Peranan Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Di Borma Toserba Dakota Bandung

(1)

DAKOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Pada Program Studi Sistem Informasi Jenjang Sarjana Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Oleh : ANDRI SANTOSO NIM. 1.05.06.066

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

Sistem Informasi Absensi adalah salah satu sistem informasi yang diterapkan oleh Borma Toserba Dakota untuk melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran para pegawai. Selain itu untuk memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan segala hal yang berhubungan dengan kedisiplinan karyawan berupa absensi kehadiran kerja. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui Peranan dari Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di Borma Toserba Dakota Bandung

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui implementasi dari Sistem Informasi Absensi yang kini sedang berjalan di Borma Toserba Dakota Bandung ini, dapat dilihat dari Flow Map, Diagram Konteks (DK) dan Data Flow Diagram (DFD) yang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif menggunakan statistik analisis Korelasi

Pearson, Koefisien Determinasi, dan Uji Z untuk menguji hipotesis dengan bantuan

aplikasi SPSS 15.0 For Windows.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan bahwa tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Absensi dinyatakan BAIK dan Tanggapan responden mengenai disiplin kerja dikategorikan BAIK pula, dihasilkan tingkat korelasi Sedang dan Searah serta signifikan dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dengan persentase peranan yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Absensi terhadap disiplin kerja karyawan yaitu sebesar 40,0% dan sisanya 60,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti yaitu motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan. Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji z, didapatkan nilai Zhitung sebesar 4,651 dan Ztabel sebesar 2,58 untuk

α = 1 %, maka dapat diketahui bahwa H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1

diterima atau Sistem Informasi Absensi berperan Terhadap Disiplin Kerja di Borma Toserba Dakota.


(3)

ii

matters relating to disciplinary absences of employees in the form of work attendance. The purpose of this study is to determine the role of the Information Systems Discipline Against Employee Attendance at the General Store Borma Dakota Bandung

The method used in this study is descriptive and verifikatif with quantitative approach. To know the implementation of Attendance Information System which is now under way in Borma Dakota Department Store Bandung, can be seen from the Flow Map, Context Diagram (DK) and Data Flow Diagrams (DFD) is. Data collection techniques using observation techniques, interviews, and questionnaires. Quantitative analysis using the statistical analysis the Pearson Correlation, Coefficient of Determination, and the Z test to test the hypothesis with the aid of SPSS 15.0.

The results of research conducted by the researchers obtained the conclusion that the respondent's response stated GOOD Attendance Information Systems and Feedback categorized respondents about work discipline GOOD Similarly, the resulting level of correlation and Unidirectional Moderate and significant in increasing the percentage of employee discipline roles generated by Attendance Information System to discipline employees that is equal to 40.0% and the remaining 60.0% influenced by other factors not examined the motivation, employee incentives and leadership style. In hypothesis testing is done using the z test, a score of 4.651

and Ztable of 2.58 for α = 1%, it is known that H0 is in the region of rejection, it

means that H1 is received or the Information Systems Discipline Against Work

Attendance role in Borma Dakota Department Store.


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, akhirnya berkat Rahmat dan Izin – Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah untuk pimpinan umat, Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu memberikan teladan, yang menerangi langkah menuju kebenaran, menanggalkan kebodohan, serta bagi para sahabat, keluarga, dan para mujahid yang selalu membantu perjuangan Beliau.

Penyusunan Skripsi ini pada hakikatanya menguraikan judul Skripsi yang

penulis susun, yaitu “PERANAN SISTEM INFORMASI ABSENSI TERHADAP DISIPLIN KERJA KARYAWAN DI BORMA TOSERBA

DAKOTA BANDUNG”.

Penulis menyadari pada Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, namun penulis mencoba untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Harapan penulis, Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Drs. Bambang S. Soedibjo, M.Eng.Sc. yang telah memberikan bantuan


(5)

iv

serta saran dalam penyelesaian Skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Amiin. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Denny Kurniadie,. Ir.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.

3. Bapak H. Dadang Munandar, SE.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi.

4. Ibu Citra Noviyasari, S.Si.,MT selaku Dosen Wali MI-2 yang telah banyak membantu selama perkuliahan.

5. Ibu Wahyuni S.Si.,MT. selaku Dosen Penguji I sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Novrini Hasti S.Si, M.Si, selaku Dosen Penguji II sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Pimpinan dan semua karyawan BORMA TOSERBA DAKOTA Bandung,

khusunya di bagian Pusat Pemanfaaatan Sains Atmosfer dan Iklim terimakasih atas kerja sama dan bantuanya.


(6)

v

BANDUNG Bandung yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas bimbingannya selama penulis melaksanakan observasi.

9. Semua staf Tata Usaha Fakultas Teknik Informatika, Universitas Komputer Indonesia, Terima kasih atas bantuannya.

10.Penyusunan Laporan Tugas Akhir tidak lepas dari dukungan semua pihak, terutama teman-teman mahasiswa MI-2 angkatan 06’(Agus, Asep, Gema, Deni, Defri, Aditya Surahman, Yuliandi Aditya, Hagana, Andi ,Via, Evi & yang lainnya )

11.Buat Hagana Maranai, S.Kom. dan Keluarga, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Tiada manusia yang sempurna, karenanya penulis sangat menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam penyusunan Skripsi ini banyak terdapat kekurangan.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala Rahmat - Nya kepada kita semua.

Penulis doakan semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis hingga Skripsi Skripsi ini selesai di balas oleh Allah SWT.Amiin.


(7)

vi

Bandung, Februari 2011

Penulis,

Andri Santoso


(8)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR SIMBOL ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Dan Rumusan Masalah ... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1. Kegunaan Praktis ... 8

1.4.2. Kegunaan Akademis ... 9

1.5. Batasan Masalah ... 9

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS..11


(9)

viii

2.1.4. Sistem Informasi Absensi ... 23

2.1.5. Scaner ... 23

2.1.6. Barcode ... 25

2.2. Disiplin Kerja ... 27

2.2.1. Disiplin ... 27

2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja ... 29

2.2.3. Jenis – Jenis Disiplin Kerja ... 31

2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin ... 33

2.2.5. Tingkat Dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja ... 35

2.3. Hubungan Antara Sistem Absensi Dan Disiplin Kerja ... 36

2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ... 37

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Objek Penelitian ... 44

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 45

3.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46

3.1.4. Deskripsi Tugas ... 47

3.2. Metode Penelitian ... 51

3.2.1. Desain Penelitian ... 51


(10)

ix

3.2.3.1 Sumber Data ... 55

3.2.3.2. Populasi ... 56

3.2.3.2. Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.2.4. Metode Pengumpulan Data ... 58

3.2.4.1 Skala Pengukuran ... 59

3.2.4.2. Validitas Dan Reliabilitas ... 60

3.2.4.2.1. Uji Validitas ... 61

3.2.4.2.2. Uji Reliabilitas... 62

3.2.5. Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis ... 63

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 63

3.2.5.2. Uji Hipotesis ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1. Sistem Informasi Yang Sedang Berjalan ... 69

