Peranan Sistem Informasi Absensi Dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan Di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten

(1)

DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Pada Program Studi Sistem Informasi

Jenjang Sarjana Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Oleh :

HAGANA MARANAI NIM. 1.05.06.094

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

kehadiran para pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan kata lain adalah untuk melihat tingkat disiplin para karyawan. Serta memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian sumber daya manusia yang berhubungan dengan kedisiplinan karyawan berupa absensi kehadiran kerja. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui Peranan dari Sistem Informasi Absensi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengetahui implementasi dari Sistem Informasi Absensi yang kini sedang berjalan di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, maka dapat dilihat dari Flow Map, Diagram Konteks (DK) dan Data Flow Diagram (DFD). Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan penyebaran kuesioner. Analisis kuantitatif menggunakan statistik analisis Korelasi Pearson, Koefisien Determinasi, dan Uji Z untuk menguji hipotesis dengan bantuan aplikasi SPSS 15.0 For Windows.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu tingkat kategori untuk tanggapan responden terhadap Sistem Informasi Absensi dinyatakan BAIK dan Tanggapan responden mengenai disiplin kerja dikategorikan BAIK pula, dihasilkan tingkat korelasi Sedang dan Searah serta signifikan dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dengan persentase peranan yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Absensi terhadap disiplin kerja karyawan yaitu sebesar 21,8% dan sisanya 78,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yaitu motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan. Dalam uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji z, didapatkan nilai Zhitung sebesar 4,151 dan Ztabel sebesar 2,58 untuk α = 1 %, maka dapat diketahui bahwaH0 ada pada daerah penolakan, berarti H1 diterima atau Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten.

Kata Kunci : Sistem Informasi Absensi, Sistem Informasi Absensi fingerprint,


(3)

ii

accordance with applicable regulations, in other words is to see the level of discipline the employee. And to provide as complete information on the leaders and the kekaryawanan related to discipline employees in the form of work absenteeism attendance. The purpose of this study is to determine the impact of Fingerfrint Attendance Software Employee Discipline Against the PLN Distribution of Jabar Banten.

The method used in this research is descriptive and verification with quantitative approach. To know the implementation of Attendance Information System that are currently running on PLN Distribution of Jabar Banten, it can be seen from the Flow Map, Context Diagram (DK) and Data Flow Diagram (DFD). Data collection techniques using observation, interviews and questionnaires. Quantitative analysis using statistical analysis of Pearson Correlation, coefficient of determination, and the Z test to test the hypothesis with the help of the application of SPSS 15.0 For Windows.

Results of research conducted by the researchers that the level of response categories for the respondents to the quality of Attendance Software Fingerfrint otherwise GOOD and Responder of the discipline of work after the introduction of Attendance Information System categorized GOOD, with a generated the level of correlation medium and direction as well as significant in improving the discipline of employees with the percentage impact produced by the Attendance Information System to discipline employees that is equal to 21.8% and the remaining 78.2% influenced by other factors likes motivation, insentive employee and leadership style. In a hypothesis test conducted using the z test, a score of 4.151 and Ztabel of 2.58 for α = 1%, it can be seen that there is in the rejection of H0, H1 accepted or mean Attendance Information System impact on the Discipline of Employees in PLN Distribution of Jabar Banten.


(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, akhirnya berkat Rahmat dan Izin – Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah untuk pimpinan umat, Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu memberikan teladan, yang menerangi langkah menuju kebenaran, menanggalkan kebodohan, serta bagi para sahabat, keluarga, dan para mujahid yang selalu membantu perjuangan Beliau.

Penyusunan Skripsi ini pada hakikatanya menguraikan judul Skripsi yang penulis susun, yaitu “Peranan Sistem Informasi Absensi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat

dan Banten”.

Penulis menyadari pada Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, namun penulis mencoba untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Harapan penulis, Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Drs. Bambang S. Soedibjo, M.Eng.Sc. yang telah memberikan bantuan serta saran dalam penyelesaian Skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan


(5)

1. Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr.Arry Akhmad Arman, selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.

3. Bapak H. Dadang Munandar, SE.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi.

4. Ibu Citra Noviyasari, S.Si.,MT selaku Dosen Wali MI-2 yang telah banyak membantu selama perkuliahan.

5. Bapak Iyan Gustiana, S.Kom, M.Kom. selaku Dosen Penguji I seminar dan sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof.Dr.Hj. Umi Narimawati, Dra, S.E, M.Si selaku Dosen Penguji II seminar dan sidang skripsi yang telah memberikan masukan yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Pimpinan dan semua staf PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten, khusunya di bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia.

8. Ibu Aneu dan Ibu Enden Nisa Nur’Adzini, selaku pembimbing di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 9. Semua Staf Tata Usaha Bidang Studi Sistem Informasi, Terima kasih atas


(6)

memberikan motivasi kepada penulis.

12. Desy Nurpaida yang selalu mendampingi penulis dalam penyusunan skripsi. Terima kasih atas bantuan, dukungan serta doa yang diberikan. 13. Agus, Asep, Ulfah, Ayu, dan teman-teman seperjuangan riset pada

semester genap 2011 yang saling membantu dan memotivasi selama penyusunan skripsi.

14. Teman-teman kelas MI-2 yang telah saling mambantu selama masa perkuliahan.

15. Andri, Rashi, Rangga dan teman-teman The Company Men serta rekan-rekan 4D’Last Band yang telah memberikan dukungan bagi penulis. Tiada manusia yang sempurna, karenanya penulis sangat menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam penyusunan Skripsi ini banyak terdapat kekurangan.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala Rahmat - Nya kepada kita semua.


(7)

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2011 Penulis,

Hagana Maranai NIM. 1.05.06.094


(8)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini untuk menghadapi persaingan global, perusahaan-perusahaan sangat membutuhkan peranan komputer dalam segala aktivitasnya. Bahkan komputer juga diandalkan untuk mengambil suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah yang ada berdasarkan pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi informasi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya menghimpun semua informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan demi kemajuan perusahaan tersebut.

Peranan sistem informasi terhadap kemajuan perusahaan sudah tidak diragukan lagi. Dengan dukungan sistem informasi yang berjalan dengan baik maka suatu organisasi akan memiliki berbagai keunggulan sehingga aktivitas organisasi akan berjalan lancar serta mampu bersaing dengan perusahaan lain.

