Kinerja Aparatur dalam Pembuatan Sertifikat Tanah pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon

  

KINERJA APARATUR DALAM PEMBUATAN SERTIFIKAT TANAH

PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN CIREBON

LAPORAN KKL

  Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  Universitas Komputer Indonesia Disusun oleh :

  

Erwin Setiawan

41707886

RIWAYAT HIDUP

  I. Identitas Diri

  Nama Lengkap : Erwin Setiawan Tempat dan Tanggal Lahir : Majalengka, 6 Januari 1989 Agama : Islam Alamat Lengkap : Jl. Riung Sekar No 8/IIIb

  Bandung Email : erwin.setiawan75@yahoo.co.id Handphone : +6281312465012 Nama Ayah : Edi Suhaedi Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Nama Ibu : Eti Yuhaeti Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Alamat Lengkap : Desa Weragati RT 02 RW 04

  Kec. Palasah-Majalengka

  II. Pendidikan Formal

  1. SD Negeri III Weragati 1995-2001

  2. SMP Negeri I Palasah 2001-2004

  

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii

  1.4.1.1 Letak Geografis .................................................. 9

  1.4.2.3 Visi Dan Misi BPN Kabupaten Cirebon ........... 14

  1.4.2.2 Program Kerja BPN Kabupaten Cirebon ......... 12

  1.4.2.1 Sejarah BPN Kabupaten Cirebon .................... 11

  1.4.2 Gambaran Umum BPN Kabupaten Cirebon ................ 10

  1.4.1.3 Moto Kabupaten Cirebon ................................. 10

  1.4.1.2 Kepadatan Penduduk ......................................... 9

  1.4.1 Gambaran Umum Kabupaten Cirebon .......................... 9

  BAB I PENDAHULUAN

  1.4 Objek, Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL .......................... 9

  1.3.2 Analisa Data ................................................................... 7

  1.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 7

  1.3 Metode KKL ............................................................................. 6

  1.2 Kegunaan KKL ......................................................................... 6

  1.1 Latar Belakang KKL ................................................................. 1

  1.4.2.4 Struktur Organisasi BPN Kabupaten Cirebon . 15

  2.2.2 Pengertian Sertifikat Tanah ......................................... 27 2.3 pengertian Organisasi ........................................................... 30

  BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

  3.1 Hasil Kegiatan KKL ................................................................ 31

  3.2 Pembahasan Hasil KKL ......................................................... 33

  3.2.1 Efisiensi Kinerja Aparatur Pada Badan Pertanahan Kabupaten Cirebon ....................................................... 33

  3.2.2 Efektivitas Aparatur Badan Pertanahan Kabupaten Cirebon ......................................................................... 36

  3.2.3 Keadilan Aparatur Badan Pertanahan Kabupaten Cirebon ......................................................................... 39

  3.2.4 Daya Tanggap Aparatur Badan Pertanahan Kabupaten Cirebon ......................................................................... 40

  BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

  4.1 Kesimpulan ............................................................................ 43

  4.2 Saran ..................................................................................... 44

  

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 47

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun Laporan KKL yang berjudul

  “Kinerja Aparatur Dalam Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon ”.

  Penyusunan Laporan KKL ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat diharapkan dalam laporan KKL ini dengan tangan terbuka dari berbagai pihak.

  Proses penyusunan Laporan KKL ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak dan memberi bimbingan, dorongan dan segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

  2. Ibu Nia Karniawati, S.IP., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

  3. Ibu Tatik Fidowaty, S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis.

  4. Dosen pengajar dan staf di Program Studi Ilmu Pemerintahan

DAFTAR PUSTAKA

  Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Dwiyanto, Agus. (2006). Reformasi Birokrasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada. Echols dan Hassan Shadili. (1996). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.

  Gramedia Faisal, Sanapiah. 1999. Format Pnelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers Handoko, Hani. 1997. Efektivitas Kerja : Definisi, Faktor yang mempengaruhi dan alat ukur efektivitas kerja. Yogyakarta: BPFE.

  Hasibuan, S.P. M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hermit, Herman. 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara Dan Tanah Pemda. Bandung: Mandar Maju. Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan. Mangkunegara, Prabu Anwar. (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi.

  Bandung: PT. Refika Aditama. Pabundu, Mohammad. (2006). Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

  Ratminto. (2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarwoto. (1985). Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Gahlia Indonesia.

  Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.

  Bandung: Mandar Maju. Siagian, Sondang P. (2005). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Askara.

  Rujukan Elektronik

  

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang KKL

  Aparatur memiliki peranan strategis dalam menyelenggarakan tugas- tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Peranan aparatur tersebut sesuai dengan tuntutan zaman terutama untuk menjawab tantangan masa depan. Aparatur yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi tantangan masa depan. Kemampuan untuk melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Hal lainnya adalah mampu memelihara dan mengembangkan kecakapan dan kemampuannya secara berkesinambungan. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pimpinan pada setiap organisasi pemerintahan untuk memelihara dan membina semua aparatur agar dapat lebih berkualitas dalam rangka pencapaian tujuan.

  Pengelolaan sumber daya manusia terkait dan mempengaruhi kinerja instansi pemerintahan dengan cara menciptakan nilai atau menggunakan keahlian sumber daya manusia yang berkaitan dengan praktek manajemen dan sasarannya cukup luas, tidak hanya terbatas aparatur pemerintah semata, namun juga meliputi tingkatan pemimpin.

  Pencapaian tujuan dari setiap organisasi pemerintahan juga didukung oleh kinerja dari setiap aparaturnya. Kinerja yang tinggi timbul apabila seseorang bersikap dan memandang kerja sebagai sesuatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia. Hal ini dijadikan sebagai suatu sarana dan prasarana serta sumber dana yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan organisasi pemerintahan tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, sumber daya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi pemerintahan. Tuntutan organisasi pemerintahan untuk memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika lingkungan yang selalu berubah.

  Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di dalam pembangunan, karena sumber daya manusia merupakan Driver dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi pada keberhasilan Pembangunan Nasional. Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal. Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan pembangunan. Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja. Jika aparatur dalam organisasi pemerintahan mempunyai kinerja yang baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap organisasi pemerintahan. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan kesepakatan bersama. Hal ini tidak dianut didalam sistem penilaian kinerja yang dilakukan oleh instansi pemerintah, disamping itu jarak antara pekerjaan dan penilaian kinerja selama satu tahun sangat kesulitan dalam penilaian, hal ini akan berakibat bahwa sipenilai tidak lagi obyektif dalam menilai anak buahnya bahkan yang ditemukan dilapangan penilaian kinerja aparatur justru diisi oleh pegawai yang dinilai sedangkan atasannya yang mempunyai hak untuk menilai hanya melegalkan hasil dari penilaian tersebut.

  Kinerja merupakan suatu proses untuk mencapai suatu hasil. Berbicara mengenai kinerja personil serta kaitannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang, maka perlu ditetapkan standar kinerja atau standar performance. Standar kinerja perlu diatur adalah seluruh kinerja organisasi, unit-unit organisasi yang mendukungnya, serta kinerja orang yang berperan didalamnya. Unsur utama yang harus dinilai kinerjanya adalah unsur manusia atau aparatur, karena pegawai yang berperan dalam menentukan kinerja organisasi.

  Pembuatan sertifikat tanah oleh aparatur pemerintah masih banyak dijumpai permasalahan yang diantaranya proses pembuatan sertifikat tanah yang tidak tepat waktu, hal ini biasa terjadi dikarenakan jumlah aparat yang terbatas dan permintaan pembuatan sertifikat tanah semakin meningkat. Sering terjadinya penyimpangan dana oleh aparat yang membuat kinerja tidak efisien, selain itu juga kurangnya tanggung jawab akan tugasnya dan terjadinya pilih kasih terhadap si pengguna jasa membuat kinerja aparat Kantor Pertanahan kurang efektif dan tidak adil, kurangnya daya tanggap

  Tanah-tanah yang ada di indonesia ini diatur dengan Undang- undang Pokok Agraria yaitu Undang-undang nomor 5 tahun 1960 yang dikeluarkan pada tanggal 24 september 1960. Ketentuan lebih lanjut mengenai Undang-undang Pokok Agraria ini di atur dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, dinyatakan 2 (dua) kewajiban pokok yaitu :

