Gambar 4.76 Hasil Uji Data Komponen Biaya Berhasil Dihapus ... 133

Gambar 4.77 Hasil Uji Button Cari Komponen Biaya Berhasil ... 133

Gambar 4.78 Hasil Uji Button Bersih Komponen Biaya Berhasil ... 134

Gambar 4.79 Hasil Uji Button Ubah dan Hapus Satuan Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 135

Gambar 4.80 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Satuan .. 136

Gambar 4.81 Hasil Uji Data Satuan Berhasil Diubah ... 136

Gambar 4.82 Hasil Uji Data Satuan Berhasil Disimpan ... 136

Gambar 4.83 Hasil Uji Konfirmasi Data Satuan Dihapus ... 136

Gambar 4.84 Hasil Uji Data Satuan Berhasil Dihapus ... 136

Gambar 4.85 Hasil Uji Button Cari Satuan Berhasil ... 137

Gambar 4.86 Hasil Uji Button Bersih Satuan Berhasil ... 137

Gambar 4.87 Hasil Uji Button Simpan, Ubah dan Hapus Biaya Simpan Tidak Berfungsi Saat Form Load ... 139

Gambar 4.88 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Biaya Simpan ... 139

Gambar 4.89 Hasil Uji Combobox Biaya Simpan ... 139


(13)

xx

Gambar 4.91 Hasil Uji Data Biaya Simpan Berhasil Disimpan ... 140

Gambar 4.92 Hasil Uji Konfirmasi Data Biaya Simpan Dihapus ... 140

Gambar 4.93 Hasil Uji Data Biaya Simpan Berhasil Dihapus... 140

Gambar 4.94 Hasil Uji Button Cari Biaya Simpan Berhasil ... 140

Gambar 4.95 Hasil Uji Button Bersih Biaya Simpan Berhasil ... 141

Gambar 4.96 Hasil Uji Semua Button Daftar Pesanan Berfungsi Saat Form Load ... 142

Gambar 4.97 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Daftar Pesanan ... 142

Gambar 4.98 Hasil Uji Button Cari Biaya Simpan Berhasil ... 143

Gambar 4.99 Hasil Uji Button Bersih Biaya Simpan Berhasil ... 143

Gambar 4.100 Hasil Uji Button Cetak Daftar Pesanan Berhasil ... 143

Gambar 4.101 Hasil Uji Button Tambah Daftar Pesanan Berhasil ... 144

Gambar 4.102 Hasil Uji Semua Button Transakasi Pemesanan Berfungsi Saat Form Load ... 145

Gambar 4.103 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Daftar Pesanan ... 146

Gambar 4.104 Hasil Uji Combobox Tanggal Transaksi Pemesanan ... 146

Gambar 4.105 Hasil Uji Combobox Ukuran Sepatu Transaksi Pemesanan... 146

Gambar 4.106 Hasil Uji Button Tambah Pelanggan Transaksi Pemesanan .... 147

Gambar 4.107 Hasil Uji Button Tambah Transaksi Pemesanan ... 147

Gambar 4.108 Hasil Uji Button Cari Pelanggan Transaksi Pemesanan Berhasil ... 147

Gambar 4.109 Hasil Uji Button Cari Produk Transaksi Pemesanan Berhasil . 148

Gambar 4.110 Hasil Uji Button Bersih Transaksi Pemesanan Berhasil ... 148

Gambar 4.111 Hasil Uji Data Pemesanan Berhasil Disimpan ... 148


(14)

xxi

Gambar 4.114 Hasil Uji Data Berhasil Disimpan pada Datagridview Daftar

Perhitungan EOQ... 150

Gambar 4.115 Hasil Uji Button Cari Daftar Perhitungan EOQ Berhasil ... 151

Gambar 4.116 Hasil Uji Button Bersih Daftar Perhitungan EOQ Berhasil ... 151

Gambar 4.117 Hasil Uji Button Cetak Daftar Perhitungan EOQ Berhasil ... 151

Gambar 4.118 Hasil Uji Button Tambah Daftar Perhitungan EOQ Berhasil .. 152

Gambar 4.119 Hasil Uji Semua Button Perhitungan EOQ Berfungsi Saat Form Load ... 153

Gambar 4.120 Hasil Uji Combobox Tanggal Transaksi Perhitungan EOQ ... 153

Gambar 4.121 Hasil Uji Combobox Periode Perhitungan EOQ ... 154

Gambar 4.122 Hasil Uji Data Berhasil Dihitung dan Ditampilkan Pada Datagridview Perhitungan EOQ... 154

Gambar 4.123 Hasil Uji Button Bersih Perhitungan EOQ Berhasil ... 154

Gambar 4.124 Hasil Uji Data Perhitungan EOQ Berhasil Disimpan ... 155

Gambar 4.125 Hasil Uji Button Simpan Berhasil Mencetak Laporan ... 155

Gambar 4.126 Hasil Uji Form Laporan Pesanan Pelanggan... 156

Gambar 4.127 Hasil Uji Form Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku ... 157

Gambar 4.128 Hasil Uji Form Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku EOQ ... 157

Gambar 4.129 Hasil Uji Form Laporan Produk Yang Paling Laku ... 158

Gambar 4.130 Hasil Uji Form Laporan Bahan Baku Yang Sering Dipakai .... 158


(15)

xxii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Kebutuhan Pengguna Aplikasi... 39

Tabel 3.2 Pegawai ... 56

Tabel 3.3 Produk ... 56

Tabel 3.4 Satuan ... 57

Tabel 3.5 Bahan Baku ... 57

Tabel 3.6 Bom ... 57

Tabel 3.7 Pelanggan ... 58

Tabel 3.8 Pemesanan ... 58

Tabel 3.9 Detail Pemesanan ... 58

Tabel 3.10 Komponen Biaya ... 59

Tabel 3.11 Biaya Penyimpanan ... 59

Tabel 3.12 Detail Penyimpanan ... 59

Tabel 3.13 Eoq ... 60

Tabel 3.14 Detil Eoq ... 60

Tabel 3.15 Desain Uji Coba Form Log In ... 73

Tabel 3.16 Desain Uji Coba Form Menu Utama ... 74

Tabel 3.17 Desain Uji Coba Form Pegawai... 74

Tabel 3.18 Desain Uji Coba Form Pelanggan ... 75

Tabel 3.19 Desain Uji Coba Form Bahan Baku ... 76

Tabel 3.20 Desain Uji Coba Form Produk ... 77

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Form Bill Of Materail (BOM)... 78


(16)

xxiii

Tabel 3.25 Desain Uji Coba Form Daftar Pemesanan ... 82

Tabel 3.26 Desain Uji Coba Form Transaksi Pemesanan... 82

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Form Daftar Perhitungan EOQ ... 83

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Form Perhitungan EOQ... 84

Tabel 3.29 Desain Uji Coba Menampilkan Laporan ... 85

Tabel 4.1 Uji Coba Log In ... 107

Tabel 4.2 Uji Coba Menu Utama ... 109

Tabel 4.3 Uji Coba Form Pegawai ... 112

Tabel 4.4 Uji Coba Form Pelanggan ... 116

Tabel 4.5 Uji Coba Form Bahan Baku ... 120

Tabel 4.6 Uji Coba Form Produk ... 124

Tabel 4.7 Uji Coba Form Bill of Material ... 127

Tabel 4.8 Uji Coba Form Komponen Biaya ... 131

Tabel 4.9 Uji Coba Form Satuan ... 134

Tabel 4.10 Uji Coba Form Biaya Simpan ... 137

Tabel 4.11 Uji Coba Form Daftar Pemesanan ... 141

Tabel 4.12 Uji Coba Form Transaksi Pemesanan ... 144

Tabel 4.13 Uji Coba Form Daftar Perhitungan EOQ ... 149

Tabel 4.14 Uji Coba Form Perhitungan EOQ ... 152

Tabel 4.15 Uji Coba Form Menampilkan Laporan ... 156

Tabel 4.16 Data Penjualan Bulan April 2015 ... 159


(17)

xxiv

Tabel 4.18 Data Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Bulan April 2015 ... 161 Tabel 4.1 Data Komponen Biaya Simpan Bulan April 2015 ... 161