Oleh karena itu sebagian besar perusahaan menerapkan berbagai teknologi informasi untuk menunjang berbagai kegiatan di dalam perusahaan. Hal ini juga telah diterapkan oleh PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Salah satu teknologi informasi yang diterapkan adalah Sistem Informasi Absensi. Sistem ini dibuat dalam rangka pembinaan karyawan, khususnya untuk melakukan evaluasi kedisiplinan dan monitoring absensi para pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sistem informasi ini juga sangat penting, karena


(9)

data absensi sangat diperlukan untuk menghitung pembayaran insentif karyawan yang nantinya berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan. Selain itu, data absensi juga dibutuhkan untuk melihat tingkat disiplin para karyawannya, yaitu dengan melihat dari jam masuk serta jam keluar kantor para karyawan di perusahaan tersebut.

Sistem informasi absensi yang ditunjang dengan teknologi mesin fingerprint telah diterapkan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten sejak tahun 2004, Namun masih ada masalah-masalah yang terjadi setelah sistem tersebut diterapkan. Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam sistem informasi absensi yaitu, sidik jari seringkali sulit terbaca oleh mesin fingerprint, sehingga menghambat proses absensi. Selain itu masalah yang terjadi didalam sistem informasi absensi yaitu tidak adanya prosedur pembatasan jam kerja di dalam perangkat lunak. Lalu masalah lain yang terjadi adalah apabila ada pegawai yang lupa melakukan proses absensi dan tidak melapor pada admin yang mengelola sistem hingga beberapa hari, maka data yang sudah ada tidak bisa dirubah lagi sehingga akan merugikan karyawan. Hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman para karyawan terhadap prosedur sistem informasi absensi yang diterapkan.

Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai


(10)

tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang, sejak ditetapkannya UU No. 30/ 2009 tentang UU Ketenagalistrikan, pemerintah memberikan keluasan kesempatan bagi pemerintah daerah, selain perusahaan swasta untuk ikut berperan dalam memberikan suplai listrik bagi masyarakat Indonesia.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka dibutuhkan peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai atau karyawan. Karyawan merupakan faktor penting dalam setiap organisasi, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Karyawan merupakan faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan, karena karyawan yang menjadi penggerak dan penentu jalannya organisasi agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Pencapaian produktivitas kerja karyawan yang tinggi tidaklah mudah. Faktor yang sangat penting untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi adalah pelaksanaan disiplin kerja dari para karyawan, karena hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mendasari keberhasilan dan kemajuan perusahaan dalam mencapai tujuan ( Hasibuan, 2002: 189 ). Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku ( Hasibuan, 2002: 193 ).


(11)

Disiplin kerja disini adalah mengenai disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam disiplin kerja yang tinggi, maka suatu produktivitas kerja juga akan tercapai. Kedisiplinan bukan hanya indikasi adanya semangat dan kegairahan kerja, tetapi juga dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Perusahaan tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yng baik harus bersikap tegas dan menjadi teladan bagi para karyawannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraturan yang telah disepakati bersama, maka pelanggaraan terhadap peraturan tersebut haruslah dikenakan tindakan tegas, dan sesuai dengan ketentuan yang ada.

Tingginya disiplin kerja pegawai akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal, baik itu disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan dalam perusahaan tersebut. Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam rangka menegakkan kedisiplinan perlu teladan dari pimpinan. Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan panutan oleh para pegawainya.

Disiplin kerja di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten belum dilakukan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih terjadinya penyimpangan jam kerja yang dilakukan oleh karyawan, seperti keterlambatan jam masuk kerja yang seringkali terjadi. Salah satu contoh dari penyimpangan jam kerja dapat dilihat dalam tabel berikut :


(12)

Tabel 1.1.

Persentase Keterlambatan Karyawan Bulan April 2011

No. Waktu Jumlah Keterlambatan Masuk Kerja

Persentase (%) 1 Minggu Pertama 324 22,9 % 2 Minggu Kedua 332 23,5 % 3 Minggu Ketiga 307 21,7 % 4 Minggu Keempat 373 26,4 %

Sumber : PT. PLN Distribusi Jabar dan Banten

Dengan diterapkannya Sistem Informasi Absensi diharapkan para karyawan akan lebih meningkatkan tingkat kedisiplinannya terhadap penggunaan jam kerja, dengan kata lain mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan Uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Sistem Informasi Absensi terutama mengenai bagaimana perannya dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan dan bermaksud menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: “Peranan Sistem Informasi Absensi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan, yakni:

1. Sering terhambatnya proses absensi yang dilakukan karyawan dikarenakan mesin fingerprint yang bermasalah saat melakukan proses scanning.


(13)

2. Belum efektifnya tingkat disiplin jam kerja karyawan setelah sistem Informasi Absensi diterapkan.

1.2.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem informasi absensi yang sedang berjalan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

2. Bagaimana tanggapan responden terhadap implementasi Sistem Informasi Absensi yang berjalan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

3. Bagaimana tanggapan responden terhadap tingkat disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

4. Seberapa besar peranan sistem informasi absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mendapatkan data dan informasi tentang Sistem Informasi Absensi serta disiplin kerja karyawan yang akan digunakan untuk menganalisis “Peranan Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten”.


(14)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Informasi Absesnsi yang sedang berjalan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap implementasi Sistem Informasi Absensi yang berjalan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

3. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden terhadap disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

4. Untuk mengetahui seberapa besar peranan Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

1.4. Batasan Masalah

Untuk mengkaji suatu permasalahan yang di hadapi oleh PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten, dalam hal ini penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas, agar pembahasan dan penyusunan dapat di lakukan secara terarah dan tercapai dengan tujuan yang di harapkan serta untuk menghindari meluasnya masalah. Maka batasan masalah yang ada yaitu penelitian dilakukan hanya pada Karyawan Non Manager di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berpendidikan D1 hingga S2.


(15)

1.5. Kegunaan/Manfaat Penelitian

Semua informasi yang dihasilkan dikumpulkan melalui penelitian dan studi literatur ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri, PT. PLN (PERSERO) Jawa Barat dan Banten, maupun Pihak lain.

1.5.1. Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten dalam meningkatkan kebijakan yang berhubungan dengan pelaksanaan disiplin kerja karyawan. 2. Sebagai bahan masukan bagi karyawan di PT. PLN (PERSERO)

Distribusi Jawa Barat dan Banten agar dapat melaksanakan disiplin kerja karyawan.

1.5.2. Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara akademis sebagai berikut :

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembandingan antara ilmu manejemen (teori) dengan keadaan yang terjadi langsung di lapangan (praktek). Sehingga dengan adanya perbandingan tersebut akan lebih memajukan ilmu Manajemen Informatika yang sudah ada untuk ditahapkan pada dunia nyata dan dapat menguntungkan bagi berbagai pihak.


