Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen (Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
“
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN ARUS KAS BEBAS
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
”
(Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Studi Akuntansi
Nama : GREGGY Nim : 21109062
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
iv
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR TABEL ...vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ...1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ...9
1.2.1 Identifikasi Masalah ...9
1.2.2 Rumusan masalah ...10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...10
1.3.1 Maksud Penelitian ...10
1.3.2 Tujuan Penelitian ...10
1.4 Kegunaan Penelitian ...11
1.4.1 Kegunaan Praktis ...11
1.4.2 Kegunaan Akademis ...11
1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ...12
1.5.1 Lokasi Penelitian ...12
1.5.2 Waktu Penelitian ...12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ...13
2.1.1 Kepemilikan Manajerial...13
2.1.1.1Pengertian Kepemilikan Manajerial ...14
2.1.1.2Fungsi Dan Level Dan Kepelikan Manajerial ...14
2.1.2 Arus Kas Bebas ...15
2.1.2.1Pengertaian Arus Kas Bebas ...15
2.1.2.2Fungsi Arus Kas Bebas ...16
2.1.3 Kebijakan Deviden...19
2.1.3.1Definisi Kebijakan Deviden ...19
2.1.3.2Faktor Yang Mempengaruhu Kebijakan Dividen ...20
(3)
v
2.1.4.2Hubungan Arus Kas Bebas Dengan Kebijakan Dividen ...26
2.2 Kerangka Pemikiran...26
2.3 Penelitian terdahulu ...29
2.4 Hipotesis ...31
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ...32
3.2 Metode Penelitian ...32
3.2.1 Desain Penelitian ...34
3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...36
3.2.3 Sumber Data Dan Teknik Penentuan Data ...38
3.2.3.1Sumber Data...38
3.2.3.2Teknik Penentuan Data ...39
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ...32
3.2.5 Rancangan Analisi Dan Pengujian Hipotesis ...42
3.2.5.1Rancangan Analisis ...42
3.2.5.2Pengujian Hipotesis ...50
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian ...55
4.1.1 Gambaran Unit Observasi Perusahaan Sub Sektor Telekomuikasi ...55
4.1.1.1Sejarah Umum Perusahaan ...55
4.1.1.2Aktivitas Perusahaan Sub Sektor Telekomunikasi ...78
4.1.2 Analisis Deskriktif ...78
4.1.2.1Kepemilikan Manajerial Pada Sub Sektor Terlekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia...78
4.1.2.2Arus Kas Bebas Pada Sub Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ...86
4.1.2.3Kebijakan Dividen Pada Sub Sektor Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ...94
4.1.3 Analisis Verivikatif ...100
4.1.3.1Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen ...107
(4)
vi
4.2 Pembahasan...119 4.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen ...119 4.2.2 Pengaruh Kepemilikan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen ...121 4.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Arus Kas Bebas Terhadap
Kebijakan Dividen ...123
BAB V Simpulan Dan Saran
5.1 Simpulan ...126 5.2 Saran ...127
(5)
128
Agnes Sawir. 2004. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Arilaha, Muhammad Asril. Fakultas ekonomi khairun ternate. Jurnal keuangan dan perbankan vol.13 No. 1 Januari 2009, Hal. 68-87 terakreditai SK. No.167/dikti/kep/2007
Andi Supangat. (2007). Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Pustaka. Brigham, E.F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8.
Suharto, Dodo. Wibowo, Herman, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Financial Management
Brigham, Eugene F., Houston,Joel F. (2010). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Ed-11, Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Bodie, Kane Alex, Marcus Alan 2006. Investasi, Alih Bahasa oleh Zuliani Dalimunthe dan Budi Wibowo, Salemba Empat, Jakarta
Budi Susetyo. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian_Cetakan Kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.
Cendikia Septabaskara Putra. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2006-2008. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.
Eko Wahyudi. 2008. Pengaruh Insider Ownership,Collaterizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. ISSN: 1693-5241
Gitman, Lawrence. 2009. Principles of Manajerial Finance. United States: Pearson Addison Wesley.
(6)
129
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics. Fourth Edition. New York: McGraw-Hill
Hartono, Jogiyanto dan Putu Anom Mahadwartha, 2002, “Uji Teori Keagenan Dalam Hubungan Interpendensi antara Kebijakan Hutang dengan Kebijakan Dividen”, Jurnal Simpostum Nasional Akuntansi V, Hal: 635-647.
Handono Mardiyanto, 2009. Intisari Manajemen Keuangan, Jakarta : PT Grasindo. Hendy M Fakhruddin, 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat
Judisseno, Rimsky K. (2004). Perpajakan. Edisi Revisi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kartika Nuringsih. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kebijakan Hutang, ROA dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juli-Desember, Vol. 2, No. 2, hlm.103-123.
Keown, Arthur J dan David F Scott. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman SE. Ak, MBA. Jakarta: Salemba Empat.
K.R.Sbramanyam dan John J.Wild (2010). Analisis Laporan Keuangan. Buku 2. Edisi 10. Dewi yanti penerjemah. Jakarta : Salamba Empat
Lukas Setia Atmaja. 2008. Teori dan Pratik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: CV Andi Offset
Mahadwartha, Putu Anom dan Jogiyanto Hartono. 2002. Uji Teori Keagenan dalam Hubungan Interpendensi antara Kebijakan Hutang dengan Kebijakan Dividen. Simposium Nasional Akuntansi V. Semarang.
Manurung, Adler Haymans (2012). Teori Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Adler Manurung Press
Muhammad Ma’ruf. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta, Skripsi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
(7)
130
Murhadi, Werner R. (Maret 2008). Studi Kebijakan Dividen: Antesenden dan Dampaknya Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol 10, no. 1: 1-17
Munawir. 2003. Pajak Penghasilan, Edisi Pertama, Yogyakarta, Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi.
Melinda, F.I, dan Bertha S. Sutejo. 2008. Interdependensi Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional serta Pengaruhnya terhadap Kinerja Keuangan. Jounal Manajemen dan Bisnis. Vol 7 No.2
Suharyadi dan Purwanto S.K. (2009). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Sujoko, Stevanus, Yuliawati, 2007, Metode Penelitian Untuk Akuntansi, Jakarta Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan (Financial
Statement Analysis). Edisi Keaepuluh. Terjemhan Dewi Yanti. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat.
Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta: Agung Media
Umi Narimawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Genesis.
Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Buku Satu, Edisi Kedua Belas, Alih Bahasa oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta .
Wahidawati. 2002. Kepemilikan Maajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Prospektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
(8)
131
Weston, J. F &, E. F. 1997. Dasar-dasar Manajemen Keuangan; Edisi kesembilan. Elangga. Jakarta.
Wijaya, Tony. (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Yuli Soesetio. (2007). Kepemilikan Manajerial Dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva Dan Profitabilitas Terhadap kebijakan hutang. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol 11 No. 3
Yuli Soestio. 2007. Fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Negeri Malang. Jurnal keuangan dan perbankan vol.12. No.3 September 2008, hal. 384-398 terakreditasi SK. 167/DIKTI/Kep/2007
Yuli Soesetio, Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Deviden, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 12, No.3, September 2008
(9)
ii
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan anugrah dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kepemilikan Manajerial Dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen”. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan segala ide, saran, maupun kritik dari berbagai pihak untuk memperbaiki skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spc.Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
(10)
iii
sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan dorongan, masukan, pengarahan dan semangat yang besar bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Yang tercinta Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil, serta doa’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Staff dan Dosen Universitas Komputer Indonesia.
