Kandungan Bakteriologis, Flourida Pada Air Minum Isi Ulang dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum di Wilayah Kecamatan Denpasar Barat Pada Tahun 2016.

(1)

i

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN BAKTERIOLOGIS, FLOURIDA PADA AIR MINUM ISI ULANG DAN EVALUASI PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI

WILAYAH KECAMATAN DENPASAR BARAT PADA TAHUN 2016

IDA BAGUS AGUNG BINATARA PUTRA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN BAKTERIOLOGIS, FLOURIDA PADA AIR MINUM ISI ULANG DAN EVALUASI PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI

WILAYAH KECAMATAN DENPASAR BARAT PADA TAHUN 2016

IDA BAGUS AGUNG BINATARA PUTRA NIM. 1220025060

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

KANDUNGAN BAKTERIOLOGIS, FLOURIDA PADA AIR MINUM ISI ULANG DAN EVALUASI PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI

WILAYAH KECAMATAN DENPASAR BARAT PADA TAHUN 2016

Skripsi ini di ajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

IDA BAGUS AGUNG BINATARA PUTRA NIM. 1220025060

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 23 Juli 2016

Ketua (Penguji I)

Sang Gede Purnama, S.KM., M.Sc. NIP. 19810404 200604 1 005

Anggota (Penguji II)

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc, Ph.D. NIP. 19760215 2000 03 1 004


(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 21 Juli 2016

Pembimbing

Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., M.Hsc NIP. 19811010 2005 01 2 003


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikan penelitian yang berjudul “Kandungan Bakteriologis, Flourida pada Air Minum Isi Ulang dan Evaluasi Pelaksanaan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Di Wilayah Kecamatan Denpasar Barat Pada Tahun 2016” ini tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan penelitian ini kepada:

1. dr. I Md Ady Wirawan, MPH., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.

2. I Gede Herry Purnama, S.T., M.T., M.IDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

3. Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., M.Hsc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat dan dukungan sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini. 6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Udayana angkatan 2012 yang telah bersama-sama saling membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan proposal ini

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.


(7)

vii

Demikian penelitian ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juli 2016


(8)

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

SKRIPSI, Juli 2016

Ida Bagus Agung Binatara Putra

KANDUNGAN BAKTERIOLOGIS, FLOURIDA PADA AIR MINUM ISI ULANG DAN EVALUASI PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI

WILAYAH KECAMATAN DENPASAR BARAT PADA TAHUN 2016 ABSTRAK

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Berdasarkan data Hasil Uji Petik Depot Air Minum dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar disebutkan bahwa tahun 2015 mencapai 30,29% dari 193 Depot Air Minum tidak memenuhi standar kesehatan secara bakteriologis. Disamping itu, perlu juga memperhatikan aspek kandungan kimia (flourida) yang terkandung dalam air minum isi ulang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan bakteriologis dan flourida pada air minum isi ulang serta mengevaluasi pelaksanaan hygine sanitasi pada DAM di wilayah Denpasar Barat tahun 2016.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, yaitu melakukan pengamatan (survei) dan menganalisis status kandungan bakteriologi dan kandungan fluorida pada DAM di wilayah Denpasar Barat. Desain penelitian adalah cross-sectional, yaitu melakukan observasi dan pengukuran variabel satu kali saja. Variabel yang diukur yaitu kandungan bakteriologis dan evaluasi pelaksanaan higiene sanitasi DAM. Jenis data yg di kumpulkan berdasarkan data sekunder dan data primer dari hasil uji laboratorium. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat

Kualitas bakteriologis air minum DAM di Kecamatan Denpasar Barat tahun 2016 diketahui 23 depot (58,97 %) mengandung coliform, sehingga dinyatakan tidak memenuhi syarat kualitas air minum dan kualitas florida air minum DAM di Kecamatan Denpasar Barat tahun 2016 di ketahui sebanyak 2 depot (5,13%) tidak memenuhi syarat yang sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Kondisi Higiene sanitasi pada DAM di Kecamatan Denpasar Barat tahun 2016 diketahui 23 DAM (58,97%) tidak memenuhi syarat sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan

Gambaran status kandungan bakteriologis DAM di wilayah Denpasar Barat banyak yang belum memenuhi standar yg ditetapkan. Berbeda dengan kandungan flourida yang banyak memenuhi syarat. Sedangkan hasil evaluasi pelaksanaan higiene sanitasi masih banyak yang belum memenuhi syarat sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.