4.1.1. Tampilan Hardware Sistem Absensi ... 69

4.1.2. Tampilan Software Absensi Scanner ... 71

4.1.3. Prosedur Sistem Yang Sedang Berjalan ... 77

4.1.3.1 Diagram Sistem Prosedur (Flow Map) ... 78

4.1.3.2 Diagram Konteks Yang Sedang Berjalan ... 79

4.1.3.3 Data Flow Diagram Yang Sedang Berjalan ... 80


(11)

x

4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan. ... 83

4.1.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 85

4.1.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Usia. ... 86

4.1.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja. ... 87

4.2.2. Tanggapan Responden Terhadap Implementasi Sistem Absensi Di Borma Dakota ... 88

4.2.3. Tanggapan Responden Terhadap Disiplin Kerja Di Borma Dakota ... 97

4.3. Peranan Sistem Absensi Terhadap Disiplin Kerja ... 108

4.3.1. Hasil Uji Validitas ... 108

4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 110

4.3.3. Uji Korelasi ... 111

4.3.4. Koefisien Determinasi ... 112


(12)

xi

5.1. Kesimpulan ... 116 5.2. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA


(13)

xii

2.1. Karakteristik Sistem. ... 15

2.2. Bentuk Umum Sistem. ... 15

2.3. Siklus Informasi. ... 18

3.1. Struktur Organisasi BORMA ... 47

3.2. Uji Daerah Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis ... 68

4.1. Mesin Scanner ... 69

4.2. ID Card. ... 70

4.2. Tampilan Login. ... 72

4.4. Tampilan Utama Absensi Pegawai ... 72

4.5. Tampilan Attendance ... 73

4.6. Tampilan Jadwal Kerja ... 74

4.7. Tampilan Shift Kerja. ... 74

4.8. Tampilan Data Diri Karyawan. ... 74

4.9. Tampilan Menu Laporan. ... 75

4.10. Tampilan Cetak Laporan. ... 76

4.11. Keterlambatan dan Kelebihan Jam Kerja ... 77

4.12. Flow Map Sistem Informasi yang sedang Berjalan. ... 79

4.10. Diagram konteks Yang Sedang Berjalan ... 80

4.11. DFD Level 1 Yang Sedang Berjalan ... 81


(14)

xiii

Tabel Nama Tabel Hal

1.1. Persentase Keterlambatan Karyawan ... 5

1.2. Jadwal Penelitian ... 10

2.1. Skema Kerangka Penelitian ... 42

3.1. Operasionalisasi Variabel ... 53

3.2. Skor Pernyataan Positif ... 59

3.3. Skor Pernyataan Negatif ... 60

3.4. Interprestasi koefisien Korelasi ... 65

4.1. Karakteristik responden Berdasarkan Pendidikan ... 83

4.2. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

4.3. Karakteristik responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 85

4.4. Karakteristik responden Berdasarkan Usia... 86

4.5. Karakteristik responden Berdasarkan Masa Kerja ... 87

4.6. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item Pernyataan 1 ... 89

4.7. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hardware Item Pernyataan 2 ... 89

4.8. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software Item Pernyataan 3 ... 90

4.9. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Software Item Pernyataan 4 ... 91


(15)

xiv

Pernyataan 6 ... 93

4.12. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item

Pernyataan 7 ... 94

4.13. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Prosedur Item

Pernyataan 8 ... 95 4.14. Jawaban Responden Terhadap Sistem Absensi ... 96 4.15. Analisis Secara Keseluruhan Variabel X... 96

4.16. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu

Item Pernyataan 1 ... 97

4.17. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Ketepatan Waktu

Item Pernyataan 2 ... 98

4.18. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan

Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 3 ... 99

4.19. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Pemanfaatan dan

Penggunaan Perlengkapan Item Pernyataan 4 ... 100

4.20. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang

Memuaskan Item Pernyataan 5... 101

4.21. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Hasil Kerja Yang


(16)

xv

Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 7 ... 103

4.23. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Kepatuhan Terhadap Tata Tertib Item Pernyataan 8 ... 104

4.24. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 9 ... 105

4.25. Kategori Jawaban Responden Terhadap Indikator Tanggung Jawab Yang Tinggi Item Pernyataan 10 ... 106

4.26. Data Jawaban responden Terhadap Disiplin Kerja ... 107

4.27. Analisis Terhadap Keseluruhan Variabel y ... 107

4.28. Hasil Uji Validitas Sistem Informasi Absensi (X) ... 109

4.29. Hasil Uji Validitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ... 109

4.30. Reliabilitas Sistem Informasi Absensi (X) ... 110

4.31. Reliabilitas Disiplin Kerja Karyawan(Y) ... 111


(17)

1

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada era modern saat ini Sistem komputer banyak berperan di segala bidang. Perusahaan-perusahaan di Indonesia banyak memanfaatkan peranan komputer dalam mengambil suatu keputusan. untuk menyelesaikan masalah yang ada berdasarkan pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi informasi yang cukup baik dan kompeten sehingga dapat dipercaya guna mengolah semua informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan demi kemajuan perusahaan tersebut.

Tidak diragukan lagi dengan pemanfaatan sistem informasi. Sebuah perusahaan dapat terbantu dalam berbagai bidang yang dikehendaki guna kemajuan perusahaan. Hal ini membantu pula suatu perusahaan dalam persaingan global. Maka dalam persaingan global saat ini perusahaan – perusahaan berusaha menerapkan berbagai teknologi informasi untuk mendukung seluruh kegiatan di dalam perusahaan. Hal ini juga diterapkan oleh BORMA TOSERBA Dakota Bandung. Salah satu teknologi informasi tersebut adalah Sistem informasi absensi.

Sistem ini dibuat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi bagi karyawan. Serta dalam rangka pembinaan pegawai khususnya


(18)

untuk melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran para pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan kata lain adalah untuk melihat tingkat disiplin para karyawan. Selain itu sistem dibuat untuk keperluan penghitungan gaji karyawan kontrak yaitu dengan melihat kehadiran tiap bulan serta dari jam masuk serta jam keluar kantor para karyawan tersebut. Yang terpenting dengan adanya sistem absensi ini diharapkan kecurangan karyawan dalam hal absensi.

BORMA Dakota telah menerapkan sistem informasi absensi yang ditunjang oleh teknologi mesin berupa Scanner. Scanner merupakan sebuah alat pendeteksi dengan menggunakan sinar infra merah yang menscan rangkaian kode berupa garis – garis yang disebut barcode. Dimana dalam barcode ini berisi data yang dapat diolah kembali guna berbagai keperluan. Sistem ini telah diterapkan sejak tahun 2005. dengan proses kerja yang tidak begitu rumit. Mula – mula mesin Scanner menscan

barcode yang ada pada ID Card, yang dibuat dan diberikan pada saat karyawan mulai

bekerja di BORMA Dakota. Lalu data yang ada pada ID Card akan langsung masuk

pada Sistem yang ada untuk mengolah absensi. Adapun masalah yang ada pada Sistem yang diterapkan di BORMA Dakota Ini yaitu, sering tidak terbacanya barcode

pada mesin Scanner. sehingga membuat karyawan memerlukan waktu yang lama untuk mengabsen, dan terkadang tidak bisa mengabsen sama sekali dikarenakan kondisi ID Card sudah tidak baik lagi. Faktor yang menyebabkan itu terjadi adalah karena kurangnya pemahaman mereka tentang Sistem absensi yang ada. Sehingga mereka kurang memperhatikan bahwa ID Card mereka adalah penunjang Sistem.