  1. Kewajiban pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.

  2. Kewajiban para pemegang hak atas tanah untuk mendaftarkan hak atas tanah yang dipegangnya.

  Pendaftaran hak atas tanah yang dilakukan berarti pihak yang didaftar akan mengetahui subyek atas tanah dan obyek hak atas tanah yaitu mengenai orang yang menjadi pemegang hak atas tanah itu, letak tanahnya, batas-batas tanahnya serta panjang dan lebar tanah tersebut. Untuk mewujudkan harapan-harapan yang ingin di capai sebagaimana yang telah ditetapkan pada kebijakan catur tertib pertanahan, maka dalam kenyataan praktek sehari-hari, kantor pertanahan sebagai institusi resmi pemerintah yang berwenang mengatur dan mengeluarkan sertifikat tanah, dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari tidak luput dari perhatian publik berkaitan dengan kinerja aparatur yang mereka berikan bagi masyarakat yang menggunakan jasanya.

  Pembuatan sertifikat tanah menjadi suatu tolak ukur kinerja pemerintah yang paling kasat mata di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon. Masyarakat dapat langsung menilai kinerja pemerintah dalam roda pembangunan. Fungsi dan peran Badan Pertanahan Kabupaten Cirebon dalam penyelenggaraan pembangunan daerah sangat strategis, khususnya dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pertanahan berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

  Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Dengan adanya pembangunan akan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Agar tujuan tercapai, pembangunan dilakukan dengan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah menuju terwujudkan masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

  Kinerja aparatur yang baik akan mendukung pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Cirebon. Penilaian kinerja aparatur Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon juga digunakan untuk mengukur perilaku kerja dan kemampuan setiap aparatur atau unit kerja dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi. Penilaian kinerja juga dapat menumbuhkan pengembangan perilaku dan motivasi. Perilaku dan motivasi yang terbangun akan membantu pencapaian tujuan organisasi.

  1.2 Kegunaan KKL

  Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

  1. Bagi kepentingan penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan dan memahami bagaimana tanggapan masyarakat mengenai kinerja aparatur Kantor Pertanahan dalam pembuatan sertifikat tanah sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai kesesuaian fakta dilapangan dengan teori yang ada.

  2. Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori tentang kinerja aparatur yang penulis gunakan dengan permasalahan dalam penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kinerja aparatur kantor pertanahan dalam pembuatan sertifikat tanah.

  3. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kinerja aparatur dalam pembuatan sertifikat tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon.

  1.3 Metode KKL

  Metode Laporan KKL yang digunakan untuk mengemukakan tata kerja dalam suatu kegiatan Laporan KKL melalui Metode Laporan KKL yang penulis gunakan adalah metode penulisan deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisa yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan atau fenomena yang nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanapiah Faisal dalam bukunya Format- Format Penulisan Sosial,

  Penulis menggunakan metode deskriftif, karena penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang Kinerja Aparatur Dalam Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon.

1.3.1 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui:

  1. Studi Pustaka, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Kinerja Aparatur Dalam Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon.

  2. Observasi Partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penulis berada di dalam subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga penulis dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan. Penulis meneliti tentang Kinerja Aparatur Dalam Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon.

  3. Wawancara (tidak terstruktur), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan untuk informan atau nara sumber. Pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung kepada nara sumber yang berkaitan tentang Kinerja Aparatur Dalam Pembuatan Sertifikat Tanah Pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon.

  4. Internet Searching, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari

  “Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. (Bodgan dan Biklen dalam Moleong, 2005: 248). Sesuai dengan definisi di atas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan berdasarkan data yang ada. kemudian data dipilih dan dikelola berdasarkan jenisnya. Pola analisis ditentukan berdasarkan temuan data. Setelah dipelajari, maka hasil analisis tersebut disimpulkan.

  Kesimpulan analisis tersebut merupakan informasi yang dapat disampaikan kepada orang lain.

  Menurut Winarno, bahwa analisa data dalam penelitian deskriptif mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Pengumpulan data: dilakukan dengan teknik dokumentasi atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh baik data primer maupun sekunder. Kemudian pengamatan tentang peranan aparatur dalam peningkatan kualitas pelayanan publik. Yang terakhir dengan pelengkap wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

  2. Penilaian data: pada tahap ini masalahnya adalah validitas dan obyektifitas sehingga perlu melakukan kategorisasi data primer dan sekunder dengan pencatatan serta mereduksi data sekunder, kemudian diseleksi agar relevan dengan masalah penelitian.

