18
bumi untuk memuliakan Allah bukan untuk mengeksploitasi bumi demi mencari keuntungan dan kenyamanan mereka. Masa depan bumi ini diserahkan kepada
tangan manusia.
2 Kitab Mazmur
Chang 2001: 49 menyampaikan gagasannya bahwa “Mazmur 19 ayat 2- 5b merupakan salah satu contoh kerygma mengenai kosmos sebagai buah tangan
Tuhan”. Chang 2001: 50 juga menyampaikan pendapatnya bahwa “Mazmur 104 juga mengumandangkan pandangan bahwa penciptaan alam semesta dalam
Kejadian 1 dengan menampilkan unsur-unsur alam, seperti cahaya, gunung, matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan, tanah, dll”. Di dalam kutipan-kutipan kitab ini
tidak diceritakan tentang peristiwa penciptaan lagi, namun peristiwa penciptaan tersebut direnungkan dan dikidungkan. Kitab Mazmur ini tidak menelusuri dan
menerangkan bagaimana asal-muasal suatu penciptaan tetapi lebih bertujuan agar pembaca memahami keindahan dan keteraturan di dalam penciptaan tersebut.
Penciptaan alam semesta di dalam Kitab Mazmur dipahami sebagai tindakan sekarang ini dan bukan peristiwa yang telah berlalu.
“Dunia dan sejarahnya adalah karya cinta kasih Allah yang menakjubkan” Mzm 136. Di dalam kutipan tersebut manusia dapat menemukan kaitan antara
cinta kasih yang menghubungkan Tuhan dengan alam semesta dan sejarah manusia. Cinta kasih yang Dia berikan kepada manusia menyelamatkan dan
merupakan sumber penciptaan alam semesta. Dari kutipan ini manusia diajak untuk selalu memuji Tuhan dan mengagungkan karya cinta kasih-Nya.
19
b. Pandangan Kitab Suci Perjanjian Baru
Chang 2001: 51 mengungkapkan sebuah gagasan bahwa “kosmos dalam Perjanjian Baru mengarah pada hidup manusia dalam sejarah”. Dalam artian ini,
kosmos berarti suatu himpunan keadaan dan kemungkinan hidup manusia. PB juga
mempertimbangkan kosmos dalam kaitan dengan Yesus Kristus. Kata kosmos dalam PB dihubungkan dengan gagasan ‘ruang’ yang dipergunakan untuk
melukiskan ‘kemanusiaan’. PB tidak berbicara tentang kosmos dalam dirinya, sebagai benda belaka, namun dikaitkan dengan manusia, tempat Tuhan bertindak
dan manusia melakukan sesuatu secara bertanggung jawab. Salah satu contoh dari Perjanjian Baru yang memberikan perhatian pada
lingkungan hidup adalah surat-surat Paulus. Chang 2001: 52 menyampaikan gagasan Paulus bahwa “kosmos adalah segala sesuatu yang bukan Tuhan, yakni
alam semesta”. Menurut Paulus, kosmos adalah ruang yang meliputi semua yang berada di luar Tuhan. Namun dunia selalu berada di bawah kuasa tindakan ilahi.
Tidak ada satu pun unsur di atas permukaan bumi yang dapat terpisah dari kuasa Kristus.
Chang 2001: 54 menyampaikan gagasan Paulus bahwa “perubahan dunia diwujudkan melalui suatu transformasi mendalam hati nurani”. Dalam suratnya
yang pertama kepada Timotius, Paulus juga menyampaikan hal yang serupa, “karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram,
jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa” 1 Tim 4:4-5. Paulus mempunyai pemikiran, khususnya
kepada orang Kristen, bahwa manusia tidak diberikan tugas untuk mengubah dunia, tapi terutama membiarkan diri untuk diubah oleh Yesus Kristus. Tanggung jawab
20
khusus yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen di hadapan dunia terutama melihat apa yang dikendaki Allah yang diungkapkan dalam diri Yesus Kristus,
karena hal tersebut merupakan kebaikan bagi dunia. Orang Kristen mengubah bentuk dunia dari dalam, menghidupi semua keadaan yang ada di dunia menurut
Roh Yesus.