7. Sahabat-sahabatku terima kasih atas bantuan, tumpangan, dukungan, kebersamaan serta memberikan semangat dalam penulisan laporan ini, serta teman-teman Akuntansi angkatan 2009 khususnya kelas AK-2.
8. Akhir kata, Penulis mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan karena sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada Penulis selama ini akan mendapatkan pahala dan ridho dari Allah SWT, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 2 Februari 2014
(11)
1
Menurut Lisa Marlina dan Clara Denica yang dikutip oleh Cendikia Septabaskara Putra (2011:18), perkembangan ekonomi suatu negara dapat di ukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan. Dalam aktivitas pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu berupa dividen.
Menurut Lisa Marlina dan Clara Denica yang dikutip oleh Cendikia Septabaskara Putra (2011:18), kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko.
(12)
Menurut Agnes sawir (2004:137), Kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai deviden atau ditahan atau reinvestasi perusahaan. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang kontroversial karena bila dividen ditingkatkan, arus kas untuk investor akan meningakat, akan menguntungkan investor.
Adler Haymans Manurung (2012:107), Keputusan pembayaran dividen dilakukan direksi perusahaan setiap tahunnya dan harus mempunyai pertanggungjawabannya pada rapat umum pemegang saham (RUPS). bila direksi memutuskan tidak memberikan dividen maka direksi harus melaporkan dan memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan atau dapat diterima pada RUPS tahunan perusahaan. pembayaran dividen dapat pemberikan dua arti kepada pemegang saham, yaitu pertama, perusahaan tidak mampu hasil yang lebih besar bila dana tetap pada perusahan. kedua, perusahaan memiliki kelebihan dana sehingga perusahaan memberikannya kepada pemegang saham untuk mengelolanya.
Werner R.Murhadi (2008:4), Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi
(13)
masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.
Levy dan Sarnat, (1990), Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang saling berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, disamping itu juga kepentingan kreditor (pemberi utang) atau pemegang obligasi (bondholder) yang dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung pada kebijakan masing–masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang serius dari manajemen perusahaan. Kebijakan dividen pada hakikatnya menentukan hasil keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang ditahan sebagai bagian dari laba ditahan.
Menurut Weston dan Bringham yang diterjemahkan oleh Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:123), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan. Yang pertama peraturan hukum. Terdapat 3 (tiga) hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran dividen yaitu peraturan mengenai laba bersih, peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodalm dan peraturan mengenai hak mampu bayar (insolvensi). Yang kedua yaitu posisi likuiditas perlu membayar kembali pinjaman, keterbatasan karena kontrak hutang,
(14)
tingkat perluasan perusahaan, tingkat keuntungan, stabilitas perusahaan, kemampuan memasuki pasar modal, kontrol, kedudukan pajak pemegang saham, dan yang terakhir tingkat inflasi.
Nuringsih (2005:103), manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa mendatang. Apabila sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya, dalam kontek kepemilikan saham oleh managerial tinggi akan terjadi kesamaan preferensi antara pemegang saham dan manajer maka tidak diperlukan peningkatan dividen.
Menurut Hatta (2002) kepemilikan managerial adalah pemegang saham dari pihak managemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Nuringsih (2005:122) manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Kepemilikan managerial dapat diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan manajer dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Menurut Keown dan David yang diterjemahkan oleh Chaerul D.Djakman (1999:18), “Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan yang
(15)
dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan” Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka baik pemegang saham maupun para insider dapat saling bergantung dan memberikan yang terbaik agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila nilai perusahaan meningkat, maka pembayaran dividen bagi para pemegang saham dapat ikut meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham.
Sartono (2001) menyimpulkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya dan menyatakan bahwa konflik kepentingan ini dapat dikontrol dengan beberapa mekanisme yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (insider ownership), dividend payout ratio, dan pendanaan dengan menggunakan utang. Dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial, pihak manajemen tentunya akan mengutamakan kepentingan pemegang saham karena mereka juga sebagai pemegang saham. Manajer akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dimana hal ini juga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali A.Y. (2006:65) mendefinisikan arus kas bebas (free cash flow to firm) sebagai berikut, arus kas bebas merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produku-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan.
(16)
Muhammad Ma’ruf (2009:131), Arus kas bebas menggambarkan kas yang mampu dihasilkan perusahaan setelah mengeluarkan sejumlah uang untuk menjaga atau mengembangkan asetnya. Arus kas penting karena memungkinkan perusahaan memanaatkan peluang yang bisa meningkatkan nilai pemegang saham. Tanpa kas sangat sulit mengembangkan produk baru, melakukan akuisisi membayar dividen dan mengurangi utang.
Gitman, (2006:113), Arus kas bebas merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor (penyedia utang/kreditur dan penyedia ekuitas/pemilik) setelah perusahaan memenuhi seluruh kebutuhan operasi dan mengcover dana untuk investasi baik dalam aktiva tetap bersih maupun aktiva lancer bersih. Ketika organisasi menghasilkan aliran kas bebas dalam jumlah yang sangat besar, maka terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer ingin memegang kendali atas kas tersebut. Kelebihan aliran kas tersebut cenderung digunakan manajer untuk meningkatkan kekuasaanya melalui investasi yang berlebihan dan pengeluaran yang tidak ada kaitanya dengan kegiatan utama perusahaan (excessive perquisites) seperti membeli lukisan, peralatan kantor, mobil/kendaraan dan tempat peristirahatan. Untuk mengatasi konflik atas kendali arus kas tersebut, pemegang saham bias saja menetapkan pembayaran dividen yang tinggi. Dengan demikian, kendali atas arus kas bebas tidak lagi berada ditangan manajer namun sudah berpindah tangan ke pemegang saham dalam bentuk dividen.
(17)
Dibawah ini adalah data mengenai Kepemilikan Manajerial (managerial ownership), Arus Kas Bebas (free cash flow), dan Kebijikan Dividen (dividend policy) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2006-2012.
Tabel 1.1
Laporan Kepemilikan Manajerial, Arus Kas Bebas, dan Pembayaran Dividen
(dalam Miliaran rupiah) Tahun Kepemilikan Manajerial
(Rp)
Arus Kas Bebas (Rp)
Dividen (Rp)
2006 0.0003 8,983,466 0.55
2007 0.0001 7,956,226 0.56
2008 0.0001 -4,514,552 0.55
2009 0.0001 -2,113,509 0.50
2010 0.0001 9,691,241 0.55
2011 0.0001 14,979,000 0.66
2012 0.0001 14,930,000 0.55
Sumber : Laporan Keuangan PT.Telkom, Tbk, data diolah
Berdasarkan data yang telah disajikan diatas terlihat pada tahun 2008 dan 2009 Arus kas bebas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk mengalami penurunan bahkan terjadi devisit kas, hal ini dapat berdampak pada penurunannya pembagian dividen kepada pemilik (pemegang) saham. Selain itu menurut Fitch yang merupakan suatu lembaga pemeringkat kredit internasional yang berbicara di http://www.bisnis.com menilai kemampuan Telkom menghasilkan post distribution FCF akan menurun menjadi 1%-3% di 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 10% karena belanja modal yang lebih tinggi.