(18)

xxv

Lampiran 1. Hasil Wawancara ... 166

Lampiran 2. Daftar Harga Sepatu Fredshoes ... 170

Lampiran 3. Nota Pemesanan ... 171

Lampiran 4. Laporan Pesanan Pelanggan ... 172

Lampiran 5. Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku ... 173

Lampiran 6. Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku Berdasarkan EOQ .... 174

Lampiran 7. Laporan Produk Paling Laku ... 175

Lampiran 8. Laporan Bahan Baku Yang Sering Dipakai ... 176


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimum. Tentunya tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu kelancaran produksi. Kelancaran produksi itu sendiri dipengaruhi oleh ada atau tidaknya persediaan bahan baku yang akan diolah dalam proses produksi. Persediaan bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup tersedia untuk menghindari terjadinya kekurangan dan kelebihan bahan baku sehingga dapat menjamin kelancaran produksi.

UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Fredshoes merupakan salah satu perusahaan industri manufaktur yang bergerak di bidang produksi sepatu safety dengan berbagai macam ukuran, di mana bisnis yang di kombinasikan dengan berbagai motif desain life style fashionable your brand moderen and unic yang mengutamakan selera pasar dan bertransformasi sepatu safety. UMKM ini berdiri sejak tahun 2014 di Surabaya dan telah mengirimkan produknya ke beberapa wilayah di Indonesia. Dalam merencanakan persediaan untuk memenuhi permintaan para pelanggannya, UMKM Fredshoes ini menerapkan sistem job

order. Sedangkan dalam proses pembuatan sepatu safety ini melibatkan beberapa

macam proses diantaranya yaitu: pembuatan pola, pemotongan, pengepresan, penjahitan, pengeleman, pengesolan, dan pengepakan sepatu.


(20)

Proses bisnis yang selama ini terjadi adalah bagian produksi akan melakukan produksi jika ada pesanan dari pelangan. Dari pesanan tersebut, maka bagian produksi akan melakukan proses produksi sesuai dengan pesanan pelanggan dan mulai membuat daftar kebutuhan dan menghitung bahan baku yang diperlukan. Perusahaan ini tidak mampu menyelesaikan pesanan yang diterima sesuai dengan jadwal, hal ini terkait dengan masalah pengelolahan persediaan bahan baku. UMKM ini dalam melaksanakan sistem pencatatan persediaan bahan baku masih menggunakan sistem manual dalam pengolahan datanya. Sistem manual yang dimaksud dalam pengolahan data yaitu data tersebut ditulis pada buku persediaan bahan baku yang mengakibatkan terjadinya penumpukan pesanan pelanggan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menghitung bahan baku yang dibutuhkan. Selain itu, perusahaan juga tidak memperhatikan jumlah pesanan pelanggan dengan persediaan bahan baku yang ada. Pada saat proses penentuan jumlah pesanan bahan baku dan jumlah safety stock dihitung berdasarkan perkiraan oleh bagian pengadaan. Kemudian untuk pembelian bahan baku dilakukan secara sekaligus yaitu setiap bulan sekali diawal bulan. Proses pembelian dilakukan oleh pihak pengadaan untuk melakukan proses pemesanan bahan baku kepada suplier. Dengan adanya permasalahan tersebut maka dapat menimbulkan kelebihan bahan baku (overstock) atau kekurangan bahan baku (stockout) sehingga proses produksi menjadi terhambat dan barang yang dipesan oleh pelanggan menjadi tidak terpenuhi. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mengontrol persediaan bahan baku dengan baik dan benar. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan yaitu melakukan proses pengontrolan persediaan bahan bakunya.


(21)

3

Gambar 1.1 Data Pesanan Pelanggan Tahun 2015

Dari gambar diatas dapat dilihat julah pesanan pelanggan setiap bulannya, maka dari itu perusahaan harus meningkatkan pengontrolan persediaan bahan baku agar pesanan dapat dipenuhi. Hal ini dapat menurunkan pelayanan terhadap konsumen, karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dari konsumen itu sendiri. Pengendalian persediaan barang juga dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan untuk bertahan dan bersaing serta diharapkan dapat meningkatkan laba bagi perusahaan. Kegagalan pengendalian persediaan bahan baku akan menyebabkan kegagalan dalam memperoleh laba. Untuk itu penting bagi setiap perusahaan mengadakan pengendalian persediaan untuk memperoleh tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan antara biaya persediaan yang terlalu banyak dengan biaya persediaan yang terlalu sedikit.

Berdasarkan uraian di atas maka UMKM Fredshoes saat ini membutuhkan sebuah aplikasi untuk mengatasi agar tidak terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat proses produksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan

0 5 10 15 20 25 30

J

U

M

L

A

H

P

E

S

A

N

A

N

(

B

U

A

H

)

PERIODE (BULAN)

DATA PESANAN PELANGGAN

TAHUN 2015


(22)

perencanaan persediaan bahan baku dengan menggunakan suatu metode tertentu. Metode yang akan digunakan untuk perencanaan persediaan bahan baku tersebut adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ dipakai karena metode ini secara umum dapat menjawab dari kondisi yang sesuai dengan perusahaan yaitu menentukan persediaan yang sesuai kebutuhan perusahaan tetapi tetap memperhatikan persediaan pengamanan (safety stock) sehingga dapat menekan kerugian yang terjadi akibat kurang tepatnya perusahaaan mengelola persediaan bahan baku. Dengan adanya sistem tersebut diharapkan dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan bahan baku agar tidak terjadi kelebihan bahan baku (overstock) dan kekurangan bahan baku (stockout).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan saat ini yaitu bagaimana membuat rancang bangun aplikasi perencanaan persediaan bahan baku pada UMKM Fredshoes.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis membatasi ruang lingkup dalam penelitian Tugas Akhir ini. Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data penjualan dan data pemakaian bahan utama yang digunakan adalah periode bulan Januari 2015.


(23)

5

2. Permintaan yang akan datang dari pelanggan diasumsikan telah diketahui selama waktu perencanaan.

3. Metode yang digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ) untuk menentukan pembelian persediaan bahan baku ekonomis.

4. Diasumsikan bagian gudang dan bagian produksi sepakat dengan pengajuan perhitungan EOQ.

5. Sistem informasi ini berbasis desktop yang dirancang menggunakan database SQL Server dan bahasa pemrograman visual basic.NET.

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan aplikasi perencanaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang dapat membantu perusahaan dalam merencanakan persediaan bahan baku untuk proses produksi sehingga dapat mengatasi masalah kehabisan bahan baku (stockout) serta dapat menekan permasalahan kelebihan persediaan bahan baku (overstock).

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembuatan rancang bangun aplikasi perencanaan persediaan bahan baku ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya hasil penelitian tentang manajemen persediaan, dalam hal ini tentang penerapan metode Economic Order Quantity.


(24)

2. Praktis

a. Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan berlangsung.

b. Perusahaan

1. Membantu pihak perusahaan dalam pengolahan persediaan bahan baku berdasarkan pesanan pelanggan sesuai dengan waktu dan kuantitas yang dibutuhkan sehingga tidak sampai kehabisan bahan baku pada waktu proses produksi.