(9)

ix PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT

MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY ENVIRONMENTAL HEALTH

Mini Thesis, Juli 2016

Ida Bagus Agung Binatara Putra

BACTERIOLOGICAL AND FLOURIDA CONTENT IN DRINKING WATER DEPOT AND EVALUATING THE IMPLEMENTATION OF SANITARY

HYGIENE DRINKING WATER DEPOT IN DENPASAR BARAT 2016 ABSTRACT

Drinking water is water that meets quality requirements of health and can be drunk. Based on data from Pick-Test Results of Drinking Water Depot from the Health Department of Denpasar, it is stated that in 2015, 30.29% of 193 drinking water depots did not meet health standards bacteriological. In addition, it should also pay attention to the chemical composition (fluoride) contained in drinking water refills. This study aims to examine the bacteriological and fluoride content in refill drinking water and evaluate the implementation of hygiene sanitation at DAM in Denpasar Barat 2016.

This research is an analytic observational study by doing observation (survey) and analysis to the status of bacteriological and fluoride content in DAM in Denpasar Barat. The study design was cross-sectional where the observation and measurement of variables were conducted once. The measured variable is the bacteriological content and evaluation of the implementation of hygienic sanitary DAM. The data was collected based on secondary data and primary data from laboratory test results. Data analysis techniques applied in this study were univariate.

Bacteriological quality of DAM drinking water in Denpasar Barat 2016 shows that 23 depot (58.97%) containing coliform, therefore declared ineligible drinking water quality. While the fluoride quality of DAM drinking water in Denpasar Barat 2016 shows as much as 2 depots (5,13%) are not eligible in accordance with the established guidelines. The result of sanitary hygiene conditions at DAM in Denpasar Barat 2016 DAM is that 23 (58.97%) are not eligible in accordance with the specified guidelines.

The overview of status of bacteriological content of DAM in Denpasar Barat shows that there are some who do not meet specified standards, in contrast to the fluoride content that some DAM meet the standards. Meanwhile, the result of the evaluation of hygienic sanitary implementation shows that there are still some not qualified DAM in accordance with the guidelines established.

Keywords: Water Supply Depot, bacteriological quality, fluoride quality, hygienic sanitary


(10)

x DAFTAR ISI

UNIVERSITAS UDAYANA ... i

UNIVERSITAS UDAYANA ... ii

UNIVERSITAS UDAYANA ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan ... Error! Bookmark not defined. 1.4.1 Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined. 1.4.2 Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat ... Error! Bookmark not defined. 1.5.1 Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined. 1.5.2 Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Pengertian Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Peranan Air Minum ... Error! Bookmark not defined.


(11)

xi

2.3 Syarat Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Syarat Bakteriologis ... Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Flourida ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Kualitas Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Pengertian Depot Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Proses Produksi Depot Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum ... Error! Bookmark not defined.

2.5.3 Higiene Sanitasi pada Depot air minumError! Bookmark not defined. BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. BAB IV METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Sumber dan Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB V HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 5.1 ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Karakteristik Depot Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 5.3 Kualitas Bakteriologis Air Minum pada Depot Air Minum di Denpasar Barat Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined. 5.4 Kualitas Flourida Air Minum Depot pada Air Minum di Denpasar Barat Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined. 5.5 Pelaksanaan Higiene Sanitasi pada Depot Air Minum di Denpasar Barat tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined. BAB VI PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.


(12)

xii

6.1 Kualitas Bakteriologis Air minum ... Error! Bookmark not defined. 6.2 Kualitas Flourida Air Minum ... Error! Bookmark not defined. 6.3 Kondisi Hiegiene Sanitasi ... Error! Bookmark not defined. 6.4 Keterbatasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 7.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 7.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan ... 12 Tabel 2.2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan ... 13 Tabel 5.1 Karakteristik Depot Air Minum Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar

Barat Tahun 2016 ... 32 Tabel 5.2 Karakteristik Depot Air Minum Di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar

Barat Tahun 2016 ... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Bakteriologis air minum pada Depot Air