(16)

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu Manajemen Informatika atau Sistem Informasi, dan perilaku berorganisasi terutama mengenai budaya organisasi dalam mempengaruhi pelaksanaan aplikasi Sistem Informasi.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Peranan Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten, maka tempat dimana akan dilakukan penelitian adalah di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang bertempat di Jl. Asia Afrika 63 Bandung. Adapun jadwal penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan dan Pengajuan Proposal 2 Observasi Objek

Penelitian 3 Pengumpulan dan

analisis Data 4 Penyusunan Laporan


(17)

(18)

2.1.Kajian Pustaka 2.1.1. Sistem

Definisi sistem menurut Jogiyanto (2005 :5) :

“Sistem adalah kumpulan dari elemen – elemen yang berintegresi untuk mencapai tujuan tertentu.”

Definisi sistem menurut Sri (2008:7) :

“Sistem adalah kumpulan/group dari bagian/komponen apapun baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”.

Definisi sistem menurut Hanif (2007:10):

“Suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-veriabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain”.

Dari pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem merupakan suatu kumpulan dari sub sistem atau jaringan kerja yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process) dan sasaran atau tujuan. Karakteristik tersebut didefinisikan sebagai berikut :


(19)

1. Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2. Batas Sistem

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan.

3. Lingkungan Luar Sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat jaga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.


(20)

4. Penghubung Sistem

Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lainnya. Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem yang lainnya dengan malalui penghubung.

5. Masukan Sistem

Masukan (input) adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem.masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.

6. Keluaran Sistem

Keluaran (output) adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Misalkan untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

7. Pengolahan Sistem

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.


(21)

8. Sasaran Sistem

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Jika suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan berguna. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.

Bentuk umum dari sistem terdiri dari atas masukan (input), proses, dan keluaran (output). Dalam bentuk umum sistem ini biasa melakukan satu atau lebih masukan yang akan diproses dan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Gambaran umum mengenai sistem ditunjukan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Bentuk Umum Sistem Sumber Jogiyanto (1999:3)

2.1.2. Informasi

Definisi Informasi menurut Hanif (2007:15 ) adalah:

“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendatang”.

Definisi Informasi menurut Jogiyanto (2005:589 ) adalah :

“Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.”

Informasi Menurut Krismiaji dalam Zabaer (2005:15) :


(22)

Informasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam organisasi. Suatu sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi luruh, sehingga informasi tersebut sangat penting artinya bagi suatu organisasi.

Informasi yang baik adalah informasi yang rangkaian datanya lengkap dan akurat serta informasi yang dihasilkan berdasarkan data terbaru. Dalam karakteristiknya informasi mengalami perubahan kondisi, dari kondisi tidak mengetahui menjadi kondisi mengatahui. Perubahan dalam informasi ini dapat tidak terduga, perubahan informasi yang baik dapat merubah atau mengoreksi informasi sebelumnya sehingga dapat mengganti informasi yang lama menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Manfaat dari informasi itu sendiri dapat mengurangi keraguan dan ketidakpastian bagi penggunanya. Dari informasi yang baik juga, para pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat bagi perusahaannya. Informasi adalah hasil dari pengolahan data, data yang berdiri sendiri tanpa adanya pengolahan yang tepat tidak akan menjadi sesuatu yang berguna. Sebagai pengolah data dibutuhkan suatu sistem yang sesuai agar pengolahan data tersebut dapat berguna dengan baik.

2.1.3. Sistem Informasi

Definisi sistem informasi menurut Jogiyanto (2009: )

“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur- prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik”.


(23)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, dan untuk memberikan gambaran aktivitas didalam perusahaan.

Menurut Abdul Kadir (2007:71) komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai berikut:

1. Perangkat keras (Hardware), mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer dan printer

2. Perangkat lunak (Software), atau program sekumpulan instruksi yang memungkinkan peranti keras untuk memproses data

3. Orang, semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan sistem informasi

4. Basis data (Database), sekumpulan tabel, hubungan dll yang berkaitan dengan penyimpangan data.

5. Prosedur, sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki Selain memiliki komponen - komponen diatas.

Sistem Informasi juga melakukan aktivitas atau kegiatan - kegiatan untuk menghasilkan informasi yang akurat serta bermanfaat bagi para penggunanya. Kegiatan yang terdapat dalam sistem informasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Input (input), menggambarkan bagaimana suatu kegiatan menyediakan data untuk diproses.


(24)

2. Proses (process), menggambarkan bagaimana suatu data di proses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah.

3. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas.

4. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data.

5. Kontrol, suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.4. Sistem Informasi Absensi

Sistem Informasi Absensi menurut Enden Nisa Nur Adzini (2011) adalah “Sistem yang digunakan untuk informasi jam kerja pegawai yang akan berhubungan dengan Imbalan Kerja Semester”. Imbalan Kerja Semester adalah insentif karyawan yang diberikan perusahaan dalam jangka waktu 6 bulan.

2.1.5. Pengertian Disiplin

Disiplin Menurut Hasibuan (2000:190) adalah :

“Fungsi operatif keenam dari Manajemen Sumber Daya Manusia”.

Disiplin pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemahdan tidak bertahan lama. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan


(25)

keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa saja telah menjadi norma, etika dan kaidah yang berlaku.

2. Adanya perilaku yang terkendali 3. Adanya ketaatan.

Disiplin dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu (Prijodarminto, 2004 : 25) :

1. Disiplin Pribadi

Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

2. Disiplin Kelompok

Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

3. Disiplin Nasional

Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai yang belaku secara nasional.


(26)

2.1.6. Disiplin Kerja

Setiap perusahaan pada umumnya menginginkan agar para karyawan yang bekerja dapat mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, diharapkan agar para karyawan dapat melaksanakan sikap disiplin dalam bekerja sehingga produktivitasnya pun meningkat. Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).

Disiplin kerja dapat pula dikatakan sebagai kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya, kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. (Hasibuan, 2002 : 193) Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap pada pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dimana dia bekerja.

Dengan demikian disiplin kerja dapat dilihat dari kepatuhan karyawan terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung jawab pada pekerjaan. Selain itu karyawan harus bekerja sesuai dengan prosedur yang ada serta memelihara perlengkapan kerja dengan baik.


(27)

Menurut Handoko (2008 : 208), disiplin kerja dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : 1. Disiplin Preventif

Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secar sadar mentaati berbagai standart dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan “ Self Dicipline” pada setiap karyawan tanpa kecuali. Manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif dimana berbagai standar diketahui dan dipahami. Untuk memungkinkan iklim yang penuh disiplin kerja tanpa paksaan tersebut perlu kiranya standart itu sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dicegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaranpelanggaran atau penyimpangan dari standart yang ditentukan.