c. Ajaran Sosial Gereja
“Sejarah membuktikan bahwa sejak dahulu Gereja memberikan perhatian kepada berbagai segi bidang kehidupan, seperti moral, perdamaian antar bangsa,
dll. Namun belakangan ini perhatian Gereja juga memperhatikan permasalahan tentang lingkungan hidup” Chang, 2001: 62. Chang hanya ingin menekankan
bahwa Gereja pun ikut ambil bagian dalam usaha memperhatikan lingkungan hidup. Salah satu tokoh yang sangat memperhatikan pemasalahan mengenai
lingkungan hidup ini adalah Paus Paulus VI. Beliau adalah “Paus pertama” yang sungguh-sungguh berbicara mengenai lingkungan hidup dalam teks-teks penting,
seperti dalam ensiklik Populorum Progessio pada tahun 1977 dan pesan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia V yang diadakan pada tahun 1977. Bahkan dalam
pesan terakhirnya, Paus Paulus VI berbicara tentang krisis lingkungan hidup serta ancamannya, akibat-akibat yang ditimbulkan oleh polusi industri yang mendesak
sejumlah perubahan tingkah laku manusia yang boros dan mengkaitkan lingkungan hidup dengan perkembangan dalam perspektif kerja sama internasional.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa ”kesadaran terhadap krisis budaya dan ekologis yang serius harus diterjemahkan ke dalam adat kebiasaan baru” LS, art.
209. Kemajuan di berbagai bidang yang terjadi saat ini hanya dilakukan untuk
21
pencapaian kenikmatan saja, belum cukup untuk memberikan suatu makna yang mendalam dan sukacita di dalam hati setiap manusia. Oleh karena itu perlu adanya
adat kebiasaan baru yang harus dilakukan oleh manusia di dunia, misalnya saja perubahan pola konsumsi, orang-orang muda juga harus memiliki kepekaan
terhadap lingkungan dan semangat yang murah hati untuk membela lingkungan.
2. Pengertian Lingkungan Hidup
Piet Go O. Carm 1989: 1 berpendapat: Dalam bahasa Yunani, lingkungan hidup sering disebut dengan “oikos”, yang
berarti rumah atau rumah tangga. Untuk ilmu yang berkisar pada lingkungan hidup dipakai istilah “ekologi”, ilmu mengenai hubungan-hubungan makhluk-
makhluk terhadap lingkungannya, atau lebih antropologis: ilmu hubungan- hubungan timbal balik antara manusia sebagai makluk budaya dan
lingkungannya.
Dari pernyataan ini dijelaskan bahwa lingkungan hidup digambarkan sebagai rumah, di mana seluruh anggota di dalam rumah tersebut mempunyai
hubungan satu sama lain. Berarti dapat dikatakan bahwa pada umumnya lingkungan hidup dimaksudkan keseluruhan persyaratan kehidupan, khususnya bagi
manusia yang menjadi pusatnya. Tetapi tetap dilihat dalam keterjalinan serta ketergantungan timbal balik antara manusia dengan makhluk-makhluk lain seperti
hewan dan tumbuh-tumbuhan beserta ruang hidupnya. Hubungan antar makhluk hidup ini merupakan nilai yang penting dalam lingkup lingkungan hidup.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa: Ketika berbicara tentang lingkungan, kita mengacu pada suatu relasi yang
khusus, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari
kita atau hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di dalamnya, dan terjalin dengannya LS, art. 139.
22
Melihat pengertian lingkungan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus di atas, dapat dikatakan bahwa lingkungan berarti suatu relasi khusus antara alam dan
masyarakat di dalamnya. Manusia tidak bisa terpisah dari alam, karena manusia adalah bagian alam. Manusia dan alam saling berhubungan dan saling berpengaruh
satu sama lain.
3. Tanggung Jawab atas Lingkungan Hidup
Permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, atau yang lebih luasnya mengenai ekologi, terutama disebabkan oleh ulah tangan manusia yang
mengerahkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menguasai alam secara berlebihan” Go, 1989: 6. Jadi dalam kasus ini, menurut Piet Go memang
permasalahan ekologi tidak hanya berkaitan dengan sikap manusia yang menggunakannya, namun juga berkaitan dengan faktor ilmu pengetahuan dan
teknologi. Walaupun yang menjadi pokok permasalahan memang berasal dari tangan manusia, namun itu semua tidak terlepas dari adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Suprihadi 1984: 16 mengungkapkan bahwa “Manusia mendapat tugas dari
Allah untuk memuliakan Tuhan melalui hidup dan hubungannya dengan alam serta lingkungannya”. Hal ini berarti, manusia pada dasarnya adalah manusia yang tak
dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia dan alam serta lingkungan memiliki hubungan yang saling berkaitan. Jadi dapat dikatakan bahwa manusia
benar-benar menjadi manusia kalau ia berada dalam hubungan dengan alam dan lingkungannya. Manusia mendapatkan tugas yang mulia untuk memuliakan Allah
melalui segala tingkah laku, sikap hidup dan tindakan nyata yang ia lakukan serta
23
bagaimana manusia tersebut menjalin relasi dengan alam serta segala sesuatu yang berada di dalamnya.