2. Membantu pihak operasional dalam menentukan berapa banyak bahan baku yang harus disimpan, sehingga tidak sampai terjadi penumpukan persediaan bahan baku (overstock).

c. Pembaca

Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian berikutnya dengan studi kasus yang sama.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami persoalan dan pembahasan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku pada UMKM Fredshoes” ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:


(25)

7

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat bagi pengguna serta sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas mengenai berbagai macam teori yang mendukung dalam pembuatan rancang bangun aplikasi perencanaan persediaan bahan baku pada UMKM Fredshoes. Teori pendukung tersebut antara lain teori mengenai pengertian daftar pemesanan produksi, produksi, persediaan, bahan baku, metode Economic Order

Quantity, sistem, siklus hidup pengembangan sistem, aplikasi,

metodologi pengembangan sistem, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini membahas analisis dan perancangan sistem. Analisis berisi penjelasan dari timbulnya masalah atau identifikasi permasalahan beserta penyelesaiannya atau analisis permasalahan, sedangkan perancangan sistem untuk pembuatan Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku antara lain berisi Document Flow Proses Bisnis UMKM Fredshoes, System Flow Penerimaan Pesanan Pelangga, System Flow Rekapitulasi Bahan Baku, System Flow Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi dengan EOQ, Input Output Process Diagram (IPO),


(26)

(DFD), Conceptual DataModel (CDM), Physical Data Model (PDM),

Struktur Database, Desain Input / Output, dan Desain Uji Coba.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

Pada ab ini membahas tentang kebutuhan perangkat lunak, perangkat keras, implementasi dan evaluasi sistem. Implementasi ini mengacu pada perancangan desain sistem yang telah dibuat. Sedangkan evaluasi sistem berisi validasi dan uji coba sistem dengan menggunakan metode

black box untuk menguji fungsi aplikasi perencanaan persediaan bahan

baku berjalan sesuai yang diharapkan. BAB V PENUTUP

Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembuatan Tugas Akhir ini terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran yang bertujuan untuk pengembangan sistem pada masa mendatang.


(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Daftar Pemesanan Produksi

Daftar pemesanan produksi merupakan daftar yang berisi tentang kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi. Kegunaan dari daftar pemesanan produksi ini adalah untuk mencatat kebutuhan material sesuai kebutuhan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi serta untuk mengendalikan bahan baku yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu daftar pemesanan produksi bertujuan untuk meminimkan antrian dan memproduksi produk tepat waktu.

Dalam memenuhi pesanan produksi perusahaan dapat menrapkan konsep

just in time (JIT). Menurut Roger G. Schroeder (2005) Just in Time adalah suatu

pendekatan yang berusaha untuk menghilangkan semua sumber pemborosan, sesuatu pendekatan yang tidak menambah nilai dalam kegiatan produksi dengan menyuguhkan suku cadang atau bahan baku yang tepat pada tempat atau waktu yang tepat. Konsep dari JIT adalah memproduksi output yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan pelanggan, jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses produksi sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dan pada setiap tahap proses produksi dengan cara yang paling ekonomis dan efisien. (Garpersz: 2005)


(28)

Adapun tujuan dari just in time (JIT)yaitu:

1. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan setiap langkah dalam proses

manufacturing

2. Menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan pesanan pelanggan

3. Memproduksi sesuai dengan permintaan atau pesanan pelanggan

2.2.Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan output baik dalam bentuk barang maupun jasa. Pengertian produksi dapat juga diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah nilai ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa disebut produsen.

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo (2000) pengertian dari produksi adalah kegiatan untuk mengetahui penambahan manfaat atau penciptaan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi yang bermanfaat bagi pemenuhan konsumen. Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuos improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen ( Vincent Gaspersz, 2004).

Menurut Pandji Anoraga (2000:197), produksi disebut sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dan komponen-komponen.


(29)

11

2.2.1. Jenis-jenis Proses Produksi

Dalam menghasilkan suatu produk dapat dilakukan melalui beberapa cara, metode atau teknik yang berbeda-beda dan membutuhkan proses produksi yang berbeda-beda juga. Menurut Pangestu Subagyo (2000:9) ada beberapa jenis proses produksi yaitu:

1. Proses produksi terus-menerus (continuous processes)

Merupakan suatu proses produksi dimana terdapat pola urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi yang dilakukan dari perusahaan yang bersangkutan sejak dari bahan baku sampai menjadi bahan jadi. Proses produksi terus-menerus biasanya disebut juga dengan proses produksi yang berfokus pada produk atau focus product. Hal ini disebabkan biasanya diberikan fasilitas produk tersendiri yang peletakkanya disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk tersebut.

2. Proses produksi terputus-putus (intermittent processes)

Merupakan suatu proses produksi dimana terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan sejak bahan baku sampai menjadi produk akhir. Proses produksi terus-menerus biasanya disebut juga dengan proses produksi yang berfokus pada proses atau focus proses. Disebut proses produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi terjadi setiap saat terputus apabila terjadi perubahan berbagai macam produk yang dikerjakan. Oleh karena itu, proses ini tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai dengan urutan proses pembuatan produk tersebut.


(30)

3. Proses produksi intermediate

Merupakan proses produksi campuran antara proses produksi terus-menerus dengan proses produksi terputus-putus. Dalam kenyataannya, biasanya suatu perusahaan menerapkan proses produksi keduanya, hal ini disebabkan produk yang dikerjakan memang berbeda, akan tetapi jenis produknya tidak terlalu banyak dan jumlah produk setiap jenis agak banyak.

2.2.2. Pengendalian Proses Produksi

Proses produksi merupakan kegiatan yanga sangat penting dalam suatu perusahaan. Agar kegiatan proses produksi berjalan dengan sesuai yang diinginkan maka harus ada pengendalian dalam produksi. Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi oleh sistem produksi yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk melaksanakan proses produksi. Selain itu, demi kelancaran proses produksi diperlukan pula pengendalian proses produksi yang akan mengendalikan seluruh komponen penting dalam suatu perusahaan.

Menurut Agus Ahyari (2002), untuk memperlancar kegiatan proses produksi dibutuhkan adanya pengendalian proses produksi, yaitu diantaranya: 1. Pengendalian proses produksi

Pengendalian proses produksi dimulai dari kapan produksi itu dikerjakan sampai kapan produksi selesai sehingga harus proses produksi haarus direncanakan agar proses produksi berjalan dengan baik dan lancar.

2. Pengendalian bahan baku

Bahan baku merupakan faktor yang paling penting dalam suatu perusahan untuk proses produksi. Proses produksi akan berjalan lancar jika jumlah persediaan


(31)

13

bahan baku cukup. Agar persediaan bahan baku tersebut tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan bahan baku maka perlu adanya pengendalian bahan baku. Dengan adanya pengendalian bahan baku diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi serta perusahaan dapat menentukan kapan bahan baku itu dipesan, jumlah bahan baku yang dipesan dan bahan baku apa saja yang akan dipesan.

3. Pengendalian tenaga kerja

Pengendalian tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam keberhasilan proses produksi. Berhasil tidaknya suatu proses produksi tergantung kepada kemampuan kerja dan kesungguhan kerja dari para tenaga kerja perusahaan. Sehingga pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan hal yang penting untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas produk yang akan dihasilkan.

4. Pengendalian biaya produksi dan perbaikan fasilitas produksi

Pengendalian biaya produksi dilakukan untuk mengetahui berapa besarnya volume penjualan yang menghasilkan keuntungan, kerugian atau hanya cukup untuk menutup biaya total yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan pengendalaian perbaikan fasilitas ini bertujuan untuk mempertahankan tingkat produktivitas mesin dan peralatan lainnya. Dengan adanya pengendalian biaya produksi dan perbaikan fasilitas produksi diharapkan tercipta adanya keseimbangan antara pekerja, bahan baku dan biaya serta tindakan perbaikan fasilitas produksi di perusahaan.


(32)

Pengendalian kualitas ini bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan. Pengendalian ini dapat dilakukan mulai dari proses pemesanan bahan baku sampai dengan produk jadi. Dengan adanya pengendalian kualitas perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk menjaga dan mempertahankan mutu produk sesuai dengan standart kualitas produk perusahaan.