2. Disiplin Korektif

Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action)

3. Disiplin Progresif

Disiplin ini berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan


(28)

korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.

Disiplin dalam bekerja sangatlah penting sebab dengan kedisiplinan tersebut diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh para karyawan, bekerja sesuai dengan prosedur, dan sebagainya sehingga pekerjaan terselesaikan secara efektif dan efesien serta dapat meningkatkan produktivitasnya. Oleh karena itu bila karyawan tidak menggunakan aturan-aturan yang ditetapkan dalam perusahaan, maka tindakan disiplin merupakan langkah terakhir yang bisa diambil terhadap seorang pegawai yang performansi kerjanya dibawah standar. Tindakan disiplin ini dapat berupa teguran-teguran (reprimands), penskoran (suspension), penurunan pangkat atau gaji (reductions in rank or pay) dan pemecatan (firing).

Tindakan disiplin tersebut tidak termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh pengurangan anggaran atau kurangnya kerja. Tindakan-tindakan disipliner ini disebabkan oleh kejadian-kejadian perilaku khusus dari pegawai yang menyebabkan rendahnya produktivitas atau pelanggaran-pelanggaran aturan-aturan instansi (Gomes, 2000 : 232).

Ada beberapa indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya (Soejono, 2003:67) :

1. Ketepatan waktu

2. Mampu memanfatkan dan menggunakan perlengkapan dengan baik 3. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan


(29)

4. Kesetiaan/Patuh Pada Peraturan dan Tata Tertib yang Ada. 5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2.1.7. Hubungan Sistem Informasi Absensi dengan Disiplin Kerja Karyawan

Adapun teori penghubung yang menunjukkan keterkaitan antara variabel X dan Y yaitu :

At Issue in the American Workplace (On 2006 by Richard L. Swansbro) “Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat. Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau informasi yang baik”.

2.2.Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1. Kerangka Pemikiran

Sistem Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Untuk menunjang segala bentuk aktivitas perusahaan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien perlu diterapkan teknologi dalam sistem informasi tersebut, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai. teknologi informasi juga telah diterapkan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten dan salah satunya yaitu Sistem Informasi Absensi.

Menurut Abdul Kadir (2007:71) komponen-komponen dari sistem informasi adalah sebagai berikut:

1. Perangkat keras (Hardware), mencakup peranti-peranti fisik seperti komputer dan printer


(30)

2. Perangkat lunak (Software), atau program sekumpulan instruksi yang memungkinkan peranti keras untuk memproses data

3. Orang, semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem informasi, pemrosesan dan penggunaan sistem informasi

4. Basis data (Database), sekumpulan tabel, hubungan dll yang berkaitan dengan penyimpangan data.

5. Prosedur, sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki

Sistem Informasi Absensi menurut Enden Nisa Nur Adzini (2011) adalah :

“Sistem yang digunakan untuk informasi jam kerja pegawai yang akan berhubungan dengan Imbalan Kerja Semester”.

Tujuan dari penggunaan sistem informasi absensi ini adalah :

1. Melakukan evaluasi dan monitoring kehadiran para pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan kata lain adalah untuk melihat tingkat disiplin para karyawan.

2. Kemudahan dan kenyamanan dalam proses absensi pada karyawann dan dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam pembuatan laporan absensi bagi unit kerja, khususnya bagian sumber daya manusia.

3. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada pimpinan dan bagian sumber daya manusia yang dapat dijadikan unsur dasar dalam penilaian karyawan.


(31)

Perusahaan secara umum memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan dan berkembang menjadi besar dalam memperoleh kemajuan usaha. Tujuan tersebut akan tercapai jika efektivitas kerja karyawan yang terus meningkat, karena keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari efektivitas kerja karyawannya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi untuk tercapainya efektivitas kerja, salah satu diantaranya adalah disiplin kerja.

Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Sastrohadiwiryo, 2001 : 291).

Diterapkannya disiplin pada setiap karyawan maka akan mendukung terciptanya suatu keadaan tertib dimana karyawan akan melaksanakan pekerjaan dan kewajiban-kewajibannya dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan. Selain itu kenyamanan para karyawan harus dimbangi dengan pemenuhan fasilitas untuk bekerja serta peningkatan kesejahteraan agar para karyawan terdorong untuk disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dalam rangka meningkatkan disiplin karyawan, maka upaya pengendalian dan pengawasan disiplin kerja karyawan perlu dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Salah satu faktor yang dapat dijadikan sebagai alat pengawasan dan pengendalian adalah melihat tingkat kehadiran karyawan yang secara periodik dievaluasi.


(32)

Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja menurut Soejono (2003 : 67), dapat dikelompokkan menjadi lima indikator yaitu diantaranya :

1. Ketepatan Waktu

Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang telah lewat, sekarang dan yang akan datang. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba.

2. Mampu memanfaatkan perlengkapan dengan baik

Perlengkapan yang disediakan kantor harus mampu digunakan dengan sebaik-baiknya agar pekerjaan yang ada dapat dilakukan dengan maksimal.

3. Kesetiaan / Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada

Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh dalam mengenakan seragam, atau dalam melaksanakan komitmen yang telah disetujui bersama dan terhadap peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.


(33)

4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan

Pegawai dinilai memuaskan dalam melakukan pekerjaanya jika melakukan tanggung jawab sesuai dengan target dan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

5. Memiliki Tanggung Jawab Yang Tinggi

Tanggung jawab merupakan hal yang mendasari pimpinan untuk menilai kedisiplinan pegawainya. Merawat dan memelihara merupakan salah satu wujud tanggung jawab dari pegawai.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan paradigma penelitian dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2.

Skema Kerangka Pemikiran Var X

Sistem Informasi Absensi 1. Hardware

2. Software 3. Basis Data 4. Prosedur

Abdul Kadir (2007:71)

Var Y

Disiplin Kerja Karyawan 1. Ketepatan Waktu 2. Mampu memanfaatkan

perlengkapan dengan baik 3. Kesetiaan / patuh pada

peraturan yang ada. 4. Menghasilkan pekerjaan

yang memuaskan 5. Memiliki Tanggung

Jawab Yang Tinggi Soejono, (2003 : 67)


(34)

Adapun teori penghubung yang menunjukkan keterkaitan antara variabel X dan Y yaitu :

At Issue in the American Workplace (On 2006 by Richard L. Swansbro)

“Tidak optimalnya sistem pencatatan kehadiran yang ada adalah salah satu faktor yang menyebabkan informasi yang dihasilkan tidak akurat. Maka, untuk menciptakan disiplin para pekerja, teknologi informasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu laporan atau informasi yang baik”.