Minum di Kecamatan Denpasar Barat tahun 2016 ... 34 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kualitas flourida air minum pada Depot Air Minum di Kecamatan Denpasar Barat tahun 2016... 34 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kondisi Higiene sanitasi Depot Air Minum pada

Aspek Tempat di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2016 ... 35 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kondisi Higiene sanitasi Depot Air Minum pada

Aspek Peralatan di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2016 ... 36 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kondisi Higiene sanitasi Depot Air Minum pada

Aspek Penjamah di Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2016 ... 37 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kondisi Higiene sanitasi Depot Air Minum pada


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Pedoman Observasi Yang Berdasarkan Peraturam Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

Lampiran 2. Petunjuk pengisian pedoman wawancara Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Hasil Uji Laboratorium Bakteriologis dan Flourida Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Litbang dan Kesbangpol


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang harus terpenuhi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak akan berjalan dan tidak dapat menjamin kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air merupakan pekerjaan mulia yang mendukung kelangsungan hidup manusia (Kusnoputranto,2000). Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Amber, 2009). Dalam hal persyaratan kualitas air minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dimana ada dua parameter wajib dan parameter tambahan meliputi persyaratan mikrobiologi, fisik, dan radioaktivitas. Air minum dapat membuat orang menjadi sehat tetapi juga berpotensi sebagai media penularan penyakit, penyebab keracunan, dan lain-lain.

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi dan masak serta untuk keperluan lainnya harus memenuhi persyarataan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum berhubungan langsung dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70% tubuh manusia terdiri dari air dan lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya.

Bila air minum manusia tidak baik maka akan mengganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan gangguan fungsionalnya (Maulana,2012). Tingginya kebutuhan terhadap air minum memotivasi munculnya berbagai usaha air minum


(17)

2

baik air minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU). Peningkatan kebutuhan masyarakat akan air minum terutama di perkotaan mendorong tumbuhnya Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan usaha Depot Air Minum (DAM) isi ulang yang siap melayani masyarakat. Air minum dalam Kemasan (AMDK) umumnya telah mendapat rekomendasi dari badan pengawas dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang tentunya sudah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) (SNI 01-3553-2006) dalam pengelolaan air minum agar tidak terkontaminasi zat ataupun bahan yang membahayakan kesehatan tubuh (Khaira ,2014)

Namun harga air minum dalam kemasan (AMDK) masih relatif mahal, apalagi jika membelinya secara terus-menerus. Hal ini membuat masyarakat mencari alternatif baru. Mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU) dari depot air minum (DAM) kini menjadi pilihan. Selain praktis karena tidak perlu dimasak terebih dahulu, harganya juga lebih terjangkau dan mudah untuk mendapatkannya. Konsumen dapat datang ke depot air isi ulang dengan membawa galon bekas dari merk apa saja untuk isi ulang atau memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh depot air minum isi ulang dengan layanan antar jemput. (Khaira,2014)

Depot air minum adalah usaha yang melakukan pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Kemampuan perusahaan air minum menyediakan air yang siap minum menjadi faktor penentu upaya meningkatkan produksi dan mengembangkan jaringan distribusi. Kondisi yang ideal bagi kesehatan dan kesejahteraan umat manusia tersebut ternyata masih jauh harapan kita semua (Departemen Kesehatan, 2005).

Depot Air minum isi ulang adalah salah satu alternatif memperoleh air minum dengan harga yang relatif murah dan terjangkau bagi kalangan ekonomi menengah


(18)

3

kebawah. Banyak aspek yang harus dikaji dan di pantau, terutama yang berkaitan dengan kualitas air minum tersebut. Bersamaan dengan perkembangan teknologi pengolahan air minum yang bermula pada tahun 1997. Pada tahun 2005 Depot Air Minum (DAM) berkembang pesat dari 400 unit menjadi ± 6000 unit DAM. Usaha tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan dapat menjangkau daerah terpencil khususnya wilayah Indonesia yang sulit memperoleh air bersih (Departemen Perindustrian RI,2005).