  3. Interpretasi data: yakni memberikan penilaian (penafsiran), menjelaskan pola atau kategori serta mencari dan menggambarkan hubungan pengaruh antar berbagai konsep. Langkah ini dilakukan berdasarkan pemahaman intelektual dalam arti dibangun berdasar pengamatan empiris. Untuk ini, memerlukan seperangkat konsep yang telah tersusun, yang dalam penelitian ini berupa teori-teori tentang peranan aparatur. dihasilkan berdasarkan generalisasi dari pertanyaan-pertanyaan tentang permasalahan.

1.4 Objek, Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL

  1.4.1 Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

  Kabupaten Cirebon, Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 989,70

  2

  km merupakan bagian dari wilayah Propinsi yang terletak dibagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu gerbang Propinsi

  1.4.1.1 Letak Geografis

  Kabupaten Cirebon merupakan Kabupaten yang berada di wilayah timur Jawa Barat dan terletak pada jalur transportasi Jawa Barat dan Jawa Tengah, secara geografis Kabupaten Cirebon terletak pada posisi 108.33 derajat Bujur Timur dan 6.41 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian 5

  • – meter dari permukaan laut, beriklim tropis dengan suhu udara berkisar 24 33 derajat celcius dengan curah hujan 2.751 mm/tahun, dengan demikinan Kabupaten Cirebon merupakan daerah dataran rendah.

  1.4.1.2 Kepadatan Penduduk Cirebon merupakan salah satu kabupaten terpadat di

  Penduduk Kabupaten Cirebon terus bertambah, meski demikian dari sensus ke sensus, tren rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari sensus ke sensus semakin melambat. Pada Tahunjumlah penduduk Kabupaten Cirebon banyak yaitu sebesar 80.914 jiwa dan berikutnya adalah Kecamatan yaitu sebanyak 77.712 jiwa. Sedangkan wilayah dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Cirebon adalah Kecamatan sebanyak 26.554 jiwa.

1.4.1.3 Moto Kabupaten Kota Cirebon

  Motto daerah yang merupakan semboyan kerja adalah Gemah Ripah Loh Jinawai yang bermakna :

  1. Pengertian Bahasa  Gemah Ripah berarti Negara Jembar serta banyak rakyatnya  Loh Jinawi berarti subur makmur.

  2. Pengertian keseluruhan Gemah ripah Loh Jinawi adalah perjuangan masyarakat Kota Cirebon sebagai bagian Bangsa Indonesia bercita-cita menciptakan ketentraman/perdamaian, kesuburan, keadilan, kemakmuran, tata raharja dan mulia abadi.

  1.4.2 Gambaran Umum BPN Kabupaten Cirebon

  Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon adalah instansi vertikal Badan Bertanahan Nasional (BPN) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 2006

  3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang tekandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 maka dibentuklah sub seksi pengaturan tanah oleh pemerintah dimana pada saat itu sebelum dibentuknya Badan Pertanahan Nasioanal, masalah pertanahan adalah kewenangan Direktorat Jenderal Agraria dibawah departemen dalam negeri.

1.4.2.1 Sejarah

  Keputusan Presiden No.26 tahun 1988, maka pada tanggal 19 juli 1988 dibentuklah Badan Pertanahan Nasional yang merupakan lembaga pemerintah Non-Departemen. Dimana badan ini merupakan peningkatan dari Direktorat Jenderal Agraria dibawah departemen dalam negeri. Peningkatan status ini didasarkan pada kenyataan bahwa tanah tidak sekedar masalah agraria, yang selama ini kita identikan dengan pertanian. Tanah telah berkembang pesat menjadi masalah sektoral yang memiliki dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dimensi politik, bahkan dimensi pertahanan keamanan.

  Tugas yang demikian tersebut terlalu berat untuk dilakuakan oleh suatu Derektorat Jenderal pada suatu Departemen, maka diperlukan badan yang lebih tinggi yang dibawah kendali presiden, agar dapat melaksanakan tugas dengan otoritas yang seimbang oleh karena itu dibentuklah Badan Pertanahan Nasioanal. Era kabinet pembangunan VI status kepala Badan

1.4.2.2 Program Kerja Program Kerja Rutin Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon

  A. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Ex Rutin)  Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan.

   Penyelenggaraan operasional dan Pemeliharaan Perkantoran.  Program peningkatan sarana prasarana.