2.3.Persediaan

2.3.1. Pengertian Persediaan

Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2009 : 402) Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi. Investasi dalam persediaan merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan barang dagang dan manufaktur.

Persediaan menurut Freddy Rangkuti (2004:1) merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Sedangkan menurut Eddy Herjanto (2008:238)persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan oleh perusahaan.


(33)

15

2. Menghilangkan resiko apabila bahan baku yang dipesan rusak atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.

4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran. 5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas. 6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang

diperlukan.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.3.2. Fungsi persediaan

Adapun fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti (2004:15) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling yaitu persediaan yang memungkinkan perusahaan untuk

dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.

2. Fungsi Economic Lot Sizing, dimana persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya angkut per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi yaitu apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data – data masa lalu yaitu permintaaan musiman.


(34)

2.3.3. Jenis-jenis persediaan

Jenis-jenis dalam persediaan dapat dibedakan menjadi berbagai macam. Menurut Sofjan Assauri (2004:170) persediaan dilihat dari fungsinya meliputi:

1. Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita

membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

Keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah: a. Mendapat potongan harga pada harga pembelian

b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economics) karena adanya

operasi atau “production run” yang lebih lama.

c. Adanya pengematan untuk biaya angkutan.

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yang tidak dapat ditentukan.

3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.

Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofjan Assauri (2004:171) dapat dibedakan menjadi beberapa macam persediaan, diantaranya yaitu:

1. Persediaan bahan baku (raw material stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang-barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan


(35)

17

yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.

2. Persediaan bagian produk (purchased part) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies

stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlikan dalam

proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusaahan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/

progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap

bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi

5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.3.4. Biaya-biaya persediaan

Menurut Sofjan Assauri (2008) biaya yang timbul akibat dari adanya persediaan antara lain:


(36)

Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan pemesanan barang atau bahan bahan oleh penjual, mulai dari pesanan (order) dibuat sampai barang dikirim dan diserahkan serta diterima oleh bagian gudang. Biaya yang dimaksud adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang atau bahan tersebut. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya kirim, biaya pengepakan, biaya telepon, dan lain sebagainya.

2. Biaya yang terjadi karena adanya persediaan atau penyimpanan (Inventory

Carrying Cost)

Biaya penyimpanan ini adalah biaya yang ditimbulkan dari barang atau bahan yang simpan yaitu biaya pergudangan. Biaya yang termasuk dalam biaya penyimpanan adalah biaya fasilitas (penerangan, pendingin, dan sebagainya), biaya kerusakan, biaya perhitungan fisik, dan lain-lain.

3. Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)

Biaya ini timbul disebabkan adanya persediaan lebih kecil daripada jumlah yang dibutuhkan seperti biaya-biaya tambahan yang harus dikeluarkan karena pelanggan memesan suatu barang sedangkan bahan yang diperlukan tidak tersedia. Contoh biaya tersebut yaitu selisih harga pemesanan, biaya pemesanan khusus, dan sebagianya.

4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associate Cost) Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau jika terlalu banyak atau sedikit kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya latihan, biaya lembur, biaya pemberhentian kerja, biaya mesin tidak terpakai, dan lain sebagainya.


(37)

19

2.3.5. Metode pencatatan persediaan

Pencatatan persediaan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah persediaan yang masih ada dari jumah persediaan sebelumnya. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan pengontrolan terhadap persediaan secara seksama dan membatasi penumpukan persediaan di gudang. Menurut Mulyadi (2001:556) metode pencatatan persediaan ada dua macam yaitu metode pencatatan persediaan perpetual dan metode pencatatan persediaan periodik/ fisik.

1. Metode pencatatan persediaan perpetual (perpetual inventory method)

Metode ini merupakan metode pencatatan yang dilakukan secara terus-menerus baik mengenai pengeluaran maupun pemasukan persediaan. Dalam metode ini, persediaan akan dicatat pada kartu persediaan yang dapat menggambarkan persediaan sebenarnya.

2. Metode pencatatan persediaan periodik/ fisik (periodic inventory method/

physical system)

Metode pencatatan persediaan periodik disebut juga dengan sistem fisik, karena dalam menentukan nilai atau harga pokok persediaan diakhir periode harus dilakukan perhitungan secara fisik (stock opname) di gudang tempat penyimpanan persediaan tersebut untuk mengetahui jumlah persediaan pada akhir periode.

2.4.Bahan Baku

Mulyadi (2009:295) menjelaskan pengertian bahan baku adalah sebagai berikut:


(38)

“Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh

produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, dan atau pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan sejumlah harga beli bahan baku tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian,

pergudangan, dan biaya lainnya.”

Sedangkan menurut Kholmi & Yuningsih (2009) menjelaskan bahwa bahan baku adalah bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu produk yang ditelusuri ke produk tersebut.

2.4.1. Daftar Kebutuhan Bahan Baku (Bill of Material-BOM)

Pengertian daftar kebutuhan bahan baku menurut Heizer dan Render (2010:204) (Bill of Material – BOM) adalah daftar jumlah komponen, komposisi, dan bahan yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Daftar kebutuhan bahan baku diuraikan menjadi beberapa komponen yang disebut dengan struktur produk. Menurut Herjanto (2004) Daftar Kebutuhan Bahan Baku (Bill of Material – BOM) yaitu daftar dari suatu produk dan komponen yang diperlukan untuk dirakit ataupun dicapur agar menjadi produk akhir.

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005 : 164) Daftar Kebutuhan Bahan Baku (Bill of Material – BOM) merupakan sebuah pembuata daftar komponen, komposisi dan jumlah dari setiao bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.


(39)

21

2.4.2. Waktu tunggu (lead time)

Di dalam pengisian bahan baku diperlukan waktu yang cukup lama antara saat pemesanan bahan baku untuk penggantian sampai dengan bahan baku tersebut datang. Pengertian lead time menurut Sofjan Assauri (2000) yaitu waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai bahan baku yang dipesan itu datang dan diterima serta ditempatkan di gudang persediaan bahan baku.

Dalam penentuan waktu tunggu terdapat dua macam biaya menurut Ahyari (1999) diantaranya yaitu :

1. Biaya Penyimpanan Tambahan (BPT)

Biaya penyimpanan tambahan atau yang disebut extra carrying cost merupakan biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan karena terjadinya kenaikan / kelebihan bahan baku. Hal ini disebabkan karena datangnya bahan baku yang dipesan lebih awal dari waktu yang direncakan.

2. Biaya Kekurangan Bahan (BKB)

Biaya kekurangan bahan atau yang disebut stock out cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku karena terjadi kekurangan bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena bahan baku yang dipesan tidak datang tepat waktu dari waktu yang diinginkan atau bisa juga bahan baku yang dipesan sudah habis. Jika perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan maka proses produksi akan berhenti.


(40)

2.4.3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder point)

Reorder Point (ROP) merupakan suatu titik minimum atau batas jumlah

minimum persediaan dari jumlah persediaan bahan baku yang ada untuk dilakukan pemesanan kembali. Menurut Freddy Rangkuti (2007), reorder point adalah batas titik jumlah pemesanan kembali termasuk pemintas yang dibutuhkan selama masa tenggang pemesanan, misalkan pemesanan bahan baku tambahan atau penambahan pembelian bahan baku.

Reorder point terjadi karena jumlah persediaan bahan baku sudah

mendekati nol, dengan demikian maka perusahaan harus melakukan pemesanan kembali agar tidak terjadi kekurangan ataupun kehabisan bahan baku. Selain itu perusahaan harus menentukan titik jumlah minimum persediaan bahan baku agar proses produksi berjalan dengan baik.