(19)

Yang dimana harus dijaga agar kondisinya tetap baik. Selain itu masalah lainya adalah bahwa admin yang berperan untuk mengoperasikan Sistem. Tidak terlalu paham akan Sistem yang digunakan. Hanya paham sekedar input absensi saja, tidak untuk proses data yang lain seperti edit, tambah, hapus, maupun membuat laporan absen. Hanya si pembuat Sistem yang benar – benar paham terhadap Sistem yang ada. Sehingga terkadang bila ada karyawan yang sakit atau lupa mengabsen si admin tidak bisa mengubah data yang telah masuk. Dia harus menunggu si pembuat Sistem. Bila pembuat Sistem tidak ada data tidak bisa diubah sehingga dapat merugikan karyawan.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka dibutuhkan peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai atau karyawan. karena hidup matinya organisasi semata-mata tergantung pada manusia. Karyawan merupakan faktor penting dalam setiap organisasi baik dalam pemerintah maupun swasta. Karyawan merupakan faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan ataupun instansi secara efektif dan efisien. karyawan yang menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi.

Untuk mencapai produktivitas kerja karyawan yang baik bukan hal yang mudah utuk dilaksanakan. Faktor yang sangat penting untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para karyawan. Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan dan kemajuan dalam mencapai tujuan perusahaan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang


(20)

menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku ( Hasibuan,2002: 193 ).

Disiplin kerja disini adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam disiplin dan efektifitas kerja. Maka suatu produktivitas kerja juga akan tercapai. Kedisiplinan bukan hanya indikasi adanya semangat dan kegairahan kerja. Melainkan dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Perusahaan tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para bawahannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraturan dan telah disepakati bersama. Maka pelanggaraan terhadap peraturan ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan atau sanksi.

Tingginya disiplin kerja pegawai akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal. Baik itu disiplin waktu, tata tertib, ataupun peraturan yang telah ditetapkan dalam instansi tersebut. Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam rangka menegakkan kedisiplinan perlu teladan dari pimpinan. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan panutan oleh para pegawainya.


(21)

Disiplin kerja yang telah dilakukan pegawai di BORMA TOSERBA Dakota Bandung belum berjalan dengan baik dan belum dilakukan dengan kesadaran diri dan penuh rasa tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari persentase keterlambatan dari 110 karyawan di BORMA Dakota dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 1.1

Persentase Keterlambatan Karyawan

No.

Waktu ( Minggu Ke -)

Jumlah Karyawan Yang Terlambat

Persentase (%)

1 Pertama 24 18,32 %

2 Kedua 18 13,74 %

3 Ketiga 16 12,21 %

4 Keempat 27 20,62 %

Sumber : BORMA Dakota, September 2011

Dengan diterapkannya Sistem Informasi Absensi diharapkan para karyawan akan lebih meningkatkan kedisiplinannya terhadap penggunaan jam kerja, dengan kata lain mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan supaya tujuan kantor dan intansi dapat berjalan lancar. Berdasarkan Uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Sistem Informasi Absensi terutama mengenai bagaimana peranannya terhadap disiplin kerja karyawan dan bermaksud


(22)

menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: “Peranan Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai berikut :

1. Masih terjadinya keterlambatan karyawan dalam jam masuk kantor dan terlalu cepat pulang kantor, hal ini dikarenakan didalam Sistem tidak tersedianya prosedur pembatasan jam absensi yang diijinkan.

2. Apabila ada pegawai yang sakit dihari tersebut admin tidak bisa mengubah data yang telah masuk. Karena yang menjadi admin adalah karyawan biasa, sehingga tidak dilengkapi kemampuan untuk dapat merubah data. Hanya pembuat sistem yang bisa mengubah data. Hal ini dapat merugikan karyawan. Karena karyawan tersebut akan dianggap tidak masuk atau alpa pada hari tersebut.

Adapun penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana Sistem Absensi yang sedang berjalan di BORMA TOSERBA


(23)

2. Bagaimana tanggapan responden atas peranan Sistem absensi pada BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

3. Bagaimana kedisiplinan karyawan setelah menggunakan Sistem absensi di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

4. Seberapa besar peranan Sistem absensi terhadap disiplin kerja karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan mengenai Sistem absensi menggunakan Scanner dan disiplin kerja. yang nantinya akan digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kualitas Sistem absensi menggunakan Scanner

dampaknya terhadap disiplin kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Sistem absensi yang sedang berjalan di BORMA

TOSERBA Dakota Bandung.

2. Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap implementasi Sistem Absensi terhadap disiplin kerja karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung

3. Untuk mengetahui Tanggapan Responden tentang disiplin kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.


(24)

4. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Sistem Absensi terhadap disiplin kerja di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Semua informasi yang dihasilkan dikumpulkan melalui penelitian dan studi literatur ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri, BORMA TOSERBA DAKOTA, maupun Pihak lain.

1.4.1. Kegunaan Praktis

I. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna serta sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam mengambil keputusan terkait dengan penerapan Sistem Absensi..

II.Bagi Karyawan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi karyawan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan disiplin kerja yang selama ini dilaksanakan.


(25)

1.4.2. Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis sebagai berikut :

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya arti suatu kedisiplinan dalam hal apapun, terutama mengenai dampak Sistem Absensi Scanner

terhadap disiplin kerja. 2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi bagi peneliti lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung mengenai Sistem Absensi ataupun dalam hal pelaksanaan disiplin kerja.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah atau memperkaya wawasan pengetahuan khususnya tentang penerapan Sistem Absensi dan pelaksanaan disiplin kerja karyawan, serta membandingkan antara fakta dengan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.

1.5.Batasan Masalah

Untuk mengkaji suatu permasalahan yang di hadapi oleh BORMA TOSERBA Bandung Dakota, dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas, agar pembahasan dan penyusunan dapat di lakukan secara terarah dan tercapai


(26)

dengan tujuan yang di harapkan serta untuk menghindari meluasnya masalah, maka batasan masalah yang ada yaitu penelitian dilakukan hanya pada karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Dampak Sistem Informasi Absensi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan di BORMA TOSERBA Dakota Bandung, maka tempat dimana akan dilakukan penelitian adalah di BORMA TOSERBA Dakota Bandung yang bertempat di Jl. Dakota No.109 Gunung Batu Bandung.

Adapun jadwal Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahun 2011

No Kegiatan

Bulan

Agustus September Oktober November

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan dan

Pengajuan Proposal

2 Observasi Objek

Penelitian

3 Pengumpulan dan

analisis Data

4 Penyusunan Laporan


(27)

(28)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

2.1. Sistem Informasi 2.1.1. Pengertian Sistem

Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan kepada prosedur dan pada komponen atau elemennya.

1. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedurnya:

“Pendekatan prosedur adalah pendekatan yang menekankan pada

konsep sistem berdasarkan prosedur-prosedur yang ada dalam

sistem”.

2. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen-elemen atau kelompoknya, yang dalam hal ini sistem itu didefinisikan

sebagai “Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu aturan tertentu”.

Definisi sistem menurut Jogiyanto(2005 :5):

“Sistem adalah kumpulan dari elemen – elemen yang berintegresi untuk

mencapai tujuan tertentu.”

Definisi sistem menurut Jogiyanto (1999:4 ):

“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukkan suatu kegiatan


(29)

Definisi sistem menurut Sri (2008:7):

“Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik pisik

maupun non pisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja

sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”.

Definisi sistem menurut Hanif (2007:10):

“Suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variable-veriabel yang

saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain”.

Ketiga pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem merupakan suatau kumpulan dari sub sistem atau jaringan kerja yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Suatu sistem mempunyai karateristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu

mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary),

lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (proses) dan sasaran atau tujuan.

1. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.


(30)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan.

3. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat jaga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.

4. Penghubung Sistem

Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lainnya. Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem yang lainnya dengan malalui penghubung.

5. Masukan Sistem

Masukan (input) adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem.masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan adalah energi yang


(31)

dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.