  B. Program Pengelolaan Pertanahan (Ex PNBP)  Pelayanan Pemeriksaan Tanah.

   Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah.  Pelayanan Sertipikat HAT (Pendaftaran Tanah).

Tabel 1.1 Tabel Program Kerja Ruti pagu Fisik dan Keuangan

  No MAK Kegiatan PAGU TARGET FISIK (BID)

  Ex Rutin

  1 2973.01..001 Pengelolaan Gaji , Honorarium dan Tunjangan

  4.319.604.000 2 2973.01.002 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

  516.392.000 393.167.000 3 2975.02 Program Peningkatan 864.731.000

Tabel 1.2 Tabel Program Kerja Ruti pagu Fisik dan Keuangan

  PNBP

  1 2999.36 Keputusan HAT(Panitia 1.230.492.000 Pemeriksaan Tanah) 2 2999.34 Peta Pertanahan 2.243.628.000 18.108

  3 2999.02 Sertipikat HAT(Pendaftaran 702.000.000 19.500 Tanah) 4 2999.35 Informasi Pertanahan 404.176.000 13.500

  5 2999.36.034 Pelayanan Pertimbangan 124.846.000 Teknis Pertanahan 6 2999.38 Laporan 589.751.000

  

JUMLAH 5.294.893.000

C. Program Percepatan

  Program percepatan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon adalah kegiatan LARASITA (Layanan Rakyat untuk Pensertifikatan Tanah) dimana pada tahun anggaran 2011 target yang ditetapkan adalah 1.000 bid dan kegiatan lainnya untuk LARASITA lebih banyak sosialisasi LARASITA dengan tujuan merubah persepsi bahwa LARASITA adalah kegiatan pemutihan sertifikat tanah.

Tabel 1.3 Tabel Target Fisik Dan Keuangan Program SKPA

  No MAK Kegiatan PAGU (Rp) Target Fisik

  SKPA Yg diserahkan

  1 PRONA 450.000.000 1.500 Bid

  2 Tanah Nelayan 30.000.000

  100 bid

JUMLAH 480.000.000

SKPA Yg Tdk Diserahkan

  REDISTRIBUSI 200 Bid

1.4.2.3 Visi Dan Misi BPN Kabupaten Cirebon Visi BPN Kabupaten Cirebon.

  Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

  Misi BPN Kabupaten Cirebon.

  Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:

  1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.

  4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.

  5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.

1.4.2.4 Sruktur Organisasi BPN Kabupaten Cirebon

  Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pertanahan dalam struktur organisasinya Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon dalam melakukan tugasnya dibantu oleh 1 (satu) Kasubag Tata Usaha, membawahi Kaur Perencanaan dan Keuangan, Urusan Umum dan Kepegawaian dan 5 (lima) Kepala Seksi yaitu Kasi Survei, Pengukuran dan Pemetaan membawahi Subseksi Pengukuran dan Pemetaan dan Subseksi Tematik dan Potensi Tanah. Seksi hak Tanah dan Pendaftaran Tanah membawahi Subseksi Penetapan Hak Tanah, Subseksi Pengaturan Tanah Pemerintah, Subseksi Pendaftaran Hak dan Subseksi Peralihan, Pembebanan Hak dan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan membawahi Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan tertentu dan Subseksi Landreform dan konsolidasi Tanah. Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan membawahi Subseksi Pengendalian Pertanahan dan Subseksi Pemberdayaan

Gambar 1.1 StrukturOrganisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon berarti yang mengatur serta berwenang dalam pelaksanaan manajemen sumber daya manusia pada Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon. Pelaksanaan manajemen sumber daya manusia Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon berdasarkan struktur organisasi dikelola juga oleh subbagian Kepegawaian dan Umum. Penerapan Sistem Komputerisasi Kantor Pertanahan di Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon dikelola oleh bidang prasarana dan sarana di bawah seksi data dan informasi.

  1.4.3 Lokasi Penelitian

  Lokasi yang diambil sebagai tempat KKL adalah kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon Jl. Sunan Drajat No. 02 Telp : (0231) 321237

  1.4.4 Jadwal Penelitian

  Penjadwalan penelitian kuliah kerja lapangan sampai dengan pengumpulan laporan yang terdiri dari: a). Penyusunan rancangan judul, bulan Mei 2012.