2.2.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dituangkan diatas, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

”sistem informasi absensi berperan dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan”.


(35)

3.1. Objek Penelitian

Menentukan objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang kegiatan selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah dicapai. Secara umum objek penelitian adalah merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam menyusun suatu laporan penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu “Peranan sistem informasi absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten”. Sehingga dalam penelitian ini dapat diketahui dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Absensi Fingerprint sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten.

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, pada saat beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu NV NIGN yang


(36)

kemanfaatan umum.

Pada tahun 1927 Pemerintah Belanda membentuk s' Lands Waterkracht Bedrijven (LB) yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola beberapa PLT antara lain:

1. PLTA Plengan

2. PLTA Lamajan

3. PLTA Bengkok Dago

4. PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat

5. PLTA Giringan di Madiun

6. PLTA Tes di Bengkulu

7. PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara

8. PLTU di Jakarta

Dengan menyerahnya pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang Dunia II maka Indonesia dikuasai Jepang; oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil alih oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang dJepang. Selanjutnya Dengan jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan yang baik ini dimanfaatkan oleh pemuda serta buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan kekuasaan Jepang, kemudian pada bulan September 1945, delegasi dari Buruh atau Pegawai


(37)

yang waktu diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka.

Selanjutnya delegasi Kobarsjih bersama-sama dengan Pimpinan KNPI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada Pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah tahun 1945 No. 1 tertanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda atau pemiliknya semula. Pegawai-pegawai yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan menggabungkan diri pada kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan perjuangan.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Jaya dari cengkeraman penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang Undang Nomor 86 tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 tentang nasionalisasi listrik dan gas milik Belanda. Dengan Undang-undang tersebut, maka seluruh perusahaan listrik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia.


(38)

tahun 1905, di kota Bandung berdiri perusahaan listrik milik Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Bandoengsche Electriciteit Maatschaappij (BEM). Selanjutnya BEM diubah menjadi perusahaan perseroan dengan nama Gemeenschapplijk Electriciteit Bedrijf en Omstreken Voor Bandoeng (GEBEO). Perubahan kembali terjadi, ketika pemerintahan Jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia di antara rentang waktu 1942 -1945. Pada saat itu, pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh perusahaan yang didirikan oleh Pemerintah Jepang dengan nama Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha.

Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, penguasaan pengelolaan tenaga listrik ditangani langsung oleh Pemerintah Indonesia. Salah satunya ditandai dengan terbentuknya perusahaan listrik di Jawa Barat dengan nama PLN Exploitasi XI pada tahun 1961 hingga pertengahan tahun 1975. Kemudian pada kurun waktu 1975 sampai 1994, PLN Exploitasi XI diubah namanya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Distribusi Jawa Barat.

Di tahun 1994, sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan kelistrikan yang bergerak begitu cepat, Badan Hukum PLN mengalami perubahan dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perseroan. Perubahan ini turut mengubah nama perusahaan listrik di Jawa Barat menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Oleh karena wilayah kerjanya tidak hanya menjangkau Jawa Barat saja, tetapi juga Propinsi Banten, maka sejak tanggal 27 Agustus 2002 hingga saat ini nama PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dilengkapi menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Dan kini, PT PLN


(39)

menempati bangunan lawas bernilai sejarah yang beralamat di Jl. Asia Afrika No. 63 Bandung.

3.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten memiliki visi dan misi yang akan akan dikemukakan sebagai berikut :

3.1.2.1. Visi perusahaan

Visi dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang tentunya selalu ditanamkan pada setiap karyawan yaitu "Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Tumbuh Berkembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani ".

3.1.2.2. Misi Perusahaan

Adapun misi dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah sebagai berikut :

a. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi kepada kepuasan pelanggan, anggota perusahan dan pemegang saham. b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.


(40)

Organisasi PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten sebagai Kantor Induk dinakhodai oleh seorang General Manager. Pada jenjang berikutnya dibawah General Manager ada 6 (enam) Manajer Bidang, yaitu:

1. Manajer Bidang Perencanaan

2. Manajer Bidang Niaga

3. Manajer Bidang Distribusi

4. Manajer Bidang Keuangan

5. Manajer Bidang SDM dan Organisasi

6. Manajer Bidang Komunikasi, Hukum dan Administrasi

Masih berada dibawah General Manager terdapat jabatan setara Manajer Bidang, yaitu Kepala Auditor Internal. Sementara itu, secara operasional untuk melayani pelanggan yang tersebar diseluruh Jawa Barat dan Banten, kami memiliki 17 kantor Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) dan 1 Kantor Area Pengatur Distribusi (APD).


(41)

Gambar 3.1.

Struktur Organisasi PT. PLN (PERSERO Distribusi Jawa Barat dan Banten

3.1.4. Deskripsi Tugas 1. Bidang Perencanaan

a. Menyusun rencana umum pengembangan tenaga listrik (RUPTL), rencana jangka panjang perusahaan (RJP), dan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP).

b. Menyusun rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan. c. Menyusun system manajemen kinerja unit-unit kerja.

d. Menyusun metoda evaluasi kelayakan investasi dan melakukan penilaian finansialnya.


(42)

dana, baik secara bilateral maupun multilateral.

f. Menyusun rencana pengembanagn system teknologi informasi. g. Menyusun rencana pengembangan system aplikasi system informasi. h. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi.

i. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi system informasi.

j. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta penetapan pengaturannya.

k. Merencanakan system scada distribusi. l. Menyusun laporan manajemen di bidangnya

2. Bidang Niaga

a. Menyusun ketentuan dan strategi pemasaran.

b. Menyusun rencana penjualan energi dan rencana pendapatan. c. Mengevaluasi harga jual listrik.

d. Menghitung biaya penyediaan tenaga listrik. e. Menyusun strategi dan pelayanan pelanggan. f. Menyusun sttandart dan produk pelayanan.

g. Menyusun ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS) serta kontrak jual beli tenaga listrik.

h. Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana penyempurnaan.

i. Mengkoordinasikan pelaksanaan tagihan kepada pelanggan tertentu, antara lain TNI / POLRI dan Instansi Veryikal.