Lingkungan hidup mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan ini. Lingkungan hidup juga memiliki fungsi sebagai penyangga perikehidupan.
Oleh karena itu segi pengelolaan dan pengembangan lingkungan hidup sebaiknya diarahkan untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaannya. Berbagai usaha
perlindungan dan rehabilitasi serta usaha pemeliharaan keseimbangan antara unsur- unsur yang berada di dalamnya secara terus-menerus dapat dilakukan agar
kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga, sehingga mutu dan fungsi dari lingkungan hidup dapat dipelihara dan ditingkatkan untuk dimanfaatkan demi
kesejahteraan seluruh masyarakat sekarang ini dan generasi selanjutnya.
4. Hubungan antara Manusia dan Alam
Menurut Piet Go 1989: 22 jelas bahwa gangguan keseimbangan lingkungan hidup diakibatkan ulah tangan manusia yang kemampuannya
ditingkatkan secara dahsyat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. Berikut ini beberapa pandangan Piet Go 1989: 25-28 yang relevan mengenai
hubungan manusia dan alam:
a. Manusia Sebagai Subjek
“Untuk mengungkapkan kedudukan dan peranan khas manusia kadang- kadang dipakai istilah “antroposentrik” pandangan yang menempatkan manusia
sebagai pusat dari alam semesta, yang tak jarang menimbulkan salah paham atau kesan yang kurang tepat” Go, 1989: 25. Gagasan pribadi manusia sebagai pusat
24
dari alam semesta ini menunjuk kepada penempatan pribadi manusia sebagai subjek yang diciptakan menurut gambar Allah. Gagasan manusia sebagai subjek ini
bersumber pada Kitab Suci dan dijabarkan lebih lanjut dalam teologi dan ajaran Gereja.
b. Alam Sebagai Objek
“Terdapat gagasan bahwa manusia adalah subjek, maka dalam arti dan tingkat tertentu memang dapat dikatakan bahwa alam dimengerti dan diperlakukan
sebagai objek” Go, 1989: 26. Apabila pribadi manusia dianggap sebagai subjek, maka alam dianggap sebagai objek. Namun terdapat pandangan lain yang kurang
setuju bahwa alam dipandang sebagai objek. Tetapi tepat tidaknya gagasan ini tergantung juga dari pengertian “objek” yang dipahami oleh masing-masing pihak.
c. Kebersamaan Manusia dan Alam
“Pengertian lingkungan hidup harus ditafsirkan dengan baik. Memang di satu pihak manusia membutuhkan aneka bahan yang diambilnya dari kekayaan
sumber alam untuk diolah dan dipakai” Go, 1989: 28. Dalam arti ini alam dipercayakan kepada manusia untuk dibudidayakan dan didayagunakan. Dari sini
jelas bahwa hidup manusia terjalin erat dengan alam dan tergantung padanya, hal tersebut dapat terjadi karena manusia adalah bagian dari alam juga. Namun harus
diingat bahwa manusia harus menggunakan kekayaan alam dengan bertanggung jawab.
5. Manusia Ditugaskan Memelihara Bumi
Dalam Kej 1:28 manusia diserahi tugas oleh Allah untuk: “beranak cuculah
25
dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan- ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi”. Dari kutipan teks Kitab Suci ini, nyata bahwa Allah memberikan tugas kepada manusia untuk mengurus, memelihara dan mengelola bumi baik itu kepada
manusia laki-laki maupun manusia perempuan. Dalam pemberian tugas kepada manusia ini terungkap jelas hubungan erat antara manusia dan bumi. Seperti
digambarkan dalam Kej 2:8-25 bumi sungguh dimaksudkan oleh Allah sebagai lingkungan hidup bagi manusia yang harus mengusahakan dan memelihara ay. 15.