(18)
Tetapi sebaliknya pada PT. Telekomikasi Indonesia, Tbk (Telkom) pada tahun 2008 dan 2009 telkom mengambil kebijakan untuk mebagikan kebijakan dividennya. Hal ini bertujuan agar dapat menjaga kepercayaan investor yang menanam dananya di Telkom. Penurunan arus kas bebas di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dipengaruhi (disebabkan) oleh beberapa faktor, mulai dari Arus Kas Operasi yang mengalami penurunan, belanja modal dan perubahan modal kerja yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun yang lainya. Dan diperkuat oleh http://bisniskeuangan.kompas.com Di sisi lain, peringkat Telkom dapat diturunkan jika metrik kredit memburuk secara signifikan karena peningkatan dividen kepada pemegang saham, dan/atau dari akuisisi yang didanai oleh utang dalam jumlah besar.
Sedangkan untuk kepemilikan manejerial tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dari data di atas kepemilikan manajerial PT. Telekomunikasi Indonesia yang dipengaruhi oleh kepemilikan saham direktur dan komisaris cenderung stabil dari tahun ke tahunya, tidak mengalami banyak perubahan, hanya pada tahun 2006 yang yang nilai kepimilikannya tinggi. Namun menurut http://www.bisnis.comMarjin laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi, dan biaya restrukturisasi (earnings before interest, tax, depreciation, amortization, and restructuring or rent costs/EBITDAR) PT Telekomunikasi Indonesia diprediksi bakal turun pada tahun ini. Dan juga menjelaskan penetapan peringkat Telkom di BBB-. disebabkan oleh kepemilikan mayoritas pemerintah dan pengaruhnya yang signifikan terhadap perseroan. Pada akhir Juni 2012, pemerintah memiliki 52,5% saham.
(19)
Karena kondisi tersebut di atas dan ketidakpastian penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh
Kepemilikan Managerial dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen”.
1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Kepemilikan manajerial merupakan tindakan untuk mengurangi biaya keagenan dan menekan konflik antara menejer dan pemilik saham dalam menetukan pembagian dividen, selain itu meningkatkan disiplin internal, pengendalian internal dan insentif kepemilikan manajerial PT. Telekomunikasi Indonesia, tbk cenderung stabil dan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
2. Arus kas bebas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Arus kas bebas PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk digunakan dengan baik untuk melunasi hutang perusahaan, pembelian kembali saham, terutama dalam pembayaran dividen.
3. Dalam pembayaran dividen PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk mengalami kenaikan dan penurunan disetiap tahunnya, kenaikan dan
(20)
penurunan pembayaran dividen sangat berpotensi untuk menimbulkan biaya keagenan.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
2. Seberapa besar pengaruh Arus Kas Bebas terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Seberapa besar seberapa besar pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mencari dan mengumpulkan data tentang Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas. Selain itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
(21)
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Arus Kas Bebas terhadap kebijakan dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
3. Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2012.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan Kebijakan Dividen.
2. Bagi Investor
Hasil penelititan diharapkan dapat dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan perusahaan, terutama dalam kebijakan dividen dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi.
1.4.2 Kegunaan Akademis
(22)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal akuntansi mengenai kepemilikan manajeriel, arus kas bebas dan kebijakan dividen.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2006-2012 dengan melakukan pengambilan data sekunder berupa Laporan Keuangan Sektor Pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2006-2012 melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) yang berlokasi di Jl. Veteran No.10 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan selesai. Berikut deskripsi mengenai jadwal penelitian:
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2012 2013
Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mart Aprl Mei 1
Persiapan Judul Persiapan Teori Pengajuan Judul Mencari Perusahaan 2
Penulisan UP Bimbingsn UP Sidang UP Revisi UP
(23)
3 Pengumpulan UP 4 Pengolahan Data
5
Bimbingan Skripsi Sidang Skripsi Revisi Skripsi Pengumpulan Draf Skripsi
(24)
13 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership) 2.1.1.1Pengerian Kepemilikan Manajerial
Menurut Bodie, (2006:9)mendefinisikan kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut :
“Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan antara pihak outsider dengan pihak insider. Jika dalam suatu perusahaan memiliki banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah jelas tidak dapatberpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Karenanya, mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi manajemen perusahaan. Struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan manajer perusahaan. Hal ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan dengan pemilik merangkap manajer”.
Sedangkan menurut Melinda (2008), kepemilikan manajerial adalah: didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.
Menurut Djabib (2009:252) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut:
“kepemilikan manajerial yang meningkat akan membuat kekayaan pribadi perusahaan”. kepemilikan manajerial yang meningkat akan membuat kekayaan pribadi manajemen terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaannya dengan mengurangi resiko keuangan perusahaan melalui penurunan tingkat hutang.
(25)
Menurut Yuli Soesetio (2007:390) kepemilikan manajerial yaitu “Perbandingan antara kepemilikan saham manajerial dengan jumlah saham yang beredar. Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan memaksimalkan tujuannya”.
Dari beberapa definisi diatas, maka disimpulkan bahwa Kepemilikan manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen (direksi dan komisaris) yang diukur dari persentase jumlah seaham manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial dapat menekan masalah keagenan, dan semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiridengan mengurangi resiko keuangan perusahaan melalui penurunan tingkat hutang.
2.1.1.2Fungsi Dan Level Kepemilikan Manajerial
Berikut ini adalah fungsi dan level kepemilikan manajerial dalam perusahaan menurut penelitian Setiono (2000:114) :
1. Low levels of managerial ownerdhip (0%-5%)
Untuk low levels of managerial ownership, disiplin eksternal, pengendalian internal dan insentif masih didominasi oleh tingkah laku manajemen. Secara empiris, Morck et al (1988), McConnel and serveas (1990) dan Hermalin and Weisbach (1991) menyatakan perilaku insiders ini berhubungan dengan managerials holdings dan nilai perusahaan. Manajemen dalam level ini apabila kinerja mereka baik lebih cenderung lebih memilih paket kompensasi seperti opsi saham dan stock grants dari pada menambah jumlah kepemilikan saham diperusahaan sendiri.
2. Intermadicate levels of managerial ownership (5%-25%)
Di level ini, insiders mulai menunjukkan perilaku sebagai pemegang saham. Dengan bertambahnya kepemilikan maka semakin besar jumlah hak suara mereka. Jika low levels of managerial ownership lebih memilih rencana
(26)
kompensasinya sedangkan intermediate levels of managerial ownership lebih memilih mengambil kendali perusahaan.
3. High levels of managerial owneship (40%-50%)
Di level ini, kepemilikan inseders tidak memiliki otoritas penuh terhadap perusahaan dan disiplin eksternal tetap berlaku.