(43)

k. Menyusun konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan. l. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.

m. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

3. Bidang Distribusi

a. Menyusun rencana pengoperasian system jaringan distribusi dan membina penerapannya.

b. Menyusun rencana pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi dan membina penerapannya.

c. Menyusun SOP untuk penerapan dan pengujian peralatan distibusi, serta SOP untuk operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.

d. Menyusun disain standart konstruksi jaringan distribusi dan peralatan kerjanya serta membina penerapannya.

e. Mengevaluasi susut energi listrik dan gangguan pada sarana pendistribusian tenaga listrik serta sarana perbaikannya.

f. Menyusun metoda kegiatan konstuksi dan administrasi pekerjaan serta membina penerapannya.

g. Menyusun kebijakan manajemen jaringan distribusi dan kebijakan manajemen perbekalan distribusi serta membina penerapannya.

h. Menyusun pengembangan sarana komunikasi dan otomatisasi operasi jaringan distribusi.


(44)

k. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

4. Bidang Keuangan

a. Mengendalikan aliran kas pendapatan dan membuat laporan rekonsilisasi keuangan.

b. Mengendalikan anggaran investasi dan operasi serta rencana aliran kas pembiayaan.

c. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit serta menyusun laporan keuangan konsolidasi.

d. Menyusun dan menganalisa kebijakan resiko dan penghapusan asset. e. Melakukan pengelolaan keuangan.

f. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

5. Bidang Sumber Daya Manusia dan Oganisasi

a. Menyusun kebijakan pengembangan organisasi dan mengelola pelaksanaanya.

b. Menyusun kebijakan sumber daya manusia dan mengelola pelaksanaanya. c. Menyusun kebijakan pengembangan sumber daya manusia dan mengelola

pelaksanaanya.

d. Mengkaji usulan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia. e. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.


(45)

a. Menyusun kebijakan dan mengelola komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan baik internal maupun eksternal.

b. Menyusun kebijakan dan mengelola fasilitas kerja, system pengamanan dan mmanajemen kantor.

c. Menyusun kebijakan K#, lingkungan dan community development. d. Menyusun kebijakan administrasi.

e. Menyusun dan mengkaji produk-produk hokum dan peraturan-peraturan perusahaan.

f. Memberikan advokasi dalam bisnis energi listrik dan ketenagakerjaan. g. Menyusun standart fasilitas kantor.

h. Mengelola asset tanah dan bangunan serta sarana kerja. i. Mengelola kesekretariatan dan rumah tangga kantor induk. j. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

7. Audit Internal

a. Menyusun program kerja pemeriksaan tahunan, sesuai program kerja perusahaan.

b. Melaksanakan audit internal, meliputi keuangan, teknik , manajemen dan sumber daya manusia.

c. Memberikan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses manajemen dan operasional.

d. Memonitor tindak lanjut temuan hasil audit internal. e. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.


(46)

Mencakup seluruh fungsi distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah dengan batas sisi hulu yaitu kwh meter di gardu induk sisi tegangan menengah dan seluruh fungsi penjualan tegangan rendah, menengah, serta tegangan tinggi dengan pelaksana adalah unit-unit garis depan di wilayah kerjanya.

9. Area Pengatur Distribusi (APD)

Mencakup fungsi gardu induk dengan batas sisi hulu yaitu kWh meter di gardu induk sisi tegangan tinggi dengan pelaksana adalah unit-unit pengatur distribusi di lingkungan PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

10. Unit Pelayanan Jaringan (UPJ)

Unit garis depan pelayanan konsumen tegangan tinggi, menengah, dan rendah dan jaringannya dengan batas sisi hulu yaitu kwh meter di gardu distribusi sisi tegangan menengah dan rendah, serta sisi hilir yaitu kwh meter di gardu distribusi sisi tegangan rendah.

11. Unit Pelayanan Prima (UPP)

Unit pelayanan yang lebih terfokus kepada pelanggan industri yang hanya berkonsentrasi di wilayah padat industri.


(47)

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Abdurrahman (2005 : 21) Metode Penelitian ialah ilmu tentang metode-metode yang akan digunakan dalam melakukan suatu penelitian.

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penuelitian deskriptif dan verifikatif, menurut Abdurrahman (2005 : 21) mendefinisikan bahwa :

‘’Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu”.

Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan .”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji


(48)

dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Menurut Mohamad Nazir (2003:84), desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian

Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian diatas bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Masalah.

Dimana dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan masalah sesuai fenomena-fenomena yang terjadi di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berkaitan dengan Disiplin Kerja karyawannya

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah digunakan


(49)

penarikan kesimpulan. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka diperlukan referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan dalam penelitian sebelumnya dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang terdapat di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

3. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual), sehingga dapat dikatakan jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Absensi berperan dalam maningkatkan Disiplin Kerja Karyawan.

4. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten data yang dikehendaki. Metode yang digunakan peneliti ialah metode deskriptif dan metode penelitian verifikatif.


(50)

Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti berbentuk kuesioner.

6. Kesimpulan

Kesimpulan adalah tahap terakhir dari suatu penelitian yang berupa jawaban atas rumusan-rumusan masalah, dengan mengemukakan pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi atas masalah-masalah yang terjadi, dan diharapkan bermanfaat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terdapat PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Sebelum mengadakan penilaian dalam penelitian, penulis harus menentukan operasional variabel, hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2009:60) menerangkan bahwa:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, dimensi, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.

Sesuai dengan judul penelitian yang penulis ajukan mengenai Peranan Sistem Informasi Absensi Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN


(51)

yang akan diteliti. Variabel menurut Bambang S. Soedibjo (2005:25) adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen

Variabel Independen adalah salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negative. Adapun yang menjadi Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem Informasi Absensi. 2. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah Variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah penelitian. Karena nilai-nilai variabel ini tergantung pada variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel dependen adalah disiplin kerja karyawan.


(52)

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Dimensi Ukuran Skala

Pengukuran Sistem Informasi Absensi (Variabel X) Sistem informasi Absensi adalah suatu sub-sub sistem yang saling terintegrasi yang memproses pengolahan data absensi, serta

membantu pembuatan laporan absensi yang akan dijadikan dasar penghitungan Imbalan Kinerja Semester.

Jogiyanto (2005 : 11)

Hardware Tingkat kemudahan dalam menginputkan data Ordinal Tingkat kegunaan dalam membantu pemrosesan pngolahan data

Ordinal

Software Tingkat

kecepatan sistem absensi dalam memproses data absensi. Ordinal Tingkat keakuratan data Absensiyang dihasilkan Ordinal

Basis Data Tingkat

keakuratan data di dalam sistem

Ordinal

Tingkat

keamanan data di dalam sistem.