Dari cerita alkitabiah yang sederhana itu dapat disimpulkan bahwa penyerahan, pengurusan, pemeliharaan, pengelolaan, penanganan oleh Allah kepada manusia
mengandung rasa tanggung jawab atasnya. Termasuk di dalamnya “larangan untuk menggunakan kewenangannya melulu menurut kehendak dan kesukaannya sendiri”
Sunarko, 2008: 57. Dari pernyataan tersebut Sunarko ingin mengingatkan bagaimana manusia menyatu secara harmonis dengan bumi dan lingkungan sekitar,
namun jika di hadapan Allah, manusia tetap bertanggung jawab untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan manusia ataupun segala ciptaan yang ada di bumi
ini. Dengan demikian, meskipun manusia diciptakan Allah menurut citra-Nya namun ia tidak dipisahkan dari segala ciptaan Allah lainnya.
6. Macam-macam Pencemaran Lingkungan
a. Pencemaran Udara
“Pencemaran udara dapat berasal dari sumber tidak bergerak ataupun dari sumber bergerak” Keraf, 2010: 38. Sumber tidak bergerak ini bisa berasal dari:
kebakaran hutan, aktivitas industri, sampah, dll. Sedangkan sumber bergerak
26
terutama berasal dari bidang transportasi, khususnya kendaraan yang menggunakan sumber energi dari bahan bakar fosil. Pencemaran udara dapat mengakibatkan
berbagai jenis penyakit yang berbahaya, seperti: ISPA infeksi saluran pernafasan akut, asma, penurunan IQ dan gangguan saraf serta impotensi.
Berbagai aktivitas manusia yang sering kali hanya mengutamakan kepentingan pribadi masing-masing dan kurang memperhatikan keberlangsungan
serta kelestarian lingkungan sekitar sering kali menyebabkan pencemaran ini. Bahkan sebagian dari mereka sudah mengerti bahwa kegiatan tersebut dapat
merusak lingkungan, namun tetap terus dilakukan. Keraf 2010: 39 berpendapat bahwa:
Salah satu masalah pencemaran udara yang sangat mengganggu adalah pembakaran dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan tidak hanya
mengganggu kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bagi manusia serta mengganggu kesehatan manusia, namun juga mengancam kehidupan
seluruh tumbuhan dan hewan.
Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa kebakaran hutan menjadi salah satu penyebab pencemaran udara. Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari
peristiwa ini tidak hanya berakibat pada kehidupan manusia, namun juga merugikan makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Apabila
dari pihak manusia, kebakaran hutan dapat mengakibatkan gangguan ekonomi, seperti: terganggunya sarana alat transportasi darat dan udara karena terkena imbas
dari asap tebal yang diakibatkan oleh kegiatan pembakaran hutan. Permasalahan kesehatan juga dirasakan oleh pihak manusia yaitu munculnya berbagai penyakit
yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan tersebut, misalnya gangguan pernafasan,dll. Dan bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan, peristiwa kebakaran dan pembakaran hutan
ini juga sangat berdampak negatif, misalnya: dapat mematikan hampir keseluruhan
27
jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di area hutan yang terbakar tersebut dan karena buruknya kualitas udara yang ada dapat mengancam populasi hewan serta
tumbuhan yang berada di lingkungan sekitar hutan tersebut.
b. Pencemaran Air
“Pencemaran air dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya: karena pembuangan limbah maupun karena erosi dan pendangkalan sungai yang terjadi
akibat kerusakan hutan” Keraf, 2010: 39-40. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pencemaran air adalah penggunaan pupuk dan insektisida bagi
kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga dapat berpotensi mencemari air, khususnya air permukaan.
Berbagai kejadian yang dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut ada salah satu penyebab yang paling besar dampaknya pada pencemaran air ini. Sejalan
dengan Keraf 2010: 42 yang mengatakan bahwa “dari berbagai penyebab pencemaran ini, yang paling besar efeknya kepada pencemaran air terutama
diakibatkan oleh limbah, baik limbah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun dari limbah pabrik, misalnya dari industri pabrik tekstil, besi dan baja, industri
tambang dan lainnya”. Pencemaran air ini disebabkan karena sebagian besar pabrik tersebut masih menggunakan teknologi lama yang tidak ramah lingkungan ataupun
proses produksi yang memang tidak ramah lingkungan.
c. Pencemaran Laut
Pencemaran laut juga menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Keraf 2010: 45 menyampaikan gagasannya bahwa:
28
Pencemaran laut dapat terjadi karena pembuangan limbah cair berupa minyak dari kapal-kapal maupun akibat pencemaran dan kecelakaan
aktivitas tambang minyak di lepas pantai. Pencemaran laut juga dapat terjadi akibat pembuangan limbah cair dari proses produksi di darat serta limbah
padat berupa sampah dari wilayah perkotaan. Salah satu dampak dari pencemaran laut ini adalah punahnya biota laut serta rusaknya terumbu
karang.