  • – b). Penyusunan usulan penelitian dengan arahan pembimbing, bulan Juni Juli 2012.

  c). Pengumpulan data di lapangan, bulan Agustus 2012.

  e). Analisa data yang diperoleh dari lapangan bulan Oktober 2012.

  f). Penyusunan laporan KKL bulan September - Oktober 2012.

  g). Pengumpulan laporan KKL November 2012.

Tabel 1.4 Jadwal Penelitian

  Waktu Tahun 2012 2013 No

  Kegiatan Mei Jun Juli Agst Sept Okt Nov Jan Penyusunan

  1 rancangan judul Penyusunan

  2 Usulan Penelitian Pelaksanaan

  3 KKL

  Pengumpulan

4 Data

  Penyusunan

  5 Laporan KKL Pengumpulan

  6 Laporan KKL

  7 Seminar

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja

  Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job

  

performanceatau atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang di capai oleh seseorang atau suatu institusi).

  Kamus bahasa indonesia. Berikut pengertian kinerja : “menurut Anwar Prabu Mangku Negara dalam bukunya yang berjudul evaluasi kinerja sumber daya manusia kinerja sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai dalam persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang dib erikan kepadanya”. (Mangku Negara 2005:9)

  Kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan dalam mencapai misinya. Untuk organisasi atau lembaga pemerintahan pelayana publik, informasi kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaia terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

  Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerintahan tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Kinerja tidak lepas terampil dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari maka akan mudah menjalakan kinerja maksimal.

  2. Faktor Motivasi Motivation Motivasi diartikan sebagai suatu sikap attitude pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja situation dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif fro terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka berfikir negatif kontra terhadap situasi kerjanya akan menunjukan pada motivasi kerja yang rendah. Situasi yang dimaksud meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. ”

  (Mangku Negara, 2005:13) Berdasarkan pengertian diatas bahwa suatu kinerja sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat berjalannya proses kerja untuk mencapai kinerja yang maksimal, faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maupun ekstern. Dalam menilai kerja apakah sudah berjalan dengan apa yang direncanakan perlu diadakan suatu evaluasi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu Mangku Negara.

  “Evaluasi kinerja atau penilaian merupakan penilaian yang sistematis dari pekerjaan dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penaosiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu barang.

  ” (Mangku Negara, 2005:69) Dari beberapa pendapat tentang penilaian atau evaluasi kinerja dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk menilai kerja pegawai dan organisasi. Disamping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja dengan tepat dan memberikan tanggung jawab kepada pegawai atau organisasi sehingga dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Soewarno Handayaningrat bahwa :

  “Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam menyelenggarakan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian”.(Soewarno, 1982:154) Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan aspek-aspek administrasi yang diperlukan oleh pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara. Sedangkan Sarwono mengemukakan lebih jauh tentang aparatur pemerintahan bahwa yang dimaksud tentang aparatur pemerintahan ialah orang-orang yang menduduki jabatan dalam kelembagaan pemerintahan. (Soewarno, 1982:154)

  Kinerja aparatur tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penunjang dalam menjalankan tugas kepegawaian bagi aparatur. Setiap aparatur mempunyai tugas menjalankan fungsi organisasi dan pemerintahan dengan baik dan terarah, berikut pengertian tentang sumber daya aparatur.

  Sumber daya aparatur menurut Badudu dan Sutan dalam kamus

  

Umum Bahasa Indonesia, adalah terdiri dari kata sumber yaitu, tempat asal

  dari mana sesuatu datang, daya yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan, sedangkan aparatur yaitu pegawai yang bekerja di pemerintahan. Jadi, sumber daya aparatur adalah kemampuan yang dimiliki oleh pegawai untuk melkukan sesuatu. (Badudu dan Sutan, 1996:1372)

  Berdasarkan pendapat diatas, bahwa sumber daya aparatur Sehingga kinerja aparatur tersebut berdasarkan jabatan dan pekerjaan yang dibebankan kepada aparatur tersebut.

  Berhubungan dengan pengertian di atas, untuk mewujudkan profesional pegawai. Menurut Jhon M. Echols dan Hassan Shadily dalam

  

kamus Inggris Indonesia, bahwa profesional adalah tenaga ahli, pekerjaan

  yang sesuai dengan bidangnya, dan berdasarkan jabatan. (Echols dan Hassan, 1996:449)

2.1.2 Kinerja Aparatur

  Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan kinerja perorangan

  

(individual performance) dengan kinerja organisasi (organization

performance). Suatu organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun

  kecil dalam tujuan yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakan oleh orang atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang dilakukan oleh orang atau kinerja aparatur dalam organisasi tersebut.

