Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral

(1)

Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan dan menjelaskan mengenai hasil kerja selama penulis melakukan praktek kerja, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka.

Hasil dari pengamatan ini menunjukan sebagian besar prosedur, hambatan dan upaya dalam menyusun anggaran belanja modal telah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang ada.


(2)

The method used in the writing of this report is descriptive methodis the method of describing and explaining about the work during the writers doing the work practices, while the data collecting technique done with interviews, documentary studies and literature study.

The results of these observations showed most of the procedures, constraints and efforts in preparing the capital expenditure budgethas been held in accordance with existing regulations.


(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kementerian-kementerian pemerintah baik yang ada di pusat maupun di daerah, memberikan peranan yang sangat penting bagi sistem pemerintah yang ada di Indonesia. Jenis Kementerian Pemerintah yang ada di Indonesia diantaranya adalah Kementerian Keuangan, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta masih banyak lagi jenis Kementerian lainnya yang siap melayani kebutuhan informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Dari beberapa Kementerian yang ada, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan Kementerian yang bertugas untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang energy dan sumber daya mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki lima fungsi yaitu, berfungsi dalam perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang energy dan sumber daya mineral, pelaksanaan urusan pemerintah di bidang energy dan sumber daya mineral, pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab kementerian, pengawasan atas pelaksanaan tugas kementrian, dan penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi kementrian kepada presiden.


(4)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membawahi enam lembaga, diantaranya adalah Ditjen Minyak dan Gas Bumi, Ditjen LIstrik dan Pemanfaatan Energi, Ditjen Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi, Badan Geologi, Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, serta Badan Pendidikan dan Pelatihan ESDM. Badan Geologi pun membawahi empat lembaga lainnya, diantaranya Pusat Sumber Daya Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Pusat Lingkungan Geologi, Pusat Survei Geologi. Badan Geologi ini bertugas untuk melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi. Dalam kegiatan organisasinya, Pusat Survei Geologi menaungi dan membina Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi. Sehingga dapat dikatakan Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi tersebut merupakan organisasi atau lembaga yang berada dibawah naungan dan dalam pembinaan Pusat Survei Geologi – Badan Geologi – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sebagai unit pelaksana teknis atau lembaga yang dalam pemerintah disebut dengan satker (satuan kerja) yang berada di bawah naungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tentunya Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi memerlukan suatu perencanaan untuk menjaga kelangsungan usahanya serta sebagai alat control atas kegiatan yang telah diprogramkan dalam jangka satu tahun. Bagi lembaga pemerintah pusat, perencanaan tersebut dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tersebut harus dilaksanakan dengan tertib, efisien, transparan serta dipertanggungjawabkan sesuai dengan perundang-undangan yang


(5)

berlaku pada akhir tahun anggaran.

Satker Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi membuat Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang akan disahkan oleh Dirjen Anggaran atas nama Menteri Keuangan. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA ) berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan atau kegiatan yang telah tercantum dalam APBN dan agar kegiatan yang akan dilakukan tidak keluar dari apa yang telah direncanakan. Dalam melaksanakan program atau kegiatan yang tercantum dalam DIPA, tentunya Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi akan membutuhkan dana untuk dapat merealisasikan program atau kegiatan tersebut. Dana yang akan dipergunakan tersebut berasal dari pemerintah. Pemerintah memberikan kepercayaan kepada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi untuk mengelola dana tersebut agar dapat bermanfaat dalam pengembangan Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi sehingga setiap lembaga dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan baik dan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Dana yang berasal dari pemerintah tersebut, digunakan oleh Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi untuk melakukan berbagai kegiatan belanja. Kegiatan belanja tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja modal.

Fenomena yang terjadi pada pelaksanaan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi adalah dimana setiap kegiatan belanja modal di Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi memperoleh dana yang


(6)

bersumber dari pemerintah berupa Rupiah Murni ( RM ) dan sumber dana dari hasil pemberian PT. MIGAS, BATUBARA, PERTAMINA yang berupa Pendapatan Non Pajak ( PNP ). Dalam setiap kegiatan belanja modal yang telah dianggarkan pada Pendapatan Non Pajak ( PNP ) sering terjadi kendala, karena setiap pelaksanaan anggaran belanja modal yang dianggarkan pada Pendapatan Non Pajak ( PNP ) harus menunggu pemberitahuan dari DIRJEN Pembendaharaan maka anggaran pun akan tertunda sehubungan dengan menunggunya keputusan dari DIRJEN perbendaharaan. Selain itu, kendala yang terjadi selama kegiatan belanja modal yang dianggarkan pada Pendapatan Non Pajak ( PNP ) adalah tidak tepat waktu pada saat pencairan dana dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA ).

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang dilakukan dengan maksud untuk menambah aset tetap pemerintah yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi dimana akan berpengaruh pada pengeluaran rutin yaitu biaya pemeliharaan yang bertujuan untuk mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset tetap sendiri.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti memilih tema utama dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS MUSEUM GEOLOGI BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL “.


(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Kegiatan belanja modal yang dianggarkan pada Pendapatan Non Pajak ( PNP ) terjadi keterlambatan. Karena sering terjadinya keterlambatan dalam kegiatan belanja modal yang dianggarkan pada Pendapatan Non Pajak maka terjadi keterlambatan juga dalam pencairan dana Pendapatan Non Pajak ( PNP ) yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA ).

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Bagaimana hambatan yang dihadapi dalam prosedur pelaksanaan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam prosedur pelaksanaan belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

1.4 Maksud dan Tujuan penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai prosedur pelaksana anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.


(8)

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan penelitian pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam prosedur penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam prosedur penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis yang diperoleh selama penulis melakukan penelitian, yaitu :

a. Bagi Peneliti

1. Untuk mengetahui sampai sejauh mana mengaplikasikan ilmu pengetahuan secara teoritis yang diperoleh selama perkuliahan dengan praktek di dunia kerja yang sesungguhnya.


(9)

2. Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai prosedur pelaksana anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral. 3. Menerapkan kemampuan dan keterampilan akademis yang telah

diperoleh selama ini pada dunia kerja yang sesungguhnya. b. Bagi Instansi

1. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi atau tambahan informasi dan masukan bagi instansi.

2. Membantu dalam berbagai aktivitas instansi. c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk kegiatan penelitian selanjutnya.

1.5.2 Kegunaan Akademis

Dengan adanya penulisan ini dimaksudkan dalam Laporan Tugas akhir, diharapkan dapat memberikan gambaran antara teori yang berlaku dengan keadaan yang sebenarnya di lingkungan anggaran serta masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pelaksanaan anggaran belanja modal.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan kerja praktik pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral yang berlokasi di Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122.


(10)

Pelaksanaan kerja praktik ini dilakukan pada tanggal 15 September 2010 sampai dengan tanggal 12 Oktober 2010. Waktu kerja praktek pada hari senin sampai dengan hari jum’at, masuk dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 sedangkan hari sabtu dan minggu libur.