Dalam kasus seperti ini Keraf ingin menunjukkan bahwa pencemaran laut juga harus diberikan perhatian yang lebih, karena dari pencemaran laut ini muncul
dampak yang serius bagi keberlangsungan lingkungan hidup di sekitar kita, khusunya maklhuk hidup yang berada di laut. Tentu saja yang secara langsung
merasakan dampaknya adalah masyarakat yang berada di pesisir pantai serta perairan sekitar pelabuhan. Namun jika ditelusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya
dampak pencemaran laut tersebut juga dapat berimbas kepada seluruh masyarakat, terutama mereka yang sering mengkonsumsi ikan-ikan laut yang sebenarnya
tercemar oleh limbah pabrik di laut.
d. Sampah
“Sampah dibedakan menjadi sampah rumah tangga dan sampah industri. Sampah adalah masalah pencemaran lingkungan hidup lainnya yang semakin
meningkat” Keraf, 2010: 46. Dari ungkapan Keraf tersebut jelas bahwa sampah menjadi salah satu permasalahan yang serius karena semakin meningkatnya
permasalahan yang berhubungan dengan sampah ini. Hal ini diperparah lagi dengan deskripsi Keraf 2010: 46 bahwa “adanya kemajuan industri dan adanya perubahan
gaya hidup manusia di jaman ini yang semakin modern, menjadikan manusia memproduksi semakin banyak sampah setiap harinya”. Sampah plastik adalah
sampah yang paling banyak ikut ambil bagian dalam pencemaran lingkungan. Saat
29
ini, semakin banyak kebutuhan manusia yang menggunakan plastik, misalnya saja bungkus berbagai makanan dan barang keperluan sehari-hari dan hal ini
dipengaruhi oleh gaya hidup manusia yang semakin modern, serba praktis dan instan.
Menurut Keraf 2010: 46 “sampah jelas menjadi persoalan besar di dunia”. Melihat dari penjelasan Keraf tersebut, kita dapat melihat daerah-daerah di kota,
khususnya di kota-kota besar yang mayoritas penduduknya memproduksi sampah dalam skala besar. Jika tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan untuk diolah
kembali, sampah membutuhkan area yang cukup luas untuk menampungnya. Sampah juga menimbulkan berbagai pencemaran udara, air dan membutuhkan
teknologi yang mahal untuk memprosesnya kembali. Kebiasaan masyarakat yang kurang menyadari akan kelestarian lingkungan hidup seperti membuang sampah
secara sembarangan juga menjadi faktor yang memperparah pencemaran sampah ini.
7. Teladan Santo Fransiskus Asisi yang Cinta Lingkungan
Santo Fransiskus Asisi menjadi sosok yang sangat dikenal begitu mencintai dan menghormati seluruh alam ciptaan. Sikap ketaatan beliau kepada Allah
membawanya kepada kesadaran untuk saling menghormati, bukan hanya dengan manusia lain namun kepada seluruh ciptaan Allah yang berada di alam ini. Dengan
semangat dan sikap beliau akhirnya pada tanggal 29 November 1979, Paus Yohanes Paulus II meneguhkan Santo Fransiskus Asisi sebagai pelindung pelestarian
lingkungan hidup Chang, 2001: 103. Chang 2001: 104 mengatakan bahwa “suatu persaudaraan yang mencakup
30
semua lapisan manusia dan segala makhluk ciptaan didambakan Fransiskus”. Fransiskus selalu menitikberatkan kesejajaran setiap manusia sebagai maklhuk
ciptaan Tuhan. Semua manusia sama derajatnya di hadapan Allah, sehingga tidak berhak untuk merasa lebih tinggi dibandingkan sesamanya bahkan dengan maklhuk
ciptaan Allah yang lain, karena yang berhak di atas segala-galanya adalah Tuhan, Sang Pencipta.