4. High levels of managerial owneship (greaters than 50%)
Di level ini, inseders memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan diatas 50% adanya tekanan dari disiplin eksternal (outside shareholders) hampir tidak ada sehingga mengakibatkan menurunya nilai perusahaan.
5. Very high levels of managerial ownership
Di level ini perusahaan diniliki oleh pemilik tunggal.
Indikator untuk mengukur kepemilikan manajerial menurut Yuli Soesetio (2007:390) adalah :
Keterangan:
Jumlah saham yang dimiliki komisaris + direksi = Jumlah lembar saham biasa yang dimiliki oleh dewan komisaris dan dewan direksi.
Jumlah saham yang beredar = Jumlah lembar saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Catatan:
Saham yang beredar adalah saham yang belum dibeli kembali oleh perusahaan. Kelompok direksi adalah direktur utama, direktur, dan wakil direktur.
Yuli Soesetio (2007:390)
2.1.2 Arus kas bebas (Free Cash Flow) 2.1.2.1Pengertian Arus Kas Bebas
Menurut Brigham & Houston yang diterjemahkan oleh Ali A.Y(2009:65), mendefinisikan Arus kas bebas sebagai berikut :
(27)
“Arus kas bebas yang berarti arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan”.
Menurut Wild, John J, K.R Subramanyam dan Robert F. Halsey yang diterjemahkan oleh Dewi Yanti(2010:109), Arus Kas Bebas adalah:
“arus kas bebas adalah turunan analisis laporan arus kas yang bermanfaat adalah perhitungan arus kas bebas (free cash flow-fcf). Sebagaimana ukuran analisis lainya, komponen-komponen perhitungan tersesbut harus diperhatikan. Motivasi tersembunyi dalam pelaporan komponen yang digunakan untuk menghitung arus kas bebas terkadang mempengaruhi manfaatnya. Meskipun kesepakatan atas definisi pasti arus kas bebas.” Sedangkan Menurut R. Pramono (2008) Arus kas bebas adalah :
“arus kas bebas adalah uang tunai yang benar-benar bisa disediakan oleh perusahaan untuk para investornya setelah perusahaan bisa memiliki aktiva tetap dan memiliki cukup modal kerja untuk menunjang kegiatan bisnisnya termasuk memelihara aktiva tetapnya”.
Dari beberapa devinisi diatas dapat disumpulkan bahwa arus kas bebas adalah uang tunai yang disediakan perusahaan untuk investor setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedangberjalan.
2.1.2.2Fungsi Arus Kas Bebas
Cited in Kewon, Scott, Martin, and Petty, (1996, p. 535) mengemukakan, Dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru definisi arus kas bebas (free cash flow) adalah “free cash flow is cash flow in excess of than required to fund all projects than have positive net present values when discounted at the relevant cost of capital”, yang artinya free cash flow adalah arus kas yang dibutuhkan
(28)
untuk menandai semua kegiatan dimana memiliki nilai saat ini yang positif setelah dikurangi modal kerja.Arus kas bebas (free cash flow) di ukur denga rumus berikut :
FCF = operating income – change in net operating assets Net operating assets = operating assets – operating labilities Operating assets = total assets – financial assets
Operating labilities = total labilities – financial labilities
(Brigham and Houstonyang diterjemahkan oleh Ali A.Y, (2001) Laporan arus kas semakin penting bagi investor dalam menilai suatu perusahaan dan memiliki artikulasi dengan dua laporan keuangan utama lainnya, yakni neraca dan rugi laba. Salah satu unsur penting dalam menilai perusahaan adalah arus kas bebas (free cash flow), yang menggambarkan seberapa besar kas tersedia untuk dibagikan kepada investor Arus kas bebas berbeda dengan laba bersih, setidaknya dalam dua hal, yakni ;
1. Semua biaya (expense) non kas ditambah kembali ke laba bersih untuk mendapatkan arus kas dari operasi, sehingga memungkinkan besar laba yang dilaporkan lebih rendah dari arus kas.
2. Arus kas bebas terhadap equitas merupakan arus kas residual setelah memenuhi pengeluran modal dan modal kerja yang dibutuhkan sedangkan laba bersih tidak mencakup keduanya. Akibatnya perusahaan yang sedang tumbuh yang mempunyai perngeluaran modal dan modal kerja yang signifian kemungkinan melaporkan laba yang positif dan bertumbuh, tetapi dengan arus kas terhadap equitas negatif (Darmodaran, 1996) (Cited in Sugiri and Abdullah, 2003, p.14).
Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) bagi perusahaan merupakan gambaran dari arus kas yang tersedia untuk perusahaan dalam suatu periode akuntansi, setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pengeluaran lainnya. Arus kas ini merefleksikan tingkat pengembalian bagi penanam modal, baik itu dalam bentuk hutang atau ekuitas. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) dapat digunakan untuk
(29)
membayar hutang, pembelian kembali saham, pembayaran dividen atau disimpan untuk kesempatan pertumbuhan perusahaan masa mendatang.
Gitman (2009 : 115) menyatakan :
The firm’s free cash flow (FCF) represents the amount of cash flow
available to investors-the providers of debt (creditors) and equity (owners)- after the firm has met all operating needs and paid for investments in net fixed assets and net current assets. It represents the summation of the net amount of cash flow available to creditors and owners during the period.
Arus kas bebas pada suatu perusahaan merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor-penyedia utang (kreditur) dan ekuitas (pemilik) setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan operasi dan dibayar untuk investasi pada aktiva tetap bersih dan aktiva lancar. Itu semua merupakan penjumlahan dari jumlah arus kas bersih yang tersedia bagi kreditur dan pemilik saham selama periode berjalan.
Aliran kas bebas dapat didefinisikan sebagai berikut :
FCF = Operating cash flow - Net fixed assets investment - Net current assets Investment
Gitman (2009 : 115)
2.1.3 Kebijakan Dividen (Dividend Policy) 2.1.3.1Definisi Kebijakan Dividen
Menurut Adler Haymans Manurung (2012:109) mengemukakan, Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi
Arus Kas Bebas = kas dari operasi - pengeluaran modal bersih - perubahan modal kerja
(30)
hak pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Prasetiono, (2000:136) Kebijakan dividen mengemukakan : “pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi nvestor yaitu informasi tentang naik turunya dividen tunai dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan”.
Sedangkan Menurut Rimsky K. Judisseno (2004:104), deviden adalah: “Pembagian keuntungan perusahaan dengan nama dan dalam bentuk apapun karena dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara terselubung, misalnya pengalihan harta perusahaan kepada pemegang saham atau peserta penggantian harta dibawah harga pasar, sehingga mengakibatkan suatu selisih antara harga pasat dan harga yang dibayar oleh pemegang saham yang secara tidak langsung adalah pembayaran dividen secara terselubung”.
Menurut Hendy M. Fakhruddin (2008:195) dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi beberap jenis :
1. Deviden tunai (cash dividend) : dividen yang diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).
2. Dividen daham (stockdividend) : dividen yang dibagi bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.
3. Property dividend : dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat berharga.
4. Liquidating dividend : dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai reaisasi aset perusahaaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
(31)
Dari beberapa jenis dividen tersebut, yang sering dibagikan adalah dividen tunai dan saham. Dari keduanya dividen tunai merupakan yang lebih sering dibagikan perusahaan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai bagian darilaba ditahan melalu RUPS.