6. Keluaran Sistem

Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Misalkan untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

7. Pengolahan Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran Sistem

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan berguna. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.


(32)

Subsistem

Subsistem Subsistem

Subsistem Subsistem

input Proses Output

Penghubung

Boundary

Boundary

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem

Sumber : Jogiyanto (1999:686)

Bentuk umum dari sistem terdiri dari atas masukan (input), proses, dan keluaran (output). Dalam bentuk umum sistem ini biasa melakukan satu atau lebih masukan yang akan diproses dan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Gambaran umum mengenai sistem ditunjukan pada gambar berikut ini :

INPUT PROCESSING OUTPUT

Gambar 2.2 Bentuk Umum Sistem


(33)

Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah sebagai berikut ini.

1. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine sistem atau ada yang menyebut dengan man-machine.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tak tentu. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sedangkan sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probalitas.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Sistem


(34)

terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruhi dengan lingkungan luarnya.

2.1.2. Pengertian Informasi

Pada konsep dasar ini penulis akan menjelaskan mengenai definisi informasi, siklus informasi dan kualitas informasi.

Informasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, sehingga informasi tersebut sangat penting artinya bagi suatu organisasi.

Definisi Informasi menurut Hanif (2007:15 ) adalah:

“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang

berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”.

Definisi Informasi menurut Jogiyanto (2005:589 ) adalah :

“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.”

Definisi data menurut Jogiyanto (1999:2 )

“Data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kejadian”.

Definisi data Menurut Jogiyanto (2005: 5)

“Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih

berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengamatan

keputusan”.

Kejadian – kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Kejadian nyata (fact) adalah berupa suatu object nyata seperti tempat – tempat, orang – orang, yang betul – betul terjadi.”


(35)

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna. Data yang diolah melalui suatu model informasi. Penerima akan menerima informasi tersebut dan membuat keputusan serta diwujudkan dengan suatu tindakan yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditanggap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnnya sehingga membentuk suatu siklus.

Untuk lebih jelasnya siklus informasi dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut. Adapun gambar siklus informasi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

PROSES (MODEL)

INPUT (data) DATA (ditangkap)

PROSES (tindakan)

DASAR DATA

OUTPUT (information) PENERIMA Keputusan Tindakan

Gambar 2.3 Siklus Informasi

Sumber: Jogiyanto( 2005:600)


(36)

1. Akurat (accurat)

Berarti informasi harus bebas dari kesalahan – kesalahan dan informasi harus mencerminkan maksudnya.

2. Tepat waktu (time lines)

Berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan suatu landasan dalam mengambil keputusan.

3. Relevan (relevance)

Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakai, dimana relevansi untuk tiap–tiap individu tergantung pada yang menerima dan yang membutuhkan.

Informasi harus mempunyai nilai manfaat agar mempunyai nilai.

Menurut Jogiyanto (2005: ) pengertian nilai informasi adalah :

”Nilai informasi (value of information ) ditentukan oleh dua hal yaitu

manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi bernilai jika manfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkanya”.

2.1.3. Pengertian Sistem Informasi

Pengertian sistem informasi adalah:

“Suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen

dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi.” (Al -Bahra Bin Ladjamudin 2005:13).


(37)

“Sistem adalah setiap kumpulan dari komponen atau sub-sistem yang berinteraksi

untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Menurut (Jogiyanto 2003:8) sistem informasi adalah:

“Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, tehnologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

sebagai suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.”

Sistem Informasi menurut (Tejoyuwono Notohadiprawiro, 2008) adalah sebagai berikut :

“Suatu pengumpulan data yang terorganisasi beserta tatacara penggunaanya yang

mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajiannya. Istilah tersebut menyiratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta

menyusun tatacara penggunaanya.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi merupakan satu kesatuan yang utuh yang terbentuk dari sub-sub sistem dalam mengolah data menjadi informasi. Dimana dalam sistem informasi diperlukan adanya perencanaan, pengelolaan, pengendalian serta penilaian terhadap sistem informasi. Hal ini diharapkan sistem informasi dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengambilan sebuah keputusan.

Dan dalam sebuah perusahaan Sistem informasi merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, dan untuk memberikan gambaran aktivitas didalam perusahaan.


(38)

Suatu sistem meiliki karakteristik atau sifat tertentu yaitu diantaranya adalah memiliki komponen (component), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process) dan sasaran (objective).

Demikian penjelasan dari karakteristik atau sifat-sifat dari sistem yang telah dipaparkan diatas:

1. Komponen sistem (component)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian dari suatu sistem.

2. Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya dengan lingkungan luar sebiuah sistem.

3. Lingkungan luar sistem (environment)

Lingkungan luar sistem adalah apapun yang terdapat diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

4. Penghubung sistem (interface)

Penghubung merupakan media penghubung antara dua subsistem dengna subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lainnya.


(39)

5. Masukan sistem (input)

Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

6. Keluaran sistem (output)

Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan unutk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.

7. Pengolahan sistem (process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah input dan output.

8. Sasaran (objective)

Suatu sistem pasti memiliki tujuan (goal) atau sasaran (objective). Jika suatu sistem tidak memiliki sasaran atau tujuan, maka operasi sitem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil apabila dapat mencapai sasaran ataupun tujuan dari sistem itu sendiri.


(40)

2.1.4. Sistem Informasi Absensi

Sistem Informasi Absensi adalah sistem informasi yang bertujuan untuk mempermudah proses absensi dari tahap absensi sampai pembuatan laporannya. (Tunisman 2011)

2.1.5. Scanner

Scanner merupakan salah satu perangkat input komputer. Scanner merupakan alat yang berfungsi untuk menduplikat objek layaknya mesin fotokopi ke dalam bentuk digital. Scanner menduplikat objek tersebut menggunakan sebuah sensor cahaya yang terdapat di dalamnya. Sensor yang ada pada scanner tersebut mendeteksi struktur, tulisan, maupun gambar dari objek yang discan tersebut dan dikirimkan ke komputer dalam bentuk digital.

Dalam scanner terdapat sebuah sensor. Sensor tersebut mendeteksi

struktur, seperti tulisan, warna, gelap, terang, dan bentuk benda. Setelah itu scanner mengirimkan hasil dari scan tersebut ke komputer dalam bentuk digital. Scanner merupakan suatu alat yang berfungsi seperti mesin fotokopi, yaitu dengan cara memasukkan data melalui pencahayaan dan selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk digital. Sensitive kepada cahaya dan dapat menerjemahkan teks, barcode, gambar, dan sebagainya. Hasil scan dapat berupa gambar, maupun data (file, teks, dokumen). hasil scan


(41)

tersebut bisa diedit atau disimpan dalam komputer. Untuk gambar biasanya scanner menscan foto, makalah, dll.

Perangkat input scanner dapat berupa pembaca mengenal karakter

tinta magnetic atau magnetic ink character recognition (MICR) dan optical data reader. MICR reader biasanya digunakan untuk transaksi cek pada suatu bank, yang ditulis dengan tinta magnetic yang hanya bisa dibaca dengan perangkat MICR dan tidak bisa dibaca dengan mata manusia. Optical Data Reader hamper seperti MICR, namun lebih fleksibel yang dapat berupa Optical Character Recognition (OCR) reader, OCR text reader, barcode wand dan Optical Mark Recognition (OMR) reader. OCR reader dapat membaca dokumen baik yang ditulis dengan huruf cetak maupun tulisan tangan. OCR text reader banyak digunakan di took-toko atau gudang untuk membaca label data barang dalam bentuk (font) karakter OCR. Barcode wand adalah perangkat yang digunakan untuk membaca label data barang yang berbentuk kode-kode barang (bar), yang saat ini digunakan hampir sebagian besar supermarket untuk mendeteksi harga barang. Barcode wand juga dipakai perusahaan – perusahaan untuk sistem absensi. OMR reader banyak digunakan untuk penilaian tes (test scoring), jawaban dari tes diberikan pada kertas mark sense form, yang berupa lingkaran-lingkaran keil yang biasanya harus diisi dengan menggunakan pensil 2B.