Berdasarkan data Hasil Uji Petik Depot Air Minum dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar disebutkan bahwa pada tahun 2015 mencapai 30,29% dari 193 Depot Air Minum tidak memenuhi standar kesehatan secara bakteriologis. Depot Air minum yang tersebar di wilayah Kota Denpasar dibagi menjadi 4 berdasarkan wilayah Kecamatan. Pembagian ini terdiri atas wilayah Denpasar Barat yang dibagi menjadi 2 wilayah puskesmas dengan persentase air minum isi ulang yang tidak memenuhi standar sebesar 39,1 %, wilayah Denpasar Utara yang dibagi menjadi 3 wilayah puskesmas sebesar 35,3 %, wilayah Denpasar Dentim yang dibagi menjadi 2 wilayah puskesmas sebesar 33,3 %, dan wilayah Denpasar Selatan yang dibagi menjadi 3 wilayah puskesmas sebesar 17,40 %. Jadi dapat dilihat diantara empat kecamatan yang ada di kota Denpasar, Denpasar barat merupakan daerah yang persentasenya paling tinggi untuk Depot Air Minum Isi Ulang yang tidak memenuhi standar.

Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaannya, air minum isi


(19)

4

ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Entjang, 2003).

Disamping itu, perlu juga memperhatikan aspek kandungan kimia yang terkandung dalam air minum isi ulang. Flourida merupakan salah satu parameter wajib yang berhubungan langsung dengan kesehatan adalah zat kimia yang terbukti dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan melalui air minum. Fluorida memiliki efek yang bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada konsentrasi tertentu, namun pada keterpaparan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya efek yang tidak diinginkan. Air merupakan salah satu sumber asupan fluorida yang cukup tinggi. Dengan demikian, kadar fluorida dalam air yang digunakan untuk dikonsumsi haruslah diperhatikan agar tidak berlebihan. Air minum dengan kadar fluorida +0,4 ppm pada daerah tropis sudah dapat menimbulkan fluorosis, terkait dengan konsumsi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah beriklim dingin (Munadziroh dalam Yodifta, 2010).

Air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari terutama untuk minum harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air minum. Di samping itu, air juga merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai penularan penyakit.


(20)

5

Dari uraian di atas dapat dilihat tingginya kemungkinan kontaminasi bakteriologis maupun kandungan kimia yang berbahaya pada air minum isi ulang khususnya di wilayah kecamatan Denpasar Barat, maka pengujian kualitas air yang diproduksi dari depot-depot isi ulang harus dilakukan untuk menjamin ketersediaan air minum yang sehat dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan bakteriologis dan flourida pada air minum isi ulang serta mengevaluasi pelaksanaan hygene sanitasi yang dilakukan depot-depot air minum isi ulang dari depot-depot di Kota Denpasar, Bali khususnya Denpasar Barat tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kandungan bakteriologis dan kandungan flourida pada Depot Air Minum Isi Ulang serta mengevaluasi pelaksanaan hygene sanitasi yang dilakukan depot air minum isi ulang di wilayah Denpasar Barat tahun 2016.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah kandungan bakteriologis dan kimia (florida) pada air minum isi ulang yang tersebar di wilayah Denpasar Barat pada tahun 2016 ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan hygiene sanitasi depot air minum isi ulang di wilayah Denpasar Barat pada tahun 2016?


(21)

6

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan bakteriologis dan flourida air minum pada depot- depot Air Minum Isi Ulang serta mengevaluasi pelaksanaan hygiene sanitasi depot- depot Air Minum Isi Ulang di wilayah kecamatan Denpasar Barat pada tahun 2016

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kandungan bakteriologis dan flourida pada air minum isi ulang yang tersebar di wilayah kecamatan Denpasar Barat pada tahun 2016. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan standar hygiene sanitasi pada depot air minum

isi ulang di wilayah Denpasar Barat tahun 2016

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian ilmiah berikutnya yang terkait dengan pelaksanaan hygene sanitasi depot air minum isi ulang yang sesuai dengan standar serta meminimalisir kandungan bakteriologis dan flourida pada air minum isi ulang pada depot-depot air minum isi ulang di wilayah kecamatan Denpasar Barat.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dinas kesehatan kota denpasar dalam pengawasan kandungan bakteriologis dan flourida serta mengevaluasi pelaksanaan hygene sanitasi depot- depot air minum isi ulang yang tersebar di wilayah kecamatan Denpasar Barat pada tahun 2016.


(22)

7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah bidang Kesehatan Lingkungan yaitu khususnya mengenai status kandungan bakteriologis dan flourida dan mengevaluasi pelaksanaan hygiene sanitasi depot- depot air minum isi ulang di wilayah kecamatan Denpasar Barat 2016 tersebut sudah sesuai standar atau belum.