2.1.3.2Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Agus Sartono (2001:292) menyebutkan beberapa faktor yang berkaitan dengan kebijakan dividen :
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus mempertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen. Dalam pembicaraan sebelumnya mengenai kebijakan dividen menganggap bahwa kebijakan dividen yang telah memperhatikan kebutuhan dana yang termasuk investasi yang profitable. Dengan anggapan semacam ini, kebijakan dividen yang ditempuh hanya mempertimbangkan kelebihan dana di masa datang.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitableakan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu kemungkinan akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikanpada aktiva tetap akan aktiva lancar yang permanen.Likuiditas perusahaan sangat besar pengarunya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan
(32)
dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (keputusan pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3. Kemampuan meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan sudah publishakan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.Dalam menentukan dividend payout ratio banyak perusahaan membandingkannya dengan industri, khususnya dengan perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang sama. Meskipun belum tentu sama, namun akan lebih mudah untuk melihat posisi perusahaan dalam industri.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payouot yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividen payout ratio yang tinggi. Stabilitas di sini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan,yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam presentase yang tetap terhadaplaba.
Kebijakan dividen diputuskan oleh oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan kebijakan pembayaran dividen dalam suatu perusahaan.
(33)
Dalam praktiknya Handono (2009:281) mengemukakan ada empat macam kebijakan dividen yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan, yakni:
1. Residual
Perusahaan memprioritaskan menggunakan laba ditahan untuk membiayai proyek investasi pada tahun mendatang. Jika masih tersedia sisa dana dari laba ditahan, barulah diputuskan untuk membayarkan dividen. Emapat langkah untuk menjalankan kebijakan ini meliputi :
a. Menentukan proyek investasi yang optimal melalui skedul peluang investasi.
b. Menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut.
c. Menggunakan sebesar mungkin ekuitas yang dibiayai dari laba ditahan.
d. Membayarkan dividen selama masih ada sisa dana
Sisi buruk dari kebijakan residual adalah bahwa jumlah pembayarandividen dapat berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan dana untuk investasi. Hal itu mungkin menyebabkan tingginya risiko di mata investor sehingga berpeluang menurunkan harga saham perusahaan.
2. Stabil
Perusahaan menetapkan sejumlah pembayaran dividen yang kecil dan baru menaikannya apabila diyakini bahwa laba tahun-tahun mendatang akan mencakupi untuk memnbayar dividen. Dengan menentukan jumlah dividen yang kecil,perusahaan sebenarnya berupaya senantiasa menjaga pembayaran dividennya agar tidak pernah menurun. Sebab berdasarkan pandangan kandungan informasi dan pengisyaratan, penurunan dividen dianggap berita buruk bagi investor yang akan menurunkan harga saham perusahaan. Bilamana kondisi ekonomi dan bisnis sedang cerah, perusahaan dengan kebijakan dividen stabil bisa mengubahnya menjadi pertumbuhan dividen yang stabil. Ada dua alasan mengapa kebijakan dividen stabil baik bagi perusahaan:
a. Ketidakpastian akibat fluktuasi dividen sebagaimana terjadi pada kebijakan residual dapat dihindari
b. Untuk keperluan konsumsi saat ini, investor umumnya lebih menyukai dividen yang stabil daripada berfluktuasi
3. Rasio pembayaran konstan
Rasio yang dimaksud pada kebijakan ini adalah perbandingan anatara dividen perlembar saham terhadap laba perlembar saham. Meskipun rasionya konstan, tidak berarti investor akan menerimanya secara konstan. Jika laba perlembar saham naik-turun dari tahun ke tahun, jumlah yang dibayarkan sebagaidividen pun akan turut berubah -ubah. Jadi, seperti pada kebijakan residual, kebijakan rasio pembayaran konstan juga
(34)
mengakibatkan ketidakpastian, yang berpotensi mempertinggi risiko dan menurunkan harga saham.
4. Jumlah kecil ditambah ekstra
Kebijakan dividen dalam jumlah kecil ditambah ekstra adalah kompromi antara kebijakan stabil dan kebijakan rasio pembayaran konstan. Apabila laba dan arus kas perusahaan cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun, perusahaan dapat memilih kebijakan itu. Artinya, saat memperoleh laba yang rendah atau membutuhkan dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak pada suatu tahun tertentu, perusahaan tetap mampu membayarkan dividennya sekalipun dalam jumlah kecil. Sebaliknya, ketika perolehan laba sedang meningkat pesat, perusahaan dapat memberikan tambahan (ekstra) kepada para pemegang saham.
Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan seberapa besar porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang sahamnya dan yang akan ditahan sebagai retained earnings. Berkaitan dengan kebijakan dividen tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oelh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. Atika (2002)
2.1.3.3Pengertian Dividend Payout Ratio (DPR)
Pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham disebut pembagian dividen. Karena dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Indikator yang digunakan untuk menguji kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen yaitu dividend payout ratio, hal tersebut berdasarkan kebijakan dividen dengan rasio konstan (Sutrisno, 2003:306).
(35)
Menurut Munawir (2002:236) “dividend payout ratio mengukur bagian laba yang diperoleh untuk per lembar saham umum yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen”.
Menurut Warsono (2003: 275) mengatakatan bahwa “dividend payout ratio merupakan hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa”.
Menurut Gitman (2009) “dividend payout ratio adalah persentase yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas.”
dividend payout ratio menurut brigham dan houston (2001:69) adalah “persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham”. dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Dividend payout ratio ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan Dividend Payout Ratio berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.
Rasio untuk menghitung kebijakan dividen mengunakan dividend payout ratio menurut Gitman (2009;611) adalah:
(Gitman, 2009 : 611)
2.1.4 Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Arus Kas Bebas dan Kebijakan Dividen
2.1.4.1Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Dividen �
(36)
Menurut Handono Mardianto (2009:285), Dilusi kepemilikan, manajer yang lebih mementingkan pengendalian atas perusahaan, cenderung menolak saham baru sehingga akan mendanai proyek investasi melalui laba ditahan serta menurunkan pembayaran dividennya.
Eko Wahyudi (2008:43) mengemukakan bahwa:
“insider ownerhip akan mensejajarkan kepentingan antara pihak insider dengan pemegang saham (outsider). Insider ownership yang besar akan menurunkan biaya keagenan karena ada rasa kepemilikan pada diri insider sehingga mereka bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yang mengakibatkanperusahaan membayar dividen lebih rendah kepada pemegang saham sedangkan semakin rendah insider ownership akan meningkatkan biaya keagenan sehingga konsekuensinya perusahaan membayar dividen lebih tinggi kepada pemegang saham”.
Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial suatu perusahaan maka semakin dedikit dividen yang dibagikan karena dana yang akan dibagikan sebagai dividen akan lebih dipioritaskan untuk mendanai perusahaan.