Tabel 1.1 Tabel Penelitian

No Kegiatan Keterangan

Bulan Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011

1. Persiapan

Penyusunan Proposal Pengumpulan Proposal

2. Pelaksana

an Pemeriksaan Proposal Bimbingan Pendaftaran Sidang

3. Pelaporan

Pelaksanaan sidang


(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Prosedur

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan baik itu swasta maupun pemerintahan hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan.

Menurut M. Nafarin (2000:6) pengertian prosedur sebagai berikut :

“ Prosedur (Procedure) adalah suatu urut-urutan seri tugas yang saling berhubungan yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan kerja yang seragam “.

sedangkan menurut Ardiyos (2006:457) pengertian prosedur adalah sebagai berikut :

“ Prosedur adalah suatu bagian system yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam “,

Sedangkan Sumadji (2006:527) menyatakan pengertian prosedur adalah sebagai berikut :“Prosedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan “.


(12)

2.1.2 Anggaran

Dalam suatu organisasi baik swasta maupun pemerintah, penyusunan anggaran sangatlah diperlukan sebagai alat perencanaan dan pengawasan kegiatan. Dengan adanya anggaran, kita dapat mengetahui rencana kerja, mendapatkan informasi untuk pengambilan keputusan, dan sebagai standar untuk evaluasi kinerja. Berikut ini beberapa pengertian anggaran menurut para ahli.

Menurut Deddi Nordiawan (2007:19) pengertian anggaran adalah sebagai berikut :

Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran financial “.

Selain itu juga, Supriyono (2007:3) mengemukakan bahwa pengertian anggaran yaitu :

Anggaran adalah suatu rencana terinci yang menyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang, untuk perolehan dan penggunaan sumber-sumber sutu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun “.

Menurut M. Nafarin (2000:9) dalam buku “ Penganggaran Perusahaan “ pengertian anggaran sebagai berikut :

Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umunya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu “.

2.1.3 Unsur-Unsur Anggaran

Dalam suatu anggaran yang disusun oleh organisasi baik itu organisasi swasta ataupun pemerintahan haruslah mencakup beberapa unsure yang biasanya terkandung


(13)

dalam suatu anggaran. Unsur-unsur tersebut harus terkandung dalam suatu anggaran dikarenakan unsure-unsur tersebut menggambarkan rencana kegiatan perusahaan yang akan dilakukan dalam periode yang akan datang. Menurut Munandar (2001:3), suatu anggaran mempunyai empat unsu yaitu :

1. Rencana, ialah suatu penetuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Anggaran juga merupakan suatu rencana, karena anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan dating. Hanya saja anggaran merupakan suatu rencana yang mempunyai spesifikasi-spesifikasi khusus, seperti misalnya disusun secara sistematis, mencakup seluruh kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit moneter.

2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Mengingat bahwa anggaran adalah suatu rencana yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman kerja, maka sudah semestinya bahwa anggaran harus mencakup seluruh kegiatan perusahaan.

3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit

moneter yang berlaku di Indonesia ialah unit “Rupiah”. Unit moneter ini

sangat diperlukan, mengingat bahwa masing-masing kegiatan perusahaan yang beraneka ragam tersebut sering mempunyai kesatuan unit yang berbeda-beda, seperti kilogram, meter, meter persegi, liter dan sebagainya. Dengan


(14)

unit moneter dapatlah diseragamhakan semua kesatuan yang berbeda tersebut, sehingga memungkinkan untuk dijumlahkan, diperbandingkan serta dianalisa lebih lanjut.

4. Jangka waktu tertentu yang akan dating, yang menunjukan bahwa anggaran berlakunya untuk masa yang akan datang. Ini berarti bahwa apa yang dimuat didalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.

2.1.4 Fungsi Anggaran

Bagi organisasi sector public seperti lembaga pemerintah, anggaran tidak hanya sebuah rencana tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana public yang dibebankan kepadanya. Anggaran dalam akuntansi sector public memiliki beberapa fungsi, menurut Deddi Nordiawan (2007:20) fungsi anggaran antara lain adalah :

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan akan dibuat.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

Dengan adanya anggaran, organisasi nsektor public dapat menghidari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending).


(15)

Melalui anggaran, organisasi sector public dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu.

4. Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sector public, komitmen pengelola dalam melaksanakan progam-program yang telah dijanjikan dapat dilihat melalui anggaran.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian, unit kerja, atau departemen yang merupakan sub organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga yang akan dilakukan oleh bagian/unit kerja lainnya. 6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhnya efisiensi biaya.

7. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian. Dengan catatan,

anggaran akan menjadi alat motivasi yang baik jika memenuhi sifat “ menantang tetapi masih mungkin untuk dicapai “ (challenging but attainable atau demanding but achievable). Maksudnya adalah suatu anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.


(16)

2.1.5 Prosedur Penyusunan Anggaran

Dalam penyusunan anggaran harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, agar penyusunan anggaran dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun prosedur pentusunan anggaran menurut M. Nafarin dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan” (2000:8-9) menyatakan bahwa :

1. Tahap penentuan Pedoman Perencanaan (anggaran) 2. Tahap persiapan anggaran

3. Tahap penentuan anggaran 4. Tahap pelakisanaan anggaran

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap penentuan pedoman perencanaan (anggaran)

Anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan dating, hendaknya disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun angggaran.

2. Tahap persiapan anggaran

Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu menyusun forecast penjualan (taksiran/ramalan penjualan). Setelah itu kemudian manajer-manajer pemasaran bekerja sama dengan para manajer untuk menyusun anggaran lainnya.


(17)

3. Tahap penentuan anggaran

Pada setiap penentuan anggaran disediakan rapat dari semua manajer beserta direksi (direktur) untuk :

a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran

b. Mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran c. Pengesahan dan pendistribusian anggaran.

4. Tahap pelaksanaan anggaran

Tahap ini adalah tahap dimana anggaran dilaksanakan, untuk kepentingan pengawasan tiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan pada direksi.

2.1.6 Prinsip Penyusunan Anggaran

Dalam setiap penyusunan anggaran didasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dan ditaati agar suatu anggaran dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik. Adapun menurut Mardiasmo (2002:105) prinsip-prinsip dalam penyusunan anggaran sector public adalah meliputi :

1. Otorisasi oleh Legislative

Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.


(18)

Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran bersifat komperehensif.

3. Keutuhan Anggaran

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

4. Nondiscretionary Appopriation

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan efektif.

5. Periodik

Anggaran merupakan suatu proses periodic, bisa bersifat tahunan maupun multi tahunan.

6. Akurat

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagi kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

7. Jelas

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8. Diketahui Publik


(19)

2.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Anggaran

Pelaksanaan anggarn setiap kegiatan tidak terlepas dari factor-faktor yang mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut sangat bermanfaat di dalam melakukankegiatan penyusunan anggran sehingga tujuan yang akan dicapai dapat direalisasikan secara optimal. Adapun factor-faktor penyusunan anggaran menurut Munandar (2001:12) adalah sebagai berikut :

1. Factor Intern

Factor-faktor intern (Controlable) antara lain berupa : a. Data penjualan pada tahun yang lalu,

b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, c. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan,

d. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan dan keahliannya,

e. Modal kerja yang dimiliki perusahaan, f. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan,

g. Kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang perusahaan, baik dibidang pemasaran, produksi, pembelanjaan administrasi maupun di bidang personalia.

2. Factor Eksternal

Factor-faktor ekstern (Uncontrollable) antara lain berupa : a. Keadaan persaingan,


(20)

c. Tingkat penghasilan mesyarakat, d. Tingkat penyebaran penduduk,

e. Agama, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat,

f. Berbagai kebijaksanaan pemerintah, baik dibidang polotik, ekonomi, social, budaya maupun keamanan,

g. Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi, dsb.

2.1.8 Klasifikasi Anggaran

Dalam mengetahui kegiatan penyusunan anggaran kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap bagian tertentu, maka setiap kegiatan yang dilaksanakan harus bisa kita klasifikasikan mengenai anggaran yang diperlukan. Klasifikasi anggaran merupakan pengelompokan atau pembagian dari anggaran agar dapat memberikan gambaran yang lebih rinci. Adapun klasifikasi anggaran menurut Arief Sugiono (2009:126) adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Menurut Objek.

Anggaran disusun berdasarkan jenis pendapatan dan belanja. Pendapatan terdiri dari penerimaan dalam negeri yang terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan Negara bukan pajak. Pendapatan lain adalah pendapatan hibah dan sebagainya.


(21)

2. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi

Anggaran diklasifikasikan berdasarkan unit pemerintah seperti anggaran departemen pertahanan, anggaran departemen luar negeri dan seterusnya termasuk unit organisasi vertical di bawahnya. Klasifikasi ini memungkinkan untuk melihat pengalokasian anggaran kepada sasaran-sasaran pembangunan secara nasional. Kedua, disetiap kementrian Negara/ lembaga tidak memiliki karakteristik yang sama. Ada kementrian yang pendapatannya lebih banyak dan belanja relative lebih sedikit, seperti Departemen Keuangan. Di sisi lain, ada unit yang belanjanya relative besar, sedangkan pendapatan kecil.

3. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi

Anggaran disusun berdasarkan fungsi belanja di dalam Negara seperti di dalam sector pendidikan, sector social dan seterusnya. Sector pendidikan bisa terdapat di berbagai kementrian Negara/lembaga, tidak hanya di Departemen Pendidikan. Klasifikasi ini umumnya hanya untuk belanja.

4. Klasifikasi Berdasarkan Sifat/Karakter (Nature)

Anggaran disusun berdasarkan sifat/karakter pendapatan dan belanja seperti pendapatan dalam negeri dan belanja operasional serta belanja modal.

5. Klasifikasi Berdasarkan Kehematan

Anggaran disusun berdasarkan skala prioritasnya. Prioritas belanja disusun berdasarkan tingkat kebutuhan sesuai dengan kebijakan nasional, mengingat terbatasnya pendapatan Negara. Untuk itu, didahulukan pendapatan dalam


(22)

negeri dan belanja operasional kemudian pembiayaan dan belanja modal sesuai dengan tingkat prioritas.

2.1.9 Anggaran belanja Modal

Disamping pendapatan, belanja juga bagian utama dari suatu anggaran. Anggaran belanja merupakan batas tertinggi yang dapay direalisasikan oleh suatu unit pemerintahan. Anggaran belanja yang disusun haruslah anggaran belanja yang sehat dalam pengertian produktif. Anggaran yang bersifat komsumtif memang tidak dapat dihindarkan, tetapi jangan sampai menguasai anggaran secara sepenuhnya.

Menurut Deddi Nordiawan (2007:187), definisi belanja di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia diartikan sebagai

“ Semua pengeluaran bendahara umum Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah ”.

Menurut Bastian Indra (2007:151) pengertian Belanja adalah jenis biaya yang timbulnya berdampak langsung terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada di Bank.

Belanja modal merupakan salah satu kelompok belanja yang ada di antara beberapa kelompok belanja lainnya.

Menurut Bachtiar Arif (2009:188), pengertian Belanja Modal merupakan belanja yang tidak habis satu tahun dan menghasilkan aset tetap pemerintah.


(23)

Menurut Abdul Halim (2004:72) pengertian belanja modal adalah sebagai berikut :

“ Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan “.

2.1.10 Kategori Utama Belanja Modal

Berdasarkan definisi belanja modal yang telah diuraikan sebelumnya, dinyatakan bahwa belanja modal merupakan aktifitas pengeluaran yang dilakukan untuk menambah aset tetap pemerintah yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Adapun jenis-jenis belanja yang dapat dikategorikan kedalam lima kategori utama kegiatan belanja modal menurut Syaiful, (2010), Pengertian dan Perlakuan Akuntansi Belanja Barang dan Belanja Modal dalam Kaidah Akuntansi Pemerintahan, yaitu :

1. Belanja Modal Tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau pembelian atau pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.


(24)

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaaan atau penambahan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk pengadaan atau penambahan atau penggantian atau


(25)

peningkatan pembangunan atau pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam criteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.

2.2 Kerangka Pemikiran

Aktivitas usaha perusahaan baik Negri/ swasta tidak terlepas dari anggaran karena anggaran sebagai bagian dari aktivitas perencanaan merupakan suatu rencana tindakan manajemen yang dinyatakan secara kuantitatif dan berfungsi untuk membantu koordinasi dalam pelaksanaanya. Seperti halnya Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah yang berbentuk lembaga dan merupakan Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral yang bergerak di bidang penelitian, pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi geologi yang memerlukan suatu perencanaan. Untuk itu perlu di buatkan anggaran untuk menjaga kelangsungan usaha serta sebagai alat kontrol atas kegiatan yang telah diprogramkan dalam waktu satu tahun. Anggaran yang di buat tentunya harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah, agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu penelitian memerlukan kerangka pemikiran untuk mempermudah dalam hal pencapaian tujuan akhir.


(26)

Sub. Bag. Tata Usaha / Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar ( P2SPM) bertugas untuk menandatangani surat perintah membayar. Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) bertugas untuk menyetujui pencairan dana, sedangkan Bendahara mempunyai tugas untuk menatausahakan anggaran belanja modal.

Selain itu, definisi prosedur menurut Ardiyos (2006:457) prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

Menurut Freeman (2003) Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sector publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya kedalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas ( the process of allocating resources to unlimited demands).

Menurut Bastian Indra (2007:151), belanja adalah jenis biaya yang timbulnya berdampak langsung terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada di Bank.

Menurut Deddi Nordiawan (2007:187), definisi belanja di lingkungan akuntansi pemerintahan di Indonesia diartikan sebagai

“ Semua pengeluaran bendahara umum Negara/daerah yang

mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah ”.

Menurut Abdul Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau menambah kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.


(27)

Penyusunan

Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Modal

Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya MIneral

Pejabat Pembuat Komitmen (P2K)

Bendahara Pengeluaran

Anggaran Belanja Modal

Sub. Bag. Tata Usaha/Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (P2SPM)

Adapun kerangka pemikiran mengenai Prosedur Pelaksanaan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dapat dilihat pada gambar 1.

Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


(28)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian yang pertama kali diperhatikan adalah objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari pemecahannya.

Menurut Sugiyono (2008:38) menyatakan bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut :

“ Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Husein Umar (2005:303) menyatakan bahwa definisi objek penelitian, adalah sebagai berikut :

“ Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkab hal-hal lain jika dianggap perlu “

Berdasarkan uraian di atas, objek penelitian ini adalah penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan geologi Kementerian energy dan Sumber Daya Mineral.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara bagaimana untuk dapat memahami suatu objek penelitian. Metode penelitian ini akan memandu penelitian tentang urutan


(29)

bagaimana penelitian dilakukan yang meliputi teknik dan prosedur yang digunakan dalam penelitian

Definisi metode penelitian menurut Sugiyono (2008:2) menyatakan bahwa definisi metode penelitian adalah sebagai berikut “ Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisifikasi masalah “.

Menurut Arikunto (2006:160) pengertian metode penelitian yaitu “ metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya “.

Sedangkan pengertian menurut I Made Wirartha (2006:68) metode penelitian adalah sebagai berikut “ Suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyususn laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah “.

Cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan penelitian penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini adalah metode kuantitatif yaitu metode yang mengungkapkan, membahas masalah dengan memaparkan, menafsirkan dan menggambarkan keadaan serta


(30)

peristiwa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung untuk kemudian dianalisa dan dibuat kesimpulan.

Pengertian metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:13) menyatakan bahwa “ Metode Kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan ”.

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian ini digunakan untuk dapat menggambarkan pelaksanaan anggaran biaya modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Metode ini juga dapat dikatakan sebagai suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti pada saat penelitian berlangsung.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) menyatakan bahwa “ Desain penelitian di ibaratkan bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan “.


(31)

Sedangkan menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo (2002:10) pengertian desain penelitian menyatakan bahwa

“ Desain penelitian adalah prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data secara keseluruhan “.

Dari uraian diatas maka dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian harus dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dengan cara memilih, mengumpulkan dan menganalisis data yang diteliti pada waktu tertentu.

desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Prosedur Pelaksanaan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

b. Menetapkan masalah-masalah yang akan ditinjau terhadap suatu perusahaan, adapun masalahnya adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan anggaran belanja modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.


(32)

2. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi dalam prosedur pelaksanaan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral.

3. Bagaiman upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam prosedur pelaksanaan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral.

c. Memilih teknik yang digunakan. Adapun teknik dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan studi kepustakaan (Liberary Research).

d. Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interprestasi data.

3.2.2 Operasional Variable

Pengertian variable menurut Sugiyono (2009:39) menyatakan bahwa

“ Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat) “.

Sesuai dengan judul tugas akhir yang diambil yaitu Prosedur Pelaksanaan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, ada 1 variable yaitu variable Independen (Variable X).

Variable Independent atau variable bebas adalah variable yang mempengaruhi variable lainnya atau penyebab perubahan pada variable independen atau variable tak


(33)

bebas (terikat). Data yang menjadi variable bebas (Variable X) adalah penyusunan anggaran biaya operasional.

Variable, indicator, skala pengukuran yang digunakan baik untuk variable X dalam penelitian ini dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variable

Variable Konsep Variable Indikator

Pelaksanaan Anggaran Belanja Modal

Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. (M. Nafarin, 2000:9)

Tahapan-tahapan penyusunan anggaran :

1. Tahap penentuan Pedoman Perencanaan (anggaran) 2. Tahap persiapan anggaran 3. Tahap penentuan anggaran 4. Tahap pelakisanaan anggaran (M. Nafarin, 2000:8-9)


(34)

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber yang diperoleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti didapat langsung dari Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk menunjang hasil penelitian, maka penulis melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

2. Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data. Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain.

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Lapangan (Field Research)

Penulisan melakukan observasi lapangan tentang keadaan perusahaan serta melalui pengamatan selama satu bulan di bagian anggaran belanja pegawai.


(35)

a. Observasi

Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan dengan menggunakan instrument berupa pedoman dalam bentuk lembar pengamatan mengenai pelaksanaan prosedur anggaran belanja pegawai pada UPT. Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Sumber Daya dan Mineral.

b. Wawancara (Interview)

Penulisan mengadakan wawancara langsung kepada pembimbing mengenai data yang diperlukan penulis.

c. Studi Dokumenter

Penulis mempelajari dokumen – dokumen (Arsip) yang dipergunakan di perusahaan khususnya di bagian penulis melakukan penelitian.

2. Studi Pustaka (Library Research)

Penulis melakukan kegiatan mencari, mempelajari dan mengumpulkan teori serta bahan – bahan lain yang mendukung untuk penulisan yang berkaitan dengan permasalahan yang di bahas dengan cara membaca buku-buku anggaran belanja pegawai dan buku – buku penunjang lainnya.

3.2.4 Metode Analisis

Untuk mencapai sebuah kesimpulan atas data yang berhasil disimpulkan dan di analisis, maka proses yang dilakukan adalah penyusunan criteria yang didasarkan


(36)

pada data yang dikumpulkan baik data hasil penelitian keperpustakaan maupun gambaran umum perusahaan yang dijadikan objek penelitian.

Adapun analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Melakukan tinjauan atas prosedur penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Melakukan tinjauan atas hambatan dalam penyusunan prosedur belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

3. Melakukan tinjauan atas upaya untuk mengatasi hambatan dalam penyusunan prosedur belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Setelah menjababarkan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, teori-teori yang telah mengukuhkan penelitian, maupun metode penelitian yang digunakan, maka bab ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian. Hasil penelitian tersebut berupa data-data yang ada kaitannya dengan pelaksanaan anggaran belanja modal dan realisasi anggaran belanja modal. Data-data tersebut akan digunakan penulis untuk menjawab masalah yang terdapat dalam penelitian sehingga tujuan penelitian ini tercapai.

4.1.1 Sejarah Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral

Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan Internatinal Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen bersejara, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam museum ini tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seprti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selam kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.


(38)

MASA PENJAJAHAN BELANDA

Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli dari Eropa. Setelah di Eropa terjadi revolusi industry pada pertengahan abad ke-18, mereka sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahn dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akanpentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Dengan jalan itu diharapkan perkembangan industri di Negara Belanda dapat di tunjang. Maka dibentuklah Dienst van het Mijnwezen pada tahun 1850. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi dan sumber daya mineral.

Hasil pentyelidikan yang berupa conto-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan, sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum. Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Melanda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja dan menghabiskan dana 400 Golden, mulai pertengahan tahun 1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929. Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929


(39)

MASA PENJAJAHAN JEPANG

Sebagai akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II, keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda menyerahkan kekuasaan territorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan ini dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah kepengurusannyadan diberi nama KOGYO ZIMUSHO dan setahun kemudian berganti nama CHISHITTSU CHOSACHO.

Pada masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda Indonesia untuk menjadi: PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu bala tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan di masa itu tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan di mana-mana pada awal tahun 1945.

MASA KEMERDEKAAN

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia (mendarat di Tanjung Priuk, Jakarta). Di Bandung mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah dikuasai oleh para pegawai Indonesia.


(40)

Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8 Bandung pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang mempertahankan kantor PDTG.

Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG. Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan Belanda pun di tempat itu mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst. Di mana-mana terjadi pertempuran, maka sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, selama 4 tahun kantor PDTG terlunta-lunta pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi sehingga harus berpindah-pindahtempat dari Bandung – Tasikmalaya – Solo

– Magelang – Yogyakarta, baru pada tahun 1950 kembali ke Bandung.

Dalam usaha menyelamatkan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG), Arie Frederik Lasut, diculik dan di bunuh tentara Belanda dan gugur sebagau kusuma bangsa di Desa Pakem Yogyakarta. Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI, terbukti pada tahun 1960 Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden pertama RI , Ir. Soekarno. Pengelolaan Museum Geologi yang tadinya di bawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG) berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957),


(41)

Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978-2005), Pusat Survei Geologi mulai akhir tahun 2005 sampai sekarang.

Seiring dengan perkembangan jaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali dan pembukaanya diresmikan pada tanggal 20 Agustus tahun 2000 oleh Wakil Presiden RI, waktu itu Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Mentri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Dengan penataan yang baru ini peragaan Museum Geologi terbaik menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan untuk dokumentasi koleksi tersedia sarana penyimpanan koleksi yang lebih memadai diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup indusrti.

Mulai tahun 2002 Museum Geologi melalui Kepmen ESDM Nomor: 1725 tanggal 3 Desember 2002 mengalami perubahan bentuk organisasi menjadi Unit pelaksana Teknis (UPT) Museum Geologi dilingkungan Balitbang ESDM. Selanjutnya dengan dikeluarkannya Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0030 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral lebih diperjelas lagi bahwa pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi dilakukan oleh Pusat Survei Geologi dengan tetap


(42)

menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1725 tahun 2002.

Untuk menjalankan tugas dan fungsi dengan baik Museum Geologi dibentuk 2 seksi dan 1 sub bagian yaitu Seksi Peragaan dan Seksi Dokumentasi dan Subbag Tata Usaha. Guna lebih mengoptimalkan perannya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain seperti penyuluhan, pameran, seminar serta kegiatan survey lapangan untuk pengembangan peragaan dan dokumentasi koleksi.

Mulai akhir 2005 Museum Geologi berada dibawah Badan Geologi bersama dengan terbentuknyaBadan Geologi sebagai Unit Eselon I yang ada di lingkungan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada tahun 2009, Museum Geologi secara resmi telah menjasi satuan kerja tersendiri di bawah Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Namun dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 47 tanggal 3 November 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementrian Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementrian Negara, maka kedudukan UPT. Museum Geologi berada di bawah naungan Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.


(43)

4.1.2 Visi dan Misi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

Adapun visi dan misi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut :

VISI :

Terwujudnya Sumber Informasi Geologi (Dokumentasi Koleksi – Warisa Geologi Indonesia) yang professional untuk mesyarakat.

MISI :

1) Memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum, 2) Menyediakan informasi dan materi edukasi geologi, 3) Mendokumentasikan dan megkonservasi koleksi museum, 4) Melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum, 5) Melakukan pameran museum dan geologi,

6) Melakukan penyuluhan dan sosialisasi geologi, 7) Melakukan kerjasama dengan instansi dan sekolah, 8) Melakukan pengelolaan museum secara professional, dan 9) Memberikan pelayanan jasa permuseuman.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Sebagai salah satu lembaga pemerintah, keberadaan tugas dan fungsi merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang setiap kegiatan yang akan dijalankan. Tugas pokok serta fungsi yang dijalankan memberikan gambaran akan sebuah kinerja dan sebagai batasan kegiatan yang akan dilakukan suatu lembaga.


(44)

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1725 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Usaha Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan kepemerintahan, Museum Geologi mempunyai tugas dan fungsi, sebagai berikut :

TUGAS POKOK :

Museum Geologi mempunyai tugas teknis penunjang dan operasional unruk melaksanakan penelitian, pengembangan dan konservasi serta memperagakan koleksi geologi.

FUNGSI :

1) Penyiapan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi;

2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan dokumentasi; 3) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan peragaan; 4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta publikasi;

5) Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama atas pelayanan jasa permuseuman; 6) Pelaksanaan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga;

7) Evaluasi pelaksanaan rencana dan program penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan dan publikasi koleksi geologi.


(45)

4.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi mencerminkan distribusi tanggung jawab, otorisasi dan akuntabilitas seluruh organisasi. Struktur organisasi ada kalanya dengan tujuan dari masing-masing organisasi, sebab struktur organisasi itu adalah cara masing-masing organisasi dalam mengatur dirinya untuk bisa mencapai tujuan yang telah disepakati dan yang ingin dicapainya.

Adapun susunan struktur organisasi dan tata kerja UPT. Museum Geologi : STUKTUR ORGANISASI

MUSEUM GEOLOGI

KEPALA MUSEUM GEOLOGI

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

BIDANG

KEPEGAWAIAN, KEUANGAN DAN RUMAH TANGGA

BENDAHARA PENGEOLA KEUANGAN

KEPALA SEKSI PERAGAAN

KELOMPOK FUNGSIONAL KEPALA

SEKSI DOKUMENTASI


(46)

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1725 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Museum Geologi dibawah unit Eselon I Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Struktur Organisasi instansi Museum Geologi terdiri dari 2 (dua) Seksi yaitu Seksi Dokumentasi dan seksi Peragaan, 1 (satu) Sub Bagian Tata Usaha, 1 (satu) Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi vertical dapat dilihat pada gambar 3.1 diatas.

4.1.5 Deskripsi Jabatan Perusahaan

Suatu organisasi baik itu swasta maupun pemerintah pasti membutuhkan suatu bagan atau struktur yang memuat perincian tugas dan wewenang masing-masing fungsi yang ada di dalamnya. Semua itu bertujuan untuk mempermudah dalam pencapaian tujuan kinerja dan pertanggungjawaban. Oleh karena itu masing-masing bagian dalam Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki tugas dan wewenang adalah sebagai berikut :

1) Kelompok Kerja Sub Bagian Tata Usaha

Kelompok Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan, penyiapan bahn penyusunan program dan laporan, urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, serta rumah tangga.sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral No. 1725 tahun 2002 telah dibentuk 2 (dua) Kelompok Kerja (Pokja) yang tedridi dari :


(47)

Pokja Keuangan dan Rumah Tangga

Untuk kegiatan ketatausahaan dilaksanakan oleh Kepala Sub Bagian Tata usaha Museum Geologi.

2) Bidang Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga

Bidang Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan proses prosedur pengelolaan surat masuk dimulai, pokja kepegawaian menerima surat masuk dan mencatatnya di agenda surat masuk untuk diberi lembar disposisi, kemudian meneruskan surat yang telah di beri nomor agenda kepada Kepala Museum Geologi.

3) Bendahara Pengelola Keuangan

Bendahara pengelolaan Keuangan, di dalam bidang ini mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja Negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor atau satuan kerja departemen.

4) Kelompok Kerja Seksi Peragaan

Peragaan Museum Geologi merupakan bagian yang secara langsung dapat diakses oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, Seksi Peragaan selain harus memelihara peragaan yang telah ada juga sebaiknya dapat melakukan pengembangan peragaan serta harus mampu menyampaikan informasi geologi kepada pengunjung sesuai dengan tingkat pendidikannya.

Seksi Peragaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan dan evaluasi rencana, program pengelolaan, pengembangan peragaan dan publikasi


(48)

koleksi geologi, kerjasama serta pelayanan jasa pemuseuman. Susunan Kelompok Kerja pada Seksi Peragaan adalah seperti berikut :

Pokja Pelayanan Pengunjung

Pokja Program Pengembangan Peragaan dan Publikasi 5) Kelompok Kerja Seksi dokumentasi

Museum Geologi mempunyai peran yang sangat penting untuk mendokumentasikan koleksi geologi yang terdiri dari batuan, mineral, fosil, termasuk dokumen lainnya yang sangat berharga bagi sejarah dan perkembangan ilmu geologi di masa yang akan dating. Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan dan evaluasi rencana, program pengelolaan, pengembangan dokumentasi dan publikasi koleksi geologi, kerjasama setra pelayanan jasa pemuseuman.

Pendokumentasian koleksi batuan, mineral dan fosil tersebut menjadi tugas Seksi Dokumentasi. Sebelum koleksi tersebut disimpan di ruang dokumentasi koleksi, maka diperlukan pembersihan secara khusus disamping pembuatan prepart untuk penelitian koleksi tersebut. Setelah informasi tentang koleksi tersebut diperoleh dari hasi penelitian, maka informasi tersebut disimpan sebagi

“database”. Oleh karena itu Seksi dokumentasi memerlukan Kelompok Kerja yang terdiri dari :

Pokja Koleksi Batuan dan Mineral Pokja Koleksi Fosil


(49)

6) Kelompok jabatan fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Pegawai Negeri sipil yang diberi tugas, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan profesinya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah. Kelompok Jabatan Fungsional Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi sendiri mempunyai tugas yaitu, melaksanakan penyelidikan, perekayasaan, penelitian dan pengembangan koleksi geologi.

4.1.6 Aspek Kegiatan Perusahaan

Aspek kegiatan yang di lakukan di Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah hampir sama halnya dengan fungsi dari instansi yang sebelumnya sudah di bahas di atas. Kegiatan yang menjadi program di Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah merencanakan dan memprogram penelitian, pengembangan, konservasi, peragaan, dan publikasi koleksi geologi. Setelah adanya perencanaan dan pemrograman dari semua itu maka kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta publikasi. Penelitian dan pengembangan ini hampir dilakukan di seluruh Indonesia, dengan meneliti berbagai macam batuan, mineral dan fosil. Setelah kegiatan penelitian dan pengembangan, maka akan dilakukan evaluasi dari pelaksanaan, rencana dan program sebelumnya.


(50)

4.1.7 Proses Penyusunan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral

Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi badan Geologi Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral anggaran yang dibuat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pemerintah, hal ini dapat dilihat dari proses penyusunan anggaran belanja yang berdasarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember tahun berkenaan. Dalam rangka penyusunan prakiraan atas APBN tahun anggaran yang besangkutan kadang terjadi perubahan , hal ini disebabkan oleh :

a. Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN.

b. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal.

APBN di rancang untuk kegiatan belanja. Dalam kegiatan belanja khususnya belanja modal yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi badan Geologi Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral tentunya bersumber pada APBN yang telah ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang dibuat oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (satker) serta telah disahkan oleh Direktur Jendral Perbendaharaan atas nama Mentri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran


(51)

negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

Adapun prosedur dalam penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu :

1. Tahap Pengajuan dan Pembuatan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Pada tahap ini, dokumen-dokumen yang digunakan dalam tahap prosedur pengadaan barang modal diserahkan pada bagian keuangan yaitu pejabat pembuat SPP untuk dilakukan pengujian oleh tim verifikasi dan juga pejabat pembuat SPP tersebut. Dokumen-dokumen pendukung yang sebelumnya telah diotorisasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) di Bagian Struktural yang ada di Tata Usaha dan dibutuhkan dalam pengajuan pembuatan SPP diantaranya adalah :

a. Surat Penawaran b. Company Profile c. SIUP & SITU

d. Akta Notaris Pendiri Perusahaan e. Dokumen Pengadaan Barang/Jasa

f. Dokumen Prakualifikasi Pengadaan Barang/Jasa g. Dokumen Pengumuman Hasil Prakualifikasi

h. Surat Perjanjian Kontrak yang mencantumkan nomor rekening rekanan i. Surat Pernyataan Penetapan Rekanan


(52)

j. Ringkasan Kontrak k. Kuitansi

l. Jaminan dan Keterangan Bank m. Faktur Pajak Standar

n. SSP (Surat Setoran Pajak)

o. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan p. Berita Acara Pengujian

q. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan r. Berita Acara Pembayaran

Pengujian terhadap dokumen-dokumen sumber yang akan dijadikan dasar pembuatan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh bagian keuangan mencakup pengujian terhadap kelengkapan dokumen pendukung, kesesuaian data informasi mengenai perusahaan antara company profile dengan akta notaris pendirian perusahaan, kesesuaian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tercantum dalam ringkasan kontrak dengan yang tercantum dalam surat keterangan bank, kebenaran perhitungan yang tercantum dalam surat penawaran barang, kebenaran perhitungan dalam Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan faktur pajak, kebenaran cara penulisan jumlah uang dalam angka dan huruf, serta memastikan semua dokumen-dokumen pendukungnya telah diotorisasi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab.

