Latar Belakang Kandungan Bakteriologis, Flourida Pada Air Minum Isi Ulang dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah Kecamatan Denpasar Barat Pada Tahun 2016.

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang harus terpenuhi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak akan berjalan dan tidak dapat menjamin kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air merupakan pekerjaan mulia yang mendukung kelangsungan hidup manusia Kusnoputranto,2000. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum Amber, 2009. Dalam hal persyaratan kualitas air minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492MENKESPERIV2010 dimana ada dua parameter wajib dan parameter tambahan meliputi persyaratan mikrobiologi, fisik, dan radioaktivitas. Air minum dapat membuat orang menjadi sehat tetapi juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, penyebab keracunan, dan lain-lain. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan masak serta untuk keperluan lainnya harus memenuhi persyarataan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum berhubungan langsung dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70 tubuh manusia terdiri dari air dan lebih dari 90 proses biokimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya. Bila air minum manusia tidak baik maka akan mengganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan gangguan fungsionalnya Maulana,2012. Tingginya kebutuhan terhadap air minum memotivasi munculnya berbagai usaha air minum baik air minum dalam kemasan AMDK maupun air minum isi ulang AMIU. Peningkatan kebutuhan masyarakat akan air minum terutama di perkotaan mendorong tumbuhnya Industri Air Minum Dalam Kemasan AMDK dan usaha Depot Air Minum DAM isi ulang yang siap melayani masyarakat. Air minum dalam Kemasan AMDK umumnya telah mendapat rekomendasi dari badan pengawas dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM yang tentunya sudah menerapkan Standar Nasional Indonesia SNI SNI 01-3553-2006 dalam pengelolaan air minum agar tidak terkontaminasi zat ataupun bahan yang membahayakan kesehatan tubuh Khaira ,2014 Namun harga air minum dalam kemasan AMDK masih relatif mahal, apalagi jika membelinya secara terus-menerus. Hal ini membuat masyarakat mencari alternatif baru. Mengkonsumsi air minum isi ulang AMIU dari depot air minum DAM kini menjadi pilihan. Selain praktis karena tidak perlu dimasak terebih dahulu, harganya juga lebih terjangkau dan mudah untuk mendapatkannya. Konsumen dapat datang ke depot air isi ulang dengan membawa galon bekas dari merk apa saja untuk isi ulang atau memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh depot air minum isi ulang dengan layanan antar jemput. Khaira,2014 Depot air minum adalah usaha yang melakukan pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Kemampuan perusahaan air minum menyediakan air yang siap minum menjadi faktor penentu upaya meningkatkan produksi dan mengembangkan jaringan distribusi. Kondisi yang ideal bagi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia tersebut ternyata masih jauh harapan kita semua Departemen Kesehatan, 2005. Depot Air minum isi ulang adalah salah satu alternatif memperoleh air minum dengan harga yang relatif murah dan terjangkau bagi kalangan ekonomi menengah kebawah. Banyak aspek yang harus dikaji dan di pantau, terutama yang berkaitan dengan kualitas air minum tersebut. Bersamaan dengan perkembangan teknologi pengolahan air minum yang bermula pada tahun 1997. Pada tahun 2005 Depot Air Minum DAM berkembang pesat dari 400 unit menjadi ± 6000 unit DAM. Usaha tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan dapat menjangkau daerah terpencil khususnya wilayah Indonesia yang sulit memperoleh air bersih Departemen Perindustrian RI,2005. Berdasarkan data Hasil Uji Petik Depot Air Minum dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar disebutkan bahwa pada tahun 2015 mencapai 30,29 dari 193 Depot Air Minum tidak memenuhi standar kesehatan secara bakteriologis. Depot Air minum yang tersebar di wilayah Kota Denpasar dibagi menjadi 4 berdasarkan wilayah Kecamatan. Pembagian ini terdiri atas wilayah Denpasar Barat yang dibagi menjadi 2 wilayah puskesmas dengan persentase air minum isi ulang yang tidak memenuhi standar sebesar 39,1 , wilayah Denpasar Utara yang dibagi menjadi 3 wilayah puskesmas sebesar 35,3 , wilayah Denpasar Dentim yang dibagi menjadi 2 wilayah puskesmas sebesar 33,3 , dan wilayah Denpasar Selatan yang dibagi menjadi 3 wilayah puskesmas sebesar 17,40 . Jadi dapat dilihat diantara empat kecamatan yang ada di kota Denpasar, Denpasar barat merupakan daerah yang persentasenya paling tinggi untuk Depot Air Minum Isi Ulang yang tidak memenuhi standar. Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaannya, air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah Entjang, 2003. Disamping itu, perlu juga memperhatikan aspek kandungan kimia yang terkandung dalam air minum isi ulang. Flourida merupakan salah satu parameter wajib yang berhubungan langsung dengan kesehatan adalah zat kimia yang terbukti dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan melalui air minum. Fluorida memiliki efek yang bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada konsentrasi tertentu, namun pada keterpaparan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya efek yang tidak diinginkan. Air merupakan salah satu sumber asupan fluorida yang cukup tinggi. Dengan demikian, kadar fluorida dalam air yang digunakan untuk dikonsumsi haruslah diperhatikan agar tidak berlebihan. Air minum dengan kadar fluorida +0,4 ppm pada daerah tropis sudah dapat menimbulkan fluorosis, terkait dengan konsumsi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah beriklim dingin Munadziroh dalam Yodifta, 2010. Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari terutama untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air minum. Di samping itu, air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan penyakit. Dari uraian di atas dapat dilihat tingginya kemungkinan kontaminasi bakteriologis maupun kandungan kimia yang berbahaya pada air minum isi ulang khususnya di wilayah kecamatan Denpasar Barat, maka pengujian kualitas air yang diproduksi dari depot-depot isi ulang harus dilakukan untuk menjamin ketersediaan air minum yang sehat dan aman untuk dikonsumsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan bakteriologis dan flourida pada air minum isi ulang serta mengevaluasi pelaksanaan hygene sanitasi yang dilakukan depot-depot air minum isi ulang dari depot-depot di Kota Denpasar, Bali khususnya Denpasar Barat tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah