20
implementasi. Kelembagaan stakeholder dibangun
berdasarkan komitmen dan sinergisitas dalam proses penangangan konflik. Kebijakan dan kelembagaan stakeholder
tersebut seyogyanya dapat mewadahi kearifan lokal. Temuan-temuan tersebut digunakan sebagai bahan untuk menentukan rumusan model penanganan konflik antar warga yang
didasarkan pada aspek kebijakan, kelembagaan stakeholder dan kearifan lokal.
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji model penanganan konflik antar warga di Jawa Barat. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana kebijakan pemerintah daerah serta
bagaimana karakteristik masyarakat dan relasi antar stakeholder memiliki kaitan yang sangat erat pada penanganan konflik antar warga, maka penelitian ini akan menggunakan
metode deskriptif. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Rubin and Babbie 2008
“qualitative research methods attempt to tap deeper meanings of particular human experiences and are intended to generate qualitative data: theoritically richer
observations that are not easily reduced to numbers.” p.417
Penelitian ini akan fokus pada tahap perumusan model penanganan konflik antar warga. Kegiatan perumusan model diawali dengan mempelajari penanganan konflik antar
warga yang selama ini telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah di tingkat kabupatenkota dan provinsi. Hasil identifikasi dari penanganan konflik antar warga
kemudian dianalisis berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, khususnya yang terkait dengan peran lembaga pemerintah
dalam pencegahan, penanganan, penghentian, dan pemulihan konflik sosial. Hasil dari analisis akan dijadikan bahan untuk model penanganan konflik antar warga.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kateogri di level kebijakan dan kategori di level penerapan kebijakan. Kategori level kebijakan merujuk
pada institusi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penanganan konflik di provinsi Jawa Barat. Berdasarkan mandat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012, maka
diidentifikasi 17 tujuh belas lembaga-lembaga yang ada di Jawa Barat antara lain Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Polda Jawa Barat, Kodam Jawa Barat, DPRD Jawa Barat,
Kanwil Kemenkum HAM Jawa Barat, Kanwil Kemenag Jawa Barat, Kesbangpol Jawa
21
Barat, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Dinas Pendidikan Jawa Barat, Dinas Kesehatan Jawa Barat, BPMPD Jawa Barat, Biro Pelayanan Sosial Jawa Barat, MUI Jawa
Barat, Satpol PP Jawa Barat, BPBD Jawa Barat, dan Dinas Sosial Jawa Barat. Dari hasil identifikasi awal, kemudian dipilih 4 empat lokasi penelitian yang
mewakili kategori level penerapan kebijakan yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Subang. Keempat lokasi tersebut dipilih
berdasarkan data-data awal yang diperoleh tentang kejadian-kejadian konflik antar warga di Provinsi Jawa Barat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data