Kemudian apabila dokumen-dokumen yang diajukan telah benar dan sesuai dengan persyaratan yang ada, maka bagian keuangan akan membuat


(53)

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang diotorisasi ke bagian Struktural yang ada di Bagian Tata Usaha yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (P2K). pembayaran terhadap kegiatan belanja yang telah dilakukan oleh Museum Geologi dapat melalui dua macam cara yaitu dengan cara langsung (LS) atau dengan menggunakan uang persediaan (UP) yang berada di tangan bendahara pengeluaran. Sedangkan dalam hal ini, pembayaran setiap kegiatan belanja modal dilakukan dengan cara langsung yaitu pelaksanaan pembayaran kepada pihak rekanan melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) atas nama rekanan.

Bagian Keuangan akan menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dalam 5 (lima) rangkap, lembar pertama sampai lembar ketiga disampaikan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), sedangkan lembar keempat dan kelima untuk keperluan arsip dibagian keuangan khususnya yaitu petugas pembuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Museum Geologi. Selanjutnya, Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung (SPP-LS) beserta dokumen pendukungnya diseahkan kepada pejabat penerbit Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) untuk diproses lebih lanjut.

2. Tahap Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

Dalam tahapan ini, dokumen-dokumen pendukung beserta Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS) yang telah diterbitkan oleh bagian keuangan dan diterima oleh petugas penerima Surat Permintaan


(54)

Pembayaran (SPP) untuk diteruskan kepada pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM). Pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) membuat Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Penerimaan dan pengujian Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS)

Petugas penerima Surat Permintaan Pembayaran (SPP) memeriksa kelengkapan berkas Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS), mengisi check list kelengkapan berkas Surat Permintaan Pembayaran (SPP), mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan membuat atau menandatangani tanda terima Surat Permintaan Pembayaran (SPP) berkenaan. Selanjutnya petugas penerima Surat Permintaan Pembayaran (SPP) menyampaikan Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS) dimaksud kepada pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM).

2. Pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS) sebagai berikut :

a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(55)

b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam Daftar Isian Pelaksanaan anggaran (DIPA) untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran.

c. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain : 1. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama

orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank).

2. Nilai tagihan yang akan dibayar harus sesuai ndengan hasil kerja yang dicapai dan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak. 3. Jadwal waktu pembayaran.

d. Memeriksa pencapaian tujuan kegiatan sesuai dengan indicator keluaran yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan anggaran (DIPA) berkenaan dengan spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.

3. Setelah dilakukan pengujian terhadap Surat Permintaan Pembayaran Cara Langsung Cara Langsung (SPP-LS), pejabat penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dengan menggunakan aplikasi Surat Perintah Membayar (SPM) akan menerbitkan Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) dalam 5 (lima) rangkap, yaitu :

a. Lembar kesatu, kedua dan ketiga disampaikan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)


(56)

b. Lembar keempat sebagai arsip bagi pejabat pembuat Surat Perintah Membayar (SPM)

c. Lembar kelima disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran

4. Setelah Surat Perintah Membayar (SPM) diterbitkan maka Surat Perintah Membayar (SPM) beserta dokumen-dokumen pendukung yang menunjang diotorisasi oleh pejabat penerbit Surat Perintah Membayar (SPM) untuk selanjutnya diajukan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) serta diproses lebih lanjut sehingga terbit Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

3. Tahap Pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

Pada tahapan ini, pejabat yang ditunjuk dari satker Museum Geologi akan menyampaikan Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) beserta dokumen-dokumen pendukungnya yang dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK) berupa softcopy yang disimpan dalam suatu flashdisk. Berkas tersebut diajukan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui loket penerimaan Surat Perintah Membayar (SPM) yang merupakan syarat mencairkan dana dalam rangka pembayaran kegiatan belanja modal yang telah dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi dan Sumber Daya Mineral. Adapun dokumen-dokumen pendukung yang harus dilampirkan pada saat pengajuan Surat


(57)

Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) diantaranya adalah sebagai berikut :

a. SPM (lembar kesatu sampai dengan ketiga) b. SPP (lembar kesatu sampai dengan ketiga)

c. Arsip data computer (ADK) yang dimasukkan kedalam flashdisk d. Ringkasan kontrak

e. SPTB (surat pernyataan tanggung jawab belanja) f. SSP (surat setoran pajak) dan faktur pajak standar g. Surat keterangan atau referensi bank

h. Fotocopy NPWP dan surat keterangan terdaftar dari Dirjen Pajak i. Fotocopy SIUP (surat izin usaha perdagangan)

Petugas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) pada loket penerimaan Surat Perintah Membayar (SPM) memeriksa kelengkapan Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) beserta dokumen pendukungnya dengan mengisi check list kelengkapan berkas Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS), mencatat dalam daftar pengawasan penyelesaian Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS), dan meneruskan check list beserta kelengkapan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada seksi perbendaharaan untuk diproses lebih lanjut. Kemudian petugas loket akan memberikan dokumen bukti tanda terima Surat Perintah Membayar (SPM) kepada petugas Museum Geologi yang mengajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Di dalam dokumen bukti tanda


(58)

terima tersebut terdapat waktu dan tanggal untuk mengambil Surat Perintah Membayar (SPM) beserta Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang telah diterbitkan.

4. Tahap Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan Pencairan Dana

Setelah pengajuan Surat Perintah Membayar Cara Langsung (SPM-LS) yang telah dilakukan sebelumnya oleh pejabat yang ditunjuk Museum Geologi, pada tahapan inilah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) melalui mekanisme berikut :

1. Pengujian SPM-LS & Dokumen Pendukung

Pengujian SPM yang dilaksanakan oleh seksi perbendaharaan KPPN mencakup pengujian yang bersifat substantive dilakukan untuk :

a. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM-LS

b. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM-LS tersebut

c. Menguji dokumen pendukung sebagai dasar penagihan

d. Menguji surat pernyataan tanggungjawab belanja (SPTB) dari pejabat pembuat komitmen Museum Geologi mengenai tanggungjawab terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran


(59)

Pengujian formal dilakukan untuk :

a. Mencocokan tandatangan pejabat penandatangan SPM-LS dengan specimen tanda tangan yang dimiliki KPPN

b. Memeiksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf

c. Memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan

Setelah pihak KPPN melakukan pengujian substantive dan pengujian fofmal terhadap SPM-LS yang diajukan oleh satker Museum Geologi, maka pihak KPPN akan menindak lanjuti keputusan dari hasil pengujian SPM-LS yang telah dilakukan sebelumnya.