Ordinal

Prosedur Penggambaran proses input data ke dalam sistem. Ordinal Penggambaran output yang dihasilkan dari sistem. Ordinal


(53)

(Variabel Y) kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.

(Hasibuan, 2002 : 193)

kesesuaian jam kerja kantor Ordinal Tingkat Kesesuaian batas waktu dalam menyelesaika n pekerjaan Ordinal Mampu

memanfaatkan dan menggunakan

perlengkapan dengan baik Tingkat penggunaan peralatan kantor Ordinal Tingkat tanggung jawab karyawan terhadap peralatan kantor Ordinal Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan Target yang dicapai oleh karyawan Ordinal Target kerja dilakukan sesuai prosedur perusahaan Ordinal

Kesetiaan / Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada

Tingkat loyalitas karyawan pada perusahaan Ordinal Tingkat kepatuhan karyawan terhadap peraturan Ordinal Memiliki tanggung

jawab yang tinggi Tingkat tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan Ordinal Tingkat kesungguhan dalam menyelesaikan tugas Ordinal


(54)

3.3.1. Sumber Data

a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari pribadi (responden) maupun dari suatu perusahaan yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan ataupun dengan cara menyebarkan kuesioner.

b. Data sekunder adalah data yang telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, yang sudah diolah terlebih dahulu oleh perusahaan.

Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah data primer. Menurut Sugiyono (2007: 193) menjelaskan mengenai data primer bahwa sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

3.3.2.Penentuan Sampel

Untuk mengetahui jumlah populasi dan sampel yang terdapat di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten yaitu menggunakan metode penarikan sampel, diantaranya adalah sebagai berikut :

3.3.2.1.Populasi

Menurut Abdurrahman (2004: 165) yang dimaksud dengan populasi ialah : “Keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel penelitian”.

Dari pengertian diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi


(55)

Populasi yang digunakan adalah seluruh karyawan Non Manager pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten yang berjumlah 160 orang.

3.3.2.2. Sampel

Menurut Abdurrahman (2004:118) sampel adalah wakil sah bagian-bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Kesimpulan dari pengertian sampel yaitu sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan memungkinkan peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Karena dengan menggunakan sampel dari populasi tersebut sudah dapat mewakili data yang ada pada populasi, dan membantu penulis dalam melakukan perhitungan.

Sampling yang digunakan adalah metode sampling acak (random sampling) yang termasuk dalam probability sampling. Menurut Bambang S. Sudibjo (2005:104) probability sampling adalah setiap anggota populasi yang akan dijadikan sampel memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih atau peluang terpilihnya elemen populasi dapat diketahui.

Menurut Sugiyono (2011:82) Random Sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.


(56)

dan Banten Non Manager sebesar 160, maka dari jumlah tersebut sampel yang akan diambil dalam penelitian ini menjadi sebanyak 80 karyawan, yaitu 50% dari seluruh staf Non Manager yang di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah penelitian lapangan (Field Research), dimana penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten).

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Penulis melakukan pengamatan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten. Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.

b. Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya-jawab kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang akan diteiti. Penulis berinteraksi langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam teknik


(57)

yang dapat memberikan data atau informasi. Informasi itu berupa yang berkaitan dengan Peranan Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten.

c. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini. Hasil dari kuesioner ini yaitu berupa data-data mengenai peranan Sistem Informasi Absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten.

3.3.4.Skala Pengukuran

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Abdurrahman (2004:191) yang dimaksud dengan Skala Ordinal adalah skala yang menunjukan urutan posisi menurut klasifikasi, jenjang atau pangkat diantara beberapa atribut variabel tertentu.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Menurut Sugiyono (2009:194) : Skala likert digunakan untuk


(58)

fenomena sosial”.

Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Skor pernyataan positif

No. Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Setuju Setuju Kurang setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

Sumber: Sugiyono, 2009

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Skor pernyataan negatif

No. Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1 2 3 4 5

Sumber: Sugiyono, 2009 3.3.5.Validitas dan Reliabilitas

Mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kesunggunhan responden dalam menjawab setiap pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh peneliti merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur


(59)

dipercaya, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Dalam mengatasi hal tersebut, maka diperlukan dua macam pengujian yaitu uji validitas dan uji realibitas. Jika validitas dan realibilitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun memberi alasan terhadap hubungan-hubungan antar variabel, bahkan secara luas validitas dan realibilitas mencakup mutu seluruh proses pengambilan data sejak konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis. Pengujian validitas merupakan pengujian yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan pengujian reliabilitas merupakan pengujian yang menyangkut pada ketepatan alat ukur itu sendiri.

3.3.5.1. Uji Validitas

Menurut Abdurrahman (2004:193) Validitas merupakan ketetapan alat ukur yang digunakan ditinjau dari standar yang berlaku pada saat digunakan.

Tabel 3.4

Standar Penilaian Untuk Validitas Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

(Sumber: Barker et al, 2002:70)

Uji validitas data dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas data dan derajat kebenaran (valid atau tidaknya suatu item pernyataan pada kuesioner yang diberikan


(60)

> 0,3 maka butir dinyatakan valid (Bambang S. Soedibjo, 2005:74).

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban responden pada pernyataan lainnya. Nilai kedekatan jawaban responden diukur menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir pernyataan dengan total butir pernyataan lainnya. Butir pernyataan dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30. Berikut adalah dasar dalam pengambilan keputusan :

1. Jika r positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan tersebut valid

2. Jika r tidak positif, serta r hitung 0,3 (r kritis) maka item pertanyaan tersebut tidak valid

3.3.5.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan. Uji reabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah α -cronbach.

Menurut sekaran dalam Bambang S.Soedibjo (2005:72),

”kriteria penilaian terhadap koefisien α-Cronbach adalah jika koefisien α kurang dari 0,6 maka instrumen dikatakan kurang reliabel, jika diatanra 0,6 dan 0,8 dikatakan cukup reliabel, sedangkan jika α lebih besar 0,8 maka instrumen dikatakan sangat reliabel.”