(23)

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Air Minum

Air minum isi ulang merupakan suatu jawaban akan kebutuhan masyarakat. Air minum yang biasa diperoleh dari depot, harganya jauh lebih murah, bisa sepertiga dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Tidak mengherankan bila banyak masyarakat konsumen beralih pada layanan air minum isi ulang, menyebabkan depot air minum di berbagai kota di Indonesia termasuk Kota Manado tumbuh dengan sangat pesat (Bambang, 2014). Menurut Permenkes RI No.492/MENKES/SK/IX/2008 ,air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan.

1.2 Peranan Air Minum

Menurut buku “Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygene Sanitasi Depot Air Minum” yang di keluarkan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan, tahun 2010, air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air manusia tidak akan bisa hidup lama selain penting untuk manusia, air juga sangat berperan penting bagi makhluk hidup lainnya. Bagi manusia , air diperlukan untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum


(25)

9

tanpa mengganggu kesehatan. Air minum dalam tubuh manusia berguna dalam menjaga keseeimbangan metabolism dan fisiologi tubuh.disamping itu, air juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat di cerna oleh tubuh. Jikalau kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian eksreta cair ( keringat, air mata,air seni) tinja, uap pernapasan dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya.

Sebagian tubuh organisme termasuk manusia terdiri dari air. Secara umum, manusia biasa mengandung air sebanyak 65-70% dari berat tubuhnya.pada jaringan lemak dan tulang terdapat 33% air, di dalam daging 77%, paru-paru dan ginjal terdapat 80%, dan dicairan tubuh (plasma) sebanyak 90- 95,5% air. Hal ini berarti bahwa seluruh bagian tubuh makhluk hidup terdiri dengan air. Untuk menjaga keseimbangan kandungan air, manusia harus meminum air kira-kira 2 liter tiap harinya. Sebagai kandungan yang masuk ke tubuh organisme, air memiliki peranan esensial, yaitu: sebagai pembentuk protoplasma, sebagai bahan yang mengambil bagian pada proses fotosintesa, serta sebagai medium yang melarutkan bahan makanan dan sebagai regulator temperatur tubuh. Air mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit tersebut disebabkan oleh keadaan air itu sendiri. Air yang mengandung mikroorganisme disebut air terkontaminasi, dan tidak steril. Beberapa penyakit menular seperti diare dan kolera, sewaktu- waktu dapat meluas menjadi wabah atau epidemik karena peranan air yang tercemar (Partiana,2015).

Persediaan air untuk keperluan rumah tangga harus cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pencemaran oleh mikroorganisme dan kimia terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi di Indonesia. Pencemaran air oleh mikroorganisme dapat terjadi pada sumber air


(26)

10

bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat pengolahan ke konsumen. Bakteri atau mikroba indikator sanitasi adalah bakteri keberadaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia (Suriawiria,2003).

1.3 Syarat Air Minum

Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang 100% murni, dalam arti memenuhi syarat yang patut untuk kesehatan, maka harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga syarat yang dibutuhkan harus terpenuhi atau paling tidak mendekati syarat- syarat yang di kehendaki. Syarat- syarat air yang dipandang baik secara umum dibedakan menjadi (Partiana,2015):

a. Syarat Fisik

Untuk air minum sebaiknya air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara. Jika salah satu syarat fisik tersebut tidak terpenuhi, maka ada kemungkinan air tersebut tidak sehat. Namun jika syarat- syarat tersebut terpenuhi, belum tentu air tersebut baik diminum. Karena masih ada kemungkinan bibit penyakit atau zat yang membahayakan kesehatan

b. Syarat Bakteriologis

Semua air minum hendaknya dapat terhindar terkontaminasi dari bakteri terutama yang bersifat pathogen. Untuk mengukur air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang digunakan adalah bakteri e.coli. dan coliform. Pemeriksaan air minum dengan menggunakan Membrane Filter Technique, 90% dari sampel air yang di periksa selama satu bulan harus terbebas dari bakteri e.coli dan coliform.