2.1.4.2Hubungan Arus Kas Bebas dengan Kebijakan Dividen
Handono Mardianto (2009:281), mengemukakan sebagai berikut:
“Perusahaan yang sanggup membagikan dividen lebih tinggi akan naik harga sahamnya karena dipandang investor sebagai peruhaan yang mempunyai kelebihan kas (free cash flow), yakni kas yang tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek investasi ditahun mendatang. Perusahaan yang menahan kelebihan kasnya (tidak dibagikan sebagai dividen) justru harga sahamnya cenderung turun karena investor menganggap kelebihan kas perusahaan bersangkutan akan digunakan untuk membiayai proyek yang kurang menguntungkan”.
(37)
Sedangkan Muhammad Asril Arilaha (2007) mengemukakan sebagai berikut:
„Menurut free cash flow hypothesis ketika perusahaan memiliki kelebihan kas, maka yang dibutuhkan adalah mendanai proyek yang memiiki Net PresentValue (NPV) positif. Tetapi lebih baik untuk mengembalikan kelebihan kas kepada pemegang saham dalam bentuk dividen guna memaksimumkan kekayaan pemegang saham”.
Dari beberapa difinisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sesungguhnya arus kas bebas adalah hak pemegang saham yang seharusnya di bagikan sebagai dividen. setelah perusahaan mendanai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Dan jika arus kas bebas mengalami devisit perusahaan baiknya tidak membagikan dividen dengan cara utang karena akan merugikan dimasa yang akan datang.
2.2 Kerangka Pemikiran
Definisi kepemilikan manajerial menurut Menurut Keown dan David yang diterjemahkan olehChaerul D.Djakman (1999:18) “Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan yang dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan”
Dengan adanya kepemilikan manajerial,maka baik pemegang saham maupun para insider dapat saling bergantung dan memberikan yang terbaik agar dapat meningkatkan nilai perusahaan.Apabila nilai perusahaan meningkat, maka pembayaran dividen bagi para pemegang saham dapat ikut meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Namun, arus kas penting untuk kegiatan opersional dalam kelangsungan perusahaan dalam menjalankan kegiatan
(38)
perusahaan dan mencari laba. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar yang tercermin dalam laporan arus kas. Arus kas memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam posisi kas sebuah perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali A.Y(2009:66) Adalah :
“dalam laporan ini, memisahkan aktivitas-aktivitas menjadi tiga kategori yaitu, aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Arus kas tidak dapat dipertahankan terus-menerus kecuali jika aktiva tetap yang didepresiasi diganti dan produk-produk baru dikembangkan, sehingga manajemen tidaklah sepenuhnya bebas untuk menggunakan arus kas semaunya sendiri”.
Sedangkan definisi aliran kas bebas menurut Gitman (2009:115)adalah sebagai berikut:
“Arus kas bebas merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan operasi dan dibayar untuk investasi pada aktiva tetap bersih dan aktiva lancar”.
Penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan antara kepemilikan manajerial dan arus kas bebas berpengaruh pada kebijakan dividen. Karena dapat berpengaruh pada kepada penanaman modal. Dengan melihal arus kas bebas pada perusahaan Keputusan suatu perusahaan untuk membagikan dividen serta besarnya dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham sangat tergantung pada posisi kas perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Misalnya, apabila perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya atau perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga
(39)
sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuannya untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas.
Untuk lebih memahami kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka dapat digambarkan paradigma penelitian yang memperlihatkan hubungan antara variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Review Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Hasil Perbedaan Persamaan
1 Muhammad Asril Arilaha (2007) Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilita s, Dan
Arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap kebijakan Pada penelitian Muhammad Asril Arilaha tidak meneliti tentang Terdapat persamaan meneliti tentang arus kas bebas dan Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham manajer Kepemilikan saham direksi Kepemilikan saham komisaris
Yuli Soesetio (2007:390)
Arus Kas Bebas kas dari operasi - pengeluaran modal bersih - perubahan modal kerja
(Gitman 2009 : 115)
Kebijakan Dividen Dividen per lembar saham Laba per lembar saham
(Jack Guinan 2009:96)
Menurut Djabib (2009:252) Muhammad Asril Arilaha 2007
Brigham & Houston 2009 : 65 Muhammad Asril Arilaha 2007
(40)
Laverage terhadap Kebijakan Dividen. dividen. besar kecilnya arus kas bebas tidak berpengaruh terhdap pembagian dividen. kepemilikan manajerial, sedangkan penulis meneliti tentang kepemilikan manajerial kebijakan dividen
2 Sisca Christianty Dewi (2008) Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan istitusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen Bahwa kepemilikan manjerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan Pada penelitian Sisca meneliti tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan istitusional, kebijakan hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. sedangkan penulis hanya mengambil kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen Terdapat persamaan meneliti tentang Kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen
3 Jianguo Chen dan Nont Dhiensiri (2009) Determinant s of Dividend Policy: The Evidence from New Zealand Mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki dampak negatif yang kuat terhadap kebijakan dividen. Jianguo chen dan nont dhiensiri meneliti tentang penentu kebijakan dividen di new Zealand dan menemukan keterkaitan kepemilikan managerial terhadap kebijakan dividen. sementara penulis meneliti langusung Terdapat persamaan mencari keterkaitan antara Kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen
(41)
antara vairabel kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen.
4 Siti Rahmi Utami dan Eno L. Inanga (2011) Pengaruh arus kas bebas, profitabilitas , likuiditas dan laverage terhadap kebijakan dividen (Agency Costs of Free Cash Flow, Dividend Policy, and Leverage of Firms in Indonesia) ada pengaruh signifikan negatif dari arus kas bebas pada dividen. dan kita menemukan efek positif yang signifikan dari arus kas bebas pada dividen sedangkan untuk perusahaan yang memiliki kurang dari5-tahun masa pembayaran dividen. Pada penelitian Siti dan Eno meneliti rentang Agency Costs, Free Cash Flow, Dividend, Leverage. Sementara penulis hanya mengambil arus kas bebas (free cash flow) dan kebijakan dividen (dividend policy) Terdapat persamaan meneliti tentang arus kas bebas dan kebijakan dividen
2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010: 221) hipotesis adalah sebagai berikut:
“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
(42)
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupkan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:
: Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen : Arus Kas Bebas berpengaruh negative terhadap Kebijakan Dividen
:Aliran Kas Bebas Dan Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif secara parsial dan simultan terhadap Kebijakan Dividen.
(43)
32 3.1Objek Penelitian
Menurut Husen Umar (2005:303) pengertian objek penelitian adalahsebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, biasa juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan yang mempunyai variasi tertentu.Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan oleh penulis adalah data laporan keuangan perusahaan, secara lebih khusus objek yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data aruskepemilikan manajerial dan kas bebas sebagai variabel independen dan data pembayaran dividen sebagai variabel dependen pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa, “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
(44)
Sedangkan menurut Sujoko, Stevanus, dan Yuliawati (2007:7)
“Metode penelitian merupakan bagian dari metodologi yang secara khusus mendeskripsikan tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data.”
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verivikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010:29) metode deskiptif adalah:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui kondisi Kepemilikan Manajerial, Arus Kas Bebas Dan Kebijakan Dividen Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2012.