2.5.Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Heizer dan Render (2005:68) metode economic order quantity adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas. Metode pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting yaitu kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan.

Menurut Freddy Rangkuti (2007) metode Economic Order Quantity (EOQ) mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara tetap atau terus menerus serta tidak adanya kekurangan persediaan. Asusmsi-asumsi yang harus dipenuhi antara lain:

1. Tingkat permintaan terjadi secara berulang dan diketahui 2. Tidak diperbolehkan terjadinya kekurangan bahan baku


(41)

23

3. Bahan yang dipesan dan diproduksi dalam satu waktu 4. Biaya pemesanan setiap unit adalah tetap

5. Barang yang dipesan bersifat tunggal (satu macam)

Dari asumsi-asumsi tersebut di atas, dalam kenyataannya asumsi-asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi semuanya karena kondisi dan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu metode ini dapat mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dengan mempergunakan rumus yaitu:

= √2. .

Keterangan:

EOQ = jumlah pemesanan ekonomis (unit/pemesanan) P = biaya setiap kali pesan

D = tingkat permintaan S = biaya penyimpanan

Metode EOQ merupakan metode pembelian persediaan yang mampu meminimalkan biaya langsung penyimpanan. Dalam perhitungannya metode ini, dipertimbangkan beberapa hal, antara lain jumlah kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Economic Order Quantity (EOQ) dapat digambarkan sebagai berikut :


(42)

Gambar 2.1 Metode Economic Order Quantity (EOQ) Keterangan :

R = Reorder Point Q = Jumlah Persediaan

L = Lead Time (Waktu Tunggu) D = Tingkat Permintaan

Persediaan bahan baku sebelumnya dapat dijadikan sebagai tingkat persediaan selanjutnya untuk menentukan pemesanan kembali (reorder point) dengan syarat pesanan yang diterima harus melebihi jumlah persediaan bahan bahan baku yang ada. Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder point).

Penggunaan metode EOQ dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan perusahaan. Berikut ini jenis metode EOQ menurut Freddy Rangkuti (2007): 1. EOQ dengan Kehabisan Stok (Stock Out)

Stock out terjaadi apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar

daripada jumlah persediaan yang ada di gudang. Hal ini biasanya terjadi karena ada tambahan permintaan pelanggan atau jumlah permintaan dari pelanggan semakin


(43)

25

meningkat. Dalam situasi kehabisan stok ini, maka perusahaan akan menghadapi dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu:

a. Membatalkan permintaan

b. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian jika sudah ada

Sebagian besar perusahaan akan mengambil kemungkinan yang kedua karena jika mengambil kemungkinan pertama maka perusahaan akan kehilangan pelanggan dan merusak citra perusahaan. Dengan adanya tambahan proses produksi maka perusahaan akan mngeluarkan biaya tambahan produksi (set up cost = Sc).

Dari uraian di atas, jumlah pemesanan yang paling optimal dengan adanya

stock out dapat dirumuskan sebagai berikut:

� = √2. . √� + � Keterangan:

EOQS = jumlah pemesanan optimal stock out P = biaya setiap kali pesan

D = tingkat permintaan perhorizon waktu perencanaan S = biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan CS = biaya tambahan untuk satu putaran produksi

2. EOQ dengan Kelebihan Stok (Over Stock)

Kelebihan stok terjadi karena persediaan yang ada tidak terserap sepenuhnya oleh permintaan pasar yang mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan di gudang. Hal ini terjadi karena permintaan lebih kecil daripada


(44)

persediaan. Untuk perumusan jumlah pemesanan optimal dengan kelebihan stok yaitu:

1= √ 2. . �

�− �

Keterangan:

EOQ1 = jumlah pemesanan optimal dengan over stock P = biaya setiap kali pesan

D = tingkat permintaan perhorizon waktu perencanaan S = biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan PS = jumlah persediaan

2.6.Sistem

Menurut Hall (2001:5), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik sistem terdiri dari komponen sistem, batasan sistem, lingkungan luar sistem, penghubung sistem, masukan sistem, keluaran sistem, pengolahan sistem, dan sasaran sistem.

Sedangkan menurut Herlambang (2005) sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan pendekatan prosedur, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan berdasarkan pendekatan komponen, sistem merupakan kumpulan dari komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam perkembangan sistem yang ada, sistem dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka merupakan sistem yang


(45)

27

dihubungkan dengan arus sumber daya luar dan tidak mempunyai elemen pengendali. Sedangkan sistem tertutup tidak mempunyai elemen pengontrol dan dihubungkan pada lingkungan sekitarnya.

Menurut Romney & Steinbart (2006) pengertian sistem dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Entitas yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan, (2) Perlengkapan dan program yang terdiri dari instalasi komputer lengkap, (3) Program dan prosedur terkait yang menjalankan suatu tugas dalam sebuah komputer.

2.7.Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Siklus Hidup Pengembangan Sistem disebut juga dengan System

Development Life Cycle (SDLC). Menurut Jogiyanto (1989:41), siklus hidup

pengembangan sistem adalah suatu bentuk dimana di dalam tahapan-tahapan terdapat proses pengembangan sistem yang terdiri dari perencanaan sistem (systems

planning), analisis sistem (systems analysis), desain sistem (systems design), seleksi

sistem (systems selection), implementasi sistem (systems implementation), dan perawatan sistem (systems maintenance).

Sedangkan menurut Tegarden, et al (2013:2), siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu proses bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis dengan cara mendesain dan membangun suatu sistem, serta menyampaikan hasil sistem tersebut kepada pengguna. Fase utama dalam siklus hidup pengembangan sistem tersebut yaitu perencanaan (planning), analisis (analysis), desain (design), dan implementasi (implementation).


(46)

Tahap perencanaan merupakan tahap untuk mengetahui mengapa sebuah sistem informasi harus dibangun dan menentukan bagaimana tim proyek akan membangun sistem tersebut.

b. Analisis (Analysis)

Tahap analisis menjawab pertanyaan mengenai siapa yang akan menggunakan sistem, apa yang sistem akan lakukan, dan dimana serta kapan sistem akan digunakan.

c. Desain (Design)

Tahap desain ini merupakan tahap untuk menentukan bagaimana sistem akan beroperasi, meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), infrastruktur jaringan, antar-muka pengguna (user interface), laporan, program, database, dan data/berkas yang akan dibutuhkan.

d. Implementasi (Implementation)

Fase implementasi merupakan fase membangun sistem, melakukan instalasi sistem, dan menyusun perencanaan pendukung sistem yang dilakukan oleh tim analis.

2.8.Aplikasi

Menurut Hendrayudi (2009) pengertian aplikasi adalah sekumpulan dari perintah program yang dibuat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu (khusus). Dalam pembuatan aplikasi file text dibutuhkan beberapa komponen seperti label, textbox, dan beberapa command. Aplikasi file text merupakan sebuah program yang dapat menyimpan text atau tulisan ke dalam extention.txt. Pada pembuatan aplikasi tentu tersedia menu untuk melakukan print form yang


(47)

29

merupakan komponen untuk mencetak form ke file, preview atau printer, dimana komponen tersebut terdapat pada ToolBox Printing.

2.9.Metodologi Pengembangan Sistem

Metode pengembangan yang dikembangkan dalam pembuatan sistem ini yaitu dengan menggunakan metode model waterfall. Menurut Pressman (2010), Model System Development Life Cycle (SDLC) ini biasa disebut juga dengan model

waterfall atau disebut juga classic life cycle yang bersifat sistematis dan berurutan

dalam membangun software.

Metode waterfall merupakan contoh dari tahapan yang plan-driven, yaitu secara prinsip pengembang harus merencanakan dan menjadwalkan semua kegiatan tahapan sebelum mulai mengembangkan perangkat lunak. Komitmen dibuat di awal tahapan sehingga membuat sulit untuk merespon ketika ada perubahan pada kebutuhan customer (Sommerville, 2011). Tahapan-tahapanya yaitu Requirements Definition, System and Software Design, Implementation and

Unit Testing, Integratin and System Testing, dan Operation and Maintenance.