(42)

2.1.6. Barcode

Sebuah kode batang atau kode palang (barcode) adalah suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin. Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar (garis) dan spasi garis paralel dan dapat disebut sebagai kode batang atau simbologi linear atau 1D (1 dimensi). Tetapi juga memiliki bentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri lainnya di dalam gambar yang disebut kode matriks atau simbologi 2D (2 dimensi). Selain tak ada garis, sistem 2D sering juga disebut sebagai kode batang.

Penggunaan awal kode batang adalah untuk mengotomatiskan sistem pemeriksaan di swalayan, tugas dimana mereka semua menjadi universal saat ini. Penggunaannya telah menyebar ke berbagai kegunaan lain juga, tugas yang secara umum disebut sebagai Auto ID Data Capture (AIDC). Sistem ID ini digunakan untuk sistem absensi di beberapa perusahaan.

Kode batang dapat dibaca oleh pemindai optik yang disebut pembaca kode batang atau dipindai dari sebuah gambar oleh perangkat lunak khusus. Di Jepang, kebanyakan telepon genggam memiliki perangkat lunak pemindai untuk kode 2D, dan perangkat sejenis tersedia melalui platform smartphone.


(43)

Pada awalnya pembaca kode batang yaitu scanner atau pemindai dibangun dengan mengandalkan cahaya yang tetap dan satu photosensor yang secara manual digosokkan pada kode batang.

Kode batang scanner dapat digolongkan menjadi tiga katagore berdasarkan koneksi ke komputer, yaitu : Jenis RS-232 kode batang scanner. Jenis ini membutuhkan program khusus untuk mentransfer data input ke program aplikasi. Jenis lain,adalah bercode yang menghubungkan antara komputer dan PS 2 atau AT keyboard dengan menggunakan kabel adaptor. Jenis ketiga adalah USB kode batang scanner, yang merupakan lebih modern dan lebih mudah diinstal perangkat daripada RS-232 scanner, karena scanner kode batang ini memiliki keuntungan yaitu tidak membutuhkan kode atau program untuk mentransfer data input ke program aplikasi, ketika anda melacak kode batang datanya dikirim ke komputer seakan-akan telah mengetik pada keyboard.

Kode batang terdiri dari garis hitam dam putih. Ruang putih di antara garis-garis hitam adalah bagian dari kode.

Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis “1”, yang sedang

“2”, yang lebih tebal “3”, dan yang paling tebal “4”. Setiap digit angka

terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211, 1 = 2221, 2 = 2122, 3 = 1411, 4 = 1132, 5 = 1231, 6 = 1114, 7 = 1312, 8 = 1213, 9 = 3112.


(44)

Standar kode batang retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali

Amerika dan Kanada adalah EAN (European Article Number) – 13.

EAN-13 standar terdiri dari:

 Kode negara atau kode sistem: 2 digit pertama kode batang menunjukkan negara di mana manufacturer terdaftar.

 Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada manufacturer dari wewenang penomoran EAN.

 Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini diberikan manufacturer untuk merepresentasikan suatu produk yang spesifik.

 Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari kode batang, digunakan untuk verifikasi bahwa kode batang telah dipindai dengan benar.

2.2. Disiplin Kerja

2.2.1. Disiplin

Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana


(45)

banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.

Menurut Johar Permana, Nursisto (1986:14) :

“Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain.

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11) :

“makna kata disiplin dapat dipahami dalamkaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan, dan sistem aturan tata laku”.

Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkaan kendali diri, kebiasaan untuk patuh, dll. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Bagi yang melanggar tata tertibdapat dilakukan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan.


(46)

2.2.2. Pengertian Disiplin Kerja

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga produktivitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).

Disiplin kerja dapat pula dikatakan sebagai kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. (Hasibuan, 2002 : 193) Berdasrkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja.

Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemahdan tidak bertahan lama. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam


(47)

lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.

2. Adanya perilaku yang terkendali 3. Adanya ketaatan.

Dengan demikian disiplin kerja dapat dilihat dari :

1. Kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung jawabnya pada pekerjaan.

2. Bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. 3. Memelihara perlengkapan kerja dengan baik.

Disiplin dalam bekerja sangatlah penting sebab dengan kedisiplinan tersebut diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh para karyawan, bekerja sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan secara efektif dan efesien serta dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu bila karyawan tidak menggunakan aturan-aturan yang ditetapkan dalam perusahaan, maka tindakan disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa diambil terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya dibawah standar. Tindakan disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), penskoran (suspension), penurunan pangkat atau gaji (reductions in rank or pay) dan pemecatan (firing).


(48)

Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh pengurangan anggaran atau kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini disebabkan oleh kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 : 232).

Pelaksanaan disiplin berangkat dari asumsi bahwa sejumlah permasalahan lainnya sudah diatasi, seperti mengenai rancangan pekerjaan (job design), seleksi, orientasi, penilaian, performansi, pelatihan dan kompensasi.

Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya (Soejono, 2000) :

1. Ketepatan waktu

2. Mampu memanfatkan dan menggunakan perlengkapan dengan baik

3. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan 5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2.2.3. Jenis-jenis Disiplin Kerja

Menurut Handoko (2008 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Disiplin Preventif

Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secar sadar mentaati berbagai standart dan aturan, sehingga


(49)

dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal

ini adalah dapat ditumbuhkan “ Self Dicipline” pada setiap karyawan tanpa

kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Untuk memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu kiranya standart itu sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dicegah

kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaranpelanggaran atau

penyimpangan dari standart yang ditentukan. 2. Disiplin Korektif

Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action)

3. Disiplin Progresif

Disiplin ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.

Disiplin dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu (Prijodarminto, 2004 : 25) :


(50)

Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

2. Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

3. Disiplin Nasional

Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai yang belaku secara nasional.

Dalam setiap oragnisasi atau perusahaan yang diinginkan adalah jenis disiplin reventif yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Akan tetapi dalam kenyataan selalu mengatakan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya paksaan dari luar dan hak-hak karyawan sudah menjadi alat pengenalan yang tepat kepada disiplin karyawan, karena hak-hak karyawan seringkali merupakan masalah dalam kasus-kasus disiplin karyawan. Demikian juga dalam penelitian ini jenis-jenis disiplin kerja yang dikaji adalah disiplin preventif yang dilaksanakan untuk mendorong pegawai agar mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

2.2.4. Pendekatan Dalam Disiplin

Sistem disiplin karyawan dapat dipandang suatu penerapan modifikasi perilaku untuk karyawan bermasalah atau karyawan yang tidak produktif. Disiplin yang terbaik adalah jelas disiplin diri, karena sebagian beasr orang memahami apa


(51)

yang diharapkan dari dirinya di pekerjaan dan biasanya karyawan diberi kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Adapun pendekatan-pendekatan dalam disiplin kerja karyawan (Mathis dkk, 2002: 314) adalah : 1. Pendekatan Disiplin Positif

Pendekatan disiplin positif dibangun berdasarkan filosofi bahwa pelanggaran merupakan tindakan yang biasanya dapat dikoreksi secara konstruktif tanpa perlu hukuman. Dalam pendekatan ini fokusnya adalah pada penemuan fakta dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diharapkan, dan bukannya menggunakan hukuman (penalti) untuk mencegah perilaku yang tidak diharapkan. Kekuatan pendekatan positif ini dalam disiplin adalah fokusnya

pada pemecahan masalah. Juga, karena karyawan merupakan partisipan aktiv selama proses tersebut, maka perusahaan yang menggunakan pendekatan ini cenderung memenangkan tuntutan hukum jika karyawan mengajukan tuntutan. Kesulitan utam dengan pendekatan positif terhadap disiplin adalah jumlah waktu yang sangat lama untuk melatih para supervisor dan manajer yang diperlukan.