Sedangkan menurut Umi Narimawati (2008:21) pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu pengujian hipotesis penelitian melalui alat analisis statistik.” Dalam penelitian ini, metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen.
Menurut Sugiyono (2008:23) menyatakan bahwa:
“kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka”
Jadi pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data menurut angka. Jadi penelitian deskriftif, Verifikatif dengan pendekatan
(45)
kuantitatif adalah menjelaskan, mendeskriftifkan masing-masing variabel dengan menggunakan data, berupa angka kemudian menjelaskan hubungan kedua variabel melalui uji hipotesis.
3.2.1 Desain Penelitian
Menurut Umi Narimawati (2010:30), dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.
Desain penelitian menurut Moh.Nazir (2009:84) bahwa:
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi 3. Menetapkan rumusan masalah
4. Menetapkan tujuan penlitian
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data
8. Melakukan analisis data
9. Melakukan pelaporan hasil penelitian
Berdasarkan tahapan diatas, maka tabel desain penelitian penulis adalah sebagai berikut:
(46)
Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode Yang
DIgunakan Unit Analisis Time Histori
T-1 Analysis Verificative Explanatory Survey Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Cross Sectional T-2 Analysis Verificative Explanatory Survey Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Cross Sectional T-3 Analysis Verificative Explanatory Survey Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Cross Sectional
Sumber: Umi Narimawati dkk (2010)
Dari tabel diatas kemudian penelitian penulis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk menganalisis seberapa besar
pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Dividen, dengan cara melakukan pengujian statistik dan mendeskripsikan data yang telah diuji melalui unit analisis yaitu Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Kebijakan Dividen, dengan cara melakukan pengujian statistik dan mendeskripsikan data yang telah diuji melalui unit analisis yaitu Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas terhadapKebijakan
(47)
Dividen, dengan cara melakukan pengujian statistik dan mendeskripsikan data yang telah diuji melalui unit analisis yaitu Perusahaan Telekomunikasiyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010:58) adalah sebagai berikut: “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitia untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu:
1. Variabel Independen (X)
Pengertian variabel independent menurut Sugiyono (2010 : 59) yaitu: “Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Karena itu, yang menjadi variabel independent atau variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah arus kas bebas dan kepemilikan manajerial. Indikator yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas.
(48)
Pengertian variabel dependent menurut Sugiyono (2010:59) yaitu: “Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”
Karena itu yang menjadi variabel dependen (Y) atau variabel terikat pada penelitian ini adalah kebijakan dividen
Adapun tabel operasional sesuai dengan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Konsep
Variabel
Indikator Skala
Kepemilikan Manajerial (X1) perbandingan antara kepemilikan saham manajerial dengan jumlah saham yang beredar Yuli Soesetio (2007:390)
Kepemilikan Manajerial = Jumlah Saham Manajer x 100% Total Saham Beredar
Yuli Soesetio (2007:390)
Rasio
Arus Kas Bebas (X2)
Arsu Kas Bebas Menggambarkan kas yang mampu menghasilkan perusahaan setelah mengeluarkan sejumlah uang untuk menjaga atau mengembangkan asetnya (Boynton Johnson 2006:282)
FCF = Arus kas dari operasional – Pengeluaran modal
(Boynton Johnson 2006:282)
Rasio Kebijakan Dividen (Y) Rasio pembayaran yang memberikan gambaran seberapa besar
DPR = Dividen per Lembar saham Laba per Lembar saham (Gitman, 2009 : 611)
(1)
“PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN ARUS KAS BEBAS
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN”
(
StudiPadaPerusahaanTelekomunikasi Indonesia Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia)Greggy
Universitas Komputer Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan manajerial dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Fenomena yang terjadi adalah arus kas bebas PT. Telkomyang mengalami devisit kas pada tahun 2008 dan 2009, namun PT. Telkom memilih mengambil kebijakan untuk membagikan dividennya. Penurunan arus kas bebas PT. Telkom dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari penurunan arus kas operasi yang mengalami penurunan, belanja modal, dan perubahan modal kerja yang mengalami kenaikan dengan tahun yang lainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pada 3 perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan jumlah sampel 3 perusahaan. Pengujian statistik yang dilakukan adalah uji asumsi klasik, uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, uji auto korelasi. Analisis linier berganda, analisis korelasi, dan koefisien determinasi. menggunakan software SPSS 2.0.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerialberpengaruh siginifikan negatif terhadap kebijakan dividen, sedangkan arus kas bebas tidak berpengaruh terhadap kebijkan dividen, namun jika kepemilikan manajerial dan arus kas bebas secara bersama-sama maka hasilnya berpengauh signifikan positif terhadap kebijakan dividen pada perusahaan telekomunikasi Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Kepemilikan Manajerial,Arus Kas Bebas, Kebijakan Dividen.
PENDAHULUAN
Menurut Lisa Marlina dan Clara Denica yang dikutip oleh Cendikia Septabaskara Putra (2011:18), perkembangan ekonomi suatu negara dapat di ukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan.Dalam aktivitas pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu berupa dividen.
Menurut Lisa Marlina dan Clara Denica yang dikutip oleh Cendikia Septabaskara Putra (2011:18),kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akanmengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana
(2)
eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko.
KAJIAN TEORI
Kepemilikan manajerial.
Menurut Bodie, (2006:9)
mendefinisikan kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut :
“Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan antara pihak outsider dengan pihak insider. Jika dalam suatu perusahaan memiliki banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah jelas tidak dapatberpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Karenanya, mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi manajemen perusahaan. Struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan manajer perusahaan. Hal ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan dengan pemilik merangkap manajer”.
Sedangkan menurut Melinda (2008), kepemilikan manajerial adalah:
didefenisikan sebagai persentase suara yang berkaitan dengan saham dan option yang dimiliki oleh manajer dan komisaris suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan terhadap kinerja manajer yang bersifat internal.
Menurut Djabib (2009:252) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut:
“kepemilikan manajerial yang meningkat akan membuat kekayaan pribadi perusahaan”. kepemilikan manajerial yang meningkat akan membuat kekayaan pribadi manajemen terikat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha mengurangi resiko kehilangan kekayaannya dengan mengurangi resiko keuangan perusahaan melalui penurunan tingkat hutang.
Arus Kas Bebas
Menurut Brigham & Houston yang diterjemahkan oleh Ali A.Y(2009:65), mendefinisikan Arus kas bebas sebagai berikut :
“Arus kas bebas yang berarti arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan”.
Menurut Wild, John J, K.R Subramanyam dan Robert F. Halsey yang diterjemahkan oleh Dewi Yanti(2010:109), Arus Kas Bebas adalah:
“arus kas bebas adalah turunan analisis laporan arus kas yang bermanfaat adalah perhitungan arus kas bebas (free cash flow-fcf). Sebagaimana ukuran analisis lainya, komponen-komponen perhitungan tersesbut harus diperhatikan. Motivasi tersembunyi dalam pelaporan komponen yang digunakan untuk menghitung arus kas bebas terkadang mempengaruhi manfaatnya. Meskipun kesepakatan atas definisi pasti arus kas bebas.”