Model ini memungkinkan proses pengembangan lebih terlihat. Hal ini dikarenakan bentuknya yang bertingkat ke bawah dari satu fase ke fase lainnya, model ini dikenal dengan model waterfall, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:


(48)

Requirements Definition

System and Software Design

Implementasi and Unit Testing

Integration and System Testing

Operation and Maintenance

Gambar 2.2 System Development Life Cycle (SDLC) Model Waterfall

2.9.1. Requirements Definition

Seluruh kebutuhan software harus bisa didapatkan dalam fase ini, termasuk didalamnya kegunaan software yang diharapkan pengguna dan batasan software. Informasi ini biasanya dapat diperoleh melalui wawancara, survey atau diskusi. Informasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan dokumentasi kebutuhan pengguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya.

Pada tahap awal ini dilakukan analisa untuk menggali secara mendalam kebutuhan yang akan dibutuhkan. Kebutuhan ada bermacam-macam seperti halnya kebutuhan informasi bisnis, kebutuhan data dan kebutuhan user itu sendiri. Kebutuhan itu sendiri sebenarnya dibedakan menjadi tiga jenis kebutuhan. Pertama tentang kebutuhan teknologi. Dari hal ini dilakukan analisa mengenai kebutuan teknologi yang diperlukan dalam pengembangan suatu sistem, seperti halnya data penyimpanan informasi/ database. Kedua kebutuhan informasi, contohnya seperti informasi mengenai visi dan misi perusahaan, sejarah perusahaan, latar belakang


(49)

31

perusahaan. Ketiga, kebutuhan user. Dalam hal ini dilakukan analisa terkait kebutuhan user dan kategori user.

2.9.2. System and Software Design

Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding, yang bertujuan untuk memberikan gambaran apa yang seharusnya dikerjakan dan bagaimana tampilannya. Tahap ini membantu dalam menspesifikasikan kebutuhan hadware dan sistem serta definisi arsitektur sistem secara keseluruhan.

Selanjutnya, hasil analisa kebutuhan sistem tersebut akan dibuat sebuah

design database, DFD, ERD, antarmuka pengguna / Graphical User Interface (GUI ) dan jaringan yang dibutuhkan untuk sistem. Selain itu juga perlu dirancang

struktur datanya, arsitektur perangkat lunak, detil prosedur dan karakteristik tampilan yang akan disajikan. Proses ini menterjemahkan kebutuhan sistem ke dalam sebuah model perangkat lunak yang dapat diperkirakan kualitasnya sebelum memulai tahap implementasi.

2.9.3. Implementation and Unit Testing

Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasika sebagai serangkaian program atau unit program. Pembuatan software dibagi menjadi modul-modul kecil yang nantinya akan digabungkan dalam tahap berikutnya. Pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit memenuhi spesifikasinya. Selain itu, dalam tahap ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap modul yang dibuat, apakah sudah memenuhi fungsi yang diingankan apa belum.


(50)

2.9.4. Integration and System Testing

Pada tahapan ini, unit-unit individu program atau program digabung dan diuji sebagai sebuah sistem lengkap untuk memastikan apakah sesuai dengan kebutuhan perangkat lunak atau tidak. Setelah pengujian, perangkat lunak dapat dikirimkan ke customer.

Pengujian eksternal fungsional untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input akan memberikan hasil yang aktual sesuai yang dibutuhkan. Pengujian pada sistem pendukung keputusan ini menggunakan metode pengujian black-box yang merupakan pengujian yang menekankan pada fungsionalitas dari sebuah perangkat lunak tanpa harus mengetahui bagaimana struktur dari dalam perangkat lunak tersebut. Sebuah perangkat lunak yang diuji menggunakan metode black-box dikatakan berhasil jika fungsi-fungsi yang ada telah memenuhi spesifikasi kebutuhan yang telah dibuat sebelumnya.

2.9.5. Operation and Maintenance

Tahap terakhir adalah maintenance. Biasanya (walaupun tidak selalu), tahapan ini merupakan tahapan yang paling panjang. Sistem dipasang dan digunakan secara nyata. Maintenance melibatkan pembetulan kesalahan yang tidak ditemukan pada tahapan-tahapan sebelumnya, meningkatkan implementasi dari unit sistem, dan meningkatkan layanan sistem sebagai kebutuhan baru.

Pada tahap ini, jika sistem sudah sesuai dengan tujuan yang ditentukan dan dapat menyelesaikan masalah pada UMKM, maka akan diberikan kepada pengguna. Setelah digunakan dalam periode tertentu, pasti terdapat penyesuaian atau perubahan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan, sehingga membutuhkan


(51)

33

perubahan terhadap sistem tersebut. Tahap ini dapat juga diartikan sebagai tahap penggunaan perangkat lunak yang disertai dengan perawatan dan perbaikan. Perawatan dan perbaikan suatu perangkat lunak diperlukan, termasuk didalamnya adalah pengembangan, karena dalam prakteknya ketika perangkat lunak digunakan terkadang masih terdapat kekurangan ataupun penambahan fitur-fitur baru yang dirasa perlu.

2.10. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di Indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan rumah tangga yang berpendapatan rendah.

Definisi UMKM menurut Warsono, et al (2010:5) adalah perusahaan perseorangan, persekutuan, maupun perseroan terbatas yang dapat dikategorikan berdasarkan jumlah aset dan penghasilan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. UMKM memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Usaha Mikro, adalah usaha produktif milik perorangan atau badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)


(52)

2. Usaha Kecil, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,-(lima puluh milyar rupiah).


(53)

35 BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.Analisis Sistem

Tahap analisis sistem merupakan suatu proses untuk menganalisis dan mengumpulkan data yang ada di perusahaan. Tujuan dari tahap ini adalah agar dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan serta kebutuhan yang ada di perusahaan sehingga dapat diusulkan perbaikan yang sesuai dengan kebutuhan UMKM Fredshoes. Dalam pengumpulan data yang digunakan untuk bahan penyusunan tugas akhir, diperlukan adanya pengamatan data dan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat memberikan masukan dalam pengembangan aplikasi yang akan dibuat. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pihak UMKM Fredshoes yang secara langsung berhubungan dengan ruang lingkup sistem atau bagian-bagian UMKM yang nantinya akan menggunakan sistem sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2. Observasi/Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan yang tidak didapatkan dari pengumpulan data dengan cara wawancara. Dengan mengadakan penelitian dan analisa secara langsung terhadap kondisi perusahaan yang ada, sehingga dapat menemukan kebutuhan sistem yang diinginkan pihak perusahaan. Observasi ini mencakup pencarian data yang akan digunakan dalam merancang sistem. Pengamatan dan peninjauan


(54)

langsung terhadap obyek penelitian yaitu UMKM Fredshoes meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data terkait profil UMKM.

b. Mempelajari proses bisnis perusahaan terkait dengan proses pembuatan sepatu.

c. Mempelajari proses persediaan bahan baku perusahaan untuk pembuatan sepatu.

3.1.1. Identifikasi Masalah

Identifikaasi permasalahan dilakukan untuk menemukan masalah yang terjadi pada UMKM Fredshoes. Melalui identifikasi permasalahan yang dilakukan mulai dari pemesanan produk sampai akhirnya produk itu diterima ke pelanggan, diperoleh kesimpulan mengenai permasalahan utama yang terjadi pada UMKM Fredshoes yaitu pada persediaan bahan baku. Untuk memenuhi pesanan pelanggan, bagian produksi akan melakukan produksi barang jadi dan menentukan kebutuhan bahan baku berdasarkan pesanan dari pelanggan. Akan tetapi, dalam memenuhi pesanan pelanggan tersebut, UMKM ini tidak dapat memenuhi pesanan tersebut karena bahan baku untuk memproduksi barang tersebut tidak tersedia atau kehabisan bahan baku. Sehingga dengan adanya permasalahan tersebut pesanan pelanggan tidak tepat waktu dan pelanggan kecewa. Untuk memudahkan pemahaman proses bisnis yang terjadi pada UMKM dapt digambarkan dengan menggunakan flowchart. Adapun proses bisnis secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1.