2. Pendekatan Disiplin Progresif

Disiplin progresif melembagakan sejumlah langkah dalam membentuk perilaku karyawan. Kebanyakan prosedur disiplin progresif menggunakan peringatan lisan dan tulisan sebelum berlanjut ke PHK. Dengan demikian, disiplin progresif menekankan bahwa tindakantindakan dalam memodifikasi perilaku akan bertambah berat secara progresif (bertahap) jika karyawan tetap menunujukkan perilaku yang tidak layak.


(52)

2.2.5. Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2001:293) tujuan utama mengadakan sanksi disiplin kerja bagi pegawai yang melanggar norma-norma perusahaan adalah memperbaiki dan mendidik para pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin. Sansi atas pelanggaran disiplin yang dijatuhkan haruslah setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan sehingga secara adil dapat diterima. Pada umumnya sebagai pegangan menajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang, dan sanksi disiplin ringan.

1. Sanksi Disiplin Berat

Sanksi disiplin berat misalnya :

a. Tingkat jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan / pekerjaan yang diberikan sebelumnya.

b. Pembebasab dari jabatan / pekerjaan untuk dijadikan sebagai pegawai biasa bagi yang memegang jabatan.

c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri pegawai yang bersangkutan.

d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai pegawai di perusahaan.

2. Sanksi Disiplin Sedang

Sanksi Disiplin Sedang misalnya :

a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancang


(53)

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian, mingguan, atau bulanan.

c. Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada

jabatan yang lebih tinggi. 3. Sanksi Disiplin Ringan

Sanksi Disiplin Ringan misalnya :

a. Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan b. Teguran Tertulis

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2.3. Hubungan antara Sistem Informasi Absensi dan Disiplin Kerja

Hubungan antara sistem informasi absensi dan disiplin kerja dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

 Richard L. Swansbro (On 2006)

“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah

satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat. Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau

informasi yang baik”.

 Menurut Teddy Nugraha (2010 by printergemblong.blog) Sistem Informasi Absensi Karyawan dan Penggajian merupakan aplikasi pendukung dalam penerapan disiplin kerja. Penerapan disiplin kerja kadang terabaikan sehingga menyebabkan kekacauan dalam sistem pencatatan kehadiran yang akan berdampak pada mekanisme penggajian karyawan.

Para Manager sering dipusingkan dengan kedisiplinan para karyawan yang sering mengabaikan pencatatan kehadirannya. Hal tersebut diatas mungkin tidak akan terjadi apabila sistem manajerial perusahaan terorganisasi dengan baik dan didukung dengan sistem informasi absensi


(54)

yang baik pula, sehingga dapat menekan kerugian perusahaan dalam hal kehilangan kedisiplinan para karyawan.

Maka daripada itu Sistem Informasi Absensi Karyawan ini dapat memberikan solusi pencatatan kehadiran dengan akurasi waktu pencatatan yang baik dan menghasilkan sistem laporan yang terperinci mengenai informasi karyawan baik itu dari segi kehadiran kerja, informasi pribadi karyawan, kalender kerja karyawan, sistem shift karyawan yang otomatis rolling jam kerjanya, masa cuti, sistem penggajian berikut tunjangan dan pemotongan gaji dan informasi lainnya yang dapat mendukung kinerja perusahaan.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi absensi dapat berperan dalam disiplin kerja.

2.4. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis

Sistem Informasi absensi di BORMA Dakota dibuat untuk membuat proses absensi menjadi lebih mudah. Sistem ini menggunakan Scanner sebagai penginput data yang nantinya akan di proses sistem menjadi suatu data, yang digunakan untuk keperluan absensi.

Secara garis besar sistem informasi absensi ini bertujuan untuk :

1. Memonitor kehadiran pegawai yang nantinya dijadikan acuan guna evaluasi kedisiplinan pegawai.

2. Memudahkan karyawan dalam proses absensi.

3. Meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan.

4. Menyediakan data dan informasi yang relevan untuk pimpinan perusahaan. Yang nantinya dapat dijadikan unsur dasar dalam penilaian karyawan.


(55)

Dari apa yang di paparkan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi absensi ini dibuat untuk memudahkan proses absensi. Namun sistem informasi yang ada di borma ini masih kurang memenuhi standar yang baik. Sebagai contoh dalam prosedur yang digunakan masih kurang memenuhi syarat. Di dalam sistem ini tidak ada prosedur pembatasan jam kerja. Hal ini membuat sering terjadinya keterlambatan dan lebih cepat pulang kantor. Dalam masalah admin pun masih ada kendala. Yang menjadi admin hanya karyawan biasa. Bukan orang yang benar – benar paham akan sistem jadi bila ada masalah pada sistem, admin tidak bisa memperbaikinya. Jadi harus si pembuat sistem yang memperbaiki. Dapat disimpulkan bahwa sistem di Borma belum memenuhi kriteria. Hal ini dapat dilihat dari teori Abdul Kadir tentang sistem informasi dan 5 komponen sistem :

Menurut Abdul Kadir (2003 : 10):

“Sistem informasi adalah sistem yang mencangkup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja),dan ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi) melalui komponen tersebut, yang

dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan”

Abdul Kadir (2007:71) komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai berikut:

1. Perangkat keras (Hardware), mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer dan printer

2. Perangkat lunak (Software), atau program sekumpulan instruksi yang memungkinkan peranti keras untuk memproses data


(56)

3. Orang (Brainware), semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan sistem informasi

4. Basis data (Database), sekumpulan tabel, hubungan dll yang berkaitan dengan penyimpangan data.

5. Prosedur, sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki Selain memiliki komponen - komponen diatas.

Perusahaan secara umum memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan dan berkembang menjadi besar dalam memperoleh kemajuan usaha. Tujuan tersebut akan tercapai jika efektivitas kerja karyawan yang terus meningkat, karena keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari efektivitas kerja karyawannya. Efektifitas kerja dapat ditunjang dengan sistem yang baik. Selain itu faktor yang mempengaruhi untuk tercapainya efektivitas kerja, yaitu disiplin kerja.

Disiplin kerja di Borma Dakota belum dapat dikatakan baik karena masih saja ada penyimpangan dalam jam kerja. Dalam satu minggu saja, lebih dari 10% karyawan Borma yang terlambat masuk kerja. Ini sangat disayangkan karena disiplin kerja sangat mempengaruhi keefektifitasan kerja.

Disiplin kerja merupakan sikap patuh akan peraturan yang berlaku. Diterapkannya disiplin pada setiap karyawan maka akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri karyawan akan segala kewajibannya. Bila hal ini sudah terwujud maka efektifitas kerja akan ada dengan sendirinya.