2. Pengembalian SPM-LS dan Penerbitan SP2D

Keputusan dari hasil pengujian SPM-LS yang telah dilakukan KPPN ditindak lanjuti dengan penerbitan SP2D apabila SPM-LS yang diajukan telah memenuhi syarat yang ditentuksn, dan apabila tidak memenuhi syarat untuk diterbitkan SP2D maka akan dilakukan pengembalian (retur) SPM kepada penerbit SPM, dalam hal ini adalah Museum Geologi untuk dilakukan revisi terhadap dokumen SPM beserta berkasnya yang mengandung kesalahan. SPM-LS akan dikembalikan paling lambat satu hari kerja setelah SPM diterima. SPM-LS beserta SP2D dikembalikan oleh KPPN dengan cara diambil sendiri oleh petugas dari Museum Geologi dengan mengembalikan


(60)

dokumen tanda terima SPM kepada petugas loket pengambilan SP2D. penerbitan SP2D oleh KPPN dilakukan dengan cara :

a. SP2D ditandatangani oleh Seksi Perbendaharaan dan Seksi Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum.

b. SP2D diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dan dibubuhi stempel timbul SEksi Bank/Giro Pos atau Seksi Bendum yang disampaikan kepada :

1. Lembar 1 : kepada bank operasional

2. Lembar 2 : kepada penerbit SPM dalam hal ini pihak Museum

Geologi dengan dilampiri SPM yang telah dibubuhi cap “ telah diterbitkan SP2D tanggal …. Nomor …. “

3. Lembar 3 : sebagai arsip di KPPN (Seksi Vertifikasi dan Akuntansi), dilengkapi lembar ke-1 SPM dan dokumen pendukungnya.

Setelah diterbitkan SP2D oleh pihak KPPN, maka anggaran dana untuk keperluan belanja modal yang telah dilakukan Museum Geologi dapat segera dicairkan dan secara otomatis dana untuk pembayaran belanja modal tersebut masuk ke dalam rekening bank milik rekanan.


(61)

(62)

4.1.7.1Hambatan Dalam Penyusunan Anggaran Belanja Modals Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sunber Daya Mineral

Dalam penyusunan anggaran belanja tentu akan menemukan hambatan dan upaya yang akan mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Hambatan-hambatan yang terjadi pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah setiap pelaksanaan anggaran belanja modal yang dianggarkan pada Pendapatan Non pajak (PNP) harus menunggu pemberitahuan dari DIRJEN Perbendaharaan. Kemudian karena diharuskannya menunggu pemberitahuan dari DRIJEN Perbendaharaan maka, setiap pelaksanaan anggaran belanja modal yang dianggarkan pada pendapatan Non Pajak (PNP) tidak tepat waktu pada saat pencairan dana dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

4.1.7.2Upaya Yang Dilakukan Dalam Penyusunan Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sunber Daya Mineral

Upaya yang dilakukan Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengatasi hambatan yang terjadi adalah mengajukan kepada DIRJEN Perbendaharaan agar tidak terlalu lama mengambil keputusan sehubungan dengan anggaran tersebut dan mengantisipasi keterlambatan anggaran belanja modal dengan cara memakai Rupiah Murni (RM), karena Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kemeterian Energi


(63)

dan Sumber Daya Mineral memperoleh dana berupa Rupiah Murni (RM) dan Pendapatan Non Pajak (PNP).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Prosedur Anggaran Belanja Modal Pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian energi dan Sumber Daya Mineral

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Museum Geologi Dalam penyusunan anggaran belanja modal pada Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral menggunakan proses penyusunan anggaran secara dari bawah keatas (Bottom Up) yaitu penyusunan anggaran dimana anggaran disusun dan disiapkan oleh pihak yang akan melaksanakan anggaran tersebut, dengan pertimbangan bahwa bagian tersebut lebih mengetahui apa yang diperlukan oleh bagiannya.

Penyusunan anggaran belanja modal telah sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) karena dokumen-dokumen yang berkenaan dengan anggaran Museum Geologi diproses sesuai dengan ketetapan pemerintah yang tercantum dalam peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan. Hal ini dapat dilihat dari tahap awal kegiatan penyusunan dan penetapan APBN. APBN tersebut di rancang untuk kegiaan belanja khusunya belanja modal di Museum Geologi. APBN yang telah di susun kemudian di buatkan tahapan-tahapan dalam penyusunan anggaran yang berisi dokumen-dokumen seperti Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Surat


(1)

66

3. Sebaiknya Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral selalu mempunyai strategi atau antisipasi untuk mengurangi terjadinya hambatan yang ada dalam kegiatan belanja modal, seperti mempersiapkan dana cadangan untuk menggantikan anggaran yang pencairan dananya terjadi keterlambatan.


(2)

PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS MUSEUM GEOLOGI BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PROCEDURE ARRANGING ESTIMATE FINANCIAL CAPITAL COST AT TECHNICAL IMPLEMENTATION UNIT OF THE MUSEUM

GEOLOGY OF GEOLOGYCAL SURVEY MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Akhir Program Diploma III Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

INGWIE VALENTIN SANJANI 21308026

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


(3)

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat Ardiyos, 2006. Kamus Besar Akuntansi. Jakarta : Citra Harta Prima

Arief Sugiono, 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta : Grasindo

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Bambang Supomo dan Nur Indrianto, 2002. Metodelogi Penelitian Bisnis Cetakan

Kedua. Yogyakarta : Penerbit BFEE UGM

Bastian Indra, 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat

Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sonda Putra, Maulidah Rahmawati, 2007. Akuntansi Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat

Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat

I Made Wirartha, 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta : Andi Offser Jonathan Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :

Graha Ilmu

M. Nafarin, 2000. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat Mardisamo, 2002. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Offset

Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta : AMP YKPN

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta


(4)

KATA PENGANTAR

Tiada kata kiasan yang paling indah dan pantas untuk diucapkan selain ucapan syukur Alhamdullilahirobbil’alamin atas segala nikmat, rahmat dan ridha Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya. Penulis panjatkan Pujj syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat serta karunia-Nya masih diberi kesempatan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Program Sudi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung. Tugas Akhir ini berisi laporan hasil kerja Praktek Kerja Lapangan di Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dengan judul “PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS MUSEUM GEOLOGI BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL”.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, tidak sedikit penulis menemui hambatan dan kesulitan, terutama karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Namun demikian penulis berusaha menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan


(5)

sebaik-vii

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan hingga penyusunan laporan tugas akhir. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof.Dr.Hj.Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 4. Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., Ak., M.AK. selaku Dosen Wali Kelas 3AK5 5. Bapak Inta Budi Setya Nusa, SE., M.AK. selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. 6. Seluruh staff dan dosen Universitas Komputer Indonesia.

7. Bapak Dr.Ir. Yunus Kusumahbrata, M.Sc, selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian tugas akhir ini.

8. Bapak Tetep Hidayat, BA. selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha.

9. Bapak Endang Sutedja, S.Sos. selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan terkait dengan penelitia tugas akhir ini.


(6)

10.Keluargaku tercinta yang paling kucintai dan kusayangi. Terutama kedua orang tuaku tersayang yang sabar menghadapi anakmu ini serta selalu memberikan do’a restunya kepada penulis.

11.Rizqi tersayang yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

12.Teman-teman ku khususnya, Lisda, Irnes, Elisya, Riska, Desti, dan teman-teman 3AK5 yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan kebersamaanya. 13.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Semoga segala bantuan dan dukungan dari seluruh pihak yang terkait mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Bandung, Juli 2011

Penulis,

Ingwie Valentin Sanjani 21308026