(55)

37

Alur Sistem UMKM Fredshoes Saat Ini

Pelanggan Bagian Admin Bagian Gudang Bagian Produksi Pembelian

Mulai Selesai Memesan barang Daftar Pesanan Pelanggan Mencatat Daftar Rincian Pesanan Pelanggan Daftar Rincian Pesanan Pelanggan Membuat Nota Pesanan Pelanggan Merekap Nota Pesanan Pelanggan Nota Pesanan Pelanggan Nota Pesanan Pelanggan

Daftar Rekap an Pesanan Pelanggan Mencatat Kebutuhan Bahan Baku Data Bahan Baku Mengecek Status Persediaan Bahan Baku Daftar Pesanan Bahan Baku Tersedia ? Membuat Pesanan Bahan Baku NO Melakukan Produksi Daftar Pesanan Bahan Baku Daftar Barang Jadi Mencatat Barang yang sudah diproduksi Yes

Gambar 3.1 Alur Sistem UMKM Fredshoes Saat Ini (Current System)

Dari hasil identifikasi permasalahan tersebut, maka dapat diketahui permasalahan yang terjadi pada UMKM ini, antara lain :

1. Bagian Admin

a. Terjadinya kesalahan pencatatan pesanan pelanggan b. Penumpukan nota pesanan pelanggan

2. Bagian Gudang

a. Kesulitan dalam melakukan rekapitulasi kebutuhan bahan baku berdasarkan pesanan pelanggan


(56)

b. Kesulitan dalam melakukan penyusunan bahan baku produk yang akan diproduksi

3. Bagian Poduksi

a. Tidak dapat menentukan berapa bahan baku yang digunakan untuk proses produksi

b. Kesulitan dalam melakukan perencanaan persediaan bahan baku

Berdasarkan uraian di atas maka UMKM Fredshoes saat ini membutuhkan sebuah aplikasi untuk mengatasi agar tidak terjadi kekurangan persediaan bahan baku pada saat proses produksi. Metode yang akan digunakan untuk perencanaan persediaan bahan baku tersebut adalah metode Economic Order Quantity (EOQ). menghasilkan aplikasi perencanaan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang dapat membantu perusahaan dalam merencanakan persediaan bahan baku untuk proses produksi sehingga dapat mengatasi masalah kehabisan bahan baku (stockout) serta dapat menekan permasalahan kelebihan persediaan bahan baku (overstock).

3.1.2. Analisis Kebutuhan

Sesuai dengan data yang diperoleh tahap selanjutnya yaitu analisis kebutuhan. Dari analisis yang dilakukan, informasi yang dibutuhkan untuk pembuatan sistem perencanaan persediaan bahan baku pada UMKM Fredshoes dapat dilihat pada tabel 3.1.


(57)

39

Tabel 3.1 Daftar Kebutuhan Pengguna Aplikasi No. Orang Yang

Terlibat Proses

Informasi atau

Aliran Data Aktifitas 1 a. Bagian

Penjualan b. Pelanggan Penerimaan Pesanan Pelanggan a. Data Pelanggan b. Data Pesanan c. Nota Pesanan

Pelanggan melakukan pemesanan produk kepada bagian penjualan kemudian bagian penjualan akan mencatat pesanan tersebut dan membuat nota sebagai bukti pemesanan.

Permasalahan:

c.Terjadinya kesalahan pencatatan pesanan pelanggan

d.Penumpukan nota pesanan pelanggan Solusi:

a.Dibuatkan suatu pencatatan pesanan pelanggan yang dilakukan oleh bagian penjualan agar tidak terjadi kesalahan dalam mencatat pesanan. b.Dibuatkan daftar

rekapitulasi nota

pemesanan berdasarkan pesanan pelangan setiap waktu untuk

menghindari terjadinya penumpukan nota pesanan.

2 a. Bagian Penjualan b. Bagian Gudang a. Memberikan daftar rekapitulasi pesanan pelanggan berdasarkan nota pesanan b. Mencatat kebutuhan bahan baku produksi Data Pesanan Pelanggan

Bagian penjualan akan memberikan data rekapitulasi pemesanan kepada bagian gudang. Kemudian bagian gudang akan melakukan

pencatatan kebutuhan bahan baku berdasarkan data tersebut dan akan diberikan kepada bagian produksi.


(58)

No. Orang Yang

Terlibat Proses

Informasi atau

Aliran Data Aktifitas Permaslahan: a. Kesulitan dalam

melakukan rekapitulasi kebutuhan bahan baku berdasarkan pesanan pelanggan.

b. Kesulitan dalam

melakukan penyusunan bahan baku produk berdasarkan pesanan. Solusi:

a. Dibuatkan suatu

perencanaan kebutuhan bahan baku yang meliputi BOM, produk dan bahan baku. b. Dibuatkan laporan

kebutuhan bahan baku setiap periode.

3 a. Bagian Gudang b. Bagian Produksi a. Memberikan daftar kebutuhan bahan baku b. Melakukan perencanaan persediaan bahan baku produksi berdasarkan EOQ. Daftar kebutuhan bahan baku

Bagian gudang akan memberikan daftar kebutuhan bahan baku kepada bagian produksi. Kemudian bagian produksi akan melakukan proses perhitungan kebutuhan bahan baku produksi debgan EOQ berdasarkan data tersebut.

Permaslahan:

a. Tidak dapat menentukan berapa bahan baku yang digunakan untuk proses produksi.

b. Kesulitan dalam

melakukan perencanaan persediaan bahan baku. Solusi:

a. Dibuatkan suatu

perencanaan kebutuhan bahan baku yang meliputi BOM, produk


(59)

41

No. Orang Yang

Terlibat Proses

Informasi atau

Aliran Data Aktifitas

dan bahan baku sebagai dasar perhitungan perencanaan persediaan bahan baku produksi. b. Dibuatkan laporan

kebutuhan bahan baku produksi berdasarkan EOQ setiap periode.

3.2.Perancangan Sistem

Berdasarkan analisis sistem di atas, maka dapat dirancang suatu model pengembangan sistem yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Model pengembangan ini menggambarkan tentang apa input yang dibutuhkan, proses yang dilakukan, dan output yang dihasilkan dari aplikasi ini nantinya yang disesuaikan dengan kebutuhan. Berikut merupakan gambaran dari model pengembangan yang akan dibuat meliputi beberapa tahapan, yaitu Input-Process-Output Diagram,

System Flow, Context Diagram, Hierarchy plus Input-Process-Output (HIPO), Data Flow Diagram , Conceptual Data Model , dan Physical Data Model Aplikasi

Perencanaan Persediaan Bahan Baku pada UMKM Fredshoes.

3.2.1 Input Process Output Diagram (IPO Diagram)

Perancangan digambarkan dalam bentuk Input-Process-Output Diagram (IPO Diagram). Berikut Input-Process-Output Diagram dari sistem perencanaan persediaan bahan baku pada UMKM Fredshoes:


(60)

Penerimaan Pesanan Pelanggan

Rekapitulasi Bahan Baku

Pembuatan Laporan

Laporan Pesanan Pelanggan

Laporan Bahan Baku yang Sering Dipakai Laporan Produk Paling

Laku Perencanaan Persediaan

Bahan Baku Produksi dg EOQ

Laporan Rencana Kebutuhan Bahan Baku

Laporan Kebutuhan Bahan Baku Produksi berdasarkan EOQ

Nota Pemesanan Pelanggan Data Pelanggan

Data Pesanan Pelanggan

Data Produk

Data BOM

Data Bahan Baku

Gambar 3.2 IPO Diagram Aplikasi Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai input, process, dan output yang ada pada gambar 3.2 di atas.