(57)

Dalam rangka meningkatkan disiplin karyawan, maka upaya pengendalian dan pengawasan disiplin kerja karyawan perlu dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran karyawan yang secara periodik dievaluasi. Untuk evaluasi itu maka dibutuhkan kriteria – kriteria disiplin kerja yang baik. Seperti disiplin kerja menurut Soejono yaitu :

Disiplin Kerja pegawai dapat dikatakan baik (Leteiner & Levine, Terjemahan Soejono, 2003 : 67) apabila :

a. Adanya ketaatan pegawai terhadap peraturan jam kerja. b. Ketaatan pegawai terhadap pakaian kerja.

c. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor.

d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar.

e. Adanya semangat pegawai dalam bekerja.

Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima indikator yaitu diantaranya :

1. Ketepatan Waktu

Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba.


(58)

Perlengkapan yang disediakan kantor harus mampu digunakan dengan sebaik-baiknya agar pekerjaan yang ada dapat dilakukan dengan maksimal.

3. Kesetiaan / Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada

Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh dalam mengenakan seragam, atau dalam melaksanakan komitmen yang telah disetujui bersama dan terhadap peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.

4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

Pegawai dinilai memuaskan dalam melakukan pekerjaanya jika melakukan tanggung jawab sesuai dengan target dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

5. Mempergunakan dan memelihara peralatan kantor

Peralatan adalah salah satu penunjang kegiatan, agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko akan kerusakan peralatan yang kebih berat. Merawat dan memelihara merupakan salah satu wujud tanggung jawab dari pegawai.

Hubungan antara sistem absensi dan disiplin kerja diungkapkan oleh Flippo (2001: 27)


(59)

“Jika suatu perusahaan tingkat absensinya tinggi kemungkinan kinerja karyawan juga rendah karena target perusahaan sulit tercapai. Tingginya tingkat absensi mengakibatkan banyak kegiatan di perusahaan menjadi terhambat dan berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara keseluruhan. Dengan adanya Sistem Absensi dapat menanggulani tingginya tingkat absen.”

Dan menurut Richard L. Swansbro (On 2006) :

“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah

satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat. Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau

informasi yang baik”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan paradigma penelitian dalam bentuk skema kerangka pemikiran, sebagai berikut:

Tabel 1.2 Skema Kerangka Pemikiran

1.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti.

Var X

Sistem Informasi Absensi 1. Hardware

2. Software 3. Basis Data 4. Prosedur

Abdul Kadir (2007:71)

Var Y

Disiplin Kerja Karyawan 1. Ketepatan Waktu 2. Mampu memanfaatkan

perlengkapan dengan baik 3. Kesetiaan / patuh pada

peraturan yang ada.

4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

5. Mempergunakan / memelihara peralatan kerja


(60)

Hipotesis menurut Sarwono (2005:12) didefinisikan sebagai berikut :

“Pengujian hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih variabel yang dibuat didasarkan kerangka teori atau model analisis. Terkadang hipotesis merupakan

jawaban pertanyaan penelitian.”

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan suatu hipotesis sebagai berikut :


(61)

44 3.1.Objek Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tahun 1977 berdirilah kios ukuran kurang lebih 3 X 5 meter dijalan Dr Setia Budhi No.148 Bandung. Lalu sedikit demi sedikit mengalami kemajuan dan menjadi toko dengan ukuran kurang lebih 5 X 20 meter dengan nama toko Borobudur. Delapan tahun kemudian tepatnya tanggal 15 Desember 1985, berdirilah supermarket di jalan Dr Setia Budhi No.148 Bandung dengan nama

“BOROBUDUR” Super market.

Borobudur super market yang berdiri tanggal 15 Desember 1985 mengalami kemajuan. Yang akhirnya membuka cabang cabang. Diantaranya di Jl. Kopo Sayati kabupaten Bandung, Ranca Bolang Komplek Margahayu Raya Bandung, dan Jl.Dakota Pada tahun 1995. mengalami perubahan nama. Yang tadinya bernama Super market Borobudur menjadi super market “BORMA”.

Ditengah tengah krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997, Borma super market tetap kokoh.Walaupun disana sini banyak perusahaan yang gulung tikar akibat dari krisis moneter tersebut. Bahkan Borma super market dapat membuka cabang didaerah pinggiran diantaranya adalah: Borma Soreang, Borma Permata Cimahi, Borma Ketapang dang Borma Lembang. Sampai sekarang Borma yang ada dalam managemen Dakota group ada 11 tempat. Dan Borma keseluruhan yang ada dikota Bandung dan kabupaten Bandung berjumlah 22 diberbagai tempat.


(62)

Borma Dakota sendiri berdiri 15 Desember 1995. Dengan Luas lahan 528 meter persegi. serta jumlah karyawan 30 orang dan jumlah Staff 3 orang. Dakota Menjadi Borma pusat setelah pada tahun 1997 atau tepatnya pada bulan Agustus 1997 kantor pusat / HO BORMA Group pindah dari alamat yang lama yaitu ruko Taman Kopo Indah I. Ke Jln Dakota 109 Bandung. bergabung menjadi satu dengan cabang Dakota, dan menjadi Dakota Group dengan Borma Dakota sebagai Borma pusat.

Borma Dakota telah mengalami beberapa kali renovasi untuk menjadikan Borma Dakota menjadi supermarket yang lebih bersaing di pasaran. Renovasi tersebut diantaranya pada bulan agustus 1997 cabang Dakota diadakan Renovasi / perluasan lahan dari luas sebelumnya 528 meter persegi menjadi 1032 meter persegi. Pada bulan September 2002 cabang Dakota kembali di lakukan Renovasi dan penambahan lahan dari luas.1032 meter persegi menjadi .1941 meter persegi. Bulan Agustus 2007 cabang Dakota kembali di lakukan renovasi dan perluasan lahan dari luas sebelumnya 1941 meter persegi menjadi 3141 meter persegi sampai dengan sekarang. Kini Borma Dakota mempunyai lebih dari seratus karyawan yang mungkin akan terus bertambah sejalan dengan terus berkembangnya Borma Dakota.

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Misi dan Visi Borma adalah “ SELALU MURAH SETIAP HARI “. Itulah visi BORMA. Semboyan dari Misi dan Visi Borma untuk menarik konsumen. Artinya


(63)

adalah walaupun tidak mengadakan program program Khusus, Borma berusaha menjual barang yang selalu murah setiap hari.

3.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Borma Dakota sebagai Borma pusat di kepalai oleh seorang General Manageryang mengepalai 4 midle manager dibawahnya yaitu:

 Manager Keuangan

 Manager Merchandise

 Manager personalia

 Manager operasional

Selain Manager Keuangan 3 middle manager lain mempunyai komando ke lower manager yaitu store manager. Yang mempunyai tanggung jawab langsung

mengatur jalannya perusahaan secara langsung. Atau bisa disebut manager operasional supermarket. Dibawah ada bagian – bagian yang turun secara langsung dalam operasional Borma.


(64)

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Borma 3.1.4. Deskripsi Tugas

1. General Manager

- Penanggung jawab perusahaan

- Memonitoring dan mengawasi jalannya perusahaan

- Menentukan dan menetapkan strategi, tujuan utama dan kebijaksanaan pengembangan perusahaan.

- Menyiapkan rencana dan anggaran serta aliran kas keuangan - perusahaan.

- Menetapkan permodalan anggaran dan aliran kas keuangan

- perusahaan.