  Kinerja organisasi akan sangat ditentukan oleh faktor aparaturnya karena itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kinerja dari aparaturnya. Terdapat beberapa pengertian dari kinerja aparatur yang diungkapkan oleh beberapa pakar berikut ini :

  Adapun pengertian kinerja aparatur yang dikemukakan oleh Agus Dharma dalam bukunya “Manajemen Prestasi” yaitu sebagai berikut : “Kinerja aparatur adalah sesuatau yang dicapai oleh aparatur, prestasi kerja

  Pengertian kinerja aparatur menurut Bambang Kusriyanto yang d ikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” adalah “Kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi”. (Pasolong, 2007:175)

  Berdasarkan pengertian kinerja aparatur dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja aparatur erat kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang dalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu. Berikut penilaian kinerja apakah sudah berjalan dengan apa yang direncanakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Salim dan Woodward.

  “Kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efesiensi, efektifitas, dan persamaan pelayanan”.(Salim dan Woodward, 1992:52)

  Tercapainya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerintahan tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Kinerja tidak lepas dari beberapa indikator yang mempengaruhi. Berikut indikator yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Dwiyanto dalam buku Reformasi Birokrasi Publik.

  1. Produktivitas

  2. Kualitas Layanan

  3. Responsivitas

  4. Responsibilitas

  5. Akuntabilitas (Dwiyanto, 1995:50) Konsep produktivitas diatas tidak hanya mengukur tingkat efesiensi, tetapi juga efektivitas. Produksivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media masa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

  Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenli kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indkator karena secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidak selarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memilikikinerja yang jelek pula.

  Menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika tidak hanya dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

  Dalam konteks kinerja Kumoromotomo menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain :

  1. Efesiensi Efesiensi menyangkut pertimbangan tentangkeberhasilan organisai pelayanan publik mendapatkan laba, mamanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakn kriteria efesiensi yang sangat relevan.

  2. Efektifitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaintannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

  3. Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu- isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

  4. Daya Tanggap apabila berdasarkan indikator efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya tanggap atau responsivitas.

2.2 Pengertian Sertifikat

  Mengenai sertifikat itu sendiri berasal dari bahasa inggris (certificate) yang berarti ijazah atau surat keterangan yang dibuat oleh pejabat tertentu. Dengan pemberian surat keterangan berarti pejabat yang bersangkutan telah memberikan status tentang keadaan seseorang. Kemudian pengertian sertifikat yang dikemukakan dalam Kamus Bahasa Indonesia, “Surat tanda bukti kepemilikan sesuatu dari orang yang berwanang. ”

2.2.1 Pengertian Tanah

  Tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana tanah merupakan tempat aktifitas kehidupan manusia. Oleh sebab itu peranan Pemerintah di dalam mengelola pertanahan sangat diperlukan, agar tanah dapat dimanfaatkan secara sejahtera dan merata. Pengelolaan tanah adalah suatu proses pembuatan dan pelaksaan keputusan bagaimana tanah dan sumber dayanya didistribusikan, digunakan dan dilindungi dalam masyarakat.

  Sejalan dengan penjelasan tersebut, Schoeder dalam buku “Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negara Dan Tanah Pemda”, mengatakan bahwa :

  “Tanah adalah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan dan pemanfaatan tanah serta sumber dayanya.

2.2.2 Pengertian Sertifikat Tanah

  Penyelenggaraan pengelolaan tanah khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan penguasaan dan hak-hak atas tanah diperlukan lembaga pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah diselenggarakan untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, dengan alat bukti yang dihasilkan pada akhir proses pendaftaran tersebut berupa sertifikat tanah.

  Pertama kali Indonesia mempunyai suatu lembaga pendaftaran tanah dengan adanya Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1961 tersebut merupakam perintah dari

  Pasal 19 UUPA No. 5 Tahun 1960 yang berbunyi sebagai beikut: “1.Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah dilakukan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

  2. Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

  a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah

  b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak trsebut

  c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

  3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

  4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termasuk ayat (1) di atas, susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

  b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

  c. Untuk menyelenggarakan tertib administrasi pertanahan”.