1. Input

Pada sistem pngolahan bahan baku ini input (masukan) yang dibutuhkan beberapa variabel yaitu:

a. Data pelanggan

Data pelanggan merupakan informasi mengenai pelanggan yang berisi nama pelanggan, alamat pelanggan, jenis kelamin dan no.telp yang dapat dihubungi. Data pelanggan ini sangat dibutuhkan, karena data tersebut akan digunakan dalam proses penerimaan pesanan pelanggan.

b. Data pesanan pelanggan

Merupakan data pesanan dari pelanggan yang berisi tentang rincian pesanan produk yaitu nama produk, jenis produk, jumlah produk yang dipesan, ukuran,


(61)

43

warna dan tanggal pesan. Data pesanan ini digunakan untuk proses penerimaan pesanan pelanggan, rekapitulasi struktur bahan baku, serta proses perencanaan bahan baku produksi dengan perhitungan EOQ.

c. Data bahan baku

Data bahan baku merupakan informasi yang berisi tentang rincian bahan baku seperti jenis kulit, aksesoris sepatu. Data ini digunakan sebagai inputan proses rekapitulasi bahan baku dan proses perencanaan bahan baku produksi dengan perhitungan EOQ.

d. Data BOM

Data BOM merupakan informasi berisi tentang rincian bahan baku yang dipakai untuk setiap produk. Data ini digunakan sebagai inputin proses rekapitulasi bahan baku dan proses perencanaan bahan baku produksi dengan perhitungan EOQ.

e. Data produk

Data ini merupakan informasi secara detail mengenai berbagai macam produk sepatu sesuai dengan pesanan pelanggan. Data ini digunakan sebagai inputan proses rekapitulasi bahan baku dan proses perencanaan bahan baku produksi dengan perhitungan EOQ.

2. Proses

Berasal dari data masukan di atas, maka data tersebut akan diolah dan diproses yang kemudian akan menghasilkan suatu keluaran. Proses-proses yang terjadi adalah sebagai berikut:


(1)

161

Tabel 4.18 Data Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Bulan April 2015

Kode Produk Nama Jumlah

kebutuhan BB

PRO-000001 Bima Mill Hitam 276

PRO-000004 Sumbada Nubuck Hitam 273

PRO-000009 Bima Nubuck Hitam 273

PRO-000015 Sumbada Mill Biru 273

PRO-000019 Gatot Kaca Mill Hitam 546 PRO-000022 Gatot Kaca Nubuck Biru 273 PRO-000023 Arjuna Nubuck Biru 546 PRO-000024 Nakula Nubuck Hitam 546 PRO-000025 Pancawala Mill Hitam 273

Total 3.279

e. Komponen biaya simpan pada bulan April 2015 adalah :

Tabel 4.19 Data Komponen Biaya Simpan Bulan April 2015

Komponen biaya Jumlah

Gaji karyawan Rp. 5.000.000

PLN Rp. 100.000

Air 0

Total Rp.5.100.000

Untuk mendapatkan nilai biaya simpan per 1 bahan baku maka total biaya simpan dibagi dengan total item. Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

�� � = � � � ℎ � �� �


(2)

162

f. Perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku untuk produk PRO-000024 (Nakula Nubuck Hitam), bahan baku BBK-000001 (Alas Spon), harga satuan adalah Rp.1.000, dan jumlah kebutuhan 4.

P = biaya setiap kali pesan = 4 x Rp,1.000 = Rp.4.000 D = tingkat permintaan = 4

S = biaya penyimpanan = Rp.1.555

= √ . .

= √ . .. . = ,

Hasilnya adalah 4,536 jika dibulatkan ke atas menjadi 5. Maka hasilnya sudah sesuai dengan perhitungan aplikasi :


(3)

163 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil uji coba aplikasi yang telah dilakukan pada UMKM Fredshoes, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Aplikasi telah menghasilkan informasi mengenai laporan pesanan pelanggan, laporan rencana kebutuhan bahan baku, laporan rencana kebutuhan baku EOQ, laporan produk yang paling laku dan laporan bahan baku yang sering dipakai . 2. Dengan adanya aplikasi pengolahan persediaan bahan baku, maka UMKM dapat menggunakan informasi tersebut sebagai salah satu dasar dalam penentuan pemesanan bahan baku.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dalam pembuatan aplikasi perencanaan persediaan bahan baku pada UMKM Fredshoes, maka saran yang dapat disampaikan untuk pengembangan aplikasi ini adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pengolahan persediaan bahan baku dapat diintergatasikan dengan

sistem penjadwalan produksi & sistem penetapan harga pokok produksi sehingga dapat membantu perusahaan dalam hal pengolahan produksi.

2. Untuk sistem penjualan dapat dikembangkan menggunakan aplikasi berbasis web agar dapat mempermudah proses pemesanan barang oleh pelanggan.


(4)

164

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. (1999). Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, Buku 2 Edisi 4. Yogjakarta: BPFE

Ahyari, Agus. (2002). Manajemen Produksi Pengendalian Sistem Produksi, Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Anoraga, Pandji. (2000). Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Assauri, Sofjan. (2000). Manajemen Pemasaran.. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Assauri, Sofjan. (2004). Manajemen Pemasaran.. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Assauri, Sofjan. (2008). Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Gaspersz, Vincent. (2004). Production Planning and Inventory Control. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. (2005). Total Quality Manajmen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hall, J. A. (2001). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Heizer, J., Render Barry. (2005). Operations Management. Jakarta: Salemba Empat.

Heizer, J., & Render, B. (2010). Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

Hendrayudi. (2009). VB 2008 untuk Berbagai Keperluan Pemrograman. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(5)

165

Herjanto, Eddy. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Grasindo

Herjanto, Eddy. (2008). Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Grasindo

Herlambang, Soendoro, dan Harianto Tanuwijaya. (2005). Sistem Informasi: konsep, teknologi, dan manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jogiyanto, H. (1989). Analisis & Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kieso, D.E, Weygandt, J.J, Warfield, T.D. (2009). Akuntansi Intermediate, Edisi ke dua belas. Jakarta: Erlangga.

Kholmi, Masiyah dan Yuningsih. (2009). Akuntansi Biaya. Malang: UMM Press.

Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. (2009). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YPKPN.

Pressman, R.S. (2010). Software Engineering: a Practioner’s Approach 7th Edition, McGraw-Hill Higher Education.

Rangkuti, Freddy. (2004). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Rangkuti, Freddy. (2007). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Reksohadiprodjo, Sukanto. (2000). Kaasus Manaemen Perusahaan. Yogjakarta: BPFE Yogyakarta.

Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2006). Accounting Information Systems, 9th edition. Jakarta: Salemba Empat.


(6)

166

Schroeder, Roger G. (2005). Operations Management: Contemporary Concepts and Cases, 3rd ed., Singapore: McGraw Hill.

Sommerville, I. (2011). Software Engineering 9th Edition. Addison-Wesley.

Subagyo, Pangestu. (2000). Manajemen Operasi. Yogjakarta: BPFE Yogjakarta.

Tegarden, D., Dennis, A., & Wixom, B. H. (2013). Systems Analysis and Design with UML 4th Edition. Singapore: John Wiley & Sons, Inc

Warsono, S., Sagoro, E. M., Ridha, M. A., & Darmawan, A. (2010). Akuntansi UMKM Ternyata Mudah Dipahami dan Dipraktikkan. Yogyakarta: Asgard Chapter.