Chang 2001:105 menyampaikan pandangan Santo Fransiskus: Sebab dia menyapa segala kenyataan dengan julukan saudara-saudari. Dia
memberikan kesaksian mendalam bahwa setiap ciptaan memiliki kebenaran yang khas dan berada dalam suatu kebersamaan dengan alam semesta; ada
yang ditatap bintang-gemitang, matahari, benda-benda di langit, dlsb, dikagumi keindahan, kedahsyatan, alam, dlsb dan bila perlu digunakan
dalam hidup manusia tumbuhan dan hewan.
Fransiskus mengajak seluruh manusia untuk menghormati semua maklhuk ciptaan Allah bahkan ia menyebut dan menyapa maklhuk ciptaan lainnya dengan
sebutan saudara-saudari. Fransiskus berusaha untuk membentuk suatu persaudaraan yang mencakup segala-galanya tanpa membangun tembok pemisah di kalangan
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
C. Pendidikan Lingkungan Hidup
1. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
Syukri Hamzah 2013: 35 mengatakan bahwa: “bila pendidikan dipahami sebagai usaha sadar untuk membentuk sikap dan perilaku manusia, maka
pendidikan lingkungan harus dipahami sebagai upaya untuk menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah lingkungan”. Pendidikan
lingkungan tidak hanya berhenti pada proses memberikan pengetahuan mengenai
31
lingkungan namun juga sampai kepada upaya meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepedulian seseorang terhadap kondisi dan keadaan lingkungan
sekitarnya. Syukri Hamzah 2013: 39 menyampaikan rumusan pendidikan lingkungan
yang diberikan pertama kali oleh UNESCO pada tahun 1970 yakni “suatu proses untuk mengenali nilai-nilai dan menjelaskan konsep dalam rangka mengembangkan
ketrampilan, sikap yang diperlukan untuk memahami serta menghargai hubungan timbal balik antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya”. Definisi yang
diungkapkan oleh Syukri Hamzah ini memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa di dalam pendidikan lingkungan individu diarahkan untuk menuju pada
perubahan gaya hidup yang mau peduli terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal. Syukri Hamzah 2013: 39 juga menyampaikan rumusan pendidikan
lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi tahun 1977. Rumusan UNESCO tersebut menyatakan bahwa:
Pendidikan lingkungan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan ketrampilan untuk bekerja baik secara
perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk
menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru.
Pendidikan lingkungan diarahkan untuk memperkembangkan motivasi dalam diri seseorang serta memperkembangkan ketrampilannya yang diwarnai
dengan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Pendidikan lingkungan dimaksudkan agar siswa mampu menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan
lingkungan yang terjadi saat ini dan mampu menghindari tindakan-tindakan yang dapat memicu permasalahan lingkungan yang dapat muncul di masa depan.
32
Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan
kepeduliannya dengan kondisi lingkungan Syukri Hamzah, 2013: 35. Dari penjelasan ini terlihat bahwa Syukri Hamzah memiliki pemikiran bahwa
pendidikan lingkungan tidak hanya menekankan segi kognitif pada diri seseorang, melainkan lebih kepada segi afeksi dan tindakan kongkrit yang dilakukan peserta
didik. Tindakan yang ditekankan dalam pendidikan lingkungan tidak hanya pengetahuan yang akan diterima oleh para peserta didik, namun lebih kepada
perasaan dan tindakan yang didasari kesadaran serta kepedulian mereka terhadap keadaan lingkungannya. Melalui pendidikan lingkungan ini peserta didik
diharapkan dapat memahami pentingnya lingkungan dan mengetahui bagaimana lingkungan dapat berpengaruh pada masalah sosial, ekonomi, kebudayaan serta
pembangunan. “Pendidikan lingkungan bukanlah sekedar menyajikan kepada murid
contoh-contoh kerusakan lingkungan. Pendidikan lingkungan harus mengandung etika lingkungan di mana anak didik diajak menyadari makna lingkungan baginya”
Daldjoeni, 1977: 192. Melalui pendapat ini, Daldjoeni ingin menjelaskan bahwa guru yang mengajar pendidikan lingkungan jangan berhenti pada peristiwa-
peristiwa alam yang rusak yang diakibatkan oleh tangan manusia, namun bagaimana peserta didik diberikan sarana agar mereka menjadi sadar akan makna
lingkungan bagi hidup mereka masing-masing dan orang-orang di sekitar mereka. Paus Fransiskus mengatakan bahwa “pendidikan ekologis dapat terjadi
dalam berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi, katekese dan lain- lain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak usia dini menaburkan benih yang dapat