Bila terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut, maka air tersebut dianggap tidak memenuhi syarat dan perlu di selidiki lebih lanjut. Bakteri escherichia coli dan coliform digunakan sebagai syarat bakteriologis, karena pada umumnya bibit


(27)

11

penyakit ini ditemukan pada kotoran manusia dan relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.

c. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat- zat kimia atau mineral terutama oleh zat- zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Diharapkan zat ataupun bahan kimia yang terkandung dalam air minum tidak sampai merusak bahan tempat penyimpanan air, namun zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.

Dalam hal persyaratan kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 492/menkes/per/IV/2010 dimana ada dua parameter yaitu parameter wajib dan parameter tambahan. Dimana parameter wajib meliputi parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan parameter yang tidak langsung dengan kesehatan dan pada parameter tambahan yang meliputi sodium, timbal, pestisida, air raksa, nikel dll. Adapun penjabaran terkait dari parameter wajib diatas adalah sebagai berikut:


(28)

12

Tabel 2.1Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan 1. Parameter Mikrobiologi

1. E. Coli 100 ml/sampel 0

2. Total Bakteri Coliform 100 ml/sampel 0 2. Kimia an-organik

1. Arsen mg/l 0,01

2. Flouride mg/l 1,5

3. Total Kromium mg/l 0,05

4. Kalsium mg/l 0,003

5. Nitrit mg/l 3

6. Nitrat mg/l 50

7. Sianida mg/l 0,07


(29)

13

Tabel 2.2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan 1. Parameter Fisik

1. Bau Tidak Berbau

2. Warna TCU 15

3. Total zat padat terlarut (TDS)

mg/l 500

4. Kekeruhan NTU 5

5. Rasa Tidak Berasa

6. Suhu Oc Suhu udara ±3

2. Parameter Kimiawi

1. Alumunium mg/l 0,2

2. Besi mg/l 0,3

3. Kesadahan mg/l 500

4. Khlorida mg/l 250

5. Mangan mg/l 0,4

6. pH mg/l 6,5-8,5

7. Seng mg/l 3

8. Sulfat mg/l 250

9. Tembaga mg/l 2


(30)

14

1.3.1 Syarat Bakteriologis

Dalam pengelolaan air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri coliform dan e.coli. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri indikator kualitas air minum karena keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya. (Maksum,R,. 2010).

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri - bakteri pathogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli yang dapat menyebabkan gejala diare, demam, keram perut dan muntah- muntah. Dari uraian tersebut dapat diketahui tingginya kontaminasi miikroorganisme pada air minum isi ulang, maka pengujian kualitas air yang di produksi harus dilakukan secara berkala untuk menjamin ketersediaan air minum yang sehat dan aman untuk di konsumsi oleh masyarakat (Entjang, 2003)

1.3.2 Flourida

Fluorida merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan tulang. Fluorida adalah mineral yang secara alamiah terdapat di semua sumber air termasuk laut. Fluorida tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam, ia bergabung dengan unsur lain. Indikasi dari penggunaan fluorida yaitu pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies karies sedang sampai tinggi, gigi dengan permukaan akar yang terbuka, gigi yang sensitif, anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi (contoh : down syndrome), dan


(31)

15

pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik. Sedangkan kontraindikasi dari penggunaan fluor yaitu pasien anak dengan resiko karies rendah, pasien yang tinggal dikawasan dengan air minum yang mengandung kadar fluorida tinggi, dan ada kavitas besar yang terbuka.

Air minum mengandung flourida alami dan ada juga flourida yang sengaja di tambahkan sebagai pelindung untuk gigi oleh perusahaan air minum. Kadar flourida alami dalam air mungkin sudah diatas ambang batas yang dianggap aman oleh WHO. Menurut WHO tingkat kandungan flourida yang aman adalah 1,5mg/l. Flourida adalah zat kimia kunci dalam pembuatan bom atom. Berdasarkan hasil penelitian Universitas Harvard menunjukan bahwa kandungan flourida dapat mempengaruhi perkembangan otak anak- anak untuk tingkat yang lebih besar yang akhirnya telah mempengaruhinya ketika mereka telah dewasa. Adapun gejala- gejala yang disebabkan oleh flourida jika kandungannya berlebih dalam tubuh adalah kerusakan hippocampus dalam otak, kerusakan system pertahanan dan antioksidan, peningkatan dalam kadar aluminium, keracunan, dll. (Nikmah,F.2009)

1.4 Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa maupun tidak berbau. Selain itu juga tidak mengandung kandungan yang berbahaya bagi kesehatan manusia serta mengandung zat kimia yang mengganggu fungsi tubuh (Partiana,2015).

