Visi Sekolah Humanis, beriman dan cerdas.
34
Lampiran 6: Artikel tentang SD Pangudi Luhur Kalirejo SD Pangudi Luhur Kalirejo: Bertahan dalam Kemandirian
HIDUPKATOLIK.com - Perjalanan menuju SD Pangudi Luhur PL Kalirejo cukup menegangkan. Sekolah yang terletak di salah satu bukit di jajaran
Perbukitan Menoreh Kulon Progo ini harus dicapai melalui jalanan yang penuh tanjakan ekstrem.
Meski demikian, perjalanan terasa menyenangkan karena panorama alam yang indah berlekuk-lekuk dengan udara segar. Lokasi ini sekitar 28 km arah
timur dari Purworejo menuju Banyuasin, Pasar Pleno lalu ke sekolah. Dari Yogya karta, Muntilan atau Wates perjalanan terlebih dulu ke Dekso, lalu menuju Pasar
Pleno dan sekolah.
Sejak 1998, SD PL Kalirejo yang berlokasi di Dusun Suren, Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta ditutup pihak yayasan karena jumlah
muridnya sedikit dan secara operasional mungkin tidak menguntungkan bagi yayasan. Sejak itu, Yayasan Pangudi Luhur secara manajemen lepas tangan atas
sekolah ini. Yayasan bersikukuh menutup SD PL Kalirejo, tetapi ternyata umat Katolik setempat menginginkan lain. Menurut Lusius Bowo Pristianto 45, salah
satu Dewan Penyantun yang kini menjabat Camat Nanggulan, berawal dari omong-omong sederhana dari kelompok kecil hingga bergulir ke kelompok besar,
umat Katolik setempat sepakat ingin mempertahankan keberadaan sekolah ini dengan berbagai cara untuk menanggung biaya operasional sekolah dan honor
para pengajarnya secara mandiri, lepas dari yayasan. SD ini satu-satunya sekolah Katolik yang bertahan di Kecamatan Samigaluh hingga kini karena pada saat
hampir bersamaan pada 1998, Yayasan Kanisius juga menutup SD-nya di daerah ini. ”Kami akan mempertahankan SD ini sampai kami tidak mampu, sampai titik
darah penghabisan,” tegas Lusius.
Sejak awal, umat Stasi Lusia Kalirejo yang berjumlah 167 KK, secara sukarela menyumbang uang untuk keberlangsungan sekolah tersebut. Seperti
kolekte, umat menyumbangkan dana sukarela untuk sekolah. Orang Muda Katolik setempat mengkoordinir pengambilan uang dari umat.
Berbagai cara menggalang dana dilakukan oleh Orang Muda Katolik OMK setempat. Mereka melakukan penggalangan dana dengan pentas seni dan
jaga parkir di Gereja Kotabaru Yogyakarta. Lebih istimewa lagi, orang-orang muda setempat sejak 2008 juga merintis perkebunan organik di sekitar sekolah.
Kehadiran perkebunan organik ini di maksudkan untuk menyokong keberadaan sekolah.
Semangat awal
Tahun 1969, sekelompok orang Katolik setempat, tiga diantaranya yaitu Purwadi, Ponijan, dan Suradiyanto, menyadari pentingnya didirikan sekolah
Katolik mengingat jumlah anak Katolik di tempat ini cukup banyak. Motivasi awalnya, sekolah ini bisa menjadi tempat persemaian iman. Keinginan itu lantas
diwujudkan para dewan perintis.