(61)

Cronbach, yaitu melalui variasi skor butir pernyataan dengan variasi total skor keseluruhan butir pernyataan yaitu dengan skor total ≥ 0,70. Untuk mengevaluasi ukuran validitas dan reliabilitas kuesioner digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.5

Standar Penilaian Untuk Reliabilitas Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

3.4. Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Rancangan Analisis

Peneliti melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:


(62)

alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor. d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangakan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:

Skor total

=

x 100%

(Sumber: Umi Narimawati, 2007:85)

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua


(63)

bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6

Kriteria Presentase Tanggapan Responden

No. % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00% – 36.00% Tidak Baik

2 36.01% – 52.00% Kurang Baik

3 52.01% – 68.00% Cukup

4 68.01% – 84.00% Baik

5 84.01% – 100% Sangat Baik

(Sumber: Umi Narimawati, 2007:85)

2. Metode Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka. Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis Korelasi Pearson

Analisis koefisen korelasi pearson digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) serta mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara Sistem Informasi Absensi dengan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten, dengan formulasi sebagai berikut :

(

) ( )( )

(

)

( )

{

2 2

}

{

(

2

)

( )

2

}

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

=

r


(64)

r = Koefisien korelasi

X = Sistem Informasi Absensi Y = Disiplin kerja karyawan n = Banyaknya sampel

Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :

1. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

2. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

3. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0, 80 – 1,000 Sangat Kuat


(65)

Besarnya kontribusi atau peranan variabel X terhadap variabel Y dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd, yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya. Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi peranan sistem informasi absensi dalam meningkatkan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jabar dan Banten, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kd = r² x 100%

(Sumber: Jonathan, 2005:72)

Keterangan :

Kd = Nilai koefisien determinasi r = Koefisien korelasi

(Sumber: Umi Narimawati, 2007:85)

3.4.2. Uji Hipotesis

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di atas maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya yaitu hipotesis nol (Ho) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif (H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan perumusan sebagai berikut :


(1)

106

Ho : ρ = 0, Sistem Informasi Absensi tidak berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

H1 : ρ ≠ 0, Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten..

Untuk menguji hipotesis yang di atas, menurut Sugiyono (2009:312) mengatakan bahwa:

Bila sampel lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal digunakan uji Z.

Dikarenakan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 orang, maka untuk melakukan pengujian hipotesis di atas, dilakukan dengan cara pengujian menggunakan Uji Z. Kriteria uji Z adalah :

Jika zhitung> z table maka H0 ditolak dan H1 diterima yang didapat dari tabel

distribusi z dengan α = 0,01 (1%), apabila

zhitung ≤ z table maka H0 diterima dan H1 ditolak yang didapat dari tabel distribusi z dengan α = 0,01 (1%) .


(2)

107

1

=r n

z s

( =0,467√80 * 1 Zhitung= 4,151

Untuk α = 1 %, maka : Zα = z0.01 z tabel = 2,58

Dari perhitungan di atas, didapat nilai Zhitung sebesar 4,151 sedangkan Ztabel adalah 2,58 untuk α = 1 %. Berdasarkan kriteria uji Z, maka dihasilkan kesimpulan:

Jika zhitung > ztable, maka H0 ditolak, berarti H1 diterima atau Sistem

Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja karyawan pada PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten..

Gambar 4.12

Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis Untuk α = 1 % 0

-2,58 2,58

HO Diterima HO Ditolak

HO Ditolak

4,151 -4,151


(3)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan identifikasi masalah yang ingin dikaji, tujuan penelitian yang ingin dicapai, hipotesis yang ingin diteliti, serta hasil-hasil pengolahan data dan analisisnya, maka peneliti memperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Absensi yang sedang berjalan di PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Barat dan Banten menggunakan sistem yang telah terkomputerisasi. Sistem informasi absensi ini menggunakan mesin fingerprint secure m300 yang terhubung dengan software dengan ditunjang database SQL server. Pada umumnya karyawan mendapat kemudahan-kemudahan dengan adanya Sistem Informasi Absensi yang berjalan sejak tahun 2004.

2. Tanggapan responden terhadap Peranan Sistem Informasi Absensi, dikategorikan BAIK berdasarkan hasil dari perhitungan skor actual yaitu sebesar 72,09 %.

3. Tanggapan responden mengenai disiplin kerja karyawan dikategorikan BAIK berdasarkan hasil dari perhitungan skor actual yaitu sebesar 80,92 %.

4. Tingkat hubungan kedua variabel antara variabel bebas (Sistem Informasi Absensi) dengan variabel terikat (Disiplin Kerja karyawan) adalah relative rendah dan searah serta signifikan. Searah yang dimaksud disini artinya jika


(4)

109

Sistem Informasi Absensi semakin baik maka akan semakin baik pula tingkat disiplin kerja para karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus koefisien determinasi besarnya Peranan Sistem Informasi dalam meningkatkan Disiplin Kerja karyawan adalah 21,8% yang artinya hubungan tersebut relative rendah. Sedangkan sisanya 78,2% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti oleh penulis, seperti motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan. Dari perhitungan hipotesis, didapat nilai Zhitung sebesar 4,151 sedangkan Ztabel sebesar 2,58 untuk α = 1 %, Hal ini dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Absensi berperan dalam meningkatkan Disiplin Kerja Karyawan.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk lebih memudahkan karyawan dalam proses absensi, sebaiknya alat untuk pembacaan atau scanning sidik jari yang saat ini digunakan yakni teknik “sensor” diganti dengan teknik pembacaan berupa “Ultrasonik”. Hal ini dikarenakan teknik pembacaan ultrasonik lebih baik sensitivitasnya dibandingkan dengan teknik pembacaan sensor. Diharapkan dengan diterapkannya teknik scanning yang lebih berteknologi, dapat meningkatkan efisiensi dalam melakukan proses absensi.


(5)

110

2. Untuk selanjutnya proses analisis dapat mencakup semua dimensi yang mempengaruhi Sistem Informasi Absensi, sehingga proses analisis yang dilakukan akan lebih kompleks.

3. Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan mengambil tema dibidang yang sama agar menggunakan variable yang lain seperti aturan kerja, motivasi, insentif karyawan dan gaya kepemimpinan yang belum diteliti.


(6)

D

Nama

Tempat / Tgl lahir Jenis Kelamin Agama

Alamat

No Telepon / HP Pendidikan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

: Hagana Maranai

: Bandung, 26 November 1988 : Laki - Laki

: Islam

: Jl. Riung Wulan N0. 4 Komplek Riung Ban Bandung - 40295

: 085624740503

: 1. 1994-2000 : SDPN SABANG 2. 2000-2003 : SLTPN 14 BANDUNG 3. 2003-2006 : SMAN 12 BANDUNG 4. 2006-2011 : Jenjang Studi Strata 1 (S1)

Program Studi Sistem Infor Fakultas Teknik & Ilmu Ko Universitas Komputer Indo

Bandung, Ag Penulis Hagana M Nim: 1.05 andung Permai formasi Komputer donesia Agustus 2011 ulis Maranai 05.06.094