Standar Nasional Indonesia yang mengatur tentang Persyaratan Kualitas Air Minum mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 492/MENKES/PER/IV/2010, yang menyatakan bahwa air minum harus memenuhi persyaratan parameter mikrobiologi, kimia dan fisika (Kementeri Kesehatan Indonesia, 2010).


(32)

16

1.5 Pengertian Depot Air Minum

Depot Air minum adalah usaha industri yang melakukan pengolahaan air mentah menjadi air baku yang baik diminum ataupun dijual langsung kepada konsumsen maupun yang mengkonsumsinya. Proses produksi pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan, selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan koloid termasuk mikroorganisme dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme berbahaya bagi tubuh yang tidak tersaring pada proses sebelumnya (Athena, 2004).

1.5.1 Proses Produksi Depot Air Minum

Urutan menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia (Menperindag) 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut:

1. Penampungan air baku dan syarat penampungan air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung pada bak atau tangki penampungan (resevior). Tangki pengangkut yang digunakan untuk mengangkut harus dibersihkan, disanitasi dan disinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari saringan pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah bertujuan untuk menyaring partikel- partikel kasar. Bahan yang digunakan adalah butir- butir silika minimal 80%. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau


(33)

17

batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. Saringan atau filter lainnya berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 mikron.

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman pathogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon berlangsung dalam tangka atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi disini selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultraviolet (UV). Desinfeksi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bersih. Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai wadah air minum. Pencucian dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan dan air bersih, kemudian dibilas dengan menggunakan air minum/ air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa sisa deterjen yang digunakan pada saat pencucian.

b) Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang layak dan higienis.


(34)

18

1.5.2 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu:

1. Ultraviolet

Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spectrum antara 100- 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet bersistensi tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktu yang cukup. Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun sekali. Air yang disinari UV harus telah melalui filter halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, dan Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen, termasuk virus. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif dan disamping juga aman. Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri- bakteri saja, maka sebelumnya dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan zat- zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Desinfeksi dengan sistem ozonisasi dapat membuat kualitas air bertahan selama satu bulan dan masih aman untuk dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi kualitas airnya hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air sudah tidak layak di konsumsi. Hal ini disebabkan karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008)


(35)

19

1.5.3 Higiene Sanitasi pada Depot air minum

Menurut buku “pedoman pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum” tahun 2010, Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hygiene sanitasi juga merupakan upaya kesehatan yang mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum meliputi :

1. Lokasi

Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan. Tidak pada daerah: tergenang air rawa, tempat pembuangan kotoran atau sampah, penumpukan barang -barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan

2. Bangunan

Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Tata ruang usaha Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari: Ruangan proses pengolahan, Ruangan proses penyimpanan, Ruangan tempat pembagian/ penyediaan dan Ruang tunggu pengunjung

 Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Bahan kedap air, Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, Kemiringan cukup untuk memudahkan pembersihan dan selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu


(36)

20

 Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Bahan kedap air, Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, Warna dinding terang dan cerah dan selalu dalam keadaaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung

 Atas dan langit- langit

Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor, Kontruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof), Bahan langit- langit mudah dibersihkan dan tidak berdebu, Permukaan langit- langit harus rata dan berwarna terang dan Tinggi langit- langit minimal 2,4 meter dari lantai

 Pintu

Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, Pemasangannya rapi dan dapat menutup dengan baik

 Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10- 20 foot candle atau 100-200 lux

 Ventilasi

Untuk kenyamanan Depot Air Minum harusdiatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara: Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum, Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan

3. Akses terhadap fasilitas sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut:


(37)

21

 Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah

 Fasilitas sanitasi ( jamban dan peturasan )

 Tempat sampah yang memenuhi persyaratan

 Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air baku

4. Sarana pengolahan air minum

 Alat dan perlengkapan yang di pergunakan untuk pengolahan air minum harus mengunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti: Pipa pengisian air baku, Tendon air baku, Pompa penghisap dan penyedot, Filter, Mikro filter, Kran pengisian air minum curah, Kran pencucian/ pembilasan botol, Kran penghubung (hose), Peralatan sterilisasi

 Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd)

 Alat dan perlengkapan yang digunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa)

5. Air Baku

 Air baku adalah air yang memenuhi standar air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum

 Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum


(38)

22

 Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara periodic

6. Air Minum

 Air minum yang dihasilkan harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum

 Pemeriksaaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S 7. Pelayanan Konsumen

 Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih

 Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/ pengelola Depot Air Minum

 Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter

 Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di Depot Air Minum (>1 x 24 jam)

8. Karyawan

 Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular

 Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran

 Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun)


(39)

23

 Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen

 Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/ telinga/ gigi pada waktu melayani konsumen

 Telah memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus operator Depot Air Minum

9. Pekarangan

 Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan

 Selalu dijaga kebersihannya setiap saat

 Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya 10.Pemeliharaan

 Pemilik/ penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggung jawabnya.

 Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi: - Tugas dan kewajiban karyawan

- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern

- Data alamat pelanggan ( bertujuan untuk memudahkan investigasi dan pembuktian.


(40)

(1)

1.5.3 Higiene Sanitasi pada Depot air minum

Menurut buku “pedoman pelaksanaan penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum” tahun 2010, Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor-faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hygiene sanitasi juga merupakan upaya kesehatan yang mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum meliputi :

1. Lokasi

Lokasi depot air minum harus berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan. Tidak pada daerah: tergenang air rawa, tempat pembuangan kotoran atau sampah, penumpukan barang -barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan

2. Bangunan

Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. Tata ruang usaha Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari: Ruangan proses pengolahan, Ruangan proses penyimpanan, Ruangan tempat pembagian/ penyediaan dan Ruang tunggu pengunjung

 Lantai

Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Bahan kedap air, Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, Kemiringan cukup untuk memudahkan pembersihan dan selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu


(2)

 Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Bahan kedap air, Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, Warna dinding terang dan cerah dan selalu dalam keadaaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung

 Atas dan langit- langit

Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor, Kontruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof), Bahan langit- langit mudah dibersihkan dan tidak berdebu, Permukaan langit- langit harus rata dan berwarna terang dan Tinggi langit- langit minimal 2,4 meter dari lantai

 Pintu

Bahan pintu harus kuat dan tahan lama, Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan, Pemasangannya rapi dan dapat menutup dengan baik  Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10- 20 foot candle atau 100-200 lux

 Ventilasi

Untuk kenyamanan Depot Air Minum harusdiatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara: Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum, Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan

3. Akses terhadap fasilitas sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut:


(3)

 Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah

 Fasilitas sanitasi ( jamban dan peturasan )  Tempat sampah yang memenuhi persyaratan

 Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air baku

4. Sarana pengolahan air minum

 Alat dan perlengkapan yang di pergunakan untuk pengolahan air minum harus mengunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti: Pipa pengisian air baku, Tendon air baku, Pompa penghisap dan penyedot, Filter, Mikro filter, Kran pengisian air minum curah, Kran pencucian/ pembilasan botol, Kran penghubung (hose), Peralatan sterilisasi

 Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd)

 Alat dan perlengkapan yang digunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa)

5. Air Baku

 Air baku adalah air yang memenuhi standar air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum

 Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum


(4)

 Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan sampel secara periodic

6. Air Minum

 Air minum yang dihasilkan harus memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum

 Pemeriksaaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan metode H2S 7. Pelayanan Konsumen

 Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih  Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/ pengelola

Depot Air Minum

 Setiap wadah yang telah diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter

 Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan, dan tidak boleh disimpan di Depot Air Minum (>1 x 24 jam)

8. Karyawan

 Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular

 Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran

 Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun)


(5)

 Selalu mencuci tangan setiap kali melayani konsumen

 Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/ telinga/ gigi pada waktu melayani konsumen

 Telah memiliki surat keterangan telah mengikuti kursus operator Depot Air Minum

9. Pekarangan

 Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan  Selalu dijaga kebersihannya setiap saat

 Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya 10.Pemeliharaan

 Pemilik/ penanggung jawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggung jawabnya.

 Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi: - Tugas dan kewajiban karyawan

- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern

- Data alamat pelanggan ( bertujuan untuk memudahkan investigasi dan pembuktian.


(6)