General Manager

Manager Merchandising

Manager Personalia

Store Manager

Supervisor

Kepala Bagian

Karyawan/ Karyawati

Manager Operasional Manager


(65)

- Menetapkan tugas, tanggung jawab dan wewenang setiap pejabat yang berada di bawah pimpinannya.

- Mengawasi jalannya perusahaan dan mengadakan perubahan-

perubahan yang diperlukan sejalan dengan kebutuhan akan perkembangan perusahaan.

- Menentukan pengambilan keputusan terakhir untuk intern perusahaan dan untuk mewakili nama perusahaan

2. Manager Keuangan

- Bertanggung jawab atas pengeluaran keuangan perusahaan yang

menyangkut pada kebijaksanaan penggunaan dana atas segala kegiatan usaha.

- Merencanakan sumber-sumber keuangan.

- Mengatur pengalokasian dan penggunaan dana-dana.

- Bertanggung jawab untuk memberikan informasi keuangan dan

hasil produksi.

3. Manager Merchandising

- Membuat dan mengatur program-program yang berhubungan dengan

pemasaran atau kegiatan promosi di store

- Menyusun rencana pembelian

- Menyusun planogram pajangan


(66)

4. Manager Personalia

Mengawasi dan menilai kinerja semua karyawan. Terbagi menjadi:

Ordering

- Bertanggung jawab terhadap kebutuhan produk, menjamin

ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu dalam kuantitas dan kualitas yang tepat.

Schedule

- Membuat jadwal kerja untuk karyawan

- Memeriksa kelengkapan administrasi karyawan

Training

- Merekrut karyawan

- Memberikan pelatihan kepada karyawan

5. Manager Operasional

- Menentukan garis besar kegiatan perusahaan

- Mengawasi aktifitas perusahaan yang telah ditentukan

- Mengusulkan perencanaan pembukaan toko baru pada general

manager

6. Store Manager


(67)

sesuai dengan tujuan perusahaan

- Mengawasi dan menilai kinerja para staf manajemen

- Menyampaikan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang

diberikan oleh kantor pusat yang harus dilakukan oleh cabang perusahaan

- Bertanggung jawab kepada kantor pusat atas semua kegiatan di perusahaan cabang

- Bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan.

7. Supervisor

- Bertanggung jawab terhadap kondisi equipment yang ada di toko. - Membuat daftar gaji karyawan.

- Memonitor kegiatan kerja karyawan sehari - hari.

- Membuat laporan hasil penjualan store setiap harinya yang kemudian diserahkan kepada storemanager,

- Mengatur hal-hal yang berhubungan dengan performance karyawan seperti seragam karyawan.

- mengatur dan melengkapi officesupllies

8. Kepala bagian

- Melaksanakan fungsi kerja operasional perusahaan berdasarkan

prosedur yang telah ditentukan sesuai dengan posisi pekerjaan yang telah dibuat oleh store manager.


(68)

- Mengawasi kerja semua karyawan dalam lingkup bagiannya , dan

- Mentraining crew baru

9. Karyawan / Karyawati

- Melaksanakan tugas menurut bagiannya masing – masing

3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Design Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan, memperoleh data, baik berupa data primer maupun sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Adapun pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010 : 2) :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.


(1)

117

3. Tanggapan responden mengenai disiplin kerja karyawan dikategorikan BAIK berdasarkan hasil dari perhitungan frekuensi yaitu sebesar 61,0 %. Artinya disiplin kerja di Borma Dakota sudah cukup baik.

4. Hubungan kedua variabel antara variabel bebas (Sistem Informasi Absensi) dengan variabel terikat (Disiplin Kerja karyawan) adalah relative baik dan searah serta signifikan. Searah yang dimaksud disini artinya jika Sistem Informasi Absensi semakin baik maka akan semakin baik pula tingkat disiplin kerja para karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus koefisien determinasi besarnya Peranan Sistem Informasi dalam meningkatkan Disiplin Kerja karyawan adalah 40,0 % yang artinya hubungan tersebut relative Baik. Sedangkan sisanya 60,0 % dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penulis, seperti motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan. Dari perhitungan hipotesis, didapat nilai Zhitung sebesar 4,651 sedangkan Ztabel sebesar 2,58 untuk α = 1 %, Hal ini dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam proses absensi maka penulis menganjurkan. Agar perangkat penunjang sistem lebih diperbaharui. Seperti


(2)

118

komputer, dianjurkan agar diganti dengan komputer yang lebih baik. Atau memiliki spesifikasi yang lebih baik, agar proses absensi dapat berjalan lebih cepat. Dan scanner hendaknya diganti dengan alat yang lebih modern agar lebih efektif seperti mesin fingerprint maupun Pemindai Retina

2. Untuk prosedur dalam Sistem Absensi ini dianjurkan agar diberi batasan jam kerja sehingga masalah keterlambatan dapat di minimalisir.

3. Admin hendaknya mengambil tidak dari karyawan biasa. Tapi dari orang yang mempunyai kemampuan dalam bidang IT. sehingga bila terjadi kesalahan dalam sistem biasa mengatasinya.

4. Untuk penulis berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema serupa dengan penulis. Hendaknya menggunakan metode yang lebih baik lagi dari skripsi ini.


(3)

vii

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Andi Offset. Yogyakarta. Abdurrahman Fathoni. 2004. Metodologi Penelitian. Garut

Avin Fadilla Helmi. Desember 2002. Disiplin Kerja, Buletin Psikologi, Tahun IV, Nomor 2 , Edisi khusus Ulang Tahun XXXII

Bambang S. Soedibjo, 2005, Pengantar Metode Penelitian. STIE – STMIK ppppppPASIM:Bandung

Fahmi Natigor Nasution. Juni 2006. Jurnal Teknik Informatika Vol. 4, No 7

Flippo. Juli 2007. Displin Karyawn, No 27

Gomes, Faustino C. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset Yogyakarta

Hani, Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE : Yogyakarta

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi.Yogyakarta. Jogiyanto. 2005. Pengenalan Komputer. Andi Offset. Yogyakarta.

Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Pt Bumi Aksara. Yogyakarta

Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat : Jakarta

Prijodarminto, Soegeng. 2004. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Pradnya Paramita : Jakarta


(4)

viii

Riduan, Achmad Kuncoro Engkos. 2008. Analisis Jalur. Alfabeta. Bandung. Roger S.Pressman, Ph.D 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Andi Yogyakarta Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bumi

Aksara : Jakarta

Soedjono, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat : Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif , kualitatif dan R&D. Alfabeta :

Bandung

Teddy Nugraha. 2010. Sistem Informasi Absen Karyawan dan Penggajian. printergemblong

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian kualitatif dan kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.

Yapi Frido Muskita, Analisa Disiplin Kerja terhadap Prestasi Kerja pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Operasional Biak.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

DATA PRIBADI

Personal Details

Nama / Name : Andri Santoso

Alamat / Address : JL. Saluyu Indah XI No.17 Komp. Perumahan Riung Bandung

Kode Post / Postal Code : 40296

Nomor Telepon / Phone : 085722173377

Email : romanceofandri88@gmail.com

Jenis Kelamin / Gender : Pria

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 29/07/1988 Status Marital / Marital Status : Belum Kawin Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

RIWAYAT PENDIDIKAN

Educational Qualification

Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang IPK

2006 - 2012 Universitas Komputer Indonesia Sistem

Informasi S1 2,88

2003 - 2006 SMA Negeri 12 IPS - -

2000 - 2003 SMP Negeri 31 - - -

1995 - 2000 SD Negeri Cisaranten Kidul - - -


(6)