Sedangkan Menurut R. Pramono (2008) Arus kas bebas adalah :
“arus kas bebas adalah uang tunai yang benar-benar bisa disediakan oleh perusahaan untuk para investornya setelah perusahaan bisa memiliki aktiva tetap dan memiliki cukup modal kerja untuk menunjang kegiatan bisnisnya termasuk memelihara aktiva tetapnya”.
Kebijakan Dividen
Menurut Adler Haymans Manurung (2012:109) mengemukakan,Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Prasetiono, (2000:136) Kebijakan dividen mengemukakan :
“pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang dipandang cukup penting bagi nvestor yaitu informasi tentang naik turunya dividen tunai dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung muatan
(3)
informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan”.
Sedangkan Menurut Rimsky K. Judisseno (2004:104), deviden adalah:
“Pembagian keuntungan perusahaan dengan nama dan dalam bentuk apapun karena dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividensecara terselubung, misalnya pengalihan harta perusahaan kepada pemegang saham atau peserta penggantian harta dibawah harga pasar, sehingga mengakibatkan suatu selisih antara harga pasat dan harga yang dibayar oleh pemegang saham yang secara tidak langsung adalah pembayaran dividen secara terselubung”.
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Negatif Terhadap Kebijakan Dividen H2 : Arus Kas Bebas Berpengaruh Positif Terhadap Kebijakan Dividen
H3 : Kepemilikan Manajerial Dan Arus KAs Bebas Memiliki Pengaruh Positif Terhadap Kebijakan Dividen
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verivikatif dengan pendekatan kuantitatif
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan data menurut angka. Jadi penelitian deskriftif, Verifikatif dengan pendekatan kuantitatif adalah menjelaskan, mendeskriftifkan masing-masing variabel dengan menggunakan data, berupa angka kemudian menjelaskan hubungan kedua variabel melalui uji hipotesis
Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang terdiri dari 2 pariabel bebas dan 1 variabel terikat
Variabel Independen (X)
Pengertian variabel independent menurut Sugiyono (2010 : 59) yaitu:
“Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)”.
Karena itu, yang menjadi variabel independent atau variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah arus kas bebas dan kepemilikan manajerial. Indikator yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial dan Arus Kas Bebas. Variabel Dependen (Y)
Pengertian variabel dependent menurut Sugiyono (2010:59) yaitu:
“Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”
Karena itu yang menjadi variabel dependen (Y) atau variabel terikat pada penelitian ini adalah kebijakan divide
Kepemilikan Manajerial (X1)
Yuli Soesetio (2007:390
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham manajer Kepemilikan saham direksi Kepemilikan saham komisaris
Yuli Soesetio (2007:390)
Arus Kas Bebas
kas dari operasi- pengeluaran modal bersih - perubahan modal kerja
(Gitman2009 : 115)
Kebijakan Dividen
Dividen per lembar saham Laba per lembar saham
(Jack Guinan
Menurut Djabib (2009:252) Muhammad Asril Arilaha 2007
Brigham & Houston 2009 : 65 Muhammad Asril Arilaha 2007
Kepemilikan Manajerial
(4)
Arus Kas Bebas (X2)
Gitman (2009 : 115)
Kebijakan Dividen (Y)
Gitman (2009;611)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas
Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regressi, apabila model regressi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regressi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi.
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas
dapat dilihat nilai probabilitas (asymp.sig.) yang diperoleh dari uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,312 Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal
Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastis. Model regresi yang baik
adalah yang tidak terjadi heteroskedastisistas.Untuk menguji gejala heteroskedastisitas, digunakan metode scatterplot.Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angak 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan software SPSS
Uji Heteroskedastisitas dengan Menggunakan Metode Grafik
Berdasarkan scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik koordinat menyebar tidak beraturan atau menyebar secara acak, yang
menunjukan
tidak ditemukannya indikasi pelanggaran
gejala heteroskedastisitas dalam data.
Uji Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi.Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi pada pengujian koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 21
Normal Parametersa,
b
Mean 0E-7
Std. Deviation .27830 306 Most
Extreme Differences
Absolute .209
Positive .209
Negative -.421
Kolmogorov-Smirnov Z .956
Asymp. Sig. (2-tailed) .321
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Arus Kas Bebas =
kas dari operasi- pengeluaran modal bersih - perubahan modal kerja
���=Dividen Perlembar Saham
(5)
regresi yang signifikan. Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel bebas. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas sebagai berikut :
Hasil Pengujian Asumsi Multikolnieritas
nilai VIF yang diperoleh menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas.Nilai VIF dari kedua variabel bebas sebesar 1.062 masih lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara kedua variabel bebas
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negative terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sub sektor Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menandakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial perusahaan maka semakin menurun kebijakan dividen yang akan dibagiakan kepada pemegang saham. Yang berarti manajer dan komisaris tidak menginginkan sahamnya dibagikan.
2. Arus kas bebas tidak memiliki pengaruh dan hubungan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan sub sektor Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Artinya bahwa besar kecilnya kebijakan dividen tidak dipengaruhi oleh arus kas bebas. Ketika arus kas bebas meningkat maka kebijakan dividen padaperusahaan dapat mengalami peningkatan ataupun pemurunan. 3. Kepemilikan manajerial dan arus kas bebas memiliki pengaruh dan hubungan yang rendah terhadap kebijakan dividen padaperusahaan sub sector telekomunikasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa jika kepemilikan manajerial dan arus kas bebas secara bersama-sama makahasilnya akan signifikan (adapengaruh). Kepemilikan manajerial dan arus kas bebas pengarunya rendah terhadap kebijakan dividen. Informasi mengenai kondisi kepemilikan manajerial dan arus kas bebas yang dihasilkan perusahaan sangat berguna bagi perusahaan, karena dengan mengetahui kedua factor tersebut, perusahaan dapat mentukan kebijakan dividen yang akan di bagikan kepada para pemegang saham atau investor setelah memperhitugkan beberapa faktor yang lain perusahaan akan semakin sedik kekeliruan dalam menentukan kebijakan dividennya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan pertimbangan bagiperusahaan sub sektorTelekomunikasiyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ataupun peneliti selanjutnya, antara lain:
Meskipun kebijakan dividen sangat penting untuk nilai perusahaan di mata investor sebaiknya perusahaan juga lebih berhati-hati dalam mentukan kebijakan dividennya. Walaupun arus kas bebas adalah hak penuh para investor, perusahaan harus menyimpan untuk biaya tak terduga yang bisaterjadi di tengah berlangsungnya perusahaan. Karenajikadividen yang dibagikan selalu besar, perusahaan akan lama berkembang karena kurangnya dana untuk mengembangkan perusahaan. Ada baiknya perusahaan dan pemegang saham menjadikan dividen menjadil abaditahan untuk mengembangkan perusahaan, ketika perusahaan sudah berkembang dan maju pendapatan pun akan meningkat baikuntuk investor maupun perusahaan. Namun itu tidak akan terjadi jika perusahaan dan para pemegang saham terus menerus membagikan dividen yang besar tanpa pernah menahan labanya untuk pengembangan perusahaan.
Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant)
Kepemilikan
Manajerial .